Adaptasi dari Marlowe-Crowne Social Desirability Scale
Wahyu Widhiarso
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Korespondensi: Wahyu Widhiarso. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Jl, Humaniora No.1 Bulaksumur Yogyakarta, email: wahyu_psy@ugm.ac.id
Abstract.
The purpose of this study was to evaluate the psychometric properties of Social Desirability Scale. The scale consists of 20 items which adapted from Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (MC-SD). Data analysis from 197 respondents suggests that the measurement model of social desirability by MC-SD can be divided into three factors. The items of parameter were separately evaluated by Rasch Model within its factor. From the 18 items which included in this modeling, all items have optimal indication value. Most of the items have moderate level of difficulty, so this scale will provide optimum information if it was administered to the respondent at moderate level of social desirability. The data analysis was continued to develop the scale into the short version. The items which provide less optimal information about the social desirability were deleted. The comparison result between the length and short version scale provide no difference optimal information in measuring social desirability. In general, it can conclude that the items of Social Desirability Scale which analyzed used Rasch Model have optimum psychometric properties.
Keywords: social desirability scale, Rasch model, optimum item information Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi properti psikometri Skala Kepatutan Sosial yang merupakan adaptasi dari 20 butir Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (MC-SD). Hasil analisis data yang didapatkan dari responden (N=197) menunjukkan bahwa pengukuran kepatutan sosial melalui MC-SD terbagi dalam tiga faktor. Oleh karena itu estimasi parameter butir dan ketepatannya dengan Model Rasch dilakukan secara terpisah berdasarkan faktornya. Dari 18 butir yang dilibatkan dalam pemodelan ini semuanya memiliki nilai ketepatan model yang optimal. Sebagian besar butir memiliki tingkat kesulitan sedang sehingga akan memberikan informasi optimal jika diberikan pada kepatutan sosial pada level sedang. Analisis kemudian dilanjutkan untuk mengembangkan skala versi pendek. Butir-butir yang memberikan informasi kepatutan sosial yang kurang optimal pada kategori sedang tidak dilibatkan. Hasil perbandingan antara skala versi panjang (18 butir) dan versi pendek (15 butir) tidak menunjukkan perbedaan ditinjau dari informasi optimal dalam mengukur kepatutan sosial. Secara umum dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari Model Rasch, butir-butir Skala Kepatutan Sosial ini memiliki properti psikometris optimal.
Kuesioner atau angket sering dipakai oleh 1) respons yang tepat,
peneliti sebagai instrumen pengukuran baik sikap, 2) respons sesuai dengan kualifikasi, pendapat maupun perilaku responden. Ada 3) respons yang sukses dan
sejumlah tantangan yang harus diatasi agar data 4) respons yang tidak sukses. yang diperoleh dari instrumen tersebut
benar-benar akurat dalam menjelaskan kondisi
Barrick and Mount (1991) menemukan responden. Salah satu tantangan yang harus
bahwa motivasi responden untuk memberikan dihadapi adalah masalah kebenaran informasi
respons kepatutan sosial menentukan perolehan yang diberikan oleh responden. Kuesioner atau
skor mereka. Skor yang didapatkan responden angket biasanya disajikan dalam bentuk pelaporan
yang memiliki motif tuntuk mendapatkan sesuatu mandiri (self-report) yang meminta responden
mendapatkan skor lebih tinggi dibandingkan untuk melengkapi sendiri instrumen yang
dengan yang kurang memiliki motif tersembunyi. diberikan kepadanya. Bentuk pelaporan mandiri
Dalam hal ini responden yang memiliki motivasi ini memberikan peluang pada responden yang
tersebut adalah para pelamar yang sedang memiliki motif-motif tertentu memberikan
mengikuti seleksi pekerjaan. Temuan ini informasi yang palsu. Istilah yang biasa dipakai
dilengkapi oleh penjelasan Jackson dkk. (2000) dalam menjelaskan fenomena ini adalah
yang menemukan bahwa dalam kondisi seleksi kepatutan sosial (social desirability). Respons yang
personil, respons kepatutan sosial sering muncul mengandung kepatutan sosial adalah respons
karena pada saat seleksi subjek berusaha untuk yang yang didasari oleh keinginan untuk
memberikan impresi yang positif. Namun mendapatkan persetujuan dan penerimaan sosial
demikian ada penelitian yang menunjukkan yang dapat dicapai dengan cara melakukan
temuan berbeda. Misalnya penelitian Brown dan sesuatu yang diterima oleh masyarakat (furnham,
Harvey (2003) menjelaskan bahwa terdapat 1986). Untuk menyederhanakan penggunaan
kesetaraan antara skor yang dihasilkan oleh kata, maka pada tulisan ini frasa respons yang
responden yang memiliki motivasi tertentu memgandung kepatutan sosial disingkat menjadi
(misalnya mendapatkan pekerjaan) dan respons kepatutan sosial.
responden netral. Penelitian telah menunjukkan bahwa
respons kepatutan sosial seringkali muncul ketika Ada sejumlah istilah generik dan masing-individu menghadapi pengukuran yang bersifat masing memiliki makna identik untuk digunakan sensitif terhadap diri individu, misalnya dalam konteks respons palsu. Furnham (1986) pengukuran perilaku seks (Van de Mortel, 2008) memetakannya menjadi dua klasifikasi. Pertama atau pengonsumsian alkohol (Cox, Swinson, adalah bias respons yang merupakan istilah umum Direnfeld, & Bourdeau,1994). Respons kepatutan untuk berbagai macam jenis respons dalam proses sosial merupakan sumber bias pada hasil pengambilan data melalui wawancara, survey, penelitian sehingga perlu diatasi. Beberapa atau kuesioner. Termasuk di dalamnya adalah peneliti telah melaporkan hasil penelitian respons kepatutan sosial, respons yang bertujuan mengenai dampak kepatutan sosial. Sjostrom dan untuk menunjukkan kebaikan pribadi atau Holst (2002) melaporkan bahwa kepatutan sosial sebaliknya, persetujuan secara monoton atau mempengaruhi kesalahan interpretasi terhadap kebalikannya (tidak menyetujui secara monoton), kesalahan respons maupun kesalahan non respons ekstrim atau sebaliknya (respons kategori respons. Mathiowetz (1998) mencatat bahwa tengah). Kedua adalah istilah yang identik dengan motivasi responden turut mempengaruhi respons respons tipuan dan berbohong yang semuanya mereka pada skala pengukuran. Responden yang mengacu pada motivasi responden untuk memiliki motivasi positif terhadap jalannya menyembunyikan kebenaran mengenai dirinya. penelitian akan memberikan informasi yang tepat Respons tipuan ini mengacu pada adanya (exact reports) yang kemudian dibuktikan dengan kesempatan yang dimanfaatkan oleh
perilaku aktual. Mathiowetz (1998) sendiri
responden sehingga dia dengan sengaja membedakan empat jenis respons, antara lain:
kesan tertentu. Misalnya agar lolos dalam seleksi kompleks, misalnya pemodelan teori respons butir kerja atau mendapatkan penghargaan. Istilah (Brown & Harvey 2003); dan penggunaan Skala respons kepatutan sosial menjelaskan konteks Kepatutan Sosial (Djikstra, Smit, & Comijs, 2001). lebih spesifik yang menjelaskan kecenderungan Penelitian ini mengeksplorasi teknik terakhir yaitu responden untuk mendistorsi respons yang dia penggunaan Skala Kepatutan Sosial.
berikan ke arah yang menguntungkan. Sejumlah peneliti telah mengembangkan Kepatutan sosial juga dapat diartikan sebagai instrumen untuk mengukur seberapa jauh perilaku yang memiliki tujuan dan memiliki individu cenderung menampilkan dirinya sesuai konformitas yang tinggi terhadap stereotip yang dengan kepatutan sosial. Instrumen tersebut berlaku di komunitas (Lii & Wong, 1982). Respons antara lain Social Desirability Scale (Edward, 1957), kepatutan sosial adalah respons individu terhadap Marlowe-Crowne Social Desirability Scale/MC-pertanyaan yang dikenakan dan individu tersebut SDS (Crowne & Marlowe 1960); Wiggins's Social berusaha untuk meningkatkan kesamaan dengan Desirability (Wiggins, 1966) dan Jackson Social
karakteristik masyarakat dan menurunkan Desirability Scale (Jackson, 1984) dan The Balanced
karakteristik yang tidak diharapkan oleh Inventory of Desirable Responding (D.L. Paulhus,
masyarakat (Sjostrom & Holst 2002). Dengan kata 1988). Banyak penelitian yang menyertakan lain dapat dikatakan bahwa respons kepatutan instrumen ini pada alat ukur penelitian yang sosial adalah menegaskan yang baik dan diberikan pada responden. Misalnya penelitian menyembunyikan yang buruk. Paulhus (1984) Cox dkk. (1994) mengenai penggunaan alkohol, juga membedakan respons kepatutan sosial Reysen dan Branscombe (2010) tentang fans menjadi dua jenis, yaitu manajemen impresi olahraga dan penelitian Tan dan Grace (2008) (impression management) yang menjelaskan perilaku seksual. Tujuan mereka adalah untuk r e p r e s e n t a s i s u b j e k t e r h a d a p u n t u k mengidentifikasi apakah respons yang diberikan meningkatkan daya tarik orang lain dan penipuan oleh responden mereka mengandung respons diri (self deception) yang menyatakan bahwa kepatutan sosial.
respons kepatutan sosial adalah bentuk Dari sekian banyak instrumen yang pertahanan diri individu ketika menghadapi dikembangkan, skala kepatutan sosial (MC-SDS) situasi yang menekan atau membahayakannya. yang dikembangkan oleh Crowne dan Marlowe Manajemen impresi mengandung unsur (1960) paling populer dan secara teknis mudah kesengajaan yang besar dibanding dengan diadministrasikan. Skala ini dirancang untuk penipuan diri. Oleh karena manajemen impresi mengidentifikasi apakah individu menunjukkan lebih mudah untuk direduksi atau dikendalikan dirinya secara jujur ataukah memanipulasi hal dalam analisis tetapi penipuan diri lebih sulit yang menggambarkan tentang dirinya. Penelitian dikendalikan. Paulhus, Leak dan Fish (1989) lanjutan mengenai skala ini menunjukkan berapa melihat bahwa pembedaan respons kepatutan temuan yang menarik. Schmitt dan Steyer (1993) manajemen impresi dan penipuan diri merupakan menemukan bahwa MC-SDS lebih dominan pembedaan SD apabila ditinjau berdasarkan mengukur atribut psikologis yang bersifat trait proses kesadaran. Manajemen impresi didorong dibanding status temporer. Hal ini menunjukkan oleh kesadaran individu sedangkan penipuan diri bahwa kepatutan sosial merupakan bagian dari didorong oleh ketidaksadarannya. ciri kepribadian yang cenderung stabil. Sementara
K e t i d a k j u j u r a n r e s p o n d e n d a l a m itu Zickar dan Gibby (2006) menjelaskan memberikan informasi sudah menjadi perhatian bahwa MC-SDS tidak mengukur seberapa jauh para peneliti sejak lama. Mereka mengembangkan individu memalsukan responsnya melainkan beberapa teknik untuk mereduksi munculnya mengukur gaya individu dalam merespons respons kepatutan sosial. Teknik tersebut antara (respons style). Penjelasan ini sekaligus lain dengan memodifikasi perlakuan atau menentang penggunaan MC-SDS sebagai skala prosedur administrasi pengukuran (Gordon, pendeteksi kebohongan seperti yang dilakukan 1987), anonimitas identifikasi responden Kiesler et oleh banyak peneliti (misalnya Haghshenas, al. (1984); penggunaan tenik analisis data yang Moghaddam, & Moghaddam, 2005).
Responden yang memiliki skor rendah pada (MC-SDS) yang disusun oleh Crowne dan MC-DSDS cenderung menyetujui sebagian besar M a r l o w e ( 1 9 6 0 ) y a n g m e n g u n g k a p butir yang menjelaskan perilaku yang tidak kurang kecenderungan responden untuk menyesuaikan ideal dimata masyarakat. Namun demikian dirinya dengan harapan sosial. Skala ini memuat respons mereka adalah respons yang murni, tidak 20 butir dengan dua kategori respons yaitu “ya” dan dimanipulasi dan sesuai dengan kehidupan nyata “tidak”. Peneliti mengadaptasi skala ini dalam dari kebanyakan orang. Rendahnya skor ini dapat Bahasa Indonesia dengan cara melakukan disebabkan oleh dua hal, pertama karena translasi sebanyak dua kali, yaitu dari Bahasa responden menerima kondisi dirinya dan tetap Inggris ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya untuk merasa nyaman meski orang lain mengetahui menjaga validitas isi instrumen. Beberapa bahwa dirinya melakukan perilaku yang kurang pertanyaan dimodifikasi sesuai dengan budaya pantas. Kedua, responden ingin menunjukkan Indonesia untuk meningkatkan validitas kultural bahwa dirinya adalah pemberontak dan memiliki instrumen tersebut. Contoh pertanyaan yang pandangan berbeda terhadap kepatutan sosial. diajukan antara lain “Saya pernah berpura-pura Responden yang memiliki skor pada kisaran sakit untuk menghindari sebuah kegiatan” (butir
kategori tinggi menunjukkan bahwa responden sd-06) dan “Saya tidak pernah benar-benar memiliki keinginan yang besar untuk dilihat dan membenci seseorang” (butir sd-02).
diterima secara sosial. Selain berupa keinginan,
responden berusaha menunjukkan bahwa dirinya Analisis Data
tidak melakukan perilaku yang dianggap tidak Prosedur analisis data pada penelitian ini pantas oleh masyarakat. Tingginya skor secara dilakukan pada beberapa tahap. Pertama, menguji tidak langsung menunjukkan bahwa responden dimensi pengukuran melalui analisisi faktor memahami nilai-nilai ideal yang beredar di tengah eksploratori yang kemudian dilanjutkan dengan
masyarakat. analisis faktor konfirmatori untuk menguji model
Dari paparan di atas dapat disimpulkan pengukuran yang dipakai. Pemodelan teori bahwa respons kepatutan sosial adalah respons respons butir menghendaki data yang dianalisis distortif yang mengkontaminasi skor yang bersifat unidimensi sehingga sebelum analisis dihasilkan dari pengukuran. Oleh karena itu dilakukan peneliti melakukan analisis faktor. Pada instrumen yang mengukur konstruk ini perlu tahap ini program analisis yang dipakai adalah dikembangkan dan dievaluasi. Penelitian ini MPLUS 6.1. Kedua, pada tahap ini tingkat kesulitan berusaha mengawali pengembangan pengukuran butir dan ketepatannya dengan model Rasch kepatutan sosial dari instrumen yang sudah ada diestimasi. Program yang dipakai adalah eRm dan agar dapat dipakai secara luas. ltm yang berbasis program R. Ketiga, pada tahap ini penulis mengembangkan versi pendek skala. Salah satu kelebihan dari teori respons butir
METODE PENELITIAN
d i b a n d i n g d e n g a n te o r i k l a s i k a d a l a h
Responden
kapabilitasnya dalam mengembangkan butir-Responden penelitian ini adalah mahasiswa
butir pengukuran yang lebih pendek akan tetapi Fakultas Psikologi UGM (N=197) yang dipilih
tidak mengurangi informasi yang diberikan dengan menggunakan teknik pengambilan
(Embretson & Reise, 2000). Pengembangan versi sampel purposif. Usia responden antara 19 hingga
pendek pada penelitian dilakukan berdasarkan 23. Isian inform consent diberikan sebelum
fungsi informasi yang diberikan oleh skala. Butir-responden berpartisipasi dalam penelitian dan
butir yang memberikan informasi maksimal pada tidak ada responden yang menolak untuk
kepatutan sosial pada kategori rendah dilibatkan mengikuti penelitian ini. Tidak ada kredit yang
dalam pengembangan versi pendek. didapatkan oleh mahasiswa atas partisipasinya
dalam penelitian.
Instrumen
HASIL DAN BAHASAN
Pengukuran kepatutan sosial dilakukan
Meski memiliki rerata skor dan deviasi sd-04 dan sd-09. Selanjutnya penulis menguji standar yang lebih rendah namun bentuk model pengukuran masing-masing faktor melalui distribusi skor responden pada Skala MC-SD analisis faktor konfirmatori secara terpisah. Hasil (M=8.17; SD=2.77) cenderung sama dengan analisis menunjukkan bahwa tiap-tiap model distribusi hipotetik skala (M=10, SD=3.33). Hasil memiliki indeks ketepatan yang menunjukkan ini menunjukkan bahwa skor responden yang ketepatan dalam menggambarkan data. Semua dilibatkan dalam penelitian ini mewakili distribusi nilai kai-kuadrat yang dihasilkan memiliki nilai
populasi. signifikan di atas nilai kritis (p>0.05) yang
menunjukkan tidak ada perbedaan antara model dengan data, nilai Comparative Fit Index (CFI) dan
Hasil Pengujian Dimensionalitas Skala
Tucker Lewis Index (TLI) berada di atas 0.9 dan
Analisis faktor menghasilkan dua puluh butir
nilai root mean square of residuals (RMSEA) yang tersebar dalam tiga faktor. Berdasarkan nilai
berada di bawah 0.08. muatan faktor di atas 0.3 didapatkan dua butir
yang tidak memenuhi kriteria tersebut, yaitu butir
bergerak antara -3 hingga 3 sesuai dengan kurva
Hasil Estimasi Parameter
normal. Angka yang dihasilkan menunjukkan E s t i m a s i p a r a m e t e r b u t i r m e l a l u i
bahwa individu yang memiliki level trait tersebut pendekatan Rasch dan pengujian ketepatannya
(dalam hal ini kepatutan sosial) memiliki peluang dengan data menunjukkan bahwa semua butir
50 persen untuk mendapatkan skor tinggi. Dengan memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi. Di sisi
demikian dapat dilihat bahwa butir sd-02 memiliki lain, butir yang dianalisis memiliki indeks
tingkat kesulitan yang lebih rendah dibanding ketepatan di atas nilai kritis yang menunjukkan
dengan sd-08. Hal ini dikarenakan individu yang kesesuaiannya dengan model yang dipakai
berada pada level trait sedang (0) memiliki (p>0.05). Tabel 3 menunjukkan tingkat kesulitan
peluang besar untuk mendapatkan skor tinggi butir yang bervariasi. Angka yang menunjukkan
pada butir sd-02 dibanding dengan butir sd-08 tingkat kesulitan butir adalah level individu yang
Tabel 2. Hasil Uji Ketepatan Model Faktor -faktor MC-SDS
Faktor Jumlah Butir Kai-kuadrat (sig) CFI TLI RMSEA
Faktor-1 4 2.00 (p>0.05) 0.99 0.99 »0.00
Faktor-2 8 24.79 (p>0.05) 0.97 0.96 0.03
Faktor-3 6 15.27 (p>0.05) 0.88 0.80 0.05
Tabel 3. Hasil Estimasi Parameter Butir pada Faktor 1 Faktor No. Butir Tingkat
Kesulitan Kai-Kuadrat RK Outfit RK Infit Nilai Sig (p) Faktor -1 sd-02 -1.37 87.69 1.00 0.47 0.67 sd-08 1.11 157.25 0.93 0.85 0.74 sd-10 0.52 71.36 1.00 0.38 0.73 sd-17 -0.27 127.56 1.00 0.69 0.92 Faktor-2 sd-05 -0.39 166.12 0.87 0.88 0.90 sd-06 -1.19 172.62 0.78 0.91 0.98 sd-07 0.89 158.15 0.95 0.84 0.92 sd-11 -0.85 166.27 0.87 0.88 0.95 sd-15 3.15 117.56 1.00 0.62 0.73 sd-16 0.78 155.23 0.96 0.82 0.98
Nilai infit dan outfit merupakan kekhasan kategori sedang. Berdasarkan hasil ini maka hasil analisis Rasch yang menunjukkan ketepatan penulis menyeleksi butir dengan kriteria tersebut. respons individu pada data dengan model Rasch. Tabel 3 memperlihatkan komposisi butir Nilai yang direkomendasikan oleh Linacre (2002) dan informasi yang diberikan oleh masing-masing adalah nilai rerata kuadrat infit dan outfit yang faktor skala. Pengembangan versi pendek tidak bergerak antara 0.5 hingga 1.5. Dari Tabel 3 dapat dilakukan pada Faktor-1 karena tingkat kesulitan disimpulkan bahwa rerata kuadrat infit dan outfit butir pada faktor tersebut. Pengembangan versi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. panjang dilakukan pada Faktor -2 dengan mengurangi dua butir (butir sds-15 dan sds-18)
Pengembangan Format Versi Pendek serta Faktor-3 (butir sds-09). Pada Faktor-2 H a s i l e s t i m a s i p a r a m e t e r b u t i r terlihat pengurangan dua butir menurunkan menunjukkan bahwa butir-butir MC-SDS informasi yang diberikan oleh skala akan tetapi sebagian besar mengukur level kepatutan sosial meningkatkan informasi yang diberikan oleh skala yang berada pada kategori sedang (antara -2 ketika diterapkan pada responden yang memiliki hingga 2). Hasil ini menunjukkan informasi level kepatutan sosial sedang. Hal yang sama juga maksimal tentang responden akan didapatkan terjadi pada Faktor-3, informasi yang diberikan secara maksimal ketika alat ukur diberikan kepada meningkat daru 56.77 persen menjadi 65.10 responden yang memiliki level kepatutan sosial persen.
Tabel 3. Hasil Estimasi Parameter Butir pada Faktor 1
Faktor Versi Skala Jumlah Butir Total Informasi Persen Informasi Kategori Sedang Faktor -1 Panjang 4 6.11 68.4 Pendek - - - Faktor-2 Panjang 8 7.70 60.02 % Pendek 6 5.76 69.34 % Faktor-3 Panjang 6 5.35 56.77 % Pendek 5 5.52 65.10 % sd-18 -2.46 193.67 0.37 1.03 0.87 sd-20 0.08 164.97 0.89 0.87 0.92 Faktor-3 sd-03 -1.23 148.88 0.91 0.86 0.93 sd-09 3.64 109.28 1.00 0.63 0.66 sd-12 -1.26 166.90 0.62 0.96 1.02 sd-13 -0.39 146.77 0.93 0.84 0.86 sd-14 0.40 127.51 1.00 0.73 0.82 sd-19 -1.16 199.64 0.08 1.15 1.10 Keterangan : RK = rerata kuadrat ( mean squared)
Gambar 1 menunjukkan bahwa fungsi Bahasan
informasi yang dihasilkan antara versi panjang dan
Penelitian ini mengevaluasi Skala Kepatutan versi pendek relatif tidak berbeda. Sumbu-X pada Sosial yang diadaptasi dari Marlowe-Crowne gambar tersebut menunjukkan kategori skor
Social Desirability Scale (MC-SDS) yang
kepatutan sosial responden yang bergerak antara
-dikembangkan oleh Crowne dan Marlowe (1960). 4 hingga 4 sedangkan sumbu-Y menunjukkan
Model Rasch dipakai untuk meninjau skala informasi yang diberikan. Masing-masing versi
tersebut karena memiliki beberapa kelebihan, terlihat memberikan informasi yang tinggi pada
misalnya parameter butir yang dihasilkan tidak rentang kategori skor kepatutan sosial yang
tergantung pada sampel, memberikan informasi sedang (-2 hingga 2).
yang lebih banyak dibanding teori klasik psikometri dan memerlukan ukuran sampel yang
-4 -2 0 2 4 0 .4 0 .6 0 .8 1 .0 1 .2 Level Trai t P ro b a b ili ta s M e m ili h R es po n s Y a -4 -2 0 2 4 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8 1 .0 1 .2 Level Trait P ro b a b ili ta s M em il ih R e sp o n s Y a
Faktor-2 (versi panjang) Faktor-2 (versi panjang)
-4 -2 0 2 4 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8 Level Trait P ro b a b ili ta s M em il ih R e sp o n s Y a -4 -2 0 2 4 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8 1 .0 Level Trait P ro b a b ili ta s M em il ih R e sp o n s Y a
cukup mudah dipenuhi. Secara keseluruhan butir- Pengujian model pengukuran skala MC-SD butir di dalam skala ini telah memenuhi model menghasilkan tiga faktor yang memiliki korelasi yang ditetapkan dan siap dipakai. Namun antar faktor cukup tinggi yaitu 0.47. Jumlah ini demikian ada beberapa catatan terkait dengan berbeda dengan temuan Ventimiglia dan hasil analisis yang dilakukan. MacDonald (2012) yang menemukan dua faktor fit dengan model. Adanya faktor-faktor ini Hasil analisis menunjukkan ada dua butir
menunjukkan bahwa domain pengukuran Skala yang tidak memenuhi model ini (butir sd-01 dan
MC-SD cukup luas karena melibatkan dimensi-sd-04). Tidak lolosnya kedua butir ini dalam
dimensi ukur berbeda. Oleh karena itu kepada seleksi dikarenakan tidak sesuai dengan model
peneliti selanjutnya yang mengevaluasi atau pengukuran yang ditetapkan. Selain itu dilihat
melaporkan properti psikometris skala ini ketika dari indikator yang diukur, kedua butir ini
diterapkan pada responden dengan karakteristik memiliki diferensiasi yang tinggi ketika dilakukan
lain agar mempertimbangkan keberadaan faktor identifikasi lanjutan. Butir sd-01 (tidak pernah
tersebut. ragu menolong orang lain) dan butir sd-04 (suka
membicarakan orang lain) cenderung disetujui Hasil yang sudah diperoleh dalam penelitian
oleh responden. ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian
lainjutan, misalnya pengujian validitas empirik Skala MC-SD dalam penelitian ini
skor yang dihasilkan skala. Kepatutan sosial memberikan informasi yang optimal ketika
seperti yang telah diulas di muka lebih merupakan diterapkan pada individu dengan level kepatutan
atribut psikologis individu dibanding dengan cara sosial sedang. Hasil ini tepat dengan fungsi skala
individu merespons skala. Respons yang diberikan yang banyak dipakai untuk mengeksplorasi
individu pada skala ini tidak sepenuhnya dibanding dengan fungsi remedi atau seleksi. .
dimanifestasikan oleh upaya mereka untuk Sebagaimana yang dijelaskan teori pengukuran
terlihat baik di mata masyarakat akan tetapi ciri (Embretson & Reise, 200), bahwa skala/tes yang
kepribadian yang stabil. Untuk menguji respons berfungsi sebagai remedi diharapkan memberikan
kepatutan sosial sebagai cara merespons maka informasi optimal pada individu dengan level
variabel yang diidentifikasi berkorelasi adalah trait/abilitas sedang, sebaliknya jika dipakai untuk
respons tipuan atau kecenderungan memilih proses seleksi maka tepat dikenakan pada level
respons ya. Sebaliknya untuk mengidentifikasi tinggi. Oleh karena itu rekomendasi yang dapat
kepatutan sosial sebagai konstruk psikologi maka diberikan kepada pengguna agar menggunakan
variabel yang diidentifikasi terkait denganny skala ini sesuai dengan fungsinya.
adalah konstruk psikologis yang sudah stabil. Skala MC-SD banyak dipakai dalam Misalnya kecerdasan dan kepribadian secara penelitian dengan menyisipkan sebagai alat ukur umum (Schermer & Vemon, 2010).
tambahan pada skala yang mengukur variabel utama. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana keakuratan respons yang diberikan responden. Oleh karena itu banyak ahli yang mengembangkan versi pendek skala misalnya MC- versi 17 butir (Blake, Valdiserri, Neuendorf, & Nemeth, 2006) maupun versi 10 butir (Van de Mortel, 2008). Penelitian ini mengembangkan skala versi pendek dengan berpedoman pada fungsi informasi optimal yang diberikan skala, yaitu pada level kepatutan sosial sedang. Dari 18 butir yang telah lolos dalam seleksi, jumlah tersebut direduksi lagi menjadi 15 butir. Hasil perbandingan informasi yang diberikan antara versi panjang dan versi pendek tidak ditemukan perbedaan.
PUSTAKA ACUAN
Barrick, M. R., & Mount, M. K. (1991). the Big Five Personality dimensions and job performance: A meta-analysis. Personnel Psychology, 44(1), 1-26.
Blake, B. F., Valdiserri, J., Neuendorf, K. A., & Nemeth, J. (2006). Validity of the SDS-17 measure of social desirability in the American context. Personality and Individual Differences, 40(8), 1625-1636. doi: 10.1016/j.paid.2005.12.007
Brown, R. D., & Harvey, R. J. (2003). Detecting Personality Test Faking with Appropriateness Measurement:
Fact or Fantasy? Paper presented at the Annual Conference of the Society for Industrial and
Organizational Psychology, Orlando.
Cox, B. J., Swinson, R. P., Direnfeld, D. M., & Bourdeau, D. (1994). Social desirability and self-reports of alcohol abuse in anxiety disorder patients. Behaviour Research and Therapy, 32(1), 175-178. doi: 10.1016/0005-7967(94)90100-7
Crowne, D. P., & Marlowe, D. (1960). A new scale of social desirability independent of psychopathology.
Journal of Counseling Psychology, 24, 349-354.
Dijkstra, W., Smit, J. H., & Comijs, H. C. (2001). Using Social Desirability Scales in Research among the Elderly. Quality and Quantity, 35(1), 107-115.
Embretson, S. E., & Reise, S. P. (2000). Item response theory for psychologists : Multivariate applications
book series Mahwah (NJ): Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Furnham, A. (1986). Response Bias, Social Desirability and Dissimulation. Personality and Individual
Differences, 7(3), 385-400.
Haghshenas, H., Moghaddam, M. A., & Moghaddam, A. (2005). Application of Social Desirability Scale in Association with NEO Test for Personnel Selection. [Original Research]. Iranian Journal of
Psychiatry and Clinical Psychology, 11(1), 52-61.
Jackson, D. N. (1984). Personality research form manual. Port Huron: Research Psychologists Press.
Jackson, D. N., Wroblewski, V. R., & Ashton, M. C. (2000). The impact of faking on employment tests: Does forced choice offer a solution? Human Performance, 13(4), 371-388.
Lii, S.-Y., & Wong, S.-Y. (1982). A cross-cultural study on sex-role stereotypes and social desirability. Sex
Roles, 8(5), 481-491. doi: 10.1007/bf00287714
Linacre, J. M. (2002). What do Infit and Outfit, Mean-square and Standardized mean? Rasch
Measurement Transactions, 16(2), 878.
Mathiowetz, N. A. (1998). Respondent expressions of uncertainty - Data source for imputation. Public
Opinion Quarterly, 62(1), 47-56.
Paulhus, D. L. (1984). Two component models of socially desirable responding. Journal of Personality and
Social Psychology, 46, 598-609.
Paulhus, D. L. (1988). Assessing self deception and impression management in self-reports: The Balanced
Inventory of Desirable Responding. Vancouver: University of British Columbia.
Reysen, S., & Branscombe, N. R. (2010). Fanship and fandom: comparisons between sport and non-sport fans. Journal of Sport Behavior, 33(2), 176-193.
Schermer, J. A., & Vernon, P. A. (2010). The correlation between general intelligence (g), a general factor of personality (GFP), and social desirability. Personality and Individual Differences, 48(2), 187-189. doi: 10.1016/j.paid.2009.10.003
Schmitt, J., & Steyer, R. (1993). A latent state-trait model (not only) for social desirability. Personality and
Individual Differences, 14(4), 519-529.
Sjostrom, O., & Holst, D. (2002). Validity of a questionnaire survey: response patterns in different subgroups and the effect of social desirability. Acta Odontologica Scandinavica, 60(3), 136-140. Tan, L., & Grace, R. C. (2008). Social Desirability and Sexual Offenders A Review. Sexual Abuse-a Journal of
van de Mortel, T. F. (2008). Faking it: social desirability response bias in self-report research. Australian
Journal of Advanced Nursing, 25(4), 40-48.
Ventimiglia, M., & MacDonald, D. A. (2012). An examination of the factorial dimensionality of the Marlowe Crowne Social Desirability Scale. Personality and Individual Differences, 52(4), 487-491. doi: 10.1016/j.paid.2011.11.016
Wiggins, J. S. (1966). Substantive dimensions of self-report in the MMPI item pool. Psychological
Monographs, 80(22), (Whole No. 630).
Zickar, M. J., & Gibby, R. E. (2006). A history of faking and socially desirable responding on personality tests. In R. L. Griffith & M. H. Peterson (Eds.), A closer examination of applicant faking behavior. Greenwich, CT: Information Age Publishing.
LAMPIRAN
Butir-butir Skala Kepatutan Sosial
1. Saya tidak pernah ragu untuk menolong orang lain 2. Saya tidak pernah benar-benar membenci seseorang
3. Saya merasa jengkel ketika sesuatu berjalan tidak sesuai harapan 4. Saya kadang suka membicarakan orang lain
5. Saya pernah mendebat seseorang meski saya tahu bahwa dia yang benar 6. Saya pernah berpura-pura sakit untuk menghindari sebuah kegiatan 7. Saya sudah biasa mengambil keuntungan dari orang lain
8. Saya mengaku jika membuat kesalahan
9. Saya mempelajari dahulu sesuatu yang akan saya ajarkan
10.Saya lebih memilih mengatasi masalah daripada melupakan masalah 11.Jika saya tidak tahu kesalahan saya, saya tidak akan mengakuinya 12.Saya tersenyum kepada orang yang tidak ramah kepada saya 13.Saya bertindak tegas agar semua berjalan sesuai harapan saya 14.Saya sering punya pendapat berbeda dengan orang lain
15.Saya tidak membiarkan orang lain dihukum karena kesalahan saya 16.Saya tidak marah ketika hadiah yang sudah saya terima, diminta kembali
17.Saya tidak merasa risau jika orang memiliki gagasan yang sangat berkebalikan dengan saya 18.Saya pernah merasa iri pada orang lain yang mendapat nasib lebih baik
19.Saya kadang merasa jengkel ketika dimintai uang oleh pengemis 20.Saya tidak pernah dengan sengaja menyinggung perasaan orang lain