• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan dalam sebelas bulan, dimulai pada bulan April 2009 sampai bulan Maret 2010. Pengambilan data clutch telur dan berudu dilakukan pada habitat alam (Curug Cibeureum) dan habitat translokasi (Ciwalen dan Taman Mandalawangi) di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango melalui pengamatan perkembangan telur dan berudu, pengukuran habitat alami dan analisis habitat serta kondisi lingkungan pada saat pengamatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian dikelompokkan berdasarkan kegunaannya dalam pengumpulan dan analisis data (Tabel 1).

Tabel 1 Alat dan Bahan Penelitian

No. Nama Alat/Bahan Kegunaan

1. a. b.

Pengambilan Data Telur Plastik spesimen

Tali

Tempat penampungan berudu dari telur Untuk menggantung plastik

2. a. b. c. d. e.

Pengambilan Data Berudu Kaliper

Cawan petri

Larutan MS 222

Jaring kantong

Jaring kotak

Mengukur dimensi berudu

Tempat mengamati pertumbuhan berudu

Menenangkan berudu pada saat pengukuran dan pengamatan stage Tempat pemeliharaan dan pengamatan berudu

Tempat pemeliharaan dan pengamatan berudu 3. a. b. c. d. e. f. Analisis habitat Termometer pH meter Bola gabus Meteran Jaring serok Walking stick

Mengukur suhu air dan kelembaban Mengukur pH air di sekitar telur Mengukur kecepatan arus sungai Mengukur lebar badan air dan luasan daun

Mengambil sampel berudu pada habitat alami

Mengukur kedalaman air 4.

a. b.

Dokumentasi

Buku catatan lapangan/tally sheet Kamera digital

Dokumentasi data

(2)

3.3. Jenis Data

Data yang dikumpulkan meliputi data jumlah telur yang berhasil dan gagal menjadi berudu, data peluang hidup melalui pengamatan berudu dalam proses metamorfosisnya menjadi katak sempurna (tahapan pertumbuhan), data karakteristik habitat (suhu air, kualitas air, suhu dan kelembaban udara, substrat), data pakan, dan data mengenai ruang hidup dan kepadatan (luas areal habitat dan kepadatan) pada habitat alami berudu R. margaritifer di TNGP.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Keberhasilan hidup

3.4.1.1. Telur

Pengamatan dilakukan mulai pukul 08.00-15.00 WIB. Data telur diambil dari sembilan selubung busa (clutch) telur R. margaritifer yang ditemukan dalam pengamatan di antara bulan April 2009 sampai November 2009 di sekitar Curug Cibeureum Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Clutch ini kemudian dipindahkan secara berkelompok pada habitat translokasi di sekitar sungai Ciwalen dan kolam Mandalawangi. Untuk mengetahui jumlah telur dalam clutch maka clutch yang ditemukan pada habitat alaminya diberi selubung plastik yang melindungi clutch. Plastik diberi tali agar kondisinya tergantung dan melindungi

clutch dari gangguan luar dan di dalamnya diberi air sehingga dapat menampung

berudu-berudu yang jatuh dari telur (Gambar 2).

(3)

Berdasarkan pengamatan, jangka waktu dari terbentuknya clutch sampai berudu keluar ± 15 hari. Setelah hampir semua telur menetas menjadi berudu, busa yang menyelubungi telur dibongkar kemudian dihitung jumlah telur yang busuk atau yang gagal menetas menjadi berudu. Jumlah telur dalam clutch merupakan jumlah telur yang menetas menjadi berudu ditambah telur yang gagal menetas.

3.4.1.2. Berudu

Data yang diambil berupa data pertumbuhan berudu (perubahan stage) dan jangka waktu perubahan berudu dari satu tahap ke tahap lainnya dalam satu kali metamorfosisnya menjadi katak sempurna. Pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan berudu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pengamatan berudu pada habitat translokasi sungai Ciwalen yang dilakukan pada bulan April 2009 sampai November 2009. Tahap kedua adalah pengamatan berudu pada habitat translokasi kolam Mandalawangi yang dilakukan pada bulan November 2009 sampai Maret 2010.

Pengambilan data pada habitat translokasi Ciwalen dan kolam Mandalawangi dilakukan dengan pengamatan perubahan berudu sejak keluar dari

clutch telur hingga mencapai tahapan sempurna. Berudu-berudu yang telah

berhasil keluar dari clutch ditempatkan pada habitat translokasi berupa jaring yaitu pada jaring kantong dan jaring kotak. Jaring kantong yang dipakai berjumlah lima buah dan diletakkan di sekitar aliran sungai Ciwalen sedangkan jaring kotak pada kolam Mandalawangi (Gambar 3). Jaring kantong merupakan jaring yang berbentuk silindris/kantong dengan t = 60 cm, d = 20 cm, dan t terendam = 15 cm

sedangkan jaring kotak merupakan jaring yang berbentuk kotak dengan dimensi p = 100 cm, l = 50 cm, t = 50cm, dan t terendam = 25 cm. Pengecekan terhadap

berudu dilakukan setiap minggu dan dicatat pertumbuhannya berdasarkan tahapan pertumbuhan berudu Gosner (1960).

(4)

Gambar 3 Jaring kantong dan jaring kotak sebagai habitat translokasi

3.4.2. Ruang Hidup

3.4.2.1. Karakteristik Habitat

Analisis habitat dilakukan pada tempat ditemukannya clutch telur dan habitat alami berupa kolam atau genangan dimana terdapat berudu R.

margaritifer. Analisis terhadap clutch telur dilakukan dengan mengukur lebar clutch telur, tinggi daun ke badan air, mengukur suhu udara dan suhu air pada saat

penemuan, tingkat keasaman air dan telur, tipe aliran, dan vegetasi. Suhu udara diukur dengan termometer sedangkan suhu clutch diukur menggunakan termometer non-kontak Raytek. Untuk mengukur lebar clutch, tinggi daun ke air dan lebar badan air menggunakan meteran sedangkan untuk mengukur kedalaman air menggunakan walking stick yang telah diberi ukuran. Untuk mengukur derajat keasaman air dan telur menggunakan pH universal indicator. Penentuan arus sungai didasarkan pada kecepatan arus tiap meternya. Pengukuran arus ini menggunakan gabus dan meteran. Kecepatan arus adalah kecepatan gerakan air yang menyebabkan perpindahan secara vertikal dan horizontal. Sungai dikatakan berarus lambat apabila kecepatannya (v) 0.1-0.25 m/detik, arus sedang apabila kecepatannya 0.25-0.5 m/detik, dan arus cepat apabila kecepatannya 0.5-1.0 m/detik (Mason 1981). Sedangkan dalam pengukuran habitat alami berudu, kolam atau genangan diukur luasannya dan kedalamannya serta elemen-elemen penyusun habitatnya (substrat).

(5)

3.4.2.2. Kepadatan

Pengambilan data kepadatan dilakukan pada habitat alami R. margaritifer yaitu pada kolam-kolam dan genangan alami yang di dalamnya terdapat berudu R.

margaritifer. Kolam atau genangan diukur luasannya dan kondisi substrat yang

ada di dalamnya. Berudu-berudu diambil dengan menggunakan jaring serok selama 10 kali pengulangan atau sampai semua berudu yang ada pada masing-masing kolam atau genangan benar-benar habis. Kemudian berudu-berudu tersebut dipindahkan ke dalam ember dan dihitung. Pengambilan data ini dilakukan pada bulan Februari 2010.

3.5. Analisis Data

3.5.1. Keberhasilan hidup

Pengamatan pertumbuhan dari fase telur sampai fase dewasa berdasarkan tahapan perkembangan berudu Gosner (1960) yang terdiri atas 46 tahapan (stage) pertumbuhan. Keberhasilan telur menjadi berudu dicatat berdasarkan jumlah yang berhasil dan gagal menjadi berudu dan disajikan dalam tabel. Keberhasilan hidup berudu disajikan dalam bentuk grafik.

3.5.2. Peluang hidup

Peluang hidup kelas umur x dinotasikan sebagai lx, dalam hal ini lx

menunjukkan peluang hidup individu dari kelahiran ke kelas umur x. Persamaan peluang hidup untuk kelas umur x adalah sebagai berikut:

x l = 0 N Nx ... (1)

N merupakan jumlah individu. Persamaan ini merupakan peluang hidup pada umur tertentu. Kemampuan hidup suatu individu dari kelas umur x ke kelas umur x+1 disebut sebagai survival atau kemampuan hidup. Kemampuan hidup untuk kelas umur tertentu dinotasikan sebagai px, yang dapat dihitung dengan persamaan

sebagai berikut: x p = x x N N +1 atau px= x x l l +1 ... (2)

(6)

Nilai lx menurun sesuai dengan peningkatan kelas umur, tetapi hal ini tidak berarti

bahwa individu yang berumur paling tua memiliki laju kematian yang lebih besar dibandingkan individu muda.

Dalam pemodelan peluang hidup berudu, tahapan perkembangannya dikelompokkan dalam lima kelas umur (Gosner 1960) yaitu:

1: berudu (stage 25)

2: berudu membentuk lengan kaki (stage 26-30) 3: berudu membentuk jari kaki (stage 31-40)

4: berudu berkaki depan dan belakang (stage 41-45) 5: tahapan sempurna/katak muda (stage 46)

3.5.3. Ruang Hidup

Hasil dari analisis yang dilakukan terhadap tempat ditemukannya clutch telur dan berudu R. margaritifer disajikan dalam bentuk tabel.

3.5.4. Kepadatan

Hasil dari penghitungan berudu pada habitat alami disajikan dalam tabel. Kepadatan berudu dihitung dengan membagi jumlah berudu dengan volume areal tempat ditemukannya berudu tersebut.

Gambar

Tabel 1  Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 3  Jaring kantong dan jaring kotak sebagai habitat translokasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

​ Results: ​ The study found that there was no correlation between toluene exposure in the air with the incidence of peripheral neuropathy in offset printing workers

Fan , “Equivalence of weak convergence and endograph metric convergence for fuzzy number spaces”, Fuzzy logic, soft computing and computational intelligence, 11th international

Sebab setelah dikenakan pajak, produsen akan berusaha mengalihkan (sebagian) beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu dengan jalan menawarkan harga jual yang lebih tinggi6.

atau orang yang ditugaskan oleh direktur/pimpinan perusahaan dengan membawa surat tugas dari direktur/pimpinan perusahaan dan kartu pengenal. Demikian disampaikan, atas

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh content, bentuk, dan media komunikasi terhadap kesuksesan proyek IT di Bank ABC

Sampai saat ini, pemantauan kondisi kualitas perairan dan informasi mengenai keanekaragaman fitoplankton yang digunakan sebagai bioindikator kualitas dan pencemaran

situs www.lpse.kkp.go.id, Panitia Pengadaan Jasa Fisik Konstruksi Pelabuhan Perikanan Nusantara. Tanjungpandan Pekerjaan Peningkatan Jalan Komplek Pelabuhan Tahun Anggaran 2012,