• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar Sosiologi

Belajar memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Dengan belajar manusia dapat meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

Dengan demikian manusia dapat mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya.

Suprijono (2014 : 3), menyatakan bahwa “belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.” Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, seperti halnya yang disampaikan oleh Gagne dalam Suprijono (2014:3) bahwa “belajar merupakan perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.” Sedangkan Harold Spears dalam Suprijono (2014:3) menyatakan bahwa “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow directions. Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.”

Dari definisi beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat dari segala pengalaman yang didapatkan melalui aktivitas-aktivitas yang dikerjakan oleh manusia.

Menurut Kunandar (2010:320 ), menyatakan bahwa :

Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioural change) pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan . Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahan relatif permanen, dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan – perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya.

Dari pendapat Kunandar tersebut, pada hakekatnya belajar melibatkan tiga hal pokok dalam prosesnya yaitu perubahan tingkah laku, sifat perubahan yang cenderung permanen dan disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya. Jadi, proses belajar ini merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku manusia yang sifatnya permanen dan terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan

(2)

sekitarnya. Belajar merupakan proses perubahan manusia baik itu berubah secara pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan segala aspek yang ada pada diri individu. Jika kita berbicara mengenai hakekat belajar, maka kita berbicara juga mengenai bagaimana perubahan dalam diri manusia itu terjadi.

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa belajar hanyalah suatu usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan saja. Pada dasarnya belajar tidaklah hanya perihal pengetahuan saja namun juga perihal tingkahlaku manusia. Namun, konsep belajar merupakan suatu usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan tidak sepenuhnya salah. Rebber dalam (Suprijono, 2014 : 3) mengatakan bahwa

“learning is the process of acquiring knowledge. Belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan.” Konsep ini dalam praktiknya sering dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan pengetahuan sebanyak- banyaknya kepada peserta didik. Proses belajar mengajar ini didominasi oleh aktivitas menghafal. Peserta didik dianggap sudah belajar jika mereka sudah hafal materi yang diberikan oleh guru. Namun, seiring perkembangan zaman definisi belajar sudah semakin luas tidak hanya sebagai perwujudan untuk menguasai ilmu pengetahuan saja namun juga aspek-aspek lain yang ada dalam kehidupan manusia salah satunya adalah sikap dan tingkah laku. Belajar tidak selamanya selalu tentang menghafal dan mengingat, namun juga ditandai dengan adanya perubahan pada diri manusia dalam segala aspek kehidupan.

Belajar sebagai suatu proses perubahan manusia tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dalam proses pembelajaran merupakan indikator pertama yang menentukan hasil belajar individu . Supriono (2014 : 5) menyatakan bahwa :

Tujuan belajar pada dasranya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan instructional affects, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant affects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dan peserta didik

”menghadapi” (live in) suatu system lingkungan belajar tertentu.

(3)

Dapat disimpulkan tujuan belajar adalah seseorang akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dimana pengetahuan dan ketrampilan tersebut belum dimiliki sebelumnya sehingga setelah melaksanakan proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang baru. Selain mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, melalui proses belajar seseorang juga akan mendapatkan peningkatan dalam berpikir kritis dan berperilaku.

Seseorang akan mampu untuk berpikir kritis dan kreatif, berpikiran terbuka dan demokratis, mampu menerima orang lain dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, serta memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma.

Selain hal tersebut diatas, tujuan dari pembelajaran yaitu mendapatkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang optimal dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang terlaksana juga maksimal. Ada korelasi antara hasil belajar dengan proses pembelajaran. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya,” (Sudjana, 2013:37). Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Sosiologi merupakan hasil usaha yang diperoleh dari peserta didik selama proses pembelajaran yang ditunjukan dengan adanya nilai pada tes yang telah diberikan.

Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat ditunjukan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang dinyatakan dengan angka atau nilai. Menurut Gagne dalam (Suprijono, 2014 : 5) hasil belajar berupa :

a. Informasi Verbal yaitu kapabilitas pengungkapan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

d. Keterampilan motorik yaitu keterampilan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2014 : 6) “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.” Domain kognif adalah

(4)

knowledge, comprehesion, application, analysis, synthesis, dan evaluations.

Domain afektif adalah reciving, responding, valuing, organization, characterization. Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, routinized.

Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dilakukan guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran Ekspositori dan Kerja Kelompok, digunakan untuk mengetahui hasil belajar Sosiologi dalam ranah kognitif. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, pada penelitian ini digunakan metode tes. Tes pada penelitian ini dilakukan satu kali pada setiap kelas yaitu setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Ekspositori dan Kerja Kelompok. Tes yang digunakan pada penelitian ini merupakan tes tertulis dengan bentuk objektif. Sudjana (2013 : 116) menyatakan bahwa, “tes sendiri terdiri dari tiga macam yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes tindakan.” Tes pada dasarnya digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan.

Baik buruknya hasil belajar peserta didik dalam suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya adalah cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sebagai guru yang professional, haruslah paham bagaimana strategi, model, dan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam penyampaian materi pembelajaran agar dapat menunjang hasil belajar peserta didik. Hal ini juga berlaku dalam mata pelajaran Sosiologi khusunya di SMA. Secara etimologis sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socius yang berarti kawan dan bahasa Yunani yaitu logos yang berarti kata atau berbicara. Jadi arti harfiah sosiologi adalah memperbincangkan teman, kemudian diperluas artinya yaitu berbicara mengenai masyarakat (Soekanto, 2005 : 18).

Adapun definisi sosiologi menurut beberapa ahli, yaitu :

a. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka maam gejala- gejala sosial maupun gejala-gejala non sosial.” (Soekanto, 2005 : 19)

(5)

b. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkof menyatakan bahwa “sosiologi merupakan penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.” (Soekanto, 2005 : 19)

c. Roucek dan Waren menyatakan bahwa “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dan kelompok.” (Soekanto, 2005 : 19) Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diambil satu definisi sosiologi yang mencakup segala aspek yang disebutkan oleh para ahli tersebut yaitu sosiologi adalah studi tentang masyarakat atau kelompok-kelompok sosial serta berbagai aspek yang ada dalam kehidupan masyarakat seperti nilai, norma, dan hukum- hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Unsur-unsur penting yang diselidiki dalam sosiologi adalah sistem-sistem soial beserta subsistem mereka, pranata-pranata sosial serta strktur sosial, dan semua perkumpulan, hubungan, kelompok, dan organisasi.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, mata pelajaran sosiologi merupakan mata pelajaran dari cabang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Seperti yang sudah peneliti jabarkan diatas, Sosiologi merupakan ilu yang mempelajari tentang masyarakat dan berbagai aspek dan unsur-unsur dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan kata lain, dalam pembelajaran Sosiologi, selain bertujuan untu menambah pengetahuan intelektual namun juga bertujuan untuk membentuk suatu perubahan perilaku peserta didik, khususnya dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain dituntut untuk menambah pengetahuan kognitif peserta didik mengenai sosiologi, dalam pembelajarannya, peserta didik juga dituntut untuk mencapai aspek afektif atau sikap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari- hari.

Hasil belajar sosiologi merupakan pencapaian dari tujuan-tujuan atau indikator-indikator pembelajaran yang telah disusun oleh guru mata pelajaran Sosiologi. Tujuan pembelajaran Sosiologi pada umumnya mencakup tiga ranah seperti yang sudah peneliti jabarkan diatas untuk mendapatkan hasil belajar Sosiologi yang maksimal maka indikator-indikator yang telah disusun oleh guru harus tercapai secara keseluruhan. Baik buruknya hasil belajar Sosiologi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slameto (2003:54) hasil belajar siswa

(6)

dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa (internal factor) dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (external factor). Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Pada dasarnya, mata pelajaran Sosiologi berisi materi-materi yang memiliki banyak teori-teori didalamnya. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat akan dapat mendukung hasil belajar Sosiologi peserta didik. Oleh karena itu, guru Sosiologi dituntut untuk menguasai berbagai model dan metode pembelajaran yang tepat dan dapat digunakan dalam pembelajaran Sosiologi. Dengan demikian, diharapkan peserta didik tidak hanya mengetahui materi yang dipelajari pada mata pelajaran Sosiologi namun juga dapat memahami dan mengimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Model dan Metode Pembelajaran

Seperti yang sudah peneliti kemukakan di atas, seorang guru yang baik haruslah mampu memilih cara pengajaran yang tepat. Salah satunya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Lalu, apakah model pembelajaran itu? Mills dalam (Suprijono, 2014 : 45) berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkunkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.” Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model, yang selama ini identik dengan dunia fashion juga terdapat dalam pembelajaran. Model pembelajaran menurut Joyce and Weil dalam Huda (2014 : 73) “merupakan rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pembelajaran diruang kelas atau di setting yang berbeda.”

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan konsep psikologi pendidikan dan teori belajar sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Menurut Arends dalam (Suprijono, 2014 : 46) “model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

(7)

pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.” Model-model pembelajaran dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu dengan meminta peserta didik untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Suprijono (2014) berpendapat bahwa ada tiga macam model pembelajaran yaitu ; model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperative dan model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran langsung mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.

Pembelajaran kooperative adalah pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran secara berkelompok. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.

Sedangkan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik harus menemukan konsep dari materi pelajaran melalui sebuah studi kasus yang diberikan oleh guru. Kedua model pembelajaran ini (pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student centered dimana dalam praktiknya tingkat keaktifan dan partisipasi siswa lebih ditonjolkan.

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola dalam pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, dan bagaimana cara mengelola kelas agar bisa sesuai dengan kurikulum dan tujuan belajar dapat tercapai dengan maksimal. Dalam model pembelajaran terdapat banyak sekali metode-metode pembelajaran yang dapat diterpakan oleh guru. Guru dapat memvariasikan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas karena tidak setiap materi Sosiologi dan tidak setiap kelas dapat diterapkan metode pembelajaran yang sama. Apakah definisi metode pembelajaran itu sendiri?

Banyak yang menganggap model dan metode pembelajaran adalah hal yang sama. Pada dasarnya model dan metode pembelajaran memiliki pengertian yang berbeda. Metode pembelajaran cangkupannya lebih sempit dibandingkan dengan

(8)

model pembelajaran. Secara umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Sedangkan secara khusus, metode pembelajaran diartikan sebagai beberapa cara atau teknik yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Aqib (2013:102), menyatakan bahwa “metode pembelajaran adalah suau cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Metode juga merupakan teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.” Selain itu pendapat lain mengatakan “metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal,” (Sanjaya, 2009 : 147). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Beberapa ahli menyebutkan jenis-jenis metode pembelajaran sebagai berikut : a. Metode Ceramah

Sudjana (2013 : 77) menyatakan bahwa “ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek apabila penggunaanya betul-betul disiapkan dengan baik dan didukung alat serta media yang mendukung.” Metode ceramah memang identik dengan metode yang membosankan dan tidak variatif. Namun, menurut Sudjana (2013 : 77) seperti dikutip di atas, metode ceramah tidak selalu merupakan metode yang jelek. Dengan cara penyampaian yang bervariasi dan didukun sarana dan prasarana yang tepat, maka metode ini juga dapat menjadi metode yang menarik untuk pembelajaran. Metode Ceramah dapat divariasikan dalam pelaksanaannya. Metode ceramah dapat dikombinasikan dengan metode-metode lain agar lebih menarik lagi.

Salah satunya adalah metode Ekspositori. Metode ekspositori merupakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode tanya jawab dan pemberian tugas. Dengan demikian keterpusatan pada guru sedikit berkurang.

b. Metode Tanya Jawab

(9)

“Metode tanya Jawab adalah metode belajar yang yang memungkinkan terjadinya komunikasi secara langsung yang bersifat two way trafic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dengan siswa.” Sudjana (2013 : 78). Jadi dalam metode ini, guru dengan siswa melakukan interaksi yang cukup intens dan dengan metode ini terjadi hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik.

c. Metode Diskusi

Menurut Sudjana (2013 : 79), “diskusi merupakan tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama, yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.”

d. Metode Demonstrasi

Sanjaya (2009 : 152), menyatakan “metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau sekadar tiruan.”

e. Metode Simulasi

“Metode Simulasi merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, dan keterampilan tertentu.” (Sanjaya, 2009 : 159)

f. Metode Kerja Kelompok

Anitah (2009 : 103), menyatakan bahwa “kerja kelompok merupakan metode pembelajaran yang memandang peserta didik dalam suatu kelas sebagai satu kelompok atau mebagi-bagi kelas dalam kelompok- kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.” Jadi, kerja kelompok merupakan metode pembelajaran dimana peserta didik bekerja dalam sebuah kelompok dalam memahai materi pembelajaran yang diberikan. Kerja kelompok sendiri dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan berbagai variasi metode. Salah satunya adalah dengan memadukan metode kerja kelompok dengan diskusi kelompok dan sebuah

(10)

group tournament untuk mendapatkan suasan pembelajaran yang lebih hidup dan menyenangkan.

g. Metode Pembelajaran Ekspositori

Metode pembelajaran Ekspositori sering disamakan dengan metode Ceramah. Pada dasarnya metode ekspositori dalam penyampaiannya memang menggunakan teknik ceramah, namun berbeda dengan metode ceramah, metode ekspositori mengkombinasikan metode ceramah dengan metode lain. Dalam kata lain, metode Ekspositori sering disebut juga metode ceramah bervariasi. Dalam metode Ekspositori, biasanya guru mengkombinasikan metode ceramah dengan metode tanya jawab dan pemberian tugas. Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014 : 165) “metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Penggunaan metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta, konsep, dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru.”

Pada dasarnya ada banyak sekali metode pemelajaran yang disampaikan oleh beberapa pakar pendidikan dalam buku-bukunya. Seperti misalnya Nana Sudjana dalam bukunya “Dasar-dasar proses Belajar Mengajar” yang diterbikan tahun 2013. Sudjana menyebutkan ada 14 jenis metode dalam mengajar. Hal ini tentunya menjadikan acuan untuk guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi kelas yang diajar. Guru dapat memvariasikan metode-metode pembelajaran untuk mencipatakan pembelajaran yang menyenangkan namun tidak mengurangi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, ada beberapa metode pembelajaran yang paling sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran diantaranya adalah metode Ekspositori dan Kerja Kelompok.

Metode Ekspositori dan Metode Kerja Kelompok, merupakan metode pembelajaran yang paling banyak di gunakan oleh guru. Kedua metode ini cukup

(11)

sederhana dan banyak diminati oleh guru terutama guru Sosiologi dimana dalam pembelajarannya banyak menggunakan teori dan konsep. Kedua metode pembelajaran ini walaupun sama-sama sederhana, namun pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dapat berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membandingkan hasil belajar Sosiologi siswa dengan menggunakan Metode Ekspoditori dan Metode Kerja Kelompok sebagai metode pembelajarannya.

3. Metode Pembelajaran Ekspositori

Dalam sebuah pembelajaran di kelas, guru memilki peran yang penting.

Dimyati (2002:173) menyatakan “peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut (i) penyusun program pembelajaran, (ii) pemberi informasi yang benar, (iii) pemberi fasilitas belajar yang baik, (iv) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan (v) penilai pemeroleha informasi.” Selain itu Dimyati (2002 : 173) juga menyatakan bahwa “peranan siswa dalam proses pembelajaran adalah : (i) pencari informasi yang benar, (ii) pemakai media dan sumber yang benar, (iii) menyelesaikan tugas sehubungan dengan penilaian guru.”

Dari pendapat tersebut, guru diartikan sebagai seseorang yang memegang kendali dalam pembelajaran di kelas, sedangkan siswa hanya sebagai objek dalam pembelajaran. Dengan demikian, maka pendapat tersebut mengarah pada pendekatan teacher centered dalam proses pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang menggukana pendekatan teacher centered adalah Metode pembelajaran Ekspositori. Pembelajaran Ekspositori ini disampaikan langsung oleh guru kepada peserta didiknya dengan maksud agar materi dapat tersampaikan secara maksimal dan peserta didik dapat memahami materi pelajaran secara optimal. Metode pembelajaran Ekspositori sering disamakan dengan metode Ceramah. Pada dsarnya metode ekspositori dalam penyampaiannya memang menggunakan teknik ceramah, namun berbeda dengan metode ceramah, metode ekspositori mengkombinasikan metode ceramah dengan metode lain. Dalam kata lain, metode Ekspositori sering disebut juga metode ceramah bervariasi. Dalam metode Ekspositori, biasanya guru mengkombinasikan metode ceramah dengan

(12)

metode tanya jawab dan pemberian tugas. Menurut Haniyah dan Jauhar (2014 : 165)

Metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Penggunaan metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta, konsep, dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru.

Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode ekspositori merupakan metode pembelaran yang menggunakan teknik ceramah yang dikombinasikan dengan metode lain sehingga lebih variatif. Metode Ekspositori ini pusat pengajarannya pada guru, dimana guru memberikan informasi, menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan ketrampilannya mengenai suatu pola, memberi kesempatan bertanya, dan memberikan contoh soal dimana siswa diminta mengerjakannya.

Metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh pengajar atau guru sebagai metode pembelajaran dikelas. Metode Ekspositori ini merupakan model yang sangat sederhana dimana guru hanya perlu menyampaikan materi secara langsung kepada peserta didik, kemudian dalam penyampaiannya guru menyertakan tanya jawab tentang materi yang disampaikan.

Beberapa karakteristik Metode Ekspositori menurut Sanjaya (2009 : 179) adalah sebagai berikut :

a. Metode Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pembelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini, oleh karena itu sering menidentikannya dengan ceramah;

b. Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafalkan sehingga tidak menuntut siswa untuk bertutur ulang;

c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharpkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang sudah diuraikan.

Seperti halnya metode pembelajaran lainnya, metode pembelejaran Ekspositori juga memiliki prosedur dalam pelaksanaannya. Prosedur metode pembelajaran Ekspositori menurut Sanjaya (2009: 185-187) adalah sebagai berikut :

(13)

a. Persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peseeta didik untuk menerima pelajaran. Dalam metode Ekspositori, langkah pertama merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan metode ekpositori sangat bergantng pada tahap persiapan.

b. Penyajian

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh peserta didik. Dalam penyajian hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bahasa, intonasi suara, kontak mata dengan peserta didik, dan gurauan di sela-sela proses pembelajaran.

c. Menghubungkan

Langkah menghubungkan atau korelasi adalah lankah menhubungkan materi pelajaran dengan pengalaman eserta didik atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan peserta didik dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilkinya.

d. Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam model Ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan peserta didik akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian. Menyimpulkan materi berarti meberikan keyakinan pada peserta didik tentang kebenaran suatu paparan. Dengan demikian, peserta didik tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru.

e. Penerapan

Langkah penerapan adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam pembelajaran Ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang bisa dilakukan pada langkah ini diantaranya, dengan membuat tuga yang relevan dengan materi yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan memberi test yang sesuai dengan materi tersebut.

Metode pembelajaran Ekspositori pada hakekatnya sering dianalogikan sebagai metode ceramah. Metode ceramah sangat digemari oleh guru sebagai metode pembelajaran. Hal ini dikarenakan metode ceramah dalam pelaksanaannya sangat sederhana. Popham dan Baker dalam Hamiyah dan Jauhar (2014 : 166), menyatakan bahwa “penyajian ceramah bersifat formal, yang biasanya berlangsung selama 45 menit, maupun informal yang berlangsung hanya 5 menit.”

Sedangkan Margono (1989 : 30), menyatakan bahwa “metode ceramah merupakan metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal dengan

(14)

dilengkapi alat bantu audio visual, tanya jawab, demonstrasi, diskusi singkat dan sebagainya dimana komunikasi yang terjalin adalah komunikasi satu arah.” Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan metode pembelajaran dimana penyampaiannya dilakukan secara langsung dan verbal oleh guru serta dapat dikombinasikan dengan media maupun metode lainnya.

Penggunaan metode ekspositori ini pada dasarnya menggunakan pendekatan teacher centered atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Namun dalam pemeblajaran dengan menggunakan metode ekspositori ini, tingkat keterpusatan pembelajaran pada guru sudah cukup berkurang. Hal ini dikarenakan pembelajaran ini menggunakan metode ceramah yang divariasikan dengan metode tanya jawab dan penugasan oleh guru. Adanya variasi ini tentunya menjadikan metode ini tidak terlalu monoton dan dapat memancing interaksi antara siswa dan guru. Namun, kelemahan metode ini adalah tergantung pada kondisi kelas yang diajar. Jika kelas yang diajar siswanya tidak aktif, maka metode ini tidak akan berjalan dengan maksimal. Namun, hal ini dapat diatasi bila guru dapat memancing siswa untuk aktif dalam pembelajaran terutama dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4. Metode Pembelajaran Kerja Kelompok

Dalam dunia pendidikan, guru dianggap sebagai pemegang kekuasaan terhadap kelas dalam pembelajaran. Namun paradigma tersebut saat ini sudah mulai berubah sedikit demi sedikit. Dalam dunia pendidikan saat ini, bukan hanya guru saja yang berhak berbicara dalam proses pembelajaran namun siswa atau peserta didik juga memilki hak yang sama untuk berbicara. Saat ini sudah banyak sekali metode-metode pembelajaran yang menekankan pada tingkat keaktifan dan partisioasi siswa dikelas. Model pembelajaran seperti ini dinamakan dengan model pembelajaran dengan pendekatan Student Centered. Model pembelajaran dengan pendekatan student centered adalah pembelajaran dimana siswa menjadi subjek dalam kegiatan pembelajaran. Dalam implementasinya pembelajaran dengan pendekatan student centered, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam sebuah pembelajaran dengan pendekatan student centered, terjadi dialog interakif antara guru dengan

(15)

peserta didik dan peserta didik dengan guru. Ada komunikasi dua arah yang terjadi dalam pembelajarannya sehingga terdapat hubungan timbal balik.

Pembelajaran dengan pendekatan student centered memiliki banyak variasi metode pemlajaran yang dapat digunakan oleh guru. Salah satunya adalah metode Kerja Kelompok. Anitah (2009 : 103), menyatakan bahwa “kerja kelompok merupakan metode pembelajaran yang memandang peserta didik dalam suatu kelas sebagai satu kelompok atau mebagi-bagi kelas dalam kelompok- kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.” Jadi, kerja kelompok merupakan metode pembelajaran dimana peserta didik bekerja dalam sebuah kelompok dalam memahai materi pembelajaran yang diberikan. Kerja kelompok sendiri dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan berbagai variasi metode. Misalkan dengan mengkolaborasikan metode kerja kelompok dengan sebuah permainan sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih hidup. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok, maka kerjasama antar siswa dapat terjalin dengan baik dan juga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. pengelompokan sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar terdiri dari satu kelas sedangkan kelompok kecil, dalam satu kelas peserta didik dibagi-bagi ke dalam beberapa sub unit kelompok. Pembagian kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun biasanya yang paling banyak dilakukan adalah pengelompokan secara random atau acak dengan menunjuk siswa secara langsung, menggunakan undian, atau yang lainnya. Selain itu pengelompokan juga dapat dilakukan dengan membagi kelompok sesuai urutan absen ataupun urutan tempat duduk.

Sudjana, (2013 : 82), menyatakan bahwa kelopok dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

a. Kelompok jangka pendek. Kelompok jangka pendek artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok tersebut hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental.

b. Kelompok jangka panjang. Kelompok jangka panjang artinya, janka waktu kerja dalam kelompok tidak hanya pada saat itu saja, melainkan dalam periode waktu tertentu. Misalkan seorang guru memberikan tugas terstruktur dengan jangka waktu satu semester.

(16)

Metode pembelajaran Kerja Kelompok dapat divarasikan menjadi metode- metode pembelajaran yang lebih menyenangkan untuk pembelajaran. Metode Kerja Kelompok dapat dikombinasikan dengan metode games dan tournament secara beregu. Dalam penelitian ini nantinya akan digunakan kerja kelompok dengan menkombinasikannya dengan sebuah tournament yang dilakukan secara berkelompok. Ada banyak cara lain untuk memvariasikan metode kerja kelompok ini. Hal ini tentunya dapat disesuaikan dengan materi pelajaran, situasi dan kondisi kelas, serta kemampuan peserta didik.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpilkan bahwa kerja kelompok merupakan salah satu metode pembelajaran yang berdasarkan pada Cara Belajar Siswa Aktif atau CBSA. Metode kerja kelompok dapat digunakan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa. Kerja Kelompok sendiri juga dapat memupuk rasa kebersamaan dan tanggung jawab individu terhadap kelompoknya. Menurut oeneliti, kerja kelompok dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang efektif terutama dalam penemuan konsep dan penanaman aspek afektif pada siswa. Kerja kelompok juga dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa.

B. Kerangka Berpikir

Dalam suatu kegiatan pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu proses pembelajaran yang optimal. Proses pembelajaran dapat dikatan berjalan secara optimal hasil belajar peserta didik mencapai standar yang telah diberikan.

Pencapaian hasil belajar yang baik harus diimbangi dengan pembelajaran yang baik pula. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menyenangkan dan tidak mengurangi pemahaman siswa terhadap materi. Untuk menciptakan pembelajaran yang baik guru harus pintar dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan. Untuk itu guru harus mampu memilih dan menentukan model mengajar yang tepat. Sehingga materi yang disajikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pemakaian metode yang tepat dapat meningkatkan keaktifan

(17)

siswa dalam pembelajaran, sedangkan penggunaan metode yang tidak tepat akan menghambat proses belajar mengajar.

Metode pembelajaran Ekspositori dan Kerja Kelompok, meupakan metode pembelajaran yang sederhana dan diminati oleh guru. Dalam Ekspositori dan Kerja Kelompok, tentunya terdapat perbedaan baik itu proses maupun hasilnya.

Melalui penelitian ini akan dibuat mekanisme pembelajaran dengan menggunakan dua metode pembelajaran yang diterapkan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran Kerja Kelompok dan kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran Ekspositori, dimana nantinya hasil belajar kedua metode pembelajaran akan dibandingkan antara hasil belajar dengan metode pembelajaran Kerja Kelompok dengan hasil belajar metode pembelajaran Ekspositori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar Sosiologi antara metode pembelajaran Ekspositori dan Kerja Kelompok.

Mekanisme berpikir diatas dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

(18)

C. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan antara penggunaan metode pembelajaran Ekspositori dan Kerja Kelompok terhadap hasil belajar Sosiologi siswa kelas XI IIS SMA N 1 Boyolali.

2. Terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran Ekspositori dan Kerja Kelompok terhadap hasil belajar Sosiologi siswa kelas XI IIS SMA N 1 Boyolali.

3. Terdapat besar pengaruh penggunaan metode pembelajaran Ekspositori dan Kerja Kelompok terhadap hasil belajar Sosiologi siswa kelas XI IIS SMA N 1 Boyolali.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu algoritma yang dapat digunakan untuk menemukan association rule adalah Algoritma Apriori yang dapat menampilkan informasi berupa nilai support dan

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Penyelenggaraan program studi tersebut saat ini dirasakan adanya kebutuhan yang cukup mendesak untuk terbukanya akses untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman