• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terbit online pada laman web jurnal: JURNAL RESTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Terbit online pada laman web jurnal: JURNAL RESTI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Terakreditasi SINTA Peringkat 2 Surat Keputusan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Ristek Dikti No. 10/E/KPT/2019 masa berlaku mulai Vol. 1 No. 1 tahun 2017 s.d Vol. 5 No. 3 tahun 2021

Terbit online pada laman web jurnal: http://jurnal.iaii.or.id

JURNAL RESTI

(Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi)

Vol. 5 No. 1 (2021) 39 - 44

ISSN Media Elektronik: 2580-0760

Prediksi Tinggi Permukaan Air Waduk Menggunakan Artificial Neural

Network Berbasis Sliding Window

Dwi Kartini1, Friska Abadi2, Triando Hamonangan Saragih3 1,2,3Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Lambung Mangkurat

1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Abstract

The water level in the reservoir is an important factor in the operation of a hydroelectric turbine to control water overflow so that there is no excessive degradation. This water control has an influence on the performance and production of hydroelectric energy. The daily reservoir water level (tpaw) recording of PLTA Riam Kanan is carried out through a daily direct measurement and observation process on the reservoir measuring board which is recapitulated every month in excel form. This time series historical data continues to grow every day to become a data warehouse that is still useless if only stored. Extracting knowledge from the data warehouse can be done using one of the artificial neural network data mining techniques, namely backpropagation to predict the next day's tpaw. Historical data for the tpaw time series is presented with a sliding window concept approach based on the window sizes used, namely 7, 14, 21 and 28. The window size represents the number of days as an input layer variable in the backpropagation network architecture to predict the next day's tpaw. Some backpropagation network testing is carried out using a combination of the number of window sizes against the comparison of the amount of training data and test data on the network. The prediction results obtained with the smallest mean squared error (mse) in network testing is 0.000577 as a high accuracy value of the prediction results. The network architecture with the smallest mse using 28 input layers, 10 hidden layers and 1 output layer can be a knowledge that can help the hydropower plant as an alternative in making turbine operation decisions based on the predicted results of reservoir water level.

Keywords: artificial neural network, sliding window, backpropagation, network architecture, mse

Abstrak

Tinggi permukaan air waduk merupakan salah satu faktor penting dalam proses pengoperasian turbin Pembangkitan Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk mengontrol luapan air sehingga tidak terjadi degradasi yang berlebihan. Pengontrolan air ini memiliki pengaruh terhadap kinerja dan hasil produksi energi listrik PLTA. Pencatatan tinggi permukaan air waduk (tpaw) harian PLTA Riam Kanan dilakukan melalui proses pengukuran dan pengamatan langsung setiap hari pada papan ukur waduk yang direkap setiap bulan dalam bentuk excel. Data historis deret waktu ini terus bertambah setiap harinya menjadi gudang data yang masih belum bermanfaat jika hanya disimpan saja. Penggalian pengetahuan dari gudang data tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu teknik data mining artificial neural network yaitu backpropagation untuk memprediksi tpaw hari berikutnya. Data historis deret waktu tpaw ini disajikan dengan pendekatan konsep sliding window berdasarkan ukuran jendela yang digunakan yaitu 7, 14, 21 dan 28. Ukuran jendela tersebut merepresentasikan jumlah hari sebagai variabel lapisan input pada arsitektur jaringan backpropagation untuk memprediksi tpaw hari berikutnya. Beberapa pengujian jaringan

backpropagation dilakukan dengan menggunakan kombinasi jumlah ukuran jendela terhadap perbandingan jumlah data latih

dan data uji pada jaringan. Hasil prediksi yang diperoleh dengan nilai mean squared error (mse) terkecil pada pengujian jaringan ialah 0,000577 sebagai nilai akurasi hasil prediksi yang tinggi. Arsitektur jaringan dengan mse terkecil menggunakan 28 lapisan input, 10 lapisan tersembunyi dan 1 lapisan output dapat menjadi sebuah pengetahuan yang dapat membantu pihak PLTA sebagai alternatif pengambilan keputusan pengoperasian turbin berdasarkan hasil prediksi tinggi permukaan air waduk.

Kata kunci: artificial neural network, sliding window, backpropagation, arsitektur jaringan, mse.

1. Pendahuluan

Waduk Riam Kanan merupakan waduk terbesar yang terletak di kabupaten Banjar yang mempunyai peran sebagai irigasi dan sumber air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) satu-satunya yang ada di Provinsi

Kalimantan Selatan. Tinggi permukaan air waduk merupakan salah satu faktor penting dalam proses operasional pemutaran turbin (PLTA) [1] yang sangat mempengaruhi ketersediaan air di waduk (reservoir) [2]. Pengontrolan tinggi permukaan air waduk sangat

(2)

diperlukan untuk menghindari terjadinya luapan dan degradasi berlebihan yang dapat mempengaruhi kinerja dan hasil produksi energi listrik PLTA [3].

Pencatatan tinggi permukaan air waduk harian selama ini dilakukan dengan proses pengamatan langsung tinggi permukaan air waduk setiap hari yang terdapat pada papan tiang yang ada di waduk kemudian direkapitulasi setiap bulannya dalam bentuk excel. Data historis deret waktu harian tpaw yang terus bertambah setiap hari menjadi sebuah gudang data yang dapat digali menjadi sebuah pengetahuan baru dengan menggunakan salah satu teknik data mining artificial neural network yaitu backpropagation untuk memprediksi tpaw hari berikutnya. Hasil prediksi ini dapat menjadi pengetahuan bagi pihak PLTA sebagai alternatif dalam mengambil keputusan proses pengoperasian turbin. Data historis deret waktu akan disajikan menggunakan konsep sliding window dengan melakukan segmentasi data tersebut [4] untuk memprediksi tinggi permukaan air waduk hari berikutnya yang direpresentasikan sebagai prediksi sementara terhadap nilai sebenarnya [5]. Proses penentuan segmentasi pertama berdasarkan ukuran jendela kemudian dilanjutkan ke segmentasi berikutnya dengan menggeser jendela 1 hari ke kanan sesuai ukuran jendela [6]. Proses ini dilakukan secara berulang sampai semua data deret waktu tersegmentasi (pola data).

Kinerja jaringan saraf tiruan (JST) dalam mengolah data menjadi informasi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan jaringan saraf biologi [7]. Kemampuan JST memetakan sampel data input-output yang non linier tidak seperti model regresi statistik lainnya menjadikannya cukup populer dikalangan peneliti [8]. Pengembangan model prediksi teknik JST dilakukan pada prepocessing data baik itu penghalusan data, pengekstraksian atribut dan penyeleksian atribut dalam menentukan prediksi saham [9].

Backpropogation merupakan salah satu metode JST yang sering digunakan untuk prediksi data deret waktu yang proses kerja berulang pada setiap tahapan pelatihan untuk mendapatkan model yang terbaik [10]. Jaringan ini menggunakan parameter awal dalam melatih penelusuran jaringan multi lapisan untuk menentukan jaringan yang tepat dengan unit non linear [11]. Backpropagation mampu menganalisis dan memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan berdasarkan pola data yang dipelajari [12]. Klasifikasi penyakit hipertensi dengan melakukan perbandingan metode klasifikasi Naïve Bayes, Decision Tree, dan backpropagation ternyata backpropagation memiliki nilai akurasi tertinggi [12].

Arsitektur jaringan backpropagation terdiri dari beberapa unit lapisan, seperti unit input, unit tersembunyi dan unit output. Proses pembelajaran data deret waktu pada backpropagation dilakukan proses secara supervised dan berulang sehingga jaringan dapat

mengenal output yang diharapakan [13]. Hasil prediksi pengujian menggunakan MSE untuk menilai selisih output jaringan dengan target yang diharapkan [14]. Kombinasi arsitektur jaringan dan parameter dilakukan untuk membandingkan nilai mse yang paling kecil sebagai nilai akurasi yang tinggi [15].

Berdasarkan penelitian terdahulu maka peneliti akan melakukan prediksi tinggi permukaan air waduk hari berikutnya menggunakan pendekatan konsep sliding

window untuk membentuk pola data sebagai variabel

lapisan input, dan variabel target dengan menerapkan metode backpropagation. Kombinasi ukuran jendela terhadap perbandingan jumlah data latih dan data uji dilakukan untuk mendapatkan hasil prediksi yang tinggi dengan nilai mse yang paling kecil. Hasil prediksi yang tinggi dapat membantu pihak PLTA sebagai salah satu alternatif pengambilan keputusan pengoperasian turbin berdasarkan tinggi permukaan air waduk.

2. Metode Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan prediksi tinggi permukaan air waduk Data yang digunakan dalam penelitian ialah data harian tpaw PLTA P.M. Ir. Noor Kalimantan Selatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 yang dapat dilihat pada tabel 1. Data historis deret waktu tpaw ini berjumlah 2922 hari yang akan dilakukan transformasi data dengan pendekatan konsep sliding window/jendela geser. Ukuran jendela yang digunakan ialah 7, 14, 21, dan 28

(3)

yang merepresentasikan data selama 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu untuk memprediksi tpaw hari berikutnya. Setiap angka (1, 2, 3, ….2922) mewakili data harian deret waktu [8]. Pembentukan jumlah segmentasi data atau pola data deret waktu dipengaruhi oleh ukuran jendela.

Tabel 1. Data Historis Tpaw Tanggal Tpaw (m) 01/01/2010 55,625 02/01/2010 55,760 03/01/2010 55,840 04/01/2010 55,8600 …….. …….. …….. …….. …….. …….. 28/12/2017 56,630 29/12/2017 56,620 30/12/2017 56,600 31/12/2017 56,560

Gambar 2 merupakan proses konsep sliding window dengan ukuran jendela = 28. Setiap angka yang ada pada jendela mewakili masing-masing deret data waktu harian yaitu hari ke-1, 2, 3, …. 2922. Pola data ke- 1 dari jendela 1 sampai dengan 28 merepresentasikan bahwa data deret waktu selama 28 hari digunakan untuk prediksi tpaw hari berikutnya, kemudian jendela bergeser ke kanan satu hari untuk mencapai 28 hari berikutnya (2 sampai dengan 29) sebagai pola data ke-2 untuk prediksi tpaw hari berikutnya. Proses tersebut dilanjutkan untuk keseluruhan data historis yang telah dikumpulkan dan proses yang sama juga dilakukan untuk ukuran jendela 7, 14, dan 21. Banyaknya pola data yang terbentuk untuk setiap ukuran jendela tidak sama meskipun menggunakan data deret waktu yang sama.

Gambar 2. Tahapan Sliding Window

Tahap sliding window membentuk segmentasi data pola mingguan untuk memprediksi data hari berikutnya. Segmentasi pola data tersebut dilakukan normalisasi data sebagai salah satu teknik prepocessing data sehingga semua data memiliki nilai diantara skala 0 sampai 1 [8] dengan menggunakan persamaan 1.

𝑥′= 0,8∗(𝑥−𝑥min)

(𝑥max − 𝑥min )+ 0,1 (1)

Dimana 𝑥′ merupakan nilai x yang telah dinormalisasikan, sedangkan x merupakan nilai x yang akan dinormalisasikan, dengan mencari nilai x tertinggi dan x terendah dari data yang akan digunakan pada penelitian ini. Data akan dibagi menjadi data latih dan data uji dimana variabel yang akan digunakan ialah x1

sampai dengan x7 merupakan variabel input dan x8 merupakan variabel target yang akan diprediksi. Beberapa parameter awal yang ditentukan pada tahap pelatihan data latih yaitu nilai bobot dan bias pada setiap unit lapisan, epoch maksimum, learning rate, nilai faktor momentum, dan arsitektur jaringan. Arsitektur jaringan yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 2. Setelah parameter awal dan arsitektur jaringan ditentukan maka dilanjutkan ke proses pelatihan data latih. Pelatihan backpropagation terdiri dari tiga fase yaitu fase propagasi maju, propagasi mundur dan perubahan bobot yang dilakukan secara berulang hingga batas toleransi penghentian terpenuhi [7]. Model yang diperoleh pada tahap pelatihan akan diuji ke tahap pengujian dengan menggunakan data uji. Hasil output jaringan akan dievaluasi menggunakan MSE [8] persamaan 2 dimana n ialah banyak data, ya merupakan

Target Uji dan Y0 output dari jaringan. Nilai mse yang

terkecil dari kombinasi parameter dan arsitektur jaringan terhadap perbandingan data jumlah data latih dan data uji yang digunakan merupakan rekomendasi prediksi yang optimal.

𝑀𝑆𝐸 =∑𝑛𝑖=1|𝑌𝑎−𝑌𝑜|2

𝑛 (2)

3. Hasil dan Pembahasan

Data deret waktu harian tinggi permukaan air waduk PLTA P.M. Ir. Noor selama tahun 8 tahun yang digunakan berjumlah 2922 hari yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data Harian Tpaw hari Tpaw (m) 1 55,625 2 55,760 3 55,840 4 55,8600 …….. …….. …….. …….. …….. …….. 2919 56,630 2920 56,620 2921 56,600 2922 56,560

Setiap angka ukuran jendela direpresentasikan sebagai variabel x (x1, x2, x3,….. x28) untuk lapisan input yang

digunakan untuk memprediksi tpaw hari berikutnya (x29)

yang dapat dilihat pada tabel 3.

Normalisasi data dilakukan untuk setiap nilai data tabel 3 sehingga nilai data memiliki skala antara 0 sampai 1 yang dapat dilihat pada tabel 4. Nilai terbesar dari keseluruhan data ialah 60,940 dan nilai terkecil 53,585 dengan memasukan nilai data x berdasarkan persamaan 1.

x’ =0,8 *(55,625-53,585) +0,1= 0,3222 (60,940-53,585)

(4)

Tabel 3. Pola Data Deret ukuran jendela = 28 Pola data ke- x1 x2 …… …… x28 x29 1 55,625 55,760 …… …… 56,085 56,120 2 55,760 55,840 …… …… 56,120 56,215 3 55,840 55,860 …… …… 56,215 56,285 4 55,860 55,890 …… …… 56,285 56,280 …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… 2891 56,810 56,780 …… …… 57,455 57,480 2892 56,780 56,785 …… …… 57,480 57,600 2893 56,785 56,775 …… …… 57,600 57,725 2894 56,775 56,775 …… …… 57,725 57,830

Tabel 4. Normalisasi Pola Data Pola data ke- x1 x2 …… …… x28 target 1 0,322 0,337 …… …… 0,372 0,376 2 0,337 0,345 …… …… 0,376 0,386 3 0,345 0,347 …… …… 0,386 0,394 4 0,347 0,351 …… …… 0,394 0,393 …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… …… 2891 0,394 0,389 …… …… 0,432 0,431 2892 0,389 0,382 …… …… 0,431 0,430 2893 0,382 0,374 …… …… 0,430 0,428 2894 0,374 0,366 …… …… 0,428 0,424 Data yang telah normal kemudian dibagi menjadi data latih sebagai data pelatihan dan data uji sebagai data pengujian untuk diimplementasikan pada metode

backpropagation. Jumlah pola data berdasarkan

kombinasi jumlah perbandingan data latih dan data uji terhada ukuran jendela dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Kombinasi Data Latih Dan Data Uji data latih : data Uji (%) Ukuran jendela 7 14 21 28 90 : 10 2041 : 874 2036 : 872 2031 : 870 2026 : 868 80 : 20 2332 - 583 2326 : 582 2321 : 580 2315 : 579 70 : 30 2624 - 291 2617 : 291 2611 : 290 2605 : 289 Pelatihan data latih pada jaringan dilakukan dengan menentukan parameter awal yang akan digunakan untuk melatih jaringan yaitu: maksimum epoch= 10000, target error = 0,001, momentum 0,95, learning rate = 0.1, dan arsitektur jaringan. Arsitektur jaringan yang digunakan ialah ukuran jendela mewakili sebagai jumlah lapisan input, 10 lapisan tersembunyi dan 1 lapisan output yang dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Arsitektur Jaringan Prediksi Tpaw

Pelatihan jaringan backpropagation melewati tahapan propagasi maju, propagasi mundur dan perubahan bobot untuk keseluruhan jumlah data latih (1 epoch). Proses pelatihan data latih dilakukan secara berulang dan akan berhenti ketika telah mencapai kondisi maksimum epoch = 10000 atau kuadrat (target error) = 0,001. Tabel 5 merupakan hasil epoch setiap pelatihan data latih yang telah dilakukan.

Tabel 6. Epoch Pelatihan Data Latih Data Latih:

data Uji (%)

Epoch setiap ukuran jendela

7 14 21 28

90 : 10 403 459 751 281

80 : 20 115 120 115 251

70 : 30 247 266 116 156

Gambar 4 menampilkan jumlah epoch dan nilai mse tahapan pelatihan data latih 90% menggunakan arsitektur jaringan 28-10-1 tercapai pada epoch 281 dan nilai mse 0,00098415 yang lebih kecil dari nilai batas toleransi 0,0001

Gambar 4. MSE dan epoch tahap pelatihan

Gambar 5 menyajikan grafik perbandingan output pelatihan jaringan data latih dan target data latih tpaw yang diprediksi.

(5)

Gambar 5. Grafik output jaringan vs pelatihan target data latih Bobot akhir dan model jaringan pelatihan data latih dapat digunakan untuk melakukan proses pengujian data uji. Pengujian hasil prediksi dihitung dengan menggunakan mse yaitu membandingkan selisih output jaringan dengan target data uji setiap kombinasi perbandingan data latih dan data uji terhadap jumlah ukuran jendela yang digunakan.

Nilai mse terkecil untuk setiap ukuran jendela yang digunakan dengan perbandingan jumlah data latih dan data uji diperoleh ketika menggunakan 70% data latih dan 30 % data uji dengan nilai mse 0,000737, 0,000703, 0,000647, 0,000621, dan 0,000621 sedangkan nilai mse terkecil untuk setiap perbandingan jumlah data latih dan data uji dengan setiap ukuran jendela diperoleh dengan menggunakan ukuran jendela= 28 dengan nilai mse 0,000577, 0,000670, dan 0,000621. Perbandingan nilai mse untuk setiap kombinasi dapat kita lihat pada tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Mse Pengujian Data Uji Data

Latih: data Uji (%)

MSE data Uji berdasarkan ukuran jendela

7 14 21 28

90 : 10 0,001116 0,000906 0,001082 0,000577 80 : 20 0,000898 0,000815 0,000725 0,000670 70 : 30 0,000737 0,000703 0,000647 0,000621 Gambar 6 menyajikan grafik perbandingan output jaringan dengan target data uji pada tahapan pengujian dengan nilai mse 0,000577.

Pengujian jaringan tersebut diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,98563 yang dapat dilihat pada gambar 7. Nilai mse terkecil dari keseluruhan pengujian yang dilakukan ialah 0,000577 dengan menggunakan arsitektur jaringan backpropagation 28-10-1, ukuran jendela =28 serta perbandingan 90% data latih dan 10% data uji.

Gambar 6. Grafik output jaringan vs pengujian target data uji

Gambar 7. Grafik koefisien korelasi pengujian data uji 4. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data historis deret waktu tinggi permukaan air waduk dengan pendekatan sliding window dimana ukuran jendela akan mewakili jumlah variabel lapisan input pada jaringan

backpropagation. Ukuran jendela dan perbandingan

data latih dan data uji sangat mempengaruhi hasil prediksi jaringan backpropagation dan nilai mse. Beberapa kombinasi ukuran jendela dengan perbandingan data yang digunakan diperoleh nilai mse terkecil yaitu 0,000577 sebagai nilai akurasi hasil prediksi yang tinggi dengan arsitektur jaringan 28 lapisan input, 10 lapisan tersembunyi dan 1 lapisan output dengan perbandingan 90% data latih dan 10% data uji. Model jaringan dengan nilai mse terkecil merupakan hasil prediksi yang tinggi dan diharapkan dapat membantu pihak PLTA sebagai salah satu alternatif pengambilan keputusan untuk pengoperasian turbin berdasarkan tinggi permukaan air waduk.

(6)

Daftar Rujukan

[1] D. Kartini, H. Rusdiani, dan A. Farmadi, “Analisis Pengaruh Banyak Orde pada Metode Multivariate High-Order Fuzzy Time Series untuk Prediksi Duga Muka Air Waduk,” J. Edukasi dan Penelit. Inform., vol. 5, no. 1, hal. 9, 2019.

[2] Winasis, H. Prasetijo, dan G. A. Setia, “Optimasi Operasi Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA ) Menggunakan Linear Programming Dengan Batasan Ketersediaan Air Optimization of Hydro Power Plant Operation Using Linear Programming With Constraint of Water Availibility,” Din. Rekayasa, vol. 9, no. 2, hal. 1–6, 2013.

[3] A. Purnama, “Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Studi Kasus: PLTMH Minggir Pada Saluran Irigasi Minggir Di Padukuhan Klagaran Desa Sendangrejo Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman,” UNSA Prog., vol. 10, no. 15, hal. 93–111, 2011.

[4] Y. Yu, Y. Zhu, S. Li, dan D. Wan, “Time series outlier detection based on sliding window prediction,” Math. Probl. Eng., vol. 2014, 2014, doi: 10.1155/2014/879736.

[5] Y. BenYahmed, A. Abu Bakar, A. RazakHamdan, A. Ahmed, dan S. M. S. Abdullah, “Adaptive sliding window algorithm for weather data segmentation,” J. Theor. Appl. Inf. Technol., vol. 80, no. 2, hal. 322–333, 2015.

[6] M. Vafaeipour, O. Rahbari, M. A. Rosen, F. Fazelpour, dan P. Ansarirad, “Application of sliding window technique for prediction of wind velocity time series,” Int. J. Energy Environ. Eng., vol. 5, no. 2–3, hal. 1–7, 2014, doi: 10.1007/s40095-014-0105-5.

[7] J. J. Siang, Jaringan Syaraf Tiruan Dan Pemrogramannya Dengan Matlab. Yogyakarta: Andi, 2005.

[8] H. S. Hota, R. Handa, dan A. K. Shrivas, “Time Series Data Prediction Using Sliding Window Based RBF Neural Network,” Int. J. Comput. Intell. Res., vol. 13, no. 5, hal. 1145–1156, 2017, [Daring]. Tersedia pada: http://www.ripublication.com. [9] R. Handa, H. S. Hota, dan S. R. Tandan, “Stock Market Prediction

with Various Technical,” vol. 3, no. 1, hal. 604–608, 2015. [10] A. Mulyani, “Analisis Neural Network Struktur Backpropagation

Sebagai Metode Peramalan Pada Perhitungan Tingkat Kemiskinan Di Indonesia,” vol. XIII, no. 1, hal. 9–15, 2016. [11] M. Yanto, M. Liga, dan M.Hafizh, “Neural Network

Backprogation Identifikasi Pola Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII),” J. RESTI (Rekayasa Sist. dan Teknol. Informasi), vol. 4, no. 1, hal. 90–94, 2020.

[12] N. Chamidah, M. M. Santoni, dan N. Matondang, “Pengaruh Oversampling pada Klasifikasi Hipertensi dengan Algoritma,” J. RESTI (Rekayasa Sist. dan Teknol. Informasi), vol. 4, no. 4, hal. 635–641, 2020.

[13] I. M. D. U. Putra dan L. P. I. Gandhiadi, G. K.Harini, “Implementasi Backpropagation Neural Network Dalam Prakiraan Cuaca Di Daerah Bali Selatan,” E-Jurnal Mat., vol. 5, no. 4, hal. 126, 2016, doi: 10.24843/mtk.2016.v05.i04.p131. [14] S. Ibrahim, C. Choe Earn, dan A. El-Shafie, “Sensitivity analysis

of artificial neural networks for just-suspension speed prediction in solid-liquid mixing systems: Performance comparison of MLPNN and RBFNN,” Adv. Eng. Informatics, vol. 39, hal. 278– 291, Jan 2019, doi: 10.1016/j.aei.2019.02.004.

[15] S. P. Siregar dan A. Wanto, “Analysis of Artificial Neural Network Accuracy Using Backpropagation Algorithm In Predicting Process (Forecasting),” IJISTECH (International J. Inf. Syst. Technol., vol. 1, no. 1, hal. 34, 2017, doi: 10.30645/ijistech.v1i1.4.

Gambar

Gambar 1. Tahapan prediksi tinggi permukaan air waduk Data yang digunakan dalam penelitian ialah data harian  tpaw PLTA P.M
Tabel 1. Data Historis Tpaw   Tanggal  Tpaw  (m)  01/01/2010  55,625  02/01/2010  55,760  03/01/2010  55,840  04/01/2010  55,8600  …….
Gambar 5. Grafik output jaringan vs pelatihan target data latih   Bobot  akhir  dan  model  jaringan  pelatihan  data  latih  dapat digunakan untuk melakukan proses pengujian data  uji

Referensi

Dokumen terkait

Lantai bawah terdiri dari ruang kepala sekolah dan guru, ruang UKS, ruang perpustakaan, empat ruang kelas ( Kelas I,II,III, dan VB) kantin kejujuran, mushola, toilet

Acara perayaan ini merupakan inisiatif uniting & tightening the knots yang berarti menyatukan kembali diaspora angkatan 2006 yang tersebar di berbagai industri dan

Di tahun 2005, Jamu Puspo kemudian membuat PACEKAP® Series yang terdiri dari PACEKAP® Reguler 450mg, PACEKAP® Forte 900mg, PACEKAP® Hi- ten untuk Hipertensi, PACEKAP® Hi-ric untuk

Kelengkapan yang dimiliki oleh gedung yang digunakan untuk praktik diesel dalam hal ini gedung general antara lain lantai gedung yaitu gedung praktik (ruang

Penelitian  di  lapangan  dengan  partisipasi  kelompok  tani  bertujuan  untuk  mendapatkan  nilai  EMA  4  dari  SRI  dan  non­SRI.  Untuk  itu  dipilih  tiga 

Penelitian mengenai klasifikasi jenis sedimen dasar laut menggunakan nilai amplitudo dicocokkan dengan hasil pengambilan sampel coring telah dilakukan oleh Aritonang pada tahun

Tumbuhan yang tergolong tumbuhan tinggi adalah tumbuhan berbiji, karena tumbuhan tersebut memiliki akar, batang, dan daun sejati serta organ tambahan seperti bunga

Sangat disarankan untuk memberi dukungan kepada seseorang dengan keinginan bunuh diri tanpa melabeli mereka “kurang ibadah”, “kurang beriman” atau mempertanyakan