• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trisnawati * Indra Ibrahim ** Ahmad Zaini ** *Mahasiswa ** Dosen Pembimbing Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Trisnawati * Indra Ibrahim ** Ahmad Zaini ** *Mahasiswa ** Dosen Pembimbing Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Guru BK dalam Membantu Penyesuaian Diri Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SMK N 4 Padang Oleh: Trisnawati * Indra Ibrahim ** Ahmad Zaini ** *Mahasiswa ** Dosen Pembimbing

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK

Trisnawati (09060074), The Teachers’ Effort of BK Helps Adaptation for Special Necessity of Participant at SMK N 4 Padang, Skripsi Program Study of Bimbingan and Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2014

The research is done based phenomenon which is happened in the field where special necessity of participant with normal participant gather knowledge in education world so that special necessity of participant is difficult to adapt oneself in life. The purpose of this research is to describe: 1) The teachers’ effort of BK helps adaptation for special necessity of participant to learn, 2) The teachers’ effort of BK helps adaptation for special necessity of participant with friends. The kinds of this research is Descriptive Research that give purpose to describe real condition. The subject of the research is special necessity of participant amount 15 person. The data collection uses questionaires. Meanwhile, the data analysis uses percentage formula. The result of this research expresses that 1) The teachers’ effort of BK helps adaptation for special necessity of participant in learning process 60,00% in category good enough, 2) The teachers’ effort of BK helps adaptation for special necessity of participant with friends 46,67% in category least good.

Key Word : Guidance and Counseling, Students Special Necessity, Learning Activities, With Friends

Pendahuluan

Pada hakikatnya peserta didik merupakan unsur yang terlibat langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok untuk dijalani oleh peserta didik. Menurut Syah (2002:63) bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam jenjang pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu semua tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami atau dijalani oleh peserta didik.

Untuk mencapai hasil belajar yang baik ada beberapa faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar diri individu itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syah (2002:144) ada dua faktor yang mempengaruhi belajar, yang pertama adalah faktor internal yaitunya faktor dari dalam diri individu yang meliputi aspek fisiologis, seperti keadaan mata, telinga, tangan, dan

lain sebagainya, serta aspek psikologis seperti intelegensi, motivasi, dan kepribadian. Kemudian yang kedua yaitunya faktor eksternal atau faktor dari luar diri individu yang meliputi lingkungan sosial, dan lingkungan non sosial.

Penyesuaian diri sebagai proses ke arah hubungan yang harmonis baik tuntutan internal maupun eksternal. Dalam kehidupan semua manusia menginginkan kesempurnaan dalam menyesuaikan diri termasuk anak berkebutuhan khusus. Seperti, mereka ingin sempurna dalam memenuhi kebutuhan, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, serta dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Penyesuaian diri sulit terwujud karena banyak faktor yang mempengaruhi sehingga seluruh kebutuhan tidak dapat terealisasi.

Guru BK SMK N 4 Padang mengatakan bahwa dalam proses belajar peserta didik berkebutuhan khusus digabungkan dengan peserta didik yang normal lainnya. Peserta didik berkebutuhan

(2)

khusus juga mendapatkan guru, materi, serta proses belajar yang sama dengan peserta didik lainnya. Namun permasalahan yang muncul setelah peserta didik berkebutuhan khusus bersamaan dengan peserta didik yang normal lainnya adalah sulitnya dalam menyesuaikan diri, misalnya peserta didik berkebutuhan khusus diasingkan bergaul dengan teman-temannya karena mereka berbeda dengan peserta didik yang normal, kemudian peserta didik berkebutuhan khusus merasa canggung di kelas dan sulit memperoleh teman dalam belajar serta tidak di anggap dalam kelompok bermain. Selain itu, sifat pendiam yang dimiliki oleh peserta didik berkebutuhan khusus juga dapat membuat mereka sulit dalam menyesuaikan diri dengan teman sebaya sehingga peserta didik berkebutuhan khusus lebih memilih menyendiri dibandingkan bergabung dengan anak-anak yang normal karena peserta didik berkebutuhan khusus merasa takut menjadi bahan ejekan teman-temannya (Guru BK SMK N 4 Padang).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMK N 4 Padang pada tanggal 25 Febuari 2013 mengatakan bahwa masih ditemukan peserta didik berkebutuhan khusus yang belum mampu menyesuaikan diri dengan baik. Seperti, sulit bergaul dengan teman sebaya karena mereka merasa berbeda dengan peserta didik yang normal, peserta didik berkebutuhan khusus yang menyendiri dan tidak dianggap dalam kelompok karena mereka takut jadi bahan ejekan teman-temannya, kemudian peserta didik berkebutuhan khusus yang merasa sulit dalam menyesuaikan diri dalam belajar dengan teman di kelas padahal anak-anak berkebutuhan khusus memiliki potensi besar untuk maju.

Permasalahan ini tidak terlepas dari tanggung jawab guru BK karena guru BK adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu peserta didik dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya sehingga dapat berkembang secara optimal. Untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan penyesuaian diri yang baik.

Dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami bagaimana

upaya-upaya yang telah dilakukan oleh guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus di SMK N 4 Padang. Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik meneliti tentang “ Upaya Guru BK dalam Membantu Penyesuaian Diri Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SMK N 4 Padang.”

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a) Upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajar di SMK N 4 Padang, b) Upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dengan teman sebaya di SMK N 4 Padang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap: a) Upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajar di SMK N 4 Padang, b) Upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dengan teman sebaya di SMK N 4 Padang.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:”Bagaimana upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus di SMK N 4 Padang ?.”

Nurihsan (2009:30), menyatakan bahwa guru BK adalah guru pembimbing yang memiliki kemampuan dan kualitas kepribadian yang baik, memiliki pengetahuan dan keahlian professional tentang pelayanan bimbingan dan konseling, serta psikologi pendidikan yang sesuai dengan tugas dan profesinya.

Hikmawati (2011:23), menyatakan tugas dari guru BK adalah sabagai berikut:

a. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.

b. Melaksanakan tindak lanjut hasil analisis evaluasi.

c. Menganalisis hasil evaluasi.

d. Mengevaluasi proses hasil layanan bimbingan dan konseling.

e. Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling. f. Melaksanakan layanan bidang

bimbingan.

g. Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling.

h. Merencanakan program bimbingan dan konseling.

i. Memasyarakatkan bimbingan dan konseling.

(3)

Desmita (2009:191) menyatakan bahwa penyesuaian diri itu merupakan suatu konstruk psikologis yang luas dan kompleks, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri imdividu itu sendiri. Dengan kata lain, masalah penyesuaian diri menyangkut seluruh aspek kepribadian individu dalam imteraksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya.

Jadi, penyesuaian diri pada prinsipnya adalah suatu proses yang mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwijud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Desmita 2009:193).

Sundari (2005:40) mengemukakan macam-macam penyesuaian diri antara lain : a. Penyesuaian Diri terhadap Keluarga /

Family Adjustment

b. Penyesuaian Diri terhadap Sosial/Social Adjustment.

c. Penyesuaian Diri terhadap Sekolah /School Adjustment

Siswanto (2007:36) menjelaskan bahwa individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita.

b. Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stres dan kecemasan

.

c. Mempunyai gambaran diri yang positif

tentang dirinya.

d. Kemampuan untuk mengekpresikan perasaannya.

e. Relasi interpersonal baik.

Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (Ali dan Asrori 2011:176) setidaknya melibatkan tiga unsur, yaitu : a. Motivasi.

b. Sikap terhadap realitas, dan c. Pola dasar penyesuaian diri.

Sunarto (2002:224) menyatakan bahwa karakteristik penyesuaian diri terbagi atas dua macam yaitu penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah. a. Penyesuaian Diri Secara Positif. b. Penyesuaian Diri yang Salah / Negatif

Menurut Fatimah (2006:207) bahwa pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu :

1. Penyesuaian Diri Pribadi. 2. Penyesuaian Diri Sosial.

Desmita (2009:196) mengemukakan bahwa faktor-faktor mempengaruhi penyesuaian diri dilihat dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik. Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu, terutama pengalaman khusus yang membentuk perkembangan psikologis. Pengalaman khusus ini lebih banyak berkaitan dengan latar belakang kehidupan keluarga, Sementara itu dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor iklim lembaga sosial di mana individu terlibat di dalamnya. Bagi peserta didik, faktor sosiopsikogenik yang dominan mempengaruhi penyesuaian dirinya adalah sekolah.

Kustawan (2013: 17) menyatakan bahwa anak berkebutuhan Khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus ini memerlukan apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (berier to lerning and development).

Pengertian anak berkebutuhan khusus mencakup anak-anak yang memiliki kelebihan dan keunggulan dari anak-anak normal ( jenius, gibted, and talented) dan anak-anak yang memiliki kekurangan dari anak-anak normal (Iswari, 2008:42).

Klasifikasi anak berkebutuhan khusus menurut Sumekar (2009:19) adalah :

a.

Klasifikasi Berdasarkan Aspek

Fisiologis

:

1) Gangguan penglihatan. 2) Gangguan pendengaran.

3)

Gangguan fisik dan kesehatan ( anak dengan intelegensi di atas rata-rata, anak slow lerner dan anak dengan intelektual di bawah rata-rata.

b. Klasifikasi Berdasarkan Aspek Sosiologi:

1) Anak yang mengalami penyimpangan sosial.

(4)

c. Klasifikasi dan etilogi anak berkebutuhan khusus.

Klasifikasi dan etilogi anak berkebutuhan khusus dilihat dari kelaianan penglihatan, kelaianan pendengaran, kelaianan bicara, kelaianan kecerdasan, kelaianan tubuh atau fisik, dan kelainan penyesuaian diri.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, menurut Sukmadinata (2010:72) penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fanomena-fanomena yang ada, baik fanomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, kesamaan dan perbedaannya dengan fanomena lain.

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 1 Oktober-4 Oktober 2013 di SMK N 4 Padang dan yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik berkebutuhan khusus di SMK N 4 Padang dengan populasi sebanyak 15 orang dan seluruh populasi tersebut di jadikan sampelnya karena jumlah anak berkebutuhan khusus di SMK N 4 Padang tersebut hanya berjumlah 15 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dari peserta didik berkebutuhan khusus yang menjadi sampel penelitian peneliti di SMK N 4 Padang adalah menggunakan angket. Data diolah dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Yusuf (2005:365) dengan rumus sebagai berikut:

P = x 100

Keterangan:

P = Persentase jawaban F = Frekuensi jawaban n = Jumlah Responden

Hasil dan Pembahasan Penelitian

1. Upaya Guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajar di SMK N 4 Padang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 15 responden, dapat diketahui bahwa upaya guru BK dalam membantu penyesuain diri peserta didik berkebutuhan khusus dalam

kegiatan belajar di SMK N 4 Padang secara umum berada pada kategori cukup baik yaitu 60,00%. Namun pada indikator lain masih berada pada kategori yang kurang baik, Berikut diuraikan keterangan berdasarkan masing-masing indikator yaitu :

a. Upaya Guru BK dalam Melakukan Pengembangan Kecakapan Belajar.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam melakukan pengembangan kecakapan belajar untuk membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus berada pada kategori cukup baik yaitu sebanyak 53,33%. Hal ini harus lebih di tingkatkan lagi oleh guru BK sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

Menurut Iswari (2008:116) jika kerja sama antara guru BK dan guru mata pelajaran berjalan dengan baik dalam rangka mengembangkan kecakapan belajar terhadap anak berkebutuhan khusus maka kecakapan anak tersebut dalam mengikuti kegiatan dan aktivitas belajar di sekolah dapat dikembangkan dengan baik dan benar dalam rangka meraih kebahagiaan untuk bisa hidup mandiri.

b. Upaya Guru BK dalam Membimbing Untuk Memiliki Keterampilan Belajar.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam membimbing untuk memiliki keterampilan belajar untuk membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 46,67% dan berada pada kategori kurang baik. Hal ini sangat perlu untuk diperbaiki oleh guru BK agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat memiliki keterampilan belajar yang baik sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Efendi (2005:26) pendidikan keterampilan dalam belajar yang diberikan kepada anak berkelaianan selain berfungsi selektif, edukatif, rekreaif, dan terapi juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam kehidupannya kelak sehingga dapat membimbing anak berfikir logis,

(5)

berperasaan halus, dan memiliki kemampuan untuk bekerja.

c.

Upaya Guru BK dalam Membimbing Menggunakan Sarana Dan Prasarana Belajar Secara Efektif.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam membimbing menggunakan sarana dan prasarana belajar secara efektif untuk membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 60,00% dan berada pada kategori cukup baik. Hal ini harus dapat ditingkatkan lagi oleh guru BK agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan dirinya menggunakan sarana dan prasarana belajar secara efektif guna menunjang keberhasilan peserta didik dalam kegiatan belajar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari (2008:110) partisipasi aktif dalam memotivasi minat yang tinggi menjadi indikasi terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas dalam rangka mencapai pendidikan yang lebih tinggi, maka seorang guru harus menimbang :

1. Penggunaan sarana dan fasilitas sesuai untuk belajar anak kebutuhan khusus.

2. Pengelolaan kelas yang tepat sesuai dengan kelainan yang dialami anak kebutuhan khusus.

3. Suasana sosio emosional yang menyenangkan.

d. Upaya Guru BK dalam Membimbing Mengenal Diri Pribadi

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam membimbing mengenal diri pribadi untuk membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 40,00% dan berada pada kategori cukup baik. Hal ini harus dapat ditingkatkan lagi oleh guru BK agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat memahami konsep dirinya, kemampuan yang dimilikinya, dan dapat memotivasi dirinya.

Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Efendi (2005:21) untuk memberikan pendidikan atau bimbingan kepada anak berkebutuhan khusus sebaiknya memperhatikan beberapa aspek penting yang harus ditumbuhkembangkan dalam kaitannya

dengan upaya penyesuaian diri anak, antara lain:

Self help (kemampuan menolong diri sendiri), self Supporting (kemampuan memotivasi diri sendiri), self Concept (kemampuan memahami diri sendiri), self Care (kemampuan memelihara diri), self

Orientation (kemampuan mengarahkan diri).

e. Upaya Guru BK dalam Membimbing Mengenal dan Memanfaatkan Lingkungan Belajar.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam membimbing mengenal dan memanfaatkan lingkungan belajar untuk membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 53,33% dan berada pada kategori kurang baik. Hal ini sangat perlu untuk diperbaiki oleh guru BK agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat memanfaatkan lingkungan belajar dengan baik sehingga mereka dapat mengatur luangnya dan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif.

Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Kustawan (2013:79) pemanfaatan lingkungan belajar dapat dilakukan dengan membuat jadwal atau pembagian waktu, mengisi waktu luang, dan memilih kegiatan yang cocok pada jam-jam bebas di luar jam pelajaran. f. Upaya Guru BK dalam Membimbing

Kelompok Belajar.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam membimbing kelompok belajar untuk membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 60,00% dan berada pada kategori kurang baik. Hal ini sangat perlu untuk diperbaiki oleh guru BK agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat memahami cara belajar dalam kelompok dan bergaul secara baik dengan anggota kelompok belajar.

Menurut Efendi (2005:24) bekerja kelompok sabagai salah satu dasar mendidik anak berkelaianan, agar mereka sebagai salah satu anggota masyarakat dapat bergaul

(6)

dengan masyarakat lingkungannya, melalui kelompok belajar tersebut mereka dapat memahami bagaimana cara bergaul dengan orang lain secara baik dan wajar.

2.

Upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dengan teman sebaya di SMK N 4 Padang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 15 responden, dapat diketahui bahwa upaya guru BK dalam membantu penyesuain diri peserta didik berkebutuhan khusus dengan teman sebaya di SMK N 4 Padang secara umum berada pada kategori kurang baik yaitu 46,67%. Namun diindikator lain masih berada pada kategori cukup baik, Berikut diuraikan keterangan berdasarkan masing-masing indikator yaitu :

a. Upaya Guru BK dalam Memberikan Kesempatan Untuk Berpartisipasi Dalam Kegiatan Sosial.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial untuk dapat membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 40,00 % dan berada pada kategori baik. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial ini harus ditingkatkan lagi oleh guru BK, karena melalui hubungan sosial peserta didik berkebutuhan khusus dapat belajar banyak, melatih bekerja sama dengan peserta didik lain/normal dan dapat menyesuaikan diri dengan teman sebayanya.

Menurut Iswari (2008:16) pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus tidak cukup hanya diberikan dalam bentuk keterampilan pada dirinya sendiri, tetapi peserta didik juga diberi bekal keterampilan untuk hidup berpartisipasi dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dimana kehidupan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi sangat bermakna juga bagi masyarakat dan lingkungan dimana mereka tinggal.

b. Upaya Guru BK dalam Melakukan Aktivitas Rekreatif dan Edukatif.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam melakukan aktivitas rekreatif dan edukatif untuk dapat membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 60,00% dan berada pada kategori kurang baik, hal ini disebabkan karena tidak ada jam guru BK untuk masuk kelas sehingga program bimbingan dan konseling kurang berjalan dengan baik, seharusnya guru BK dapat membimbing anak untuk dapat melakukan rekreatif dan edukatif.

Menurut Efendi (2005:27) problem kejiwaan yang dialami oleh anak berkelainan merupakan konsekwensi atas ketunaan yang di deritanya dan kondisi tersebut kian bertambah intensitasnya jika keluarga atau lingkungan tidak memberi atau melakukan aktivitas yang rekreatif dan edukatif.

c. Upaya Guru BK dalam Membimbing Anak untuk Dapat Menerima Ketunaan Secara Realistis.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam membimbing anak untuk dapat menerima ketunaan secara realistis untuk dapat membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 40,00% dan berada pada kategori kurang baik. Hal ini harus dapat diperbaiki oleh guru BK kerena jika anak telah dapat menerima kekurangannya maka mereka akan merasa percaya diri dan tidak merasa asing lagi dengan lingkungannya sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Efendi (2005:22) yaitu: Sikap menerima kondisi anak berkebutuhan khusus sebagaimana adanya dan wajar, sangat membantu perkembangan anak berkebutuhan khusus dalam memahami dirinya secara realistis sehingga kelainan fisik, mental, dan sosio emosional ditanggapi sebagai suatu variasi kehidupan yang harus dialami.

Jadi menurut pernyataan di atas, jika anak berkebutuhan khusus sudah bisa menerima ketunaan yang dialaminya itu maka mereka

(7)

beranggapan kalau ketunaan itu merupakan sesuatu yang biasa. d. Upaya Guru BK Mengarahkan

dalam Meniti Kehidupan Masa Depan yang Lebih Baik.

Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK mengarahkan dalam meniti kehidupan masa depan yang lebih baik untuk dapat membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 46,67% dan berada pada kategori cukup baik. Hal ini harus lebih ditingkatkan lagi oleh guru BK dengan melakukan kerja sama yang baik antara guru BK dengan orangtua peserta didik berkebutuhan khusus tentang arah masa depan peserta didik berkebutuhan khusus.

Menurut Efendi (2005:23) kemampuan mengarahkan diri pada anak berkebutuhan khusus lebih merujuk pada apa yang mungkin dilakukan dan mana yang tidak perlu dilakukan. Kemampuan ini akan menempatkan anak berkebutuhan khusus agar tetap dalam proporsinya sehingga keberadaannya dalam situasi tertentu tidak merasa dipaksa atau memaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin. e. Upaya Guru BK dalam

Menanamkan Rasa Percaya Diri. Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam menanamkan rasa percaya diri untuk dapat membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 66,67% dan berada pada kategori kurang baik. Hal ini harus dapat diperbaiki oleh guru BK sehingga peserta didik berkebutuhan khusus memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam belajar dan dalam situasi apapun agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Filker dan Hoffman (2002:32) sejatinya guru yang baik dapat memberikan arahan agar peserta didik memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam belajar dan dalam situasi apapun. Agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliknya.

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus di SMK N 4 Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya guru BK dalam membantu penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya, melakukan pengembangan kecakapan belajar berada pada kriteria cukup baik, membimbing untuk memiliki keterampilan belajar berada pada kriteria kurang baik, membimbing menggunakan sarana dan prasarana secara efektif dan membimbing mengenal diri pribadi berada pada kriteria cukup baik, dan membimbing menganal dan memanfaatkan lingkungan belajar serta membimbing kelompok belajar oleh guru BK berada pada kriteria kurang baik. 2. Upaya guru BK dalam membantu

penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus dengan teman sebaya juga dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial berada pada kriteria baik, melakukan aktifitas rekreatif dan edukatif serta membimbing anak untuk dapat menerima ketunaan secara realistis berada pada kriteria kurang baik, mengarahkan dalam meniti kehidupan masa depan yang lebih baik berada pada kriteria cukup baik, dan menanamkan rasa percaya diri oleh guru BK berada pada kriteria kurang baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti ingin mengajukan berupa saran kepada :

1. Guru BK, agar dapat menghargai dan menerima peserta didik berkebutuhan khusus dengan baik, serta dapat membantu dan mengarahkan peserta didik berkebutuhan khusus dalam menjalani kehidupan yang lebih baik serta guru BK diharapkan agar

(8)

dapat menambah pengetahuan dan keterampilan tentang anak berkebutuhan khusus.

2. Guru mata pelajaran, agar dapat memperhatikan dan memberikan perlakuan yang baik kepada anak berkebutuhan khusus agar mereka berhasil dalam pendidikan.

3. Kepala SMK N 4 Padang, supaya dapat memberikan sosialisasi yang terkait menghargai dan menerima peserta didik berkebutuhan khusus untuk dapat melakukan aktivitas rekreatif dan edukatif, serta dapat mengarahkan peserta didik dalam meniti kehidupan yang lebih baik dan kepala sekolah diharapkan agar bisa mengirim guru BK untuk mengadakan pelantikan.

4. Dinas pendidikan, agar dapat mendukung program kepala sekolah dalam memberikan sosialisasi kepada guru pembimbing.

5. Pengelola program studi, agar lebih mempersiapkan tenaga bimbingan dan konseling yang terampil dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada peserta didik berkebutuhan khusus.

6. Peneliti selanjutnya, agar meneliti lebih mendalam lagi tentang penyesuaian diri peserta didik berkebutuhan khusus.

Kepustakaan

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Efendi, Mohammad. 2005. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung : CV Pustaka Setia Filker dan Hoffman. 2002. Anak

Berkelainan dalam Belajar. Bandung : Pustaka Setia

Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Press

Iswari,Mega, 2008. Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Padang:UNP Press

M. Ali dan M.Asrori. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Bumi Aksara Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Belajar :

Raja Grafindo Persada

Nurhisan, Achmad Juntika. 2009. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Rafika Aditama

Kustawan, Dedy. 2013. Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : PT Luxima Metro Media

Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Rineka Cipta

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta : CV Andi Offset

Sumekar, Ganda. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus Cara Membantu Agar Berhasil dalam Pendidikan Inklusi. Padang : UNP Press

Sunanrto dan Hartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes (Malt)) sebagai kompos/pupuk organik dengan sedimen Danau Tondano sebagai media tanam

ketidakjujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. Berdasarkan observasi pada hari Senin 8 Oktober2012 di SMA Negeri 1 Dua Koto Kabupaten Pasamaan,

Tingkat konformitas membabi buta mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat dapat dikategorikan tinggi yaitu dengan persentase sebesar 82,02%, yang

Artikel studi kasus merupakan laporan dari suatu kejadian atau kasus baik di bidang klinik, patologis maupun bidang lainnya yang dipandang perlu untuk dipublikasikan tetapi

Seperti halnya insinerasi, maka karena yang digunakan sebagai bahan adalah sampah yang sangat heterogen, maka akan dihasilkan by-product lain seperti gas pencemar, dioxin,

Tersedianya unsur hara ini, dibantu dengan adanya cendawan yang bersimbiosis dengan akar tanaman dimana akar yang terinfeksi oleh mikoriza akan memiliki daya jelajah yang

Dengan melihat pentingnya informasi rasio-rasio keuangan perusahaan dan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

banyak menyumbangkan peserta yaitu sebanyak 844.100 peserta selama 2018 atau setara dengan 42% total di seluruh dunia dan seletah diamati mayoritas peserta