• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA IMUNISASI BAGI BIBIT TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENTINGNYA IMUNISASI BAGI BIBIT TANAMAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA IMUNISASI BAGI BIBIT TANAMAN

Oleh

Embriani

BBPPTP Surabaya

Sektor perkebunan merupakan sub-sektor pertanian yang memegang peranan strategis dalam perekonomian Ditinjau dari tingkat produksi dan ekspor yang kian meningkat beberapa produk perkebunan Indonesia sudah menjadi komoditas unggulan di kancah Internasional. Di masa yang akan datang prospeknya akan terus menarik pasar mengingat permintaan dunia akan komoditas ini selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, diperlukan produk perlindungan tanaman yang berkualitas dan terpercaya, sebagai upaya melindungi budidaya tanaman perkebunan dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Sistem budidaya atau penyediaan bibit tanaman perkebunan yang sehat merupakan hal mutlak perlu dilakukan karena dapat mencegah terjadinya gangguan yang disebabkan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), baik berupa hama, penyakit dan gulma. Salah satu upaya perbaikan budidaya yang dapat dilakukan adalah memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman dengan kata lain pemberian IMUNISASI BAGI TANAMAN antara lain dengan pemberian pupuk sangat berperan memenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman, dengan jalan menekan pemakaian pupuk anorganik yang dapat menyebabkan degradasi lahan bila pemakaian secara terus menerus.

Alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan hara tanaman adalah dengan cara meningkatkan perhatian terhadap aplikasi pupuk hayati karena kegunaannya yang dapat menyediakan sumber hara bagi tanaman, melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, menstimulir sistem perakaran supaya berkembang sempurna sehingga memperpanjang usia akar, dan sebagai penawar racun beberapa logam berat. Disamping itu aplikasi pupuk hayati dapat menekan pemakaian pestisida sampai 50% dan meningkatkan kadar bahan organik tanah, sehingga pendapatan petani dapat meningkat 30% (Damanik et al., 2011).

Menurut Suhendry (2012) dalam Ernaningtyas (2012) bahwa penggunaan bibit tidak bermutu akan berakibat :

(2)

1. Tanaman yang tidak berkualitas memiliki heterogenitas tinggi, pertumbuhannya lambat dan produktivitas rendah.

2. Pemeliharaan yang tidak optimal tidak memberikan manfaat.

3. Tidak ada sistem eksploitasi yang mampu memberikan hasil tinggi dalam jangka panjang secara konsisten.

Penggunaan bibit yang berkualitas yang membawa sifat genetik unggul mutlak harus dilaksanakan. Bibit bermutu haruslah secara fisik memenuhi ukuran pertumbuhan yang normal, secara fisiologi memiliki daya hidup yang baik, dan secara genetis terdiri dari klon yang asli dan murni.

Kendala yang sering dialami dalam pembibitan antara lain :

 Pertumbuhan bibit yang kurang optimal akibat kurangnya unsur hara.  Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

 Cekaman Kekurangan Air.

Trichoderma spp. dan Mikoriza

Penggunaan Trichoderma spp. dan mikoriza diharapkan mampu sebagai imunisasi bagi tanaman. Jamur Trichoderma spp. merupakan salah satu mikroorganisme fungsional dan agen hayati yang dikenal sebagai biofungisida dan sebagai organisme pengurai. Jamur mikoriza adalah golongan jamur mutualistik yang berasosiasi dengan akar pertanaman dan bermanfaat bagi tanaman seperti: 1. Meningkatkan penyerapan unsur hara, utamanya unsur P.

2. Meningkatkan toleransi ketahanan tanaman terhadap patogen akar, 3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekurangan air.

Menurut Islami dan Utomo (1995) pemanfaatan jamur mikoriza telah terbukti dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, menaikkan luas permukaan serapan sistem perakaran terutama bagi tanah yang kurang subur yang kandungan haranya rendah.

Ketahanan Tanaman

Aspek lain dari pengendalian secara hayati yang masih belum banyak diteliti adalah pengendalian secara tidak langsung dengan mekanisme induksi ketahanan atau sering juga disebut dengan imunisasi. Tuzun dan Kuc (1990)

(3)

mengemukakan bahwa ketahanan tanaman dapat terinduksi dengan inokulasi patogen, bukan patogen dan metabolit mikroorganisme.

Mekanisme induksi ketahanan yang diduga berperan penting adalah kemampuan mikroorganisme menghasilkan senyawa yang dapat menjadikan signal bagi tanaman untuk menghasilkan metabolik sekunder yang bersifat anti mikroba seperti fitoaleksin (Habazar dan Rifai, 2000). Beberapa senyawa yang dipunyai oleh mikroorganisme yang berperan sebagai signal tersebut adalah lipopolisakarida, siderofor dan asam salisilat (Habazar, 2001).

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan salah satu pupuk hayati yang

didefenisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Penyediaan hara ini dapat berlangsung simbiotis dan nonsimbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan terhadap lingkungan maka sebagian kecil petani beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik (Simanungkalit et al., 2006).

Mikoriza merupakan struktur yang terbentuk karena asosiasi simbiosis mutualisme antara cendawan tanah dengan akar tanaman tingkat tinggi. Sedikitnya terdapat lima manfaat mikoriza bagi perkembangan tanaman yang menjadi inangnya, yaitu meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah, sebagai penghalang biologis terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan ketahanan inang terhadap kekeringan, meningkatkan hormon pemacu tumbuh, dan menjamin terselenggaranya siklus biogeokimia. Dalam hubungan simbiosis ini, cendawan mendapatkan keuntungan nutrisi (karbohidrat dan zat tumbuh lainnya) untuk keperluan hidupnya dari akar tanaman (Noli et al., 2011).

Inveksi mikoriza dapat berpengaruh negatif terhadap jamur patogen. Apabila mikoriza lebih dahulu mengkolonisasi akar, maka akan menjadi kompotitor dalam mendapatkan tempat infeksi, makanan, oksigen, serta faktor lain sebagai kelangsungan hidup dan perkembangannya, oleh karena itu mikoriza berkemampuan untuk menekan perkembangan patogen tanah (Haryono, 1989).

Mikoriza dapat menyediakan unsur hara essensial yang dapat menyusun perkembangan tanaman seperti unsur P untuk pembentukan energi dan meningkatkan kecepatan tumbuh tanaman. Unsur hara P juga berfungsi sebagai pembentukan akar dimana akar adalah bagian vegetatif dari tanaman yang

(4)

menyokong pertumbuhan tanaman itu sendiri. Tersedianya unsur hara ini, dibantu dengan adanya cendawan yang bersimbiosis dengan akar tanaman dimana akar yang terinfeksi oleh mikoriza akan memiliki daya jelajah yang luas dikarenakan hifa-hifa dari mikoriza akan keluar dari bagian korteks menembus lapisan kulit luar akar tanaman, sesuai pernyataan Wangiyana et al (2007) yang menyatakan fungi mikoriza arbuskular (FMA) dapat dipergunakan untuk memperluas bidang serapan akar tanaman, untuk meningkatkan penyerapan air dan unsur hara, dan bahkan akar tanaman yang berasosiasi dengan FMA dinyatakan dapat mempunyai daya jelajah volume tanah mencapai 100 kali akar tanaman yang sama tetapi tanpa mikoriza.

Menurut Brundrett et al, 1996 struktur FMA dapat berfungsi sebagai pelindung biologi terhadap patogen akar karena :

1. Terdapatnya selaput hifa yang berfungsi sebagai penghalang masuknya patogen,

2. mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat lainnya sehingga tercipta lingkungan tidak sesuai bagi perkembangan patogen,

3. FMA dapat mengeluarkan antibiotik yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan patogen,

4. Akar tanaman yang sudah terkolonisasi FMA tidak dapat atau sulit dipenetrasi oleh patogen karena patogen harus berkompetisi dengan FMA terlebih dahulu.

Inokulasi FMA dapat mempengaruhi respon fisiologis dan biokimia, melalui peningkatan aktivitas enzim dan kandungan senyawa kimia yang menghambat perkembangan patogen (Ming & Hui 1994; Pfleger & Linderman 2000).

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Brundrett, M., Bougher, N., Dell, B, Grove, T. & Malajczuk, N. 1996. Working

With Micorrhyzas in Forestry and agriculture. Aciar. Canberra.

Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum. 2011. Kesuburan

Tanah dan Pemupukan. Cet. Ke.2. USU Press, Medan.

Ernaningtyas, Y. 2012. Standar Mutu Bahan Tanam Karet (Hevea brasiliensis)

Untuk Batang Atas Dan Batang Bawah.http://ditjenbun.deptan.go.id/

bbp2tpmed/index.php?option=com_content&view=article&id=136:standar-mutu-bahan-tanam-karet-hevea-brasiliensis-untuk-batang-atas-dan batang-bawah. Diaksespada tanggal 29 September 2015.

Habazar, T dan F, Rivai, 2000. Dasar – Dasar Bakteri Patogenik Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Habazar, T., 2001. Aspek Imunisasi Dalam Pengendalian Penyakit Tanaman

Secara Hayati. Orasi Ilmiah Pada Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-

47. 30 November 2001. Fakultas pertanian Universitas Andalas.

Haryono H, 1989. Peranan Mikorisa Vesikuler Arbuskular Pada Induksi

Ketahanan Sistemik Tanaman Tembakau Terhadap Penyakit Lanas.

Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Islami, T. dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang.

Ming, T. & Hui, C. 1994. The effect of vesicular arbuscular mycorrhyzas on

resistance of poplar to a cancer fungus (dothiorella gregaria). In

Brundett et al. 1994. Mycorrhyzas for plantation forestry in asia. proceeding of an international symposium and workshop kaiping, guangdong. china.

Noli, Z. A., Netty, W.S., E.M. Sari. 2011. Eksplorasi Cendawan Mikoriza

Arbuskula (CMA) Indigenous yang Berasosiasi dengan Begonia resecta di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB). Prosiding

Seminar Nasional Biologi : Meningkatkan Peran Biologi dalam Mewujudkan National Achievment with Global Reach. Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara, Medan.

Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Tuzun, S. Kuc, 1991. Plans Imunizatio: an Alternative to Pesticides for

Control of Plants Disease in the Greenhause Ang Fild. Of the

International Seminar Biological Control of Plants Disease ang Virus Vector. Food Fertilizer Tech. Center for the Asian and Fasific Region. Tsyukaba Japan. September 20-21.

(6)

Wangiyana, W., Megawati, S., dan Hanafi, A., 2007. Respon Tanaman Kedelai

terhadap Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular dan Pupuk Daun Organik. Agroteksos 17(3). Jombang, Nopember 2015 Penulis I POPT Pertama Nuryanti, SP NIP. 197209182002122001 Penulis Embriani, SP NIP. 197510082009122002 Mengetahui,

Koordinator Fungsional POPT Kepala

Sie. Jaringan Laboratorium

Kepala Bidang Proteksi

Erna Zahro’in. SP NIP. 197604222006042001

Drs. Anang Susilo NIP. 196207311992031001

Ir. Anita Lindiati NIP. 196208041989032001

Referensi

Dokumen terkait

Alasan penting pada sekelompok tandem digambarkan sebagai suatu lingkaran, dimana fragmen A dan B mengandung unit berulang, dan fragmen C merupakan akhir dari

Model kecepatan untuk perhitungan hiposenter adalah model kecepatan banyak lapis (multi layers) di dalam medium yang telah diparameterisasi ke dalam setiap elemen

Kelompok kontrol akan tetap diberikan pakan standar, sedangkan kelompok perlakuan akan diberikan yoghurt koro pedang selama 3 minggu (hari ke-19 sampai 39).. Pengukuran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah pada materi pokok kinematika dengan analisis vektor di kelas XI IPA SMA N

pengaruh masing-masing kriteria terhadap sub kriteria, dan tingkat pengaruh sub kriteria terhadap alternatif yang diberikan. 3) Dalam penentuan atribut sub kiteria

[r]

Pada dasarnya pupuk hayati berbeda dengan pupuk anorganik, seperti Urea, SP 36, atau MOP sehingga dalam aplikasinya tidak dapat menggantikan seluruh hara yang

Philo melandaskan penafsirannya terhadap perintah kedua ini dari terjemahan Alkitab bahasa Yunani (LXX). Dalam tafsir Philo terhadap perintah kedua ini, Philo