• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali yang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian ini mengkaji tema Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali yang berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/445/X/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi. Penelitan terkait tema ini masih minim. Selama ini belum ada penelitian yang mengkaji tentang Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance sehingga sangat sulit menelusuri penelitian – penelitian terdahulu karena minimnya literature berupa jurnal maupun buku – buku terkait dengan Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance. Salah satu penelusuran terkait tema ini didapatkan peneliti melalui artikel internasional yang ditulis oleh Wilson dalam jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi Volume 42, Nomor 2, Juli – Agustus 1951. Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian yang sama dengan yang dilakukan oleh peneliti lakukan tidak ada namun ada penelitian yang serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan.

Artikel Internasional Wilson dalam jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi Volume 42, Nomor 2, Juli – Agustus 1951 yang berjudul Progress in Police Administration. Penelitian ini menganalisa tentang administrasi kepolisian di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa kemajuan organisasi kepolisian harus dinilai dalam pengaturannya. Kemajuan polisi dapat dinilai dari pengaturan polisi

(2)

tersebut dalam menjalankan tugas modernnya. Adanya kepadatan penduduk yang padat membuat polisi harus melaksanakan pengamanan yang sulit sehingga polisi harus siap dengan mengambil tugas modern yang sudah dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah tetapkan. Konsep polisi secara modern telah dilaksanakan pada tugas polisi untuk meningkatkan ekfektivitas kepolisian dalam menjalankan tugasnya. Polisi dalam tugasnya bertujuan untuk melindungi, membuat masyarakat nyaman, membuat masyarakat untuk taat hukum secara efektif. Jawaban dari tugas polisi secara modern akan membuktikan bahwa adanya kemajuan dalam kepolisian.

Jurnal Internasional Johnston dari Dapartment of Political Science Colgate University yang berjudul Good Governance: Rule of Law, Transparency and Accountability. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan tata kelola yang terpadu memerlukan strategi jangka panjang yang dibangun berdasarkan kerjasama antara pemerintah dan warga negara sehingga terdapat dua sisi dari hal tersebut yaitu partisipasi dan kelembagaan. Dalam dua sisi tersebut terdapat akuntabilitas dan transparansi yang merupakan masalah teknis dan hukum dibeberapa tingkat, dilakukannya secara interaktif guna menghasilkan pemerintah yang sah, efektif dan didukung secara luas oleh warga serta masyarakat sipil yang kuat, terbuka, dan mampu memainkan peran positif didalam pemerintahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemerintahan yang lebih baik terutama di dalam upaya menghadapi reformasi yang tertuang dalam upaya keberhasilan tata kelola pemerintahan dan langkah - langkah tindakan dalam meningkatkan partisipasi dan kelembagaan tersebut.

(3)

Penelitian Wantini dalam jurnal Publik-A, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2013 yang berjudul Strategi Hubungan Masyarakat dalam Meningkatkan Citra Polisi pada Kepolisian Resor Kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana strategi hubungan masyarakat dalam meningkatkan citra polisi dengan menggunakan analisis SWOT yang terdiri dari kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threaths) serta untuk dapat mengetahui bagaimana meningkatkan citra kepolisian yang buruk pada Kepolisian Resor Kota Pontianak yang disebabkan oleh tindakan oknum polisi yang tidak bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai anggota Polri sehingga hal ini dapat berdampak buruk terdapat suatu lembaga kepolisian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jika terjadi suatu pelanggaran perlu adanya komunikasi tatap muka untuk mengarahkan aparat kepolisian dalam mengatasi masalah pencitraan yang dilakukan oleh beberapa aparat kepolisian.

Penelitian Yanuarsasi, Ribawanto dan Rengu dalam Jurnal Administrasi Publik, Volume 2, No. 1, Halaman 182 – 188 berjudul Revitalisasi Polri menuju Pelayanan Prima Studi pada Polres Tulungagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Polri yang disebabkan oleh beberapa oknum Polri yang dalam melaksanakan tugas tidak sesuai dengan aturan berlaku dan ditetapkan sehingga mengakibatkan Polri menempuh metode - metode strategis melalui revitalisasi polri menuju pelayanan prima guna dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Polri

(4)

pada Polres Tulungagung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa revitalisasi Polri menuju pelayanan prima pada Polres Tulungagung telah dilaksanakan dengan baik dilihat semua tahapan revitalisasi Polri dapat terlaksana secara menyeluruh dengan baik sesuai target yang telah ditentukan dan mengacu pada perwujudan reformasi birokrasi.

Berdasarkan kajian pustaka diatas maka penelitian ini memiliki kesamaan terhadap penelitian terdahulu yang dapat terlihat dari beberapa hal. Pertama, dapat terlihat dari konsep jurnal internasional maupun jurnal nasional terdahulu dimana jurnal internasional menganalisa mengenai tata kelola administrasi kepolisian sedangkan jurnal nasional menganalisa mengenai strategi hubungan masyarakat dalam meningkatkan citra polisi dan revitalisasi Polri menuju pelayanan prima. Hal tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, dimana Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali ini juga menganalisa tata kelola administrasi penerimaan Brigadir Polri dan penelitian ini juga merupakan penentu awal jalannya organisasi kepolisian yang sangat berpengaruh besar dalam organisasi kepolisian dalam melaksanakan tugas tanggungjawabnya sehingga dapat menumbuhkan citra polisi, revitalisasi menuju pelayanan prima, tingkat kepercayaan masyarakat dilembaga kepolisian. Kedua, dapat dilihat dari jurnal internasional dalam penelitian Johnston ada tiga hal yang mencakup tata pemerintahan yaitu aturan hukum, transparansi, dan akuntabilitas untuk meningkatkan partipasi dan kelembagaan pemerintahan yang baik. Pada penelitian

(5)

ini mengenai Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali menggunakan dua cakupan yaitu transparansi dan akuntabilitas untuk dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan adanya beberapa hal serupa yang dari penelitian terdahulu menyatakan bahwa penelitian mengenai Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali dapat berperan penting dalam menentukan jalannya organisasi kepolisian dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu belum adanya penelitian yang meneliti mengenai Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance. Dengan demikian, peneliti perlu meneliti hal tersebut mengingat bahwa dalam Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali berdasarkan pada Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/445/X/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi sehingga nantinya dari hasil penelitian ini tentunya akan digunakan sebagai perbaikan dan acuan dalam Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali pada penerimaan yang akan datang.

2.2 Landasan Teori

Pada kerangka ilmu administrasi Negara dikenal dengan beberapa teori yang dalam perjalanannya terdiri atas old public administration, new public

(6)

management, new public service dan good Governance. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori good Governance (tata kelola).

2.2.1 Good Governance (Tata Kelola)

Good governance dalam penelitian ini merujuk pada pengertian tata kelola menurut Mas’oed (2003: 150 – 151) dalam buku yang berjudul administrasi publik teori dan aplikasi good governance (2008) mengemukakan bahwa good governance (tata kelola) merupakan prinsip dalam mengatur pemerintahan yang memungkinkan layanan publiknya efisien, sistem pengadilannya bisa diandalkan dan administrasinya bertanggungjawab pada publik. Menurut Hardijanto (2000) mengemukan pula governance merupakan mekanisme suatu pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi. Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) mengartikan good governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good and service (Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, 2000, h.1).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan lembaga diatas dapat disimpulkan bahwa good governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suatu negara yang melibatkan interaksi dengan masyarakat dengan bertanggungjawab. Pemerintahan yang baik dalam hal ini tentunya wajib mengimplementasikan prinsip – prinsip dasar dari governance tersebut.

2.2.2 Prinsip Good Governance (Tata Kelola)

Menurut United Nation Development Program (UNDP, 1997) dalam buku yang berjudul Birokasi Pemerintahan karya Mustafa Pengantar Arief (2013)

(7)

mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang harus dilaksanakan dalam tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik meliputi sebagai berikut: 1. Partisipasi (Participation)

Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap warna masyarakat memiliki hak suara yang sama dalam pengambilan keputusan baik yang dilaksanakan secara langsung maupun lembaga melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan aspirasinya masing – masing.

2. Aturan Hukum (Rule of Law)

Prinsip ini menjelaskan bahwa aturan hukum dan perundang – undangan harus berkeadilan, ditegakan dan dipatuhi. Dalam aturan hukum ini tidak ada perbedaan hukum yang diterapkan.

3. Transparansi (Transparency)

Prinsip ini harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi – informasi yang akan diberikan kepada publik.

4. Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap institusi dan prosesnya diarahkan dalam upaya untuk melayani berbagai pihak kepentingan.

5. Berorientasi Konsensus (Consesus Orientation)

Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai kesempatan terbaik bagi kepentingan berbagai pihak dan diberlakukan kebijakan penerimaan dan prosedur yang ditetapkan pemerintah.

(8)

6. Berkeadilan (Equity)

Pemerintahan yang baik akan memberikan kesempatan terhadap masyarakatnya untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya. 7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Effiency)

Dalam setiap proses kegiatan dan kelembagaan akan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik – baiknya.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Dalam hal ini setiap pengambilan keputusan dalam berorganisasi sektor publik memiliki pertanggungjawaban yang harus dipertanggungjawabkan kepada publik.

9. Visi Strategis (Strategic Vision)

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia dengan kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali dalam penelitian ini hanya menggunakan dua yakni prinsip transparansi (transparency) dan akuntabilitas (accountability) karena mengingat kedua prinsip tersebut sering kali memunculkan permasalahan ditataran praktis yang melibatkan pihak seperti pengawas, panitia, calon siswa/siswi dan orang tua calon siswa – siswi Brigadir Polri dalam proses seleksi penerimaan Brigradir Polri. Dalam Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir

(9)

Polri Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali pelaksanakan seleksi penerimaan bedasarkan pada Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/445/X/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi.

Prinsip transparansi (transparency) wajib untuk diterapkan dan dilaksanakan pada Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali yang berdasarkan pada Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/445/X/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi karena dalam semua tahap proses penerimaan Brigadir Polri wajib dilaksanakan secara terbuka oleh yang terlibat baik secara internal maupun secara eksternal seperti Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).

Prinsip akuntabilitas (accountability) dalam proses ini wajib untuk diterapkan dan dilaksanakan dengan harapan pada pelaksanaan Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali dapat berjalan sesuai dengan pedoman yang berlaku dan ditetapkan sebagai acuan penerimaan Brigadir Polri di seluruh Indonesia khususnya dalam penelitian ini di Polda Bali. Lembaga Kepolisian yang ada di masing – masing daerah yang pada penelitian ini yaitu Kepolisian Daerah (Polda) Bali harus dapat mempertanggungjawabkan segala proses ini kepada semua pihak yang terlibat termasuk dalam institusi lembaga Kepolisian Republik Indonesia.

(10)

Kedua prinsip ini sangat penting untuk diimplementasikan dalam Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali karena hal penerimaan ini sebagai penentu awal dalam organisasi kepolisian dalam menjalankan tugasnya sehingga nantinya dapat menghasilkan Brigradir Polri yang sesuai dengan kriteria sesuai dengan pedoman ditetapkan yang berpengaruh besar terdahap polisi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sehingga nantinya diharapkan dapat terwujudnya personel kepolisan yang integritas dan profesionalitas serta dengan harapan dapat terhindar dari praktek - praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) serta kedua prinsip tersebut sangat rentan terjadinya permasalahan dalam penerimaan Brigadir Polri dengan mengacu pada kasus – kasus dan permasalahan yang ada sehingga akan berpengaruh kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah ini.

2.2 Kerangka Konsep

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa unsur dalam good governance (tata kelola) yaitu transparansi (transparency) dan akuntabilitas (accountability) serta administrasi kepolisian, rekruitmen polri dan manajemen sumber daya manusia yang mengacu pada persoalan yang ada pada permasalahan ini.

2.3.1 Konsep Transparansi

Menurut Matshuri (2001) dalam bukunya yang berjudul Birokrasi Pemerintahan (2008) transparansi (transparency) merupakan kerterbukaan. Menurut Imam dalam Journal of Political Studies, Vol. 18, Issue - 2, 2011: 133-154 yang berjudul Good Governance and Police Administration mengemukakan transparansi merupakan kebutuhan pokok dari pemerintahan yang baik. Setiap

(11)

organisasi termasuk polisi seharusnya memiliki hal yang transparan dan akuntabel, mengingat bahwa kedua parameter ini merupakan prasyarat utama yang wajib untuk dilaksanakan.

Transparansi berarti keputusan dan penegakannya yang diambil dilakukan sesuai aturan dan peraturan, informasi tersedia secara bebas dan langsung dapat diakses oleh mereka yang akan terpengaruh oleh keputusan tersebut dan penegakannya. Prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi mengenai kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai. Dari dimensi transparansi yang telah dijelaskan dan disebutkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator transparansi (transparency) menurut (Krina, 2003) dalam E-Journal Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu:

1. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur – prosedur, biaya – biaya dan tanggungjawab.

2. Kemudahan akses informasi.

3. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap.

4. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media massa dan lembaga non pemerintah.

2.3.1 Konsep Akuntabilitas

Menurut Mustafa dalam bukunya yang berjudul Birokrasi Pemerintahan (2013) akuntabilitas (accountability) yaitu pengembangan rasa tanggungjawab

(12)

publik bagi pembuat/pengambilan keputusan/keputusan pemerintah dalam sektor private dan organisasi kemasyarakatan sebagaimana halnya kepada para pemilik (steakeholders). Menurut Jones, (2009:345) dalam Journal of Political Studies, Vol. 18, Issue - 2, 2011: 133-154 yang berjudul Good Governance and Police Administration, akuntabilitas merupakan kunci lain dari kebutuhan pemerintahan yang baik dan dianggap bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan hasil ditetapkan sebagai hasil dari suatu kegiatan dimana seseorang memiliki otoritas, pengambil keputusan dalam organisasi bertanggungjawab kepada stakeholder internal maupun eksternal. Khusus dalam birokrasi pemerintahan akuntabilitas merupakan upaya menciptakan sistem untuk memonitor dan mengontrol kinerja birokrasi dalam kaitannya dengan kualitas, in-efisiensi dan perusakan sumber daya serta transparansi dalam manajemen keuangan, akunting dan penggunaan sumber daya.

Dari dimensi akuntabilitas yang telah dijelaskan dan disebutkan diatas peneliti menggunakan indikator akuntabilitas menurut (Krina, 2003) dalam E-Journal Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu:

1. Proses pembuatan sebuah keputusan tulis dibuat secara tertulis, tersedia bagi warga yang membutuhkan dengan setiap keputusan yang sudah diambil sudah memenuhi standar etika dan nilai – nilai yang berlaku dan sesuai dengan prinsip administrasi yang benar.

2. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara – cara mencapai sasaran suatu program.

(13)

3. Kejelasan dari sasaran kebijakan yang telah diambil dan dikomunikasikan. 4. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan melalui media massa. 5. Akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan dibuat

dan mekanisme pengaduan masyarakat.

2.3.3 Konsep Administrasi Kepolisian

Menurut Cordner dalam (Bayle:1998) dalam buku yang berjudul Sistem Administrasi Kepolisan karya Djamin (2011) menyatakan bahwa admnistrasi kepolisian adalah pelaksanaan tugas kepolisian dan pelaksanaan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tindak kriminal dan mencakupi hukum serta pendekatan umum terhadap masalah kriminal yang berkaitan dengan pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi. Menurut Djamin dalam bukunya yang berjudul Sistem Administrasi Kepolisian Republik Indonesia (2013) bahwa keberhasilan kepolisian diukur dari tercapainya tujuan dengan terlaksananya tugas pokok, tugas – tugas dan wewenang yang dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Dari definisi yang diungkapkan oleh ahli diatas dapat disimpulkan bahwa administrasi kepolisian adalah proses kerjasama antara dua orang atau lebih pada sekelompok manusia pada pelaksanaan tugas kepolisian dan kebijakan dalam pemerintah harus sesuai dengan proses prosedur dari pelaksanaan organisasi kepolisian.

Dalam hal ini keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepolisian dalam menjalankan suatu organisasi tergantung dari pengaturannya dan kemampuan menjalankan manjemen pembinaan dan manajemen operasional dalam lembaga kepolisian tersebut. Manjemen pembinaan dan manajemen operasional kepolisian memiliki peran dalam keberlangsungan jalannya organisasi

(14)

kepolisian dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini merupakan suatu hal yang wajib diterapkan dilembaga kepolisian dalam menjalankan organsiasi kepolisian karena berpengaruh besar terhadap keberlangsungan jalannya organisasi Polri. Untuk lebih jelasnya pembagian administrasi kepolisian dapat dilihat dari bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Bagan Administrasi Kepolisian

Sumber: Sistem Administrasi Kepolisian Republik Indonesia 2013

Administrasi Kepolisian terdiri atas dua unsur yaitu manajemen pembinaan dan manajemen operasional. Terkait penelitian tentang Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali dapat ditinjau dari manajemen pembinaan. Manajemen pembinaan terdiri atas pengorganisasian atau penyusunan organisasi, manajemen sumber daya manusia, pengawasan dan reformasi birokrasi. Dalam manajemen pembinaan sangat berkaitan erat dengan reformasi birokasi kepolisian. Manajemen pembinaan merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari administrasi kepolisian. Manajemen pembinaan sebagai sesuatu hal yang harus dilaksanakan dalam menjalankan organisasi kepolisian yang berkaitan dengan sistem administrasi kepolisian. Manajemen pembinaan menjadi unsur penting

Administrasi Kepolisian

Manajemen Operasional Manajemen Pembinaan

(15)

yang wajib dilaksanakan dengan harapan dapat tercapainya reformasi birokrasi kepolisian dengan baik.

2.3.4 Konsep Rekruitmen Polri

Proses penerimaan Polri digunakan untuk menjaring pendaftar calon polisi. Dalam proses rekruimen ini lembaga institusi Porli memberikan sosialisasi secara terbuka melalui media massa, spanduk, baliho, dan sosialisasi secara langsung ke sekolah SMA/SMK serta masyarakat. Proses tahapan penerimaan dilaksanakan secara terbuka kepada calon peserta dimana pada saat seleksi peserta dapat melihat secara langsung hasil dari seluruh tahapan seleksi penerimaan Polri. Proses tersebut mulai dari penerimaan berkas hingga sampai kelulusan semua dalam pengawasan. Dalam pengawasan tersebut semua pihak sangat berperan untuk mengawasi setiap tahapan seleksi penerimaan untuk menjaring Brigadir Polri yang berkualitas, memiliki integritas yang tinggi dalam pekerjaan dan terpenting adalah memiliki sikap melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat.

Profesionalisme berperan penting untuk ditingkatan dalam mewujudkan harapan masyarakat terhadap polisi yang ideal. Dalam perumusan startegi pelaksanaan standarisasi profesionalisme Polri wajib dilaksanakan guna dapat Polri melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok fungsinya. Tuntutan mendasar yang harus terpenuhi agar profesionalisme Polri dapat terwujud maka dapat dimulai dari proses penerimaan anggota polri yang baik.

Dalam upaya untuk memperbaiki penerimaan anggota Polri lembaga institusi polri telah melakukan upaya perubahan substansi dan kultur yang di

(16)

implementasikan dalam akselerasi transformasi pada lembaga institusi Polri. Pada pelaksanaan penerimaan Polri menggunakan prinsip dasar penerimaan yaitu BTAH (Bersih, Transparan, Akuntabel dan Humanis). (Sumber: www.polri.go.id, 2016)

2.3.5 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Dessker (1997) dalam buku yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia karya Sutrisno (2009) menyatakan sumber daya manusia merupakan suatu kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seserang dalam menjalankan aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seseorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian. Dari pengertian defenisi diatas dapat disimpulkan manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian dan penguna sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi dan individu.

Manajemen sumber daya manusia mempunyai tiga fungsi dalam mengelola manusia dalam pekerjaannya. Menurut Umar (1999) dalam buku yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia karya Sutrisno (2009) mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga) fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi manajerial: perencanaan, pengorganiasian, pengarahan, dan pengendalian.

2. Fungsi operasional: pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja.

(17)

3. Fungsi ketiga: kedudukan manajemen sumber daya manusia dalam pencapian tujuan organiasi secara terpadu.

Berdasarkan urian diatas dalam penelitian ini terkait dengan penerimaan sumber daya manusia Brigadir Polri dalam perspektif Governance tahun anggaran 2015 di Polda Bali penelitian ini wajib menjalankan fungsi sumber daya manusia manajerial. Fungsi manajerial yang dimaksud karena dalam proses penerimaan Brigadir Polri ini merupakan berfungsi penetu jalannya organisasi kepolisan yang berpengaruh terhadap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian suatu lembaga insitusi Polda Bali.

(18)

2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Permasalahan terkait Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir

Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran

2015 di Polda Bali

Indikator Tata Kelola dan Sistem Administrasi Kepolisian yang

mengacu Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/445/X/2008

Tanggal 31 Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi

Tata Kelola (Good Governance) ) Transparansi (Transparency) Akuntabilitas (Accountability) Brigadir Polri Berkualitas

(19)

Dalam upaya untuk mengetahui Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di maka dilaksanakan proses seleksi penerimaan Brigadir Polri dengan berpedoman pada Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/445/X/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi. Dengan adanya surat keputusan tersebut, hal ini menunjukan bahwa dalam pelaksanaan seleksi penerimaan Brigadir Polri terdapatya sebuah acuan yang digunakan.

Pada sistem administrasi kepolisian terdapat 3 hal yang mempengaruhi jalannya organisasi kepolisian yang salah satunya yaitu manajemen pembinaan. Pada manajemen pembinaan terdapat reformasi birokasi kepolisian yang sebagai satu hal penting untuk wajib diimplementasikan dalam organisasi kepolisian dengan mengedepankan tata kelola karena wajib melibatkan berbagai pihak dalam melaksanakan proses seleksi Brigadir Polri dan juga yang wajib mengedepankan prinsip transparansi (transparency) dan akuntabilitas (accountability) dalam Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali. Secara teknis penerimaan Brigadir Polri di tingkat daerah dilakukan oleh beberapa pihak yang terlibat dalam proses seleksi penerimaan Brigradir Polri yaitu pengawas, panitia pelaksana, calon siswa/siswi Brigadir Polri dan orang tua calon siswa/siswi Brigadir Polri yang sangat berperan dalam mewujudkan reformasi birokrasi kepolisian menuju good governance (tata kelola) di institusi Polri. Oleh karena itu dengan adanya komponen yang melaksanaakan penerimaan tersebut tentunya adanya sebuah proses yang harus

(20)

dilaksanakan guna dapat berjalannya penerimaan Brigadir Polri baik yang sesuai dengan pedoman administrasi yang telah ditetapkan.

Melalui konsep transparansi, akuntabiltas, administrasi kepolisian, rekruitmen Brigadir Polri, manajemen sumber daya manusia, dan serta teori good governance menurut Mas’oed (2003: 150 – 151) dalam buku yang berdujul Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance (2008) tentunya penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali yang dalam pelaksanaan berdasarkan pada Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/445/X/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi dengan mengedepankan prinsip transparansi (transparency) dan akuntabilitas (accountability).

Gambar

Gambar 2.2   Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama yaitu peserta didik dapat mengetahui materi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dikaitkan dengan materi penginderaan jauh dan kebencanaan, serta mengetahui

Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat relevansi program pendidikan dan pelatihan, semakin besar kemungkinannya bahwa sistem tersebut akan dapat mempersiapkan

Pada tahun 2015 ini BUDI berencana mengalokasikan belanja modal sebesar Rp300 miliar yang akan digunakan untuk mendanai sisa kebutuhan pembangunan tiga pabrik yaitu

Aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung antara lain melihat buku yang dijual pada katalog beserta visualisasi buku, melakukan pencarian buku, memasukkan buku

Dalam skripsi ini akan diberikan pelabelan harmonious untuk graf gabungan dari sejumlah ganjil graf-graf harmonious yang memiliki jumlah busur sama, graf hasil penjumlahan graf

Pemindahan dan atau perpindahan penduduk yang terkena pembangunan seyogyanya mendapat perhatian dari pemerintah tidak hanya pada saat pemindahannya, akan tetapi

Pola difraksi sinar-X untuk bahan barium heksaferit baik tanpa aditif maupun dengan aditif Bi 2 O 3 hasil proses sintering pada suhu 800 q C, 1000 q C selama. 4 jam, dan 1000 q C

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat