JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
STUDI KASUS PADA Ny. "U" UMUR 75 TAHUN YANG MENGALAMI
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ACCIDENT
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
PRGRAM STUDI
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
STUDI KASUS PADA Ny. "U" UMUR 75 TAHUN YANG MENGALAMI
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CEREBRO VASCULAR
ACCIDENT DI RUANG SEDAP MALAM
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
JERICO PUTRA PRATAMA NPM: 12.2.05.01.0018
GRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2015
simki.unpkediri.ac.id || 1||
STUDI KASUS PADA Ny. "U" UMUR 75 TAHUN YANG MENGALAMI
MOBILITAS FISIK
VASCULAR
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
Judul KTI : STUDI KASUS PADA Ny. "U" UMUR 75 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
VASCULAR ACCIDENT GAMBIRAN KOTA KEDIRI Disusun Oleh : JERICO PUTRA PRATAMA
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah pada tanggal :
Pembimbing I
Norma Risnasari,S.Kep.,Ns
Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
LEMBAR PERSETUJUAN
STUDI KASUS PADA Ny. "U" UMUR 75 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DENGAN DIAGNOSA MEDIS
VASCULAR ACCIDENT DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
JERICO PUTRA PRATAMA
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah pada tanggal : Agustus 2015
Pembimbing II
Norma Risnasari,S.Kep.,Ns Ns.M.Mudzakkir,M.Kep
Mengetahui
Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
Ns.M.Mudzakkir,M.Kep
simki.unpkediri.ac.id || 2|| STUDI KASUS PADA Ny. "U" UMUR 75 TAHUN YANG
MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CEREBRO DI RUANG SEDAP MALAM RSUD
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Ujian Hasil
Pembimbing II
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 3||
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
STUDI KASUS PADA Ny. "U"
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ACCIDENT
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
NAMA :
FAK-PRODI : FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DOSEN PEMBIMBING 1 :
DOSEN PEMBIMBING 2 : NS.M. MUDZAKKIR, M.KEP. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
STUDI KASUS PADA Ny. "U" UMUR 75 TAHUN YANG MENGALAMI
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CEREBRO VASCULAR
ACCIDENT DI RUANG SEDAP MALAM
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
NAMA :JERICO PUTRA PRATAMA NPM : 12.2.05.01.0018
PRODI : FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI D II KEPERAWATAN
EMAIL : jericookgmail.com
DOSEN PEMBIMBING 1 : NORMA RISNASARI, S.KEP., NS PEMBIMBING 2 : NS.M. MUDZAKKIR, M.KEP. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
simki.unpkediri.ac.id || 4||
UMUR 75 TAHUN YANG MENGALAMI
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
VASCULAR
DI RUANG SEDAP MALAM
PRODI : FAKULTAS ILMU KESEHATAN
NORMA RISNASARI, S.KEP., NS PEMBIMBING 2 : NS.M. MUDZAKKIR, M.KEP.
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
ABSTRAK
Studi Kasus Pada Ny.“U” 75 Tahun Yang Mengalami Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Dengan Diagnosa Medis Cerebro Vascular Accident Di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kota Kediri Jerico Putra Pratama (2015). Pembimbing1 :
Risnasari, S.Kep., Ns Pembimbing 2 : Ns.M. Mudzakkir, M.kep.
CVA adalah salah satu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.(smel 2002) Tujuan umum penulisan ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dengan diagnosa medis CVA di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kota Kediri.
Metode yang digunakan metode deskriptif dengan studikasus yaitu metode
bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan data.
keperawatan tersebut meliputi
penegakan diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan ABSTRAK
Studi Kasus Pada Ny.“U” 75 Tahun Yang Mengalami Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Dengan Diagnosa Medis Cerebro Vascular Accident Di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kota Kediri Jerico Putra Pratama (2015). Pembimbing1 : Norma Ns Pembimbing 2 : Ns.M. Mudzakkir, M.kep.
CVA adalah salah satu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.(smeltzer, 2002) Tujuan umum penulisan ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik CVA di Ruang Malam RSUD Gambiran Kota
Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan metode ilmiah yang mengumpulkan data, menganalisis kesimpulan data. Asuhan meliputi pengkajian, penegakan diagnose, intervensi,
evaluasi.
Berdasarkan studikasus diagnosa yang muncul
antara lain gangguan mobilitas fisik. Tindakan yang dilakukan : mengukur tanda-tanda vital pasien, mengukur fungsi motorik dan sensorik, melakukan latihan pergerakan sendi (ROM). Setela dilakukan tiga hari perawatan kondisi pasien mulai membaik, dengan analisa masalah teratasi dan intervensi di hentikan.
Gangguan mobilitas fisik disebabkan oleh kelemahan fisik
ditangani pasien kelumpuhan.
Upaya memperbai aktivitas dapat tercapai melakukan implementasi intervensi yang dibuat. bantuan keluarga kebeutuhan pasien
melakukan latihan gerak sendi (ROM). Kata Kunci : CVA,
Fisik.
simki.unpkediri.ac.id || 5|| studikasus pada Ny. U diagnosa yang muncul pada kasus CVA antara lain gangguan mobilitas fisik. Tindakan yang dilakukan : mengukur tanda vital pasien, mengukur fungsi motorik dan sensorik, melakukan latihan pergerakan sendi (ROM). Setelah dilakukan tiga hari perawatan kondisi pasien mulai membaik, dengan analisa masalah teratasi dan intervensi di hentikan.
Gangguan mobilitas fisik disebabkan fisik jika tidak segera akan mengalami memperbaiki intoleransi tercapai dengan perawat implementasi sesuai dengan intervensi yang dibuat. Dibutuhkan juga untuk membatu sehari-hari seperti melakukan latihan gerak sendi (ROM).
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
I. Latar Belakang
Cerebro Vascular Accident
cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio
dapat merusak atau mematikan sel
orang-orang yang berusia lanjut karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit (
CVA mengancam usia produktif karena kurangnya
dengan kandungan kolesterol tinggi dapat memicu penumpukan endapan lemak pada pembuluh darah menuju keotak sehingga terjadi penyempitan sehingga pasokan darah dan oksigen berkurang dan hal ini juga memungkinkan terjadiny
karena penyempitan pembuluh darah menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat 30% penderita CVA mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri. CVA tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun kini cenderung men
generasi muda yang masih produktif.
Berdasarkan data Di Amerika Serikat pada tahun 2012
kematian ketiga terbanyak yaitu sekitar 162.672 orang. Jumlah tersebut setara dengan 1 diantara 15 kematian di Amerika Se
Assocation, sekitar 700.000 Orang di Amerika Serikat terserang CVA setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 500.000 diantaranya menderita serangan CVA yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hi
15 - 30 % diantaranya menderita cacat menetap
2009). Di Indonesia, 8 dari 1000 orang terkena CVA. CVA merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15
Indonesia, 1 diantaranya karena CVA (Depkes,2013). Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke
jumlah angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70%
terjadi pada tahun 2011.Pada tahun 2012 menjadi 715 orang dimana bila di rata terdapat 60 kasus perbulan.
prevalensi CVA di jawa timur mencapai 10.696 kasus.
rawat inap di RSUD Gambiran Kediri di ruang Sedap Malam menunjukkan pada tahun 2012 terdapat 175 orang, tahun 2013 terdapat 78 orang, tahun 2014 sampai bulan november terdapat 45 orang. (Rekam Medis RSUD Gambiran Kediri).
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio
dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. Dahulu penyakit CVA hanya dialami oleh orang yang berusia lanjut karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis) namun di era modern ini kecenderungan CVA mengancam usia produktif karena kurangnya perhatian pada pola makan. Makanan dengan kandungan kolesterol tinggi dapat memicu penumpukan endapan lemak pada pembuluh darah menuju keotak sehingga terjadi penyempitan sehingga pasokan darah dan oksigen berkurang dan hal ini juga memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah karena penyempitan pembuluh darah menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat
mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri. CVA tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun kini cenderung men
generasi muda yang masih produktif. ( Smeltzer, 2002)
Berdasarkan data Di Amerika Serikat pada tahun 2012 CVA
kematian ketiga terbanyak yaitu sekitar 162.672 orang. Jumlah tersebut setara dengan 1 diantara 15 kematian di Amerika Serikat. Mengacu kepada laporan
, sekitar 700.000 Orang di Amerika Serikat terserang CVA setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 500.000 diantaranya menderita serangan CVA yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat CVA, dan 30 % diantaranya menderita cacat menetap (Center Disease Control And Prevention, . Di Indonesia, 8 dari 1000 orang terkena CVA. CVA merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena CVA (Depkes,2013). Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia untuk jumlah penderita CVA terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011.Pada tahun 2012 menjadi 715 orang dimana bila di rata
terdapat 60 kasus perbulan. Dinas kesehatan jawa timur tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi CVA di jawa timur mencapai 10.696 kasus. Sedangkan data pasien CVA yang rawat inap di RSUD Gambiran Kediri di ruang Sedap Malam menunjukkan pada tahun 2012 terdapat 175 orang, tahun 2013 terdapat 78 orang, tahun 2014 sampai bulan november terdapat 45 orang. (Rekam Medis RSUD Gambiran Kediri).
simki.unpkediri.ac.id || 6|| (CVA) adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia yang sel otak. Dahulu penyakit CVA hanya dialami oleh orang yang berusia lanjut karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah ) namun di era modern ini kecenderungan perhatian pada pola makan. Makanan dengan kandungan kolesterol tinggi dapat memicu penumpukan endapan lemak pada pembuluh darah menuju keotak sehingga terjadi penyempitan sehingga pasokan darah a pecah pembuluh darah karena penyempitan pembuluh darah menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat. mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri. CVA tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun kini cenderung menyerang
CVA menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak yaitu sekitar 162.672 orang. Jumlah tersebut setara dengan 1 rikat. Mengacu kepada laporan American Heart , sekitar 700.000 Orang di Amerika Serikat terserang CVA setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 500.000 diantaranya menderita serangan CVA yang berulang. Saat ini dup dalam keterbatasan fisik akibat CVA, dan (Center Disease Control And Prevention, . Di Indonesia, 8 dari 1000 orang terkena CVA. CVA merupakan penyebab utama ,4%. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena CVA (Depkes,2013). Menurut WHO (2011), Indonesia 97 dunia untuk jumlah penderita CVA terbanyak dengan dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011.Pada tahun 2012 menjadi 715 orang dimana bila di rata – ratakan Dinas kesehatan jawa timur tahun 2013 menunjukkan bahwa kan data pasien CVA yang rawat inap di RSUD Gambiran Kediri di ruang Sedap Malam menunjukkan pada tahun 2012 terdapat 175 orang, tahun 2013 terdapat 78 orang, tahun 2014 sampai bulan november terdapat 45 orang. (Rekam Medis RSUD Gambiran Kediri).
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
CVA merupakan gangguan fungsi otak yang sifatnya mendadak disebabkan gangguan aliran darah otak dengan penyebab antara lain
selain itu CVA juga mudah menyerang penderita penyakit jantung, penyakit cairan darah, kolesterol tinggi, kegemukan, suka merokok, minum alkohol, kurang bergerak, emosional, maupun faktor keturunan. Serangan CVA pada seseorang dapat dikenali antara lain seperti tiba
melihat ada bayangan tiba
tiba-tiba perasaan akan jatuh pada saat berjalan, kadang berputar, mual dan muntah, sakit kepala atau kesadaran tiba sampai terserang CV
(Siregar,2004). Salah satu dampak seseorang yang mengalami CVA adalah
(hemiplegia) yaitu cacat yang paling umum terjadi setelah seseorang mengalami CVA. Bila CVA menyerang otak kanan, kelumpuhan terjadi pada bagian kiri tubuh atau sebaliknya ( saling silang ), termasuk tenggorokan dan lidah.
dapat membaik sepenuhn
menimbulkan kehilangan motorik, kehilangan komunikasi, gangguan perfusi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih, sedangkan komplikasi dari CVA adalah hipoksia serebral, alir
2011).
Pencegahan dari CVA diantaranya hindari merokok, kopi, dan alkohol, mencegah kegemukan, membatasi intake garam bagi penderita hipertensi, membatasi makanan berkolesterol dan lemak, diet dengan gi
2008). Sedangkan peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawat
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
CVA berulang, hal-hal yang perlu di perhatikan
memodifikasi gaya hidup, menjalani terapi yang diperlukan yang dapat memberikan informasi optimal faktor resiko
terjadinya CVA ataupun CVA berulang. Selain itu juga bisa dengan cara mengatur pola hidup seperti berolahraga secara teratur, pola makan yang sehat.
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
upakan gangguan fungsi otak yang sifatnya mendadak disebabkan gangguan aliran darah otak dengan penyebab antara lain Trombosit Embolisme cerebral Iskemia juga mudah menyerang penderita penyakit jantung, penyakit cairan darah, gi, kegemukan, suka merokok, minum alkohol, kurang bergerak, emosional, maupun faktor keturunan. Serangan CVA pada seseorang dapat dikenali antara lain seperti tiba-tiba lemah dan kesemutan satu sisi tubuh, pandangan gelap, bila melihat ada bayangan tiba-tiba tidak dapat atau lancar berbicara pelo
tiba perasaan akan jatuh pada saat berjalan, kadang-kadang disertai pusing terasa berputar, mual dan muntah, sakit kepala atau kesadaran tiba-tiba menurun. Jika individu sampai terserang CVA, penderita terancam kehilangan waktu produktifnya
Salah satu dampak seseorang yang mengalami CVA adalah
cacat yang paling umum terjadi setelah seseorang mengalami CVA. Bila CVA menyerang otak kanan, kelumpuhan terjadi pada bagian kiri tubuh atau sebaliknya ( saling silang ), termasuk tenggorokan dan lidah. fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Jika CVA tidak segera ditangani maka CVA dapat menimbulkan kehilangan motorik, kehilangan komunikasi, gangguan perfusi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih, sedangkan komplikasi dari CVA adalah hipoksia serebral, aliran darah serebral, dan embolisme serebral (Junaidi,
Pencegahan dari CVA diantaranya hindari merokok, kopi, dan alkohol, mencegah kegemukan, membatasi intake garam bagi penderita hipertensi, membatasi makanan berkolesterol dan lemak, diet dengan gizi seimbang, dan olahraga teratur (batticaca, 2008). Sedangkan peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Dalam
hal yang perlu di perhatikan antara lain : mengetahui faktor resiko memodifikasi gaya hidup, menjalani terapi yang diperlukan, melakukan pemeriksaan yang dapat memberikan informasi optimal faktor resiko yang dimiliki sese
terjadinya CVA ataupun CVA berulang. Selain itu juga bisa dengan cara mengatur pola hidup seperti berolahraga secara teratur, pola makan yang sehat.
simki.unpkediri.ac.id || 7|| upakan gangguan fungsi otak yang sifatnya mendadak disebabkan gangguan Trombosit Embolisme cerebral Iskemia juga mudah menyerang penderita penyakit jantung, penyakit cairan darah, gi, kegemukan, suka merokok, minum alkohol, kurang bergerak, emosional, maupun faktor keturunan. Serangan CVA pada seseorang dapat dikenali tiba lemah dan kesemutan satu sisi tubuh, pandangan gelap, bila pelo, mulut jadi mengot kadang disertai pusing terasa tiba menurun. Jika individu A, penderita terancam kehilangan waktu produktifnya Salah satu dampak seseorang yang mengalami CVA adalah kelumpuhan cacat yang paling umum terjadi setelah seseorang mengalami CVA. Bila CVA menyerang otak kanan, kelumpuhan terjadi pada bagian kiri tubuh atau fungsi otak yang rusak tidak ya. Jika CVA tidak segera ditangani maka CVA dapat menimbulkan kehilangan motorik, kehilangan komunikasi, gangguan perfusi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih, sedangkan komplikasi dari an darah serebral, dan embolisme serebral (Junaidi,
Pencegahan dari CVA diantaranya hindari merokok, kopi, dan alkohol, mencegah kegemukan, membatasi intake garam bagi penderita hipertensi, membatasi makanan zi seimbang, dan olahraga teratur (batticaca, 2008). Sedangkan peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang an dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar Dalam menekan angka mengetahui faktor resiko, melakukan pemeriksaan yang dimiliki seseorang untuk terjadinya CVA ataupun CVA berulang. Selain itu juga bisa dengan cara mengatur pola
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
Dengan Diagnosa Medis CVA di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kota Kediri. II. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2008).
Teknik pengumpulan data menggunakan : 1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
2. Riwayat Kesehatan Keperawatan
Riwayat kesehatan keperawatan a
kesejahteraan pasien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial
terhadap penyakit. 3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda
pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
4. Sumber data
Sumber data dapat diperoleh dari pasien,keluarga dan orang te
perawatan kesehatan, catatan medis, catatan lain (seperti pendidikan, wajib militer, dan catatan pekerjaan yang dapat mengandung informasi perawatan kesehatan yang berkaitan), tinjauan literature dan pengalaman perawat (Potter & Perry,
III. HASIL DAN KESIMPULAN
A.Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang pasien, dan membuat perumusan masalah yang di alami pasien. Pasien datang ke IGD pada tanggal 06 Juli 2015 pukul 10.00 WIB pasien muntah badan terasa lemas seluruh badan tidak bisa di gerakkan dan tidak sadarkan diri. Adapun hasil dari pengkajian pada tanggal 07 Juli 2015 adalah Pasien mengatakan pusing, badan sulit bergerak dan badannya lemas. keadaan umum lemah Pasien hanya bisa berbaring BAB dan BAK menggunakan pampers Makan dan minum dengan bantuan, Kulitnya keriput dan kering,
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan Studi
nosa Medis CVA di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kota Kediri.
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2008).
pengumpulan data menggunakan :
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
2. Riwayat Kesehatan Keperawatan
Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan pasien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial-budaya, kesehatan spiritual, dan reaksi mental serta emosi
emeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi,
Sumber data dapat diperoleh dari pasien,keluarga dan orang te
perawatan kesehatan, catatan medis, catatan lain (seperti pendidikan, wajib militer, dan catatan pekerjaan yang dapat mengandung informasi perawatan kesehatan yang berkaitan), tinjauan literature dan pengalaman perawat (Potter & Perry,
HASIL DAN KESIMPULAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang n membuat perumusan masalah yang di alami pasien. Pasien datang ke IGD pada tanggal 06 Juli 2015 pukul 10.00 WIB pasien muntah badan terasa lemas seluruh badan tidak bisa di gerakkan dan tidak sadarkan diri. Adapun hasil dari pengkajian pada i 2015 adalah Pasien mengatakan pusing, badan sulit bergerak dan badannya lemas. keadaan umum lemah Pasien hanya bisa berbaring BAB dan BAK menggunakan pampers Makan dan minum dengan bantuan, Kulitnya keriput dan kering,
simki.unpkediri.ac.id || 8|| tudi Kasus Pada Pasien nosa Medis CVA di Ruang Sedap Malam RSUD Gambiran Kota Kediri.
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2008).
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
dalah data yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan pasien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola budaya, kesehatan spiritual, dan reaksi mental serta emosi
tanda vital dan pengukuran lainya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi,
Sumber data dapat diperoleh dari pasien,keluarga dan orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan medis, catatan lain (seperti pendidikan, wajib militer, dan catatan pekerjaan yang dapat mengandung informasi perawatan kesehatan yang berkaitan), tinjauan literature dan pengalaman perawat (Potter & Perry, 2004).
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang n membuat perumusan masalah yang di alami pasien. Pasien datang ke IGD pada tanggal 06 Juli 2015 pukul 10.00 WIB pasien muntah badan terasa lemas seluruh badan tidak bisa di gerakkan dan tidak sadarkan diri. Adapun hasil dari pengkajian pada i 2015 adalah Pasien mengatakan pusing, badan sulit bergerak dan badannya lemas. keadaan umum lemah Pasien hanya bisa berbaring BAB dan BAK menggunakan pampers Makan dan minum dengan bantuan, Kulitnya keriput dan kering,
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
warna kulit pucat, turgor kulit bai tidur.
Pada tinjauan pustaka menurut Mansjoer (2008), CVA adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam ata
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Orang yang mengidap penyakit CVA biasanya menunjukkan gejala
diantaranya kelumpuha nwajah atau anggota badan (b
mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, ata
disartria (bicara pelo atau cadel), gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia, ataksia (trunkal atau anggota
kepala.
Terdapat kesenjangan CVA, penulis hanya menemukan tahap ini penulis mendapatkan teori dapat ditemukan
gejala yang tidak ada CVA.
B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan kebutuhan spesifik pasien potensial. Menurut Batticaca Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan luka post trauma, penurunan sirkulasi darah
imobilisasi, intake cairan yang tidak kelemahan otot mengunyah
dengan tirah baring lama, resiko dengan penurunan refluks
yang berhubungan denga berkomunikasi.
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
warna kulit pucat, turgor kulit baik, tidak ada edema, pasien hanya berbaring ditempat
Pada tinjauan pustaka menurut Mansjoer (2008), CVA adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Orang yang mengidap penyakit CVA biasanya menunjukkan gejala-gejala atau tanda diantaranya kelumpuha nwajah atau anggota badan (biasanya hemiparese) yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan) disartria (bicara pelo atau cadel), gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia, ataksia (trunkal atau anggota badan), vertigo, mual dan
kesenjangan antara hasil pengkajian secara langsung menemukan sebagian kejadian yang disebutkan
mendapatkan fakta bahwa tidak semua gejala dari CVA yang ada secara langsung pada pasien dengan CVA, begitupun dalam teori namun dapat ditemukan secara
Keperawatan
keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan pasien serta respon terhadap masalah actual, resiko
Batticaca (2008), diagnosa yang mungkin muncul
fisik berhubungan dengan hemiparese, gangguan rasa nyaman (nyeri) luka post trauma, gangguan komunikasi verbal berhubungan
darah otak, gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat, resiko gangguan nutrisi
mengunyah dan menelan, resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama, resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
refluks batuk dan menelan, gangguan eliminasi uri (inkontinensia dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan
simki.unpkediri.ac.id || 9|| k, tidak ada edema, pasien hanya berbaring ditempat
Pada tinjauan pustaka menurut Mansjoer (2008), CVA adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal dan atau u lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Orang yang gejala atau tanda-tanda iasanya hemiparese) yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau u kesulitan memahami ucapan) disartria (bicara pelo atau cadel), gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) dan muntah, atau nyeri
langsung dengan teori tentang kejadian yang disebutkan pada teori. Dalam dari CVA yang ada dalam dengan CVA, begitupun sebaliknya langsung pada pasien
memfokuskan, dan mengatasi resiko tinggi ataupun muncul diantaranya : hemiparese, gangguan rasa nyaman (nyeri) komunikasi verbal berhubungan dengan alvi (konstipasi) berhubungan dengan nutrisi berhubungan dengan kulit yang berhubungan nafas yang berhubungan uri (inkontinensia uri) kognitif, ketidakmampuan untuk
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
Pada kasus Ny. “U” diagnosa yang muncul berhubungan dengan hemiparese
suplai darah ke jaringan serebral tidak adekuat dengan hemiparese. Sedangkan
dengan hemiparese, gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan gangguan komunikasi verbal berhubungan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan adekuat, resiko gangguan
menelan, resiko gangguan resiko ketidakefektifan bersihan batuk dan menelan, gangguan penurunan sensasi, disfungsi
ada data-data subyektif maupun data objektif yang ditemukan mendukung diagnosa tersebut.
Penulis memprioritaskan diagnose Gangguan mobilitas fisik pada karena apabila masalah tidak
memerlukan bantuan dari C. Rencana Tindakan
Rencana keperawatan
tulisan tangan dalam menyelesaikan 2008).
Pada dianosa Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penulis susuna ntara lain : 1). Kaji tanda
sensorik dengan mengobserva
gerakan normal, respons terhadap rangsang.
Intervensi menurut Tarwoto, dkk (2007) antara lain : 1) Kaji rasional mengidentifikasi
melakukan ROM 4x per hari otot, perbaikan fungsi jantung rasional membantu memperlancar
rasional mengembangkan program khusus, 5) Kolaborasi anti dekubitus rasional menurunkan
keperawatan yang dibuat berdasarkan keadaan pasien
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
Ny. “U” diagnosa yang muncul adalah Gangguan mobilitas fisik hemiparese, Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan jaringan serebral tidak adekuat dan Deficit perawatan diri berhubungan
Sedangkan diagnosa dengan Gangguan mobilitas hemiparese, gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan
gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
menelan, gangguan eliminas iuri (inkontinensia uri) yang berhubungan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, karena
maupun data objektif yang ditemukan dalam NY. “ tersebut.
memprioritaskan diagnose Gangguan mobilitas fisik pada tidak segera ditangani maka semua kebutuhan
keluarga atau orang lain.
keperawatan secara sederhana dapat diartikan sebagai
menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan (Nursalam,
nosa Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese lain : 1). Kaji tanda-tanda vital pasien 2).Kaji
sensorik dengan mengobserva-si setiap ekstremitas secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal, respons terhadap rangsang. 3).Ubah posisi pasien setiap 2 jam.
Tarwoto, dkk (2007) antara lain : 1) Kaji kemampuan kekuatan otot, kelemahan motorik, 2) Ajarkan
hari bila mungkin rasional meningkatkan massa tonus, kekuatan jantung dan pernapasan, 3) Lakukan masage pada
memperlancar sirkulasi darah, 4) Konsultasikan dengan mengembangkan program khusus, 5) Kolaborasi dalam penggunaan
menurunkan tekanan pada tulang. Kekuatan dari penulis yaitu, bahwa intervensi tersebut semu pasien padasaat itu.
simki.unpkediri.ac.id || 10|| Gangguan mobilitas fisik Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan Deficit perawatan diri berhubungan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post trauma, sirkulasi darah otak, gangguan imobilisasi, intake cairan yang tidak otot mengunyah dan dengan tirah baring lama, dengan penurunan refluks uri) yang berhubungan dengan berkomunikasi, karena tidak dalam NY. “U” yang cukup
memprioritaskan diagnose Gangguan mobilitas fisik pada urutan pertama kebutuhan pasien akan selalu
sebagai suatu dokumentasi keperawatan (Nursalam,
hemiparese. Intervensi yang 2).Kaji fungsi motorik dan si setiap ekstremitas secara terpisah terhadap kekuatan dan
Ubah posisi pasien setiap 2 jam.
kemampuan motorik motorik, 2) Ajarkan pasien untuk
massa tonus, kekuatan pada daerah tertekan
dengan ahli fisioterapi penggunaan tempat tidur
dari intervensi semua tersusun
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
Penulis berpendapat bahwa tidak semua tindakan keperawatan yang ada pada tinjauan teori dapat diterapkan pada kasus ini, hal
dengan keadaan pasien dan rumah sakit. D. Implementasi
Implementasi atau disesuaikan dengan diagnosa
mobilitas fisik berhubungan dengan WIB Mengobservasi tanda
: 36,5°C, RR : 20x/mnt. Mengobservasi mengobservasi setiap ekstremitas
respon terhadap rangsang.
triceps (+) / (+), aschiles (+) / (+), patella (+) / (+), Reflek (-), brudzinsky (-), gonda (
Kekuatan dari implementasi keperawatan, pasien men
pasien dapat diajak bekerja
mendampingi pasien setiap kali dilakukan E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan menandakan keberhasilan implementasinya. Tahap
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan (Nursalam, 2008).
Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan, dan status kesehatan pasien.
tujuan, maka perawat bisa 2007).
Langkah terakhir masalah utama gangguan
dengan cara membandingkan data yang ada di kriteria (subyektif, obyektif, assesment/analisa, planning). Evaluasi 07-09 Juli 2015 dengan
fisik berhubungan dengan selama 3x24 jam diperoleh
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
Penulis berpendapat bahwa tidak semua tindakan keperawatan yang ada pada tinjauan teori dapat diterapkan pada kasus ini, hal ini dikarenakan tindakan keperawatan disesuaikan dengan keadaan pasien dan rumah sakit.
atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan pada mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese. Pada tanggal 07 Juli
tanda – tanda vital pasien TD : 104/85 mmHg, Nadi : 82 x/mnt, Suhu C, RR : 20x/mnt. Mengobservasi fungsi motorik dan
ekstremitas secara terpisah terhadap kekuatan
rangsang. Respon tindakan : objektif Reflek fisiologis : Biceps (+) / (+), triceps (+) / (+), aschiles (+) / (+), patella (+) / (+), Reflek patologis : Babinsky (
), gonda (-).
implementasi ini adalah saat penulis menerima tindakan keperawatan yang dilakukan
bekerja sama dalam membantu proses penyembuhan setiap kali dilakukan tindakan keperawatan.
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana
implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk
pengkajian, analisa, perencanaan, dan implementasi
sebagian yang direncanakan, dan perbandingan y pasien. Dengan mengukur perkembangan pasien dalam
bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan (Handayaningsih,
dari proses keperawatan yang dilakukan gangguan sistem persyarafan (CVA) adalah dengan
membandingkan data yang ada di kriteria hasil dengan data dievaluasi (subyektif, obyektif, assesment/analisa, planning). Evaluasi penulis
09 Juli 2015 dengan hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan; Gangguan dengan hemiparese yaitu setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diperoleh hasil: subyektif : pasien mengatakan sudah dapat berge
simki.unpkediri.ac.id || 11|| Penulis berpendapat bahwa tidak semua tindakan keperawatan yang ada pada tinjauan ini dikarenakan tindakan keperawatan disesuaikan
rencana tindakan yang telah pada diagnose Gangguan tanggal 07 Juli 2015 ; Jam 09.00 tanda vital pasien TD : 104/85 mmHg, Nadi : 82 x/mnt, Suhu dan sensorik dengan kekuatan dan gerakan normal, fisiologis : Biceps (+) / (+), patologis : Babinsky (-), chadak
melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan penulis dan keluarga membantu proses penyembuhan pasien serta
melengkapi proses keperawatan yang keperawatan, rencana intervensi dan memonitor apa yang implementasi intervensi
perbandingan yang sistematik pada dalam mencapai suatu keperawatan (Handayaningsih,
pada Ny. U dengan dengan melakukan evaluasi dengan data dievaluasi lakukan sejak tanggal keperawatan; Gangguan mobilitas tindakan keperawatan : pasien mengatakan sudah dapat bergerak dan
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
beraktifitas dengan bantuan keluarga, obyektif
melakukan aktivitas secara mandiri seperti ke kamar mandi, makan dan minum, kekuatan otot yaitu: semua ekstremitas
teratasi. Planing: intervensi
latihan gerakan sendi secara mandiri dalam pengawasan keluarga, melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan kebutuhan, menjaga kesehan tubuh dengan berolahraga se teratur di pagi hari.
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
beraktifitas dengan bantuan keluarga, obyektif :Keadaan umum pasien baik, dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti ke kamar mandi, makan dan minum, kekuatan
ekstremitas dapat bergerak dengan bebas. Assesment/Analisa
teratasi. Planing: intervensi dihentikan. Untuk discharge planing pasien dapat melakukan latihan gerakan sendi secara mandiri dalam pengawasan keluarga, melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan kebutuhan, menjaga kesehan tubuh dengan berolahraga se
simki.unpkediri.ac.id || 12|| :Keadaan umum pasien baik, dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti ke kamar mandi, makan dan minum, kekuatan bebas. Assesment/Analisa : masalah Untuk discharge planing pasien dapat melakukan latihan gerakan sendi secara mandiri dalam pengawasan keluarga, melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan kebutuhan, menjaga kesehan tubuh dengan berolahraga secara
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
Batticaca, fransisca B. (2008).
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika. Junaidi.(2011). AplikasiPemeriksaan Stroke Kusuma dan Nurafif. (2012).
Yogyakarta: Media Hardy. Mubarak. (2008). Sistempergeraka
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar:
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Mitayani. (2011). Pengertian implementasi dalam keperawatan, diunduh tanggal 19 agustus jam 13.00 WIB.
Mansjoer. (2007). Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dangan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Perry dan Potter. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer dan Bare. (2002). Buku A
Saryono. (2008). Metodologi Keperawatan Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula Mitra Cendikia Press.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 Medika.
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan GangguanSiste . Jakarta: Salemba Medika.
AplikasiPemeriksaan Stroke. Jakarta: Mitracedikia press
if. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda NIC Yogyakarta: Media Hardy.
Sistempergerakanmobilisasifisik.Jakarta: Salemba Medika.
Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien danganGangguan Sistem . Jakarta: Salemba Medika.
Pengertian implementasi dalam keperawatan, www.pembelajaran.com diunduh tanggal 19 agustus jam 13.00 WIB.
Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dangan Gangguan Sistem . Jakarta: Salemba Medika.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan Jakarta: Salemba Medika.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta: EGC Metodologi Keperawatan Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA
2005-simki.unpkediri.ac.id || 13|| Asuhan Keperawatan Klien dengan GangguanSistem
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda NIC- NOC.
Jakarta: Salemba Medika.
Keperawatan Klien danganGangguan Sistem
www.pembelajaran.com,
Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dangan Gangguan Sistem
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
. Jakarta: EGC.
Metodologi Keperawatan Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jakarta:
JERICO PUTRA PRATAMA| 12.2.05.01.00 Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi
12.2.05.01.0018 Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 14||