• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD

a. Karakteristik Siswa Kelas V SD

Pada umumnya siswa kelas V SD berusia sekitar 9-11 tahun. Mengenai perkembangan anak Buhler mengungkapkan bahwa anak pada usia 9-11 tahun berada pada masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur, 2011: 132).

Piaget (Slameto, 2013:116) membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensorimotor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Secara umum siswa kelas V SD termasuk pada masa operasional konkret yaitu pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah, dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis. Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba. Menjelang akhir periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan. Anak masih terikat pada objek-objek konkret.

Menurut Syamsu Yusuf (Susanto, 2013: 73), pada anak usia 6-12 tahun ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi, mengalikan,

(2)

dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas V SD yaitu: (1) berada pada masa operasional konkret, (2) mencapai objektivitas yang tinggi dengan rasa ingin tahu yang besar, (3) pikiran yang mulai stabil dan logis, (4) serta mempunyai kemampuan mengelompokkan, perhitungan angka dan kemampuan memecahkan masalah. Karakteristik siswa kelas V SD yang diuraikan di atas sesuai dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dengan Multimedia dalam pembelajaran IPS tentang Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD dikarenakan teknik Two Stay Two Stray dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, menambah kekompakan, rasa percaya diri siswa, dan membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

b. Hakikat IPS 1) Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Permendiknas No. 22, 2006: 575).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan pada siswa SD agar mereka kelak mengenal fenomena alam dan fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai kepada lingkungan yang lebih jauh (dunia). IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

(3)

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan (KTSP: 2006).

Susanto (2013: 137) berpendapat bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu program pendidikan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, sejarah, sosiologi serta mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

2) Tujuan IPS di SD

Tujuan IPS di sekolah dasar yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu agar siswa memiliki beberapa kemampuan (Permendiknas No. 22, 2006: 575), yaitu sebagai berikut: a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya;

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

(4)

Sumaatmaja (Gunawan, 2013: 18) mengemukakan tujuan pendidikan IPS untuk membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan Negara.

Hadi (Susanto, 2013: 146) menyebutkan bahwa ada empat tujuan pendidikan IPS, yaitu: knowledge, skill, attitude, dan value. Pertama,

knowledge, sebagai tujuan utama dari pendidikan IPS yaitu membantu para

siswa sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya yang mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosiologi psikologi. Kedua, skill, yang mencakup keterampilan berpikir. Ketiga, attitude, yang terdiri atas tingkah laku berpikir dan tingkah laku sosial. Keempat, value, yaitu nilai yang terkandung dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah, termasuk di dalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan antarbangsa, dan ketaatan kepada pemerintah dan hukum.

Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan mata pelajaran IPS, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari mata pelajaran IPS di sekolah dasar adalah untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan: (1) membentuk warga Negara yang baik, (2) mengenali dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, (3) mengenali nilai-nilai sosial yang terkandung dalam masyarakat, dan (4) berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dalam lingkungan masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

3) Ruang Lingkup IPS SD

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Permendiknas No. 22, 2006: 575) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Manusia, tempat, dan lingkungan. b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c) Sistem sosial dan budaya.

d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan aspek-aspek ruang lingkup pelajaran IPS di sekolah dasar, pada penelitian ini peneliti mengambil aspek pada kelas V semester

(5)

2, yaitu waktu, keberlanjutan, dan perubahan. Sedangkan materi yang diambil yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan standar kompetensi menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia dan kompetensi dasar menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Indikator dalam materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yaitu : (1) menceritakan secara singkat langkah-langkah untuk mempertahankan kemerdekaan, (2) menjelaskan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, (3) menjelaskan peristiwa pertempuran Ambarawa, (4) menjelaskan peristiwa pertempuran Medan Area, (5) menjelaskan peristiwa pertempuran Bandung Lautan Api, (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

(silabus terlampir pada lampiran 2 halaman 177 )

4) Materi Pelajaran IPS Kelas V SD

a) Pertempuran 10 November di Surabaya

Susilaningsih dan Limbong (2008: 197-198) menjelaskan bahwa tentara Sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigjen A.W.S Mallaby. Tentara Sekutu bertugas melucuti tentara Jepang dan membebaskan interniran (tawanan perang). Pada tanggal 27 Oktober 1945, Sekutu menyerbu penjara Kalisosok. Mereka berhasil membebaskan Kolonel Huiyer. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Pada tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai Sekutu. Komandan Sekutu menghubungi Presiden Sukarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari bahaya kehancuran. Presiden Sukarno bersama Moh. Hatta, Amir Syarifudin, dan Jenderal D.C. Hawthorn tiba di Surabaya untuk menenangkan keadaan. Akhirnya, pada tanggal 30 Oktober 1945 dicapai kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak. Namun, pada sore harinya terjadi pertempuran di gedung Bank International, tepatnya di

(6)

Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 November 1945, pimpinan Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah:

“Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan, kemudian menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara.”

Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu, pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November1945. Tentara Sekutu berjumlah kira-kira 10 sampai 15 ribu orang. Mereka terdiri dari pasukan darat, laut, dan udara. Pasukan Sekutu ini merupakan gabungan dari tentara Gurkha, Inggris, dan Belanda. Dalam pertempuran yang berjalan sampai awal bulan Desember1945 itu telah gugur beribu-ribu pejuang. Dalam keadaan tersebut muncul Bung Tomo yang mengobarkan semangat juang masyarakat Surabaya untuk tetap gigih melawan sekutu. Perjuangan rakyat Surabaya ini mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. b) Pertempuran Ambarawa

Susilaningsih dan Limbong (2008: 199-200) menjelaskan “Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Tentara Sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah. Kedatangan Sekutu semula disambut baik oleh rakyat Semarang. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah menawarkan bantuan bahan makanan dan keperluan-keperluan lainnya. Pihak Sekutu pun berjanji untuk tidak mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Bentrokan bersenjata mulai

(7)

timbul di Magelang. Bentrokan itu mulai meluas menjadi pertempuran antara pasukan Sekutu dengan pejuang Indonesia.

Penyebabnya adalah tentara Sekutu diboncengi NICA. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil Administration, yaitu pemerintahan peralihan Belanda. NICA hendak membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang dan Ambarawa. Setelah diadakan perundingan antara Presiden Sukarno dengan Brigadir Jenderal Bethel, tentara Sekutu kemudian meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Para pejuang Indonesia yang dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan Sekutu yang mundur ke Ambarawa. Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang pejuang Angkatan Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan Sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosumpeno. Pada saat mundur, pasukan Sekutu mencoba menduduki dua desa disekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur.

Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel Sudirman turun langsung ke medan pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman adalah Panglima Divisi Banyumas. Kehadiran Kolonel Sudirman memberi semangat baru bagi pejuang Indonesia. Pasukan Indonesia mengepung kota Ambarawa dari berbagai jurusan. Siasat yang dipakai adalah mengadakan serangan serentak dari berbagai jurusan pada saat yang sama. Pasukan Indonesia mendapat bantuan dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain. Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak ke Ambarawa. Pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang. Dalam pertempuran di Ambarawa ini banyak pejuang yang gugur. Untuk memperingati hari bersejarah itu, maka setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Selain itu,

(8)

di Ambarawa juga didirikan sebuah monumen yang diberi nama Palagan Ambarawa.

c) Pertempuran Medan Area

Yuliati dan Munajat (2008: 142-143) menjelaskan Sumatra Utara adalah daerah yang terlambat menerima informasi tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mr. Teuku Mohammad Hasan yang diangkat menjadi gubernur menyampaikan kabar gembira itu pada tanggal 27 Agustus 1945. Atas perintah pemerintah pusat di Jakarta, beliau menegakkan kedaulatan republik di Sumatra. Pada tanggal 13 September 1945, seorang bekas perwira Tentara Sukarela yang bernama Achmad Tahir memelopori pembentukan Barisan Pemuda Indonesia. Beliau menggalang para pemuda untuk mengambil alih kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang pada tanggal 4 Oktober 1945. Sebelum Sekutu tiba di sana, sekelompok komando Belanda yang dipimpin oleh Westerling telah tiba. Baru kemudian, tanggal 9 Oktober 1945 Sekutu (tentara Inggris atau Gurkha) tiba di Medan dengan membonceng tentara Belanda dan NICA. Melihat gelagat yang kurang baik, para pemuda di sana segera membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Perkiraan para pemuda itu ternyata benar. Pertempuran pun pecah pada tanggal 13 Oktober 1945. Pertempuran ini merupakan awal dari perjuangan bersenjata bagi rakyat di Medan. Pertempuran ini di kenal dengan nama Pertempuran Medan Area. Sekutu seperti biasanya mengeluarkan ultimatum yang tidak berarti. Isi ultimatum tersebut adalah melarang rakyat membawa senjata dan semua senjata yang ada harus diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu melancarkan serangan besar-besaran dengan melibatkan pesawat-pesawat tempurnya.

d) Pertempuran Bandung Lautan Api

Syamsiah, dkk ( 2008: 117) menjelaskan Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekut Pada tanggal 21

(9)

November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.

e) Perjanjian Linggarjati

Susilaningsih dan Limbong (2008: 204-205) menjelaskan pimpinan tentara Inggris menyadari, sengketa Indonesia dengan Belanda tidak mungkin diselesaikan melalui peperangan. Inggris berusaha mempertemukan kedua belah pihak di meja perundingan. Melalui meja perundingan diharapkan konflik bisa diatasi. Pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan ini dilaksanakan di Linggajati. Linggarjati terletak di sebelah selatan Cirebon. Dalam perundingan itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Van Mook. Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan disetujui oleh kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil perundingan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947. Hasil Perjanjan Linggarjati sangat merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit. Berikut ini isi perjanjian Linggarjati.

(1) Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatera.

(2) Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas:

(10)

(b) Negara Indonesia Timur, dan (c) Negara Kalimantan.

(3) Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni(kesatuan) yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai oleh Ratu Belanda.

f) Tokoh Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Susilaningsih dan Limbong (2008: 221) mengemukakan bahwa ada banyak tokoh yang berperan dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia, anatara lain:

(1) Ir Sukarno

Sukarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia. Didampingi Drs.Moh. Hatta beliau membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada tanggal17 Agustus 1945. Beliau adalah presiden pertama Republik Indonesia.Sebagai presiden, beliau turut berjasa dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan agresi militer pada tanggal 19 Desember 1948. Sebelumnya, beliau telah mengirimkan mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafrudin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk dan memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

(2) Drs. Mohammad Hatta

Drs. Mohammad Hatta juga dikenal sebagai Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau memimpin kabinet di awal pembentukan negara Indonesia. Beliau dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949, beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

(3) Jenderal Sudirman

Peranan Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil

(11)

mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Sudirman tetap memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam keadaan sakit.

(4) Bung Tomo

Sutomo atau Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman pergeraka nbeliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu padatanggal 10 November 1945.

(5) Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sri Sultan Hamengku Buwono IX berperan besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Perundingan Rum-Royen yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1949.

Syamsiah, dkk ( 2008: 116) mnenjelaskan beberapa cara mengenang jasa para tokoh perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut:

(1) Berziarah ke Taman makam pahlawan (2) Mendoakan para pahlawan

(3) Memajukan bangsa sesuai bidang masing-masing (4) Sebagai pelajar harus belajar dengan tekun (5) Ikut memperingati hari besar nasional

Beberapa sikap positif yang dapat diambil dari para tokoh perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut:

(1) Cinta Tanah Air (2) Berjiwa Besar (3) Bekerja keras (4) Berkerja sama (5) Rela berkorban

(12)

c. Pembelajaran

1) Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2011: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Sedangkan Sagala (2011: 16) menyatakan, “Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru”.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

(13)

2) Prinsip-prinsip Pembelajaran

Susanto (2013: 87) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut :

a) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam atau luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

c) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

d) Prinsip keterpaduan, yakni guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan bahasan lain. e) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang dihadapkan

pada masalah-masalah.

f) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil yang diperoleh dalam bentuk fakta, dan informasi.

g) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru.

h) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan belajar.

i) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan individu seperti sifat dan kebiasaan.

j) Prinsip hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

(14)

Rusyan (Sagala, 2011: 55) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip pembelajaran yaitu:

a) Motivasi, kematangan dan kesiapan

Tanpa motivasi dalam proses belajar mengajar, terutama motivasi instrinsik proses belajar mengajar tidak akan efektif dan tanpa kematangan dan kesiapan upaya belajar akan sulit berlangsung.

b) Kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh antara lain bakat kusus, taraf kecerdasan dan intensitas dari bahan yang dipelajari.

c) Proses belajar mengajar dapat dangkal, luas dan mendalam, tergantug pada materi yang menjadi pembahasan dalam pembelajaran tersebut. d) Feedback atau pengetahuan akan hasil-hasil proses belajar mengajar

yang lampau dapat merangsang atau sebaliknya menghambat kemajuan proses belajar mengajar..

e) Proses belajar mengajar dalam suatu instansi dapat ditransferkan untuk kegiatan belajar atau bidang lainnya.

f) Response yang kacau, kaku dan acaka-acakan menandai proses belajar mengajar yang amburadul dan cenderung gagal.

g) Trial and eror, menandai tahap-tahap awal beberapa mata pelajaran untuk mencari bentuk pembelajaran yang cocok.

h) Proses belajar mengajar berlangsung dari sederhana meningkat yang kompleks.

i) Proses belajar mengajar yang disertai oleh pemahaman yang jelas tentang tujuan yang hendak dicapai.

j) Proses belajar mengajar bersifat individual.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 13 prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri dari, (1) Prinsip motivasi, (2) Kematangan dan kesiapan, (3)Prinsip latar belakang, (4) Prinsip pemusatan perhatian, (5) Prinsip keterpaduan, (6) Prinsip pemecahan masalah, (7) Prinsip menemukan, (8) Prinsip belajar sambil bekerja, (9) Prinsip belajar

(15)

sambil bermain, (10) Prinsip perbedaan individu, (11) Prinsip hubungan sosial, (12) Prinsip Trial and eror, dan (13) Prinsip individual

3) Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Sagala, 2011: 62).

Isjoni (2013: 14) berpendapat bahwa, “Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan pembelajaran untuk mengembangkan kreatifitas berpikir dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sesuai kompetensi demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

4) Faktor yang Memengaruhi Pembelajaran

Menurut Kuswiandi (2013) terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi pembelajaran yaitu:

a) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada pada diri siswa itu sendiri, seperti: gangguan fisik, ketidak seimbangan mental, kelemahan emosional, serta kurang minat, dan malas terhadap pelajaran.

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu, seperti: keluarga, lingkungan, terlalu berat beban belajarnya, kurangnya media pembelajaran, serta metode, dan cara mengajar guru kurang memadai.

Hal di atas diperjelas oleh Slameto (2013: 54) bahwa faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern; (1) Faktor Intern. Dalam faktor intern terdapat tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Proses

(16)

belajar anak akan terganggu jika kesehatan anak juga terganggu. Cacat tubuh juga dapat memengaruhi belajar, hendaknya anak yang mengalami cacat belajar pada lembaga pendidikan khusus. Faktor psikologis mencakup inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan rohani dan kelelahan jasmani. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan lunglainya tubuh; (2) Faktor Ekstern. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua dalam mendidik anaknya, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar siswa, dan tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, bentuk kehidupan masyarakat dan mass media (radio, TV, surat kabar, buku-buku, majalah, komik dan lain-lain)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: (1) faktor jasmaniah, (2) faktor psikologis, dan (3) faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal antara lain: (4) keluarga, (5) sekolah, dan (6) masyarakat.

d. Hasil Belajar

1) Hakikat Hasil Belajar

Susanto (2013: 5) berpendapat, “Hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar”. Pengertian tentang hasil belajar tersebut dipertegas lagi oleh Nawawi (Susanto, 2013: 5) yang menyatakan, “Hasil belajar dapat diartikan

(17)

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu.”

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi (Susanto, 2013: 5). Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal bahwa:

Evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan (Susanto, 2013: 5).

Suprijono (2012: 7) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang ditandai dengan perubahan secara keseluruhan pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk mengetahui dan mengukur penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dapat diketahui melalui penilaian.

2) Macam-Macam Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Susanto (2013: 6) meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pemahaman konsep

Pemahaman konsep adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami isi dari pelajaran yang berupa

(18)

objek konkret ataupun gagasan yang abstrak sebagai hasil dari proses belajar yang disajikan guru.

b) Keterampilan proses

Keterampilan proses merupakan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori.

c) Sikap

Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercaya oleh individu pemilik sikap; komponen afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional; dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.

Kingsley (Susanto, 2013: 3) membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; dan (3) sikap dan cita-cita. Sedangkan, Djamarah dan Zain menetapkan bahwa hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator berikut, yaitu: (1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok; (2) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok (Susanto, 2013: 3).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa macam-macam hasil belajar yaitu pemahaman konsep, keterampilan proses, dan sikap. Keterampilan proses yang diteliti dalam penelitian ini yakni keaktifan, kerjasama, dan keberanian. Ketiga macam hasil belajar yang ada merupakan representasi dari tiga aspek yang harus dikuasai siswa yaitu aspek kognitif berupa pemahaman konsep, aspek psikomotor

(19)

berupa keterampilan proses, dan aspek afektif berupa sikap siswa. Macam-macam hasil belajar tersebut dapat dikatakan berhasil dikuasai apabila pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa mengalami peningkatan.

3) Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Gestalt (Susanto, 2013: 12) menyatakan bahwa :

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007), “Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal” (Susanto, 2013: 12). Secara rinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal sebagai berikut: a) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. b) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sagala (2011: 57) juga mengemukakan bahwa: Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti berikut: (1) kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scholastic

Aptitude Test); (2) menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata

pelajaran (Interest Inventory); (3) bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya (Differential Aptitude Test); (4) menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan

(20)

pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test); (5) stabilitas Psikis (tidak mengalami masalah penyesuaian diri dan seksual; (6) kesehatan jasmani; (7) lingkungan yang tenang; (8) kehidupan ekonomi yang memadai; (9) menguasai teknik belajar di sekolah dan luar sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri seperti kecerdasan, minat, bakat, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Selanjutnya, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti kompetensi guru, suasana lingkungan belajar, kondisi ekonomi keluarga, serta sarana dan prasarana sekolah.

e. Peningkatan

Adi (2014) mengemukakan bahwa peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan ialah proses atau cara yang dilakukan untuk menambah dan memperbaiki kualitas, keterampilan, serta kemampuan agar menjadi lebih baik daripada yang sebelumnya.

Peningkatan pembelajaran IPS kelas V SD adalah proses meningkatnya serangkaian kegiatan yang dirancang sedemikian rupa oleh guru terhadap siswa untuk mempelajari bahan pelajaran IPS tentang menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, sehingga terbentuk nilai, sikap, pemikiran logis, kritis, dan disiplin yang ditunjukkan

(21)

dengan hasil akhir sesuai tujuan yang diharapkan dan menjadi tolok ukur pembelajaran selanjutnya, yang bertolak pada proses belajar.

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray a. Pengertian Model pembelajaran

Joyce dan Weill (Huda, 2013: 73) menyatakan, “Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda.”

Soekamto (Shoimin, 2014: 23) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan sistematis yang dapat dipilih oleh seorang guru sebagai pola atau arah dalam menyampaikan materi pembelajaran serta memberikan pengalaman belajar pada siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Isjoni, 2013: 15) “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.” Sedangkan menurut Sunal dan Hans (Isjoni, 2013: 15) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan

(22)

atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

Menurut Rusman (2012: 202) Pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa saling berinteraksi dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota kelompok yang beranggotakan empat sampai enam anak yang bersifat heterogen untuk mengerjakan tugas, memecahkan masalah, memperoleh pengalaman belajar serta melatih tanggungjawab demi mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok.

c. Teknik dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif setidaknya ada beberapa teknik yang sering diterapkan. Lie (Isjoni, 2013: 112) menyebutkan bahwa ada tiga belas metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas, metode tersebut yaitu: 1) mencari pasangan; 2) bertukar pasangan; 3) berpikir-berpasangan-berempat; 4) berpikiran salam dan soal; 5) kepala bernomor; 6) kepala bernomor terstruktur; 7) dua tinggal dua tamu; 8) keliling kelompok; 9) kancing gemrincing; 10) keliling kelas; 11) lingkaran kecil lingkaran besar; 12) tari bambu; 13) bercerita berpasangan.

Selanjutnya, (Huda, 2015: 134) melengkapi teknik tersebut menjadi empat belas teknik yang seluruhnya menyertakan prosedur-prosedur yang jelas. Keempat belas metode tersebut antara lain: a) mencari pasangan (Make

A Match); b) bertukar pasangan; c) berpikir-berpasangan-membagi (Think-Pair-Share); d) berkirim salam dan soal; e) kepala bernomor (Numbered Heads Together); f) kepala bernomor terstruktur (Struktured Numbered

(23)

Heads); g) dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray); h) keliling kelompok;

i) kancing gemrincing; j) lingkaran dalam -lingkaran luar (Inside-Outside

Cricle); k) tari bambu; l) jigsaw; m) bercerita berpasangan (Paired Story Telling); dan n) keliling kelas.

Berdasarkan uraian yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat belas teknik dalam pembelajaran kooperatif. Sesuai dengan teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan, peneliti memilih teknik two stay two stray pada penelitian ini. Melalui teknik ini, siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut sehingga siswa juga dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa akan menemukan sendiri konsep yang akan ia pelajari.

d. Teknik Two Stay Two Stray

1) Pengertian Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Huda (2013: 207) Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Shoimin (2014: 222) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa tinggal di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik two

stay two stray adalah pembelajaran kooperatif beranggotakan empat orang

dengan tujuan saling bekerja sama dalam memecahkan masalah. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya.

(24)

2) Tujuan Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Huda (2013: 207) two stay two stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Lie (Shoimin, 2014: 222) menjelaskan bahwa struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan teknik two stay two stray adalah agar siswa dapat saling bekerja sama untuk memecahkan masalah dan memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain serta menumbuhkan sikap bertanggung jawab, saling membantu, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

3) Langkah-langkah Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Huda (2013 : 207) prosedur dalam pelaksanaan Two Stay

Two Stray sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe TS-TS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung.

b) Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing. c) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

(25)

d) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

e) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

f) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. h) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Shoimin (2014: 223) mengemukakan langkah-langkah teknik two stay

two stray adalah :

a) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

b) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

c) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e) Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti mengembangkan langkah-langkah teknik two stay two stray sebagai berikut: (1) guru membagi kelompok beranggotakan empat siswa yang bersifat heterogen, (2) guru memberikan materi sebagai subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok, (3) setiap kelompok bersama anggotanya membahas materi yang diterimanya, (4) setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain, (5) dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja kelompok mereka kepada tamu dari kelompok lain, (6) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, (7) kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka, dan (8) kelompok mempresentasikan hasil akhir secara bergantian dengan kelompok lain.

(26)

4) Kelebihan Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Shoimin (2014: 225) teknik two stay two stray memiliki beberapa kelebihan dalam pembelajaran, diantaranya yaitu:

a) Lebih mudah dipecah menjadi berpasangan. b) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan. c) Guru mudah memonitor.

d) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

e) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. f) Lebih berorientasi pada keaktifan.

g) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya. h) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

i) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. j) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar. 5) Kekurangan Teknik Two Stay Two Stray

Mengenai kekurangan teknik two stay two stray, Shoimin (2014: 225) mengemukakan bahwa setiap teknik pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kekurangan teknik two stay two stray antara lain:

a) Membutuhkan waktu yang lama.

b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan tenaga). d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

e) Membutuhkan waktu lebih lama.

f) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.

g) Jumlah genap bisa menyulitkan pembentukan kelompok.

h) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan guru.

i) Kurang kesempatan untuk memperhatikan guru 3. Penggunaan Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan wadah dari materi yang ingin disampaikan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang

(27)

ingin dicapai. Menurut Arsyad (2014: 4) “Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.

Criticos (Daryanto, 2010: 4) menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara atau pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat pengajaran atau perantara pengajaran yang dipakai untuk menyampaikan pesan, perhatian dan minat siswa dari komunikator menuju komunikan untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran berkembang pula dengan berbagai jenis dan format, seperti media audio, visual, video, tape recorder, radio, internet, dan sebagainya. Asyhar (2012: 44) membagi media kedalam empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia. Berikut ini penjelasan keempat jenis media tersebut:

1) Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini, pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya. Beberapa media visual antara lain: a) media cetak seperti buku, modul, jurnal, peta, gambar, dan poster, b) model dan prototipe seperti globe bumi, dan c) media realitas alam sekitar dan sebagainya.

2) Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera pendengaran. Media audio hanya mampu

(28)

memanipulasi suara semata. Contoh media audio yang umum digunakan yaitu tape recorder, radio, dan CD player.

3) Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan penglihatan dan pendengaran. Beberapa contoh media audio-visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.

4) Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran multimedia melibatkan indera penglihatan dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak, dan audio serta media interaktif berbasis komputer dan teknologi komunikasi informasi.

Selanjutnya, Schramm (Daryanto, 2010: 17) mengelompokkan media menurut kemampuan daya liput, yaitu (a) liputan luas dan serentak seperti Tv, radio, dan facsimile; (b) liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster, audio tape; (c) media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dan telpon.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis media pembelajaran secara umum dapat di kelompokkan menjadi empat jenis, yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia. c. Faktor Pemilihan Media Pembelajaran

Arsyad (2014: 75) menjelaskan bahwa kriteria pemilihan media adalah sebagai berikut:

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan, yang secara umum mengacu pada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi media yang berbeda.

(29)

3) Praktis, luwes, dan bertahan. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.

4) Guru harus mampu menggunakan media dengan terampil dalam proses pembelajaran.

5) Media yang digunakan harus sesuai dengan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.

6) Mutu teknis, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Susilana dan Riyana (2007: 69) menjelaskan ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media yaitu: 1) Kesesuaian dengan Tujuan, 2) Kesesuaian dengan Materi Pembelajaran, 3) Kesesuaian dengan Karakteristik Pembelajaran atau siswa, 4) Kesesuaian dengan Teori, 5) Kesesuaian dengan Gaya belajar Siswa, 6) Kesesuaian dengan Kondisi Lingkungan, Fasilitas Pendukung, dan Waktu yang Tersedia.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut yaitu: 1) Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) Sesuai dengan materi pembelajaran, 3) Tepat sasaran, dan 4) Praktis, luwes, dan bertahan. d. Multimedia

Gayeski (Munir, 2013: 2) mendefinisikan multimedia sebagai kumpulan media berbasis komputer dan sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan, menghantarkan, dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video dan sebagainya. Dengan kata lain, multimedia berarti kombinasi dari berbagai jenis media digital seperti teks, gambar, suara dan video menjadi sebuah aplikasi interaktif atau presentasi untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens.

Oblinger (Munir, 2013: 2) mengemukakan bahwa multimedia merupakan penyatuan dua atau lebih media komunikasi seperti teks, grafik,

(30)

animasi, audio dan video dengan ciri-ciri interaktivitas komputer untuk menghasilkan satu presentasi menarik.

Sedangkan Arsyad (2014: 162) menjelaskan bahwa multimedia adalah berbagai kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah kombinasi berbagai jenis media seperti teks, gambar, grafik, animasi, suara, dan video menjadi sebuah presentasi berbasis komputer untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa agar lebih mudah dan menarik.

e. Proses Perancangan Multimedia

Tropin (Munir, 2013: 95) mengembangkan bentuk proses perancangan multimedia sebagai berikut:

1) Analisis

Sebelum pembuatan media harus melakukan diagnosa pada bagian isi kurikulum, tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai dan bagaimana perbandingannya dengan format konvensional.

2) Pemilihan Teknologi

Penentuan teknologi apa yang akan digunakan untuk merealisasikan analisis kurikulum yang telah dilakukan. Pemilihan teknologi hardware dan software akan menentukan strategi belajar apa yang bisa dan tidak bisa digunakan. Oleh karena itu guru harus menentukan semuanya itu berdasarkan isi dan target yang akan digunakannya.

Asyhar (2012: 174) menjelaskan proses perancangan multimedia sebagai berikut:

1) Analisis

Langkah awal dari proses pembuatan bahan ajar berbasis multimedia adalah analisis karena, media yang dikembangkan untuk tujuan pembelajaran maka sudah tentu yang perlu dianalisis adalah kurikulum yang berlaku. Bagian mana dari kurikulum tersebut yang berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia.

(31)

2) Pemilihan Teknologi

Pada tahap ini, ditentukan teknologi apa yang akan digunakan untuk merealisasikan hasil analisis kurikulum yang telah dilakukan. 3) Merancang Desain

Setelah analisis selesai, dilanjutkan dengan perancangan desain media yang akan dibuat. Ini dimulai dari pencarian ide pengembangan, kira-kira seperti apa struktur navigasi untuk menampilkan bahan ajar multimedia tersebut. Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu disiapkan beberapa altenatif bentuk desain-desain tampilan serta materi-materi yang dibutuhkan seperti teks, gambar, suara, movie, file presentasi dan lain-lain.

4) Menyusun Storyboard dan Prototype

Stroryboard adalah diagram alur cerita dari bahan ajar multimedia

yang akan dibuat. Sedangkan prototype merupakan desain kasar untuk bahan ajar. Pada Storyboard sudah tergambar dengan jelas fragmen-fragmen atau bagian dari media. Misalnya, pembukaan, menu-menu navigasi, penyajian presentasi, kuis dan contoh-contoh kasus.

5) Identifikasi dan Pengumpulan Materi

Untuk memudahkan pembuatan media sebaiknya dibuatkan daftar kebutuhan yang mencakup teks, suara, gambar, animasi dan sebagainya. 6) Pembuatan Bahan Ajar Multimedia

Pada tahap ini sebaiknya setiap segmen cerita dibuat dalam modul-modul terpisah sehingga memudahkan dalam melakukan kontrol.

7) Uji Coba dan Fine Tuning

Bahan ajar multimedia yang sudah selesai dibuat diujicobakan ke beberapa user atau penggunaan untuk memperoleh masukan. Hasil uji coba ini digunakan sebagai bahan perbaikan yang disebut file tuning sehingga modul ajar berbasis multimedia tersebut siap didistribusikan.

Fauzi (2012) menjelaskan bahwa agar media pembelajaran yang telah dipilih dapat digunakan secara efektif dan efisien perlu menempuh tiga

(32)

langkah pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan atau penyajian, dan tindak lanjut.

1) Persiapan

Persiapan maksudnya kegiatan dari guru yang akan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru pada langkah persiapan diantaranya: a) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran serta mencantumkan media yang akan digunakan, b) mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, c) menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar dalam pelaksanaannya tidak terburu-buru.

2) Pelaksanaan/Penyajian

Guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti : a) yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap untuk digunakan, b) jelaskan tujuan yang akan dicapai, c) jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran, d) hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu konsentrasi dan ketenangan siswa.

3) Tindak lanjut

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang dibahas dengan menggunakan multimedia. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses perancagan multimedia yaitu: 1) analisis, 2) persiapan, 3)pemilihan teknologi, 4) merancang desain, 5) menyusun storyboard dan prototype, 6) idetifikasi dan pengumpulan materi, 7) pembuatan bahan ajar multimedia, 8) pelaksanaan, 9) uji coba, dan 10) tindak lanjut.

4. Penerapan Teknik Two Stay Two Stray dengan Multimedia

Teknik two stay two stray adalah pembelajaran kooperatif beranggotakan empat orang dengan tujuan saling bekerja sama dalam

(33)

memecahkan masalah. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan yang tamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya.

Multimedia diartikan sebagai kombinasi berbagai jenis seperti teks, gambar, grafik, animasi, suara dan video berbasis komputer untuk menghasilkan suatu presentasi agar lebih mudah dan menarik. Penerapan teknik two stay two stray dengan multimedia adalah suatu inovasi pembelajaran kelompok yang beranggotakan empat orang, dua orang sebagai tamu dan dua orang sebagai tuan rumah untuk memecahkan suatu masalah yang dikombinasikan dengan presentasi berbasis komputer agar lebih mudah dan menarik. Adapun langkah-langkah penggunaan teknik two stay two stray dengan multimedia adalah:

a. guru membagi kelompok beranggotakan empat siswa yang bersifat heterogen.

b. guru memberikan materi menggunakan multimedia secara singkat dan jelas.

c. guru memberikan pokok permasalahan kepada siswa berdasarkan materi yang diterimanya.

d. setiap kelompok bersama anggotanya membahas permasalahan yang diterimanya.

e. dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain. f. dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

kelompok mereka kepada tamu dari kelompok lain.

g. tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

h. kelompok mempresentasikan hasil akhir secara bergantian dengan kelompok lain.

Penggunaan multimedia dalam penelitian ini disesuaikan dengan materi pembelajaran setiap siklus. Tabel 2.1 berikut merupakan tabel penggunaan multimedia dalam pembelajaran IPS materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

(34)

Tabel 2.1 Penggunaan Multimedia

Siklus Materi Multimedia yang digunakan

1

Peristiwa 10 November 1945 di

Surabaya Powerpoint (Teks dan Gambar)

Pertempuran Ambarawa Powerpoint (Teks dan Gambar)

2 Pertempuran Medan Area Powerpoint (Teks dan Gambar) Bandung Lautan Api Powerpoint (Teks dan Gambar)

3

Perjanjian Linggarjati Powerpoint (Teks dan Gambar)

Tokoh perjuangan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia Powerpoint (Teks dan Gambar)

Penerapan teknik two stay two stray dengan multimedia adalah suatu inovasi pembelajaran kelompok yang beranggotakan empat orang, dua orang sebagai tamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya dan dua orang sebagai tuan rumah bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil diskusi kelompoknya untuk memecahkan suatu masalah yang dikombinasikan dengan presentasi berbasis komputer agar lebih mudah dan menarik.

5. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah judul penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu:

Pengembangan Multimedia Pembelajaran IPS untuk Siswa Sekolah Dasar oleh Yumarlin tahun 2012. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas III di SD BOPKRI Wirobrajan Yogyakarta. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Yumarlin dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan multimedia. Perbedaannya ada pada subjek penelitian Yumarlin mengadakan penelitian pada siswa kelas III SD BOPKRI Wirobrajan Yogyakarta, sedangkan peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas V SD Negeri Winong.

(35)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Ts-Ts) Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 8 Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat Tahun Ajaran 2013/2014 oleh Ni Komang Astri Mahyuni (2014). Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa kelas V di SD Negeri 8 Padangsambian, Denpasar. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil t hitung lebih dari t table yaitu sebesar 6,336 > 2,000 dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih dari pada kelas kontrol yaitu sebesar 78,50 > 70,58. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Astri Mahyuni dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji peningkatan pembelajaran pada siswa kelas V yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

Two Stay Two Stray. Perbedaannya terletak pada materi pembelajaran, Ni

Komang meneliti pembelajaran IPA. Sedangkan peneliti meneliti materi pembelajaran IPS.

Interactive Multimedia Cognitive Mind Mapping Approach in Learning

Geography oleh Manjit Singh Sidh and Noor Haitham Saleem pada tahun

2013. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa siswa lebih mudah menemukan dan menggaambarkan konsep geografi yang diajarkan dengan menggunakan multimedia. Penelitian tersebut sama-sama menggunakan multimedia dalam pelaksanaan pembelajarannya, dan memiliki subjek sama yaitu siswa sekolah dasar.

Using Cooperative Learning in Elementary Science Classrooms oleh

Mary Randsell (2003). Penelitian yang dilakukan oleh Mary Randsell diterapkan pada kelas IV dan V sekolah dasar. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif selain meningkatkan hasil belajar juga dapat meningkatkan kerja sama dan rasa saling menghargai perbedaan. Kesamaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan model kooperatif dan diterapkan di kelas V. Selanjutnya, perbedaan terletak pada materi pembelajaran dan tempat penelitian.

(36)

B. Kerangka Berpikir

Keadaan dan kondisi pembelajaran IPS di SD Negeri Winong ketika pembelajaran berlangsung, metode ceramah terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kurang memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasannya, selain itu guru jarang menggunakan media dan sesekalinya menggunakan media, media yang digunakan tidak melibatkan siswa secara aktif.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Winong, diperoleh data bahwa siswa mudah merasa bosan pada materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut ditandai dengan beberapa aktivitas siswa, diantaranya yaitu siswa berbicara dengan teman sebangku di luar materi pelajaran, siswa bercanda tanpa mendengarkan penjelasan dari guru, siswa bermain sendiri dan tidak serius dalam mengikuti pembelajaran, siswa membuat gaduh serta mengganggu temannya yang sedang memperhatikan penjelasan dari guru.

Penerapan teknik two stay two stray dengan multimedia untuk meningkatkan pembelajaran IPS dirasa sangat cocok, mengingat usia anak kelas V SD berada pada tahap perkembangan operasional konkret, anak telah mampu berpikir secara logis serta mulai melihat sesuatu berdasarkan persepsinya tetapi hanya melalui pengertian konkret, anak belum maksimal untuk berpikir secara abstrak. Langkah-langkah penerapan teknik two stay two

stray dengan multimedia yaitu: (1) guru membagi kelompok beranggotakan

empat siswa yang bersifat heterogen, (2) guru memberikan materi menggunakan multimedia secara singkat dan jelas, (3) guru memberikan pokok permasalahan kepada siswa berdasarkan materi yang diterimanya, (4) setiap kelompok bersama anggotanya membahas permasalahan yang diterimanya, (5) setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain, (6) dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja kelompok mereka kepada tamu dari kelompok lain, (7) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka

(37)

dari kelompok lain, (8) kelompok mempresentasikan hasil akhir secara bergantian dengan kelompok lain.

Dengan menggunakan teknik two stay two stray dengan multimedia dalam pembelajaran IPS tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia diharapkan siswa lebih aktif dalam berdiskusi, tanya jawab, menghargai, bekerjasama, dan bertanggungjawab. Hal ini dilakukan agar siswa lebih mudah menguasai atau menyerap materi yang diajarkan karena siswa merasa senang dengan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Pelaksanaan teknik

two stay two stray dengan multimedia yang terdiri dari delapan langkah apabila

dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V dengan pencapaian target 85% siswa memperoleh nilai ≥ KKM mapel IPS yaitu 70.

Gambar 2.1 berikut merupakan bagan kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas yakni penerapan teknik two stay two stray dengan multimedia untuk meningkatkan pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Winong tahun ajaran 2015/2016.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Aksesibilitas Masyarakat di Kenagarian Kambang Timur ke pasar Ganting dilihat dari jarak tempuh beragam, ada yang jaraknya dekat ada yang jauh, sehingga

Hal ini penting untuk mengukur pengaruh dari setiap kendala kerja terhadap penawaran tenaga kerja suami pada jam yang diinginkan dari istri, karena pekerjaan istri

Dengan melakukan pemeriksaan tersebut peneliti dapat membantu manajemen menilai apakah aktivitas pengelolaan persedian barang jadi telah dilakukan sesuai dengan prosedur

a) Air untuk pengadukan (air yang ditimbang atau diukur dibatching plant), es, air yang ditambahkan oleh operator truk, air bebas pada agregat-agregat, dan air yang masuk dalam

Anitah (2009 : 103), menyatakan bahwa “kerja kelompok merupakan metode pembelajaran yang memandang peserta didik dalam suatu kelas sebagai satu kelompok atau

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat kooperatif atau kelompok, di mana nantinya

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat Sistem Pendukung keputusan Penentuan Lokasi Baru Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation

Kegiatan penelitian dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat pada TB Rumah Buku dengan menggunakan konsep analisis SWOT