• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

NOMOR 29 TAHUN 2004 T E N T A N G

IJIN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN DI KABUPATEN LUMAJANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG

Menimbang : a. bahwa sebagai implementasi Undang - undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dalam rangka melaksanakan kewenangan pemberian perijinan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor : 145 / K / 10 / MEM / 2000, tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah, perlu pengaturan pemanfaatannya ;

b. bahwa untuk mewujudkan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka dipandang perlu mengatur pemberian ijin dimaksud dengan Peraturan Daerah .

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah - daerah Kabupaten dan lingkungan Propinsi Jawa Timur ( Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 9 ) ;

2. Undang - undang Nomor 11 Tahun 1967, tentang Ketentuan Pokok - pokok Pertambangan ( Lembaga Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831 ) ; 3. Undang undang Nomor 11 Tahun 1974, tentang Ketentuan

-Ketentuan Pokok Pengairan ( Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046 ) ; 4. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Hukum

Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209 ) ;

5. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699 ) ;

(2)

6. Undang - undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 ) ;

7. Undang - undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 ) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982, tentang Tata Pengaturan Air ( Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 ) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, tentang Pelaksanaan Kitab Undang – undang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258 ) ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2952 ) ;

11. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999, tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang – undangan dan Bentuk Rancangan Undang – undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70 ) ;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997, tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2001, tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-Produk Hukum Daerah ;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001, tentang Bentuk Produk - Produk Hukum Daerah ;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001, tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah ;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001, tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah ;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 – 67 Tahun 2002, tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota ; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 20 Tahun

2000, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Lumajang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 17 Tahun 2002 .

Dengan Persetujuan :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TENTANG IJIN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN DI KABUPATEN LUMAJANG .

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lumajang ;

2. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ;

3. Pemerintahan Kabupaten adalah penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Kabupaten dan DPRD menurut asas Desentralisasi ;

4. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia ;

5. Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang – undangan ;

6. Bupati adalah Bupati Lumajang ;

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lumajang sebagai Badan Legislatif Daerah ;

8. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat yang berwenang untuk mengatur, mengendalikan dan mengawasi penyelenggaraan di bidang pertambangan berdasarkan peraturan perundang – undangan ;

9. Kantor Kas Daerah adalah Kantor Kas Daerah Kabupaten Lumajang ;

10. Air Bawah Tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan yang mengandung air dibawah permukaan tanah termasuk didalamnya mata air yang muncul secara alamiah diatas permukaan tanah ;

11. Air Permukaan adalah air yang berada diatas permukaan bumi, baik berupa air sungai maupun air laut ;

12. Pengambilan Air Bawah Tanah yang di lakukan secara penggalian, pengeboran atau dengan cara membuat bangunan menurap lainnya untuk dimanfaatkan airnya atau tujuan lainnya ;

13. Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah adalah ijin atas kuasa untuk mengambil air bawah tanah untuk keperluan industri, pertambangan, usaha di bidang perkebunan, perikanan, peternakan, air minum, penelitian alamiah dan usaha jasa lainnya ;

14. Pengeboran Air bawah Tanah adalah pembuatan sumur bor oleh suatu perusahaan yang telah mendapat ijin usaha dari Bupati untuk bergerak dibidang pengeboran air bawah tanah ; 15. Ijin Pengambilan Air Permukaan adalah ijin atas kuasa untuk

mengambil air permukaan dengan cara memompa, membendung / menurap untuk untuk memenfaatkan airnya bagi keperluan industri, pertambangan, perikanan dan jasa lainnya ;

16. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan

(4)

firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya .

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK Pasal 2

Dengan nama Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dipungut biaya atas penyelenggaraan pelayanan untuk mendapatkan Surat Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah dan Ijin Pengambilan Air Permukaan .

Pasal 3

Obyek Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pelayanan yang diberikan atas pemberian Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah dan Ijin Pengambilan Air Permukaan .

Pasal 4

Subyek Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah orang atau badan hukum yang memperoleh Surat Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah dan Ijin Pengambilan Air Permukaan .

BAB III

JENIS IJIN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

Pasal 5

Jenis Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, terdiri dari :

1. Ijin Pengeboran Air Bawah Tanah ( SIP ) ; 2. Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah ( SIPA );

3. Ijin Pemanfaatan Air Permukaan yang terdiri air Sungai dan Air Laut .

BAB IV

KETENTUAN PEMANFAATAN

Pasal 6

( 1 ) Peruntukan pemanfaatan Air Bawah Tanah untuk keperluan air minum merupakan prioritas utama diatas segala keperluan lain ;

( 2 ) Urutan prioritas peruntukan Air Bawah Tanah sebagai berikut : a. Air minum ;

b. Air untuk rumah tangga ;

c. Air untuk peternakan dan pertanian sederhana ; d. Air untuk irigasi ;

(5)

e. Air untuk industri ;

f. Air untuk pertambangan ; g. Air untuk usaha perkotaan ; h. Air untuk kepentingan lainnya ;

( 3 ) Urutan prioritas peruntukan pemanfaatan air bawah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ), dapat berubah dengan memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat ;

( 2 ) Pemanfatan air permukaan dapat digunakan Kepentingan indutri , pertambangan , perikanan dan jasa lainya .

BAB V

KETENTUAN PERIJINAN

Pasal 7

Setiap kegiatan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan yang dilakukan oleh perorangan dan atau badan hukum harus mendapat ijin .

Pasal 8

Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukaan yang dilakukan oleh perorangan hanya dikenakan terhadap kegiatan bagi kepentingan usaha, tidak termasuk usaha pertanian rakyat .

Pasal 9

Ijin Pengeboran Air Bawah Tanah ( SIP ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, berlaku selama 6 ( enam ) bulan dan dapat diperbarui untuk diperpanjang lagi .

Pasal 10

Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah ( SIPA ) dan Ijin Pemanfaatan Air Permukaan yang terdiri air Sungai dan Air Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, berlaku selama 3 ( tiga ) tahun dan dapat diperbarui untuk diperpanjang lagi .

Pasal 11

( 1 ) Ijin sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3, diajukan secara tertulis kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk ; ( 2 ) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), dapat diberikan

sepanjang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan pertimbangan dari instansi berkait ;

( 3 ) Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup, pemegang ijin wajib menyusun dan melaksanakan ketentuan - ketentuan dalam dokumen AMDL , UKL dan UPL ;

(6)

a. Keperluan air minum, rumah tangga dan kepentingan pengairan kepentingan rakyat ;

b. Keperluan penelitian, penyelidikan, eksplorasi air bawah tanah yang dilakukan oleh instansi/ lembaga Pemerintah atau badan usaha swasta yang telah memperoleh pengesahan atau ijin dari Direktur Jendral ;

c. Pembuatan Sumur Pemantau. Pasal 12

Tata cara dan persyaratan pengajuan ijin serta bentuk surat ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati .

BAB VI

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 13

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif pemberian Surat Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan didasarkan atas tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan .yang meliputi biaya survey lapangan dan penelitian dalam rangka pengawasan dan pengendalian.

BAB VII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 14

( 1 ) Atas penerbitan Surat Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dikenakan biaya ;

( 2 ) Struktur dan besarnya tarif pungutan pemberian Surat Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, sebagai berikut :

a. Ijin Pengeboran ( SIP ) :

1. Untuk sumur kesatu dikenakan sebesar Rp 500.000,00 ( lima ratus ribu rupiah ) ;

2. Untuk sumur kedua dikenakan sebesar Rp 600.000,00 ( enam ratus ribu rupuah ) ;

3. Untuk sumur ketiga dikenakan sebesar Rp 750.000,00 ( tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ) ;

b. Setiap pemberian Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah ( SIPA ) dikenakan sebesar Rp 100.000,00 ( seratus ribu

rupiah ) ;

c. Setiap Ijin Pemanfaatan Air Permukaan baik Air Sungai

maupun Air Laut dikenakan sebesar Rp 100.000,00 ( seratus ribu rupiah ) .

(7)

BAB VIII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 15

( 1 ) Sistim dan tatacara pemungutan pemberian Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan diatur dalam Keputusan Bupati ;

( 2 ) Hasil Pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), disetor ke Kantor Kas Daerah .

BAB IX

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 16

Wilayah pemungutan Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah wilayah Kabupaten Lumajang.

BAB X

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 17

( 1 ) Pembayaran harus dibayar lunas sekaligus ;

( 2 ) Tata cara pembayaran dan tempat pembayaran ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XI

KEWAJIBAN PEMEGANG IJIN Pasal 18

Setiap Pemegang Ijin diwajibkan untuk :

a. Membayar biaya ijin dan kewajiban memenuhi pembayaran pajak ;

b. Menjaga kelestarian lingkungan ;

c. Menaati semua ketentuan yang tercantum dalam surat ijin ; d. Menaati semua peraturan perundang - undang tentang air

bawah tanah dan lingkungan hidup serta peraturan perundangan lainnya ;

e. Melaporkan hasil kegiatannya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk .

Pasal 19

( 1 ) Pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan harus digunakan sesuai dengan ijin yang diberikan ;

( 2 ) Pemegang ijin pengambilan air bawah tanah dan air permukaan wajib memberikan sebagian air yang diperoleh untuk kepentingan masyarakat sekitarnya apabila diperlukan .

(8)

BAB XII

PENCABUTAN SURAT IJIN Pasal 20

Surat ijin dicabut karena :

a. Habis masa berlakunya dan tidak dilakukan perpanjangan ; b. Atas permohonan pemegang ijin ;

c. Pemegang ijin melanggar syarat-syarat yang ditentukan dalam surat ijin .

Pasal 21

( 1 ) Terhadap ijin yang telah berakhir masa berlakunya atau dicabut akan diikuti dengan penutupan dan penyegelan ; ( 2 ) Penutupan dan peenyegelan sebagaimana dimaksud pada

ayat ( 1 ), dilakukan oleh Bupati dan atau Pejabat yang ditunjuk .

BAB XIII

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 22

( 1 ) Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengambilan / pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan dilakukan oleh Bupati dan atau Pejabat yang ditunjuk :

( 2 ) Tidak memberikan ijin pengeboran didaerah rawan penyusupan air laut kedaratan atau daerah tungkapan air dilereng ;

( 3 ) Untuk setiap 5 ( lima ) titik sumur bor atau lebih dalam areal seluas 10 ( sepuluh ) hektar dengan jarak setiap titik minimal 20 m dan atau pemanfaatan air bawah tanah dengan debit 50 liter / detik atau lebih, pemegang ijin diwajibkan membuat 1 ( satu ) sumur pantau yang digunakan sebagai pemantau keadaan permukaan air bawah tanah didaerah sekitarnya ; ( 4 ) Untuk membuat sumur pantau harus dilengkapi alat

perekam otomatis permukaan air ( AWLR ) apabila :

a. Pengambilan air bawah tanah dilakukan 5 ( lima ) buah sumur pada luasan lahan kurang dari 10 Ha ;

b. Jumlah pengambilan air bawah tanah sebesar 50 liter / detik atau lebih dari beberapa sumur pada luasan lahan kurang dari 10 Ha ;

c. Pengambilan air bawah tanah sebesar 50 liter/ detik atau lebih dari 1 ( satu ) .

BAB XIV

KETENTUAN PIDANA Pasal 23

( 1 ) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 7, Pasal 14, Pasal 18 dan Pasal 19, diancam dengan pidana kurungan

(9)

paling lama 6 ( enam ) bulan atau denda paling banyak sebesar Rp. 5.000.000,00 ( lima juta rupiah ) ;

( 2 ) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat ( 1 ), adalah pelanggaran.

BAB XV P E N Y I D I K A N

Pasal 24

( 1 ) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;

( 2 ) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;

b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang, kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;

d. Memeriksa buku - buku, catatan - catatan dan dokumen- dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen - dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau

dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;

j. Menghentikan penyidikan ;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah yang dapat dipertanggungjawabkan ;

( 3 ) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum .

(10)

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25

Surat Ijin Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang telah diperoleh sebelum ditetapkan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya ijin .

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

Hal - hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati .

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahui memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lumajang .

Ditetapkan di L u m a j a n g pada tanggal 16 Juni 2004

BUPATI LUMAJANG

H. ACHMAD FAUZI Diundangkan di Lumajang

Pada tanggal 17 Juni 2004

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN L U M A J A N G

ENDRO PRAPTO ARIYADI, SH Pembina Utama Muda

NIP : 510 058 267

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2004 SERI E NOMOR 04

(11)

P E N J E L A S A N

A T A S

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

NOMOR 29 TAHUN 2004 T E N T A N G

IJIN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

DI KABUPATEN LUMAJANG

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 dan dalam rangka mewujudkan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab serta untuk mengatur, agar pengambilan agar pengambilan air bawah tanah dan air permukaan tidak berdampak pada terjadinya penurunan muka air tanah,amblasan erosi dan dampak lainnya yang sangat merugikan masyarakat dipandang perlu mengatur pemberian ijinannya .

Bahwa bertitik tolak dari pada kegunaan air bawah tanah dan air permukaan untuk kemakmuran rakyat secara adil dan merata, maka Pemerinah Daerah sebagai wakil dari negara yang diberi kewenangan untuk mengatur pemanfaatan dengan Peraturan Daerah .

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s / d Pasal 27 : Cukup Jelas .

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2004 NOMOR 27

Referensi

Dokumen terkait

Bentik (tutupan karang) yang paling dominan ditemukan pada ketiga lokasi adalah karang keras (HC) dengan persentase lebih dari 50% pada setiap lokasi dengan genus yang paling

Kepala DPMPTSP Kota Bandung, Kabid B DPMTPSP Sekretaris DPMPTSP Kota Bandung 2018-2020, Kota Bandung hardcopy √ 5 tahun 62 Rekapitulasi Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan juga bahwa pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua terhadap mahasiswa berada dalam kategori rendah dengan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kendala dalam menaggulangi penyalahgunaan narkotika kurang peran serta masyarakat, masyarakat kurang memahami tugas dari BNN,

Sungai yang menjadi fokus penelitian ini adalah sungai di sepanjang jalan Veteran yang juga di kenal sebagai sungai Tapekong, sungai ini berfungsi sebagai saluran drainase

Perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam serta memperoleh data operasi jantung ganti katup pada waktu yang selanjutnya sehingga setiap tahun

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran berbasis ketrampilan proses dengan e-portofolio assessment online pada mata kuliah Technique

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis.. Universitas