• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. MelaluiPendekatanSaintifik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. MelaluiPendekatanSaintifik"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

MelaluiPendekatanSaintifik

DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2014

Pembelajaran

PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

(2)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

ii

(3)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Ruang Lingkup ... 3

D. Landasan Hukum ... 3

BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK ... 5

A. Prinsip Pembelajaran ... 5

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 6

C. Model Pembelajaran dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 9

1. Inquiry Based Learning ... 9

2. Discovery Based Learning ... 10

3. Project Based Learning ... 13

D. Langkah-Langkah Pemilihan Model Pembelajaran ... 19

E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 20

1. Penilaian Kompetensi Sikap ... 21

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan ... 23

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan ... 24

BAB III ANALISIS KOMPETENSI ... 29

A. Kompetensi ... 29

B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa); ... 30

BAB IV PENUTUP ... 37

(4)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Kompetensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dikembangkan untuk mendorong peserta didik memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic Knowledge), sikap kewarganegaraan (civic Disposition) dan keterampilan kewarganegaraan (civic Skill) terutama yang berikatan dengan proses

(5)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

penegakkan hak asasi manusia, penelaahan konstitusi negara dan sistem hukum nasional, sistem politik, serta kesadaran berbangsa dan bernegara. Dengan demikian strategi pembelajaran PPKn harus dapat menunjang terwujudnya seluruh kompetensi tersebut. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok dengan mengacu pada Silabus.

Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik, bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial bagi peserta didik yang tergolong pembelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pembelajar cepat.

Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.633 wajib melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.

Dalam menyiapkan kemampuan guru terutama merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, perlu penjabaran operasional dalam mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan melaksanakan penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku (buku guru dan buku siswa). Oleh karena itu Direktorat Pembinaan SMA menyusun naskah berisi rambu-rambu yang bisa memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya.

(6)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

B. Tujuan

Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah ini bertujuan untuk:

1. Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan kompetensi dasar.

2. Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus.

4. Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

5. Merancang penilaian autentik.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup buku ini terdiri atas:

1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik 2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran PPKn 3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran PPKn

4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi

D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(7)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum

9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum

10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum

(8)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

5

BAB II

PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK

A. Prinsip Pembelajaran

Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok. Pendidik disarankan untuk menggunakan model pembelajaran, antara lain model inkuiri, discovery, problem, dan projek.

Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang

(9)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sebagai pendidikan nilai, moral, dan norma prinsip pembelajaran kurikulum 2013 sangat sesuai dengan karakteristik PPKn.

Pencapain tujuan mata pelajaran PPKn menghendaki bukan saja agar peserta didik mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, tetapi juga dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk dapat berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak

(10)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka harus dilakasanakan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan pendekatan proses.

Pembelajaran sintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran tersebut tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, tetapi proses pembelajaran dipandang sangat penting. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui berbagai kegiatan, yaitu mengamati, menanya, mengeksplor/mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

Contoh:

 Membaca berbagai kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai literatur dan media cetak

 Mengamati berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi dilingkungan masyarakat sekitar

 Mendengar, melihat, dan menyimak berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dari berbagai sumber.

1. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dapat dilakukan melalui kegiatan diksusi, kerja kelompok, dan diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.

Contoh: menanyakan contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(11)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

2. Kegiatan mengeksplor/mengumpulkan informasi, bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui membaca sumber lain selain buku teks, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar (KD).

Contoh:

 Menentukan sumber data akurat yang ada di lingkungannya berkaitan dengan kasus-kasus pelanggaran HAM

 Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik tentang kasus pelanggaran HAM di Indonesia

3. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga peserta didik melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja, diskusi atau praktik.

Contoh:

 Mencari hubungan pelanggaran HAM dengan aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia

 Menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM di Indonesia

Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, grafik, atau perilaku. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk kerja.

Contoh:

 Mempresentasikan berbagai kasus pelanggaran HAM di wilayahnya berdasarkan hasil temuannya di lapangan

(12)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

 Menyampaikan hasil temuan tentang kasus pelanggaran HAM dalam bentuk lisan, tulisan, gambar atau media lainnya

C. Model Pembelajaran dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PPKn sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, antara lain: Inquiry, Discovery Based Learning, Project Based Learning,

dan Problem Based Learning.

1. Inquiry Based Learning

Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006). Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain (mulyasa, 2008).

Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut a. Observasi/Mengamati

b. Mengajukanpertanyaan

c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban/ mengasosiasi atau melakukan penalaran

d. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan/memprediksi dugaan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis,

(13)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

2. Discovery Based Learning

Discovery Based learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut. a. Menciptakan stimulus

Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan kontroversi. Pada tahap ini, misalnya, peserta didik diminta untuk mengamati fakta melalui tayangan video untuk menyaksikan seorang anak berusia 7 tahun yang disuruh ibunya untuk mengamen di sebuah persimpangan jalan. Dan dijelaskan bahwa kondisi keluarga anak tersebut sangat miskin, dimana ayah dari anak tersebut adalah seorang yang tidak memiliki pengahasilan tetap.. Dengan demikian, tahapan ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan perhatian, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

Bruner memberikan contoh stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

b. Menyiapkan pernyataan masalah

(14)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Kemudian peserta didik memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat misalnya: Apakah perbuatan orang tua dengan menyuruh anaknya yang masih berusia 7 tahun merupakan pelanggaran HAM?.

c. Mengumpulkan data/mencoba

Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan masalah tersebut. Dalam hal ini informasi yang dikumpulkan berfungsi untuk membuktikan pernyataan masalah dalam contoh kasus pengamen. Pembuktian ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (collecting) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik secara aktif menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.

d. Mengolah Data

Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan untuk memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan.

e. Memverifikasi data

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. Pada kegiatan ini guru dapat memberikan konfirmasi terhadap solusi atau jawaban peserta didik.

(15)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah f. Menarik kesimpulan

Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. Pada kegiatan ini juga guru dapat mengajukan pertanyaan atas pemahaman peserta didik, sehingga peserta didik benar-benar dapat memb uat suatu simpulan atau rumusan tentang suatu konsep yang berkaitan dengan permasalahan dan solusinya.

Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:

a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi;

b. jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya; c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman; d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan

pembelajaran.

Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain:

a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung

(16)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah bagaimana cara belajarnya;

b. menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan karena pemerolehannya bersifat pribadi;

c. menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa penyelidikan dan berhasil;

d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan dengan keecepatannya sendiri;

e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan melibatkan akal dan motivasinya;

f. membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya; g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah

pada kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan kegiatannya;

h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis;

i. dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;

j. kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari berbagai jenis sumber belajar.

3. Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pertanyaan mendasar.

Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai

(17)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

dengan sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang relevan untuk para peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan diawal semester agar dapat merancang kegiatan selanjutnya.

b. Mendesain perencanaan proyek

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c. Menyusun Jadwal

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

1. membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, 2. membuat deadline penyelesaian proyek,

3. membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,

4. membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan

5. meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek

Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas peserta didik.

(18)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah e. Menguji hasil

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman

Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.

Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan untuk mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain: a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga

proyek tidak memakan waktu terlalu lama;

b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di laboratorium;

c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;

d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.

e. Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain:

f. meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.

g. mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting; h. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan

(19)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah masalah dan berpikir kritis;

i. mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumber daya;

j. memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas; k. melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan

menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

l. membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun guru menikmati proses pembelajaran.

4. Problem Based Learning (PBL)

a. Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada masalah.

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang akan dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh pendidik serta menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:

1) tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,

2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,

3) selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan

(20)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan

4) selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Semua peserta didik diberi peluang untuk berperan serta pada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Dalam memecahkan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dan masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya.

Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas peserta didik selama penyelesaian proyek. Pengawasan dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

(21)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah proses monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan pemecahan masalah. Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan menentukan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka mulai merumuskan hipotesis, penjelasan, dan pemecahan masalah.

Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),

(22)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil karyanya dan pendidik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, Guru lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai” atau pemberi umpan balik.

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

D. Langkah-Langkah Pemilihan Model Pembelajaran

Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.

1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual, guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk pengetahuan prosedural Project Based Learning dan

Problem Based Learning.

2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI- 4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan Project Based Learning.

3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2).

(23)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Berikut contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi pengetahuan dan keterampilan.

Tabel 1 Pemilihan model dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan

Dimensi Pengetahuan

Dimensi Keterampilan

Abstrak Konkrit

Faktual Discovery Learning Discovery Learning Konseptual Discovery Learning Discovery Learning Prosedural Discovery Learning

Problem Based Learning

Discovery Learning Problem Based Learning Metakognitif

Discovery Learning Project Based Learning

Problem Based Learning

Discovery Learning Project Based Learning

Problem Based Learning

E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(24)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.

Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;

1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not apart from instruction),

2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),

3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,

4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.

Penilaian autentik dalam pembelajaran Bahasa Perancis sebagai berikut;

1. Penilaian Kompetensi Sikap

Pengumpulan informasi terkait sikap peserta didik pada pembelajaran bahasa Prancis dilakukan dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal, disesuaikan dengan karakteristik KD pada KI-1 dan KI-2. Penilaian sikap dilaksanakan pada saat kegiatan belajar berlangsung, dimulai dari proses mengamati, menanya, mengeksplor data, mengasosiasi, sampai mengkomunikasikan hasil pembelajarannya. Penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Inti 1 dan 2, dengan Kompetensi Dasar 1.1, 1.2, 2.1, 2.2, 2.3, 2.4, 2.5, dan 2.6.

(25)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Contoh Lembar Observasi/Pengamatan Sikap Mata Pelajaran : PPKn

Waktu Pengamatan : ...

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar: (lihat Lampiran Permendikbud Nomor 69 tahun 2013)

Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Kompetensi Dasar KI-1 Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan kepercayaan dalam kehidupan

bermasyarakat KI-2 Menghayati dan

mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1 Menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Sikap spiritual dan sosial yang dikembangkan di atas adalah

melaksanakan salah satu ajaran agama (sholat bagi yang beragama Islam) atau ke tempat ibadah sesuai agam yang dianutnya sebagai perwujudan rasa syukur, serta berperilaku santun dan peduli. Penilaian sikap dinyatakan secara kualitatif dengan kriteria Sangat

Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).

Dari contoh KD pada KI-1 dan KI-2 di atas dapat dibuat rubrik penilaian melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah (sikap spiritual) dan santun (sikap sosial) sebagai berikut:

Sikap spiritual: melaksanakan sholat dzuhur berjamaah (bagi yang

(26)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Tabel 3. Contoh rubrik penilaian sikap

Kriteria Indikator

Sangat Baik (SB) Selalu melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah Baik (B) Sering melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah Cukup (C) Kadang-kadang melaksanakan sholat dzuhur

berjamaah disekolah

Kurang (K) Tidak pernah melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pengumpulan informasi terkait pencapaian pengetahuan peserta didik dilakukan melalui tes dengan teknik tes tertulis, tes lisan dan pemberian tugas. Pengetahuan PPKn terakumulasi pada Kompetensi Inti 3, dengan Kompetensi Dasar 3.1, 3,2, 3.3, dan seterusnya.

a) Tes tulis merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas dalam bentuk tulisan yang direncanakan untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes tulis menuntut adanya respon dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimilikinya.

Instrumen tes tulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

b) Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawab secara lisan. Instrumen tes lisan disiapkan oleh pendidik berupa daftar pertanyaan yang disampaikan secara langsung dalam bentuk tanya jawab dengan peserta didik. Kriteria instrumen tes lisan antara lain: (a) dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai; (b) Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada; (c) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam mengonstruksi jawabannya sendiri; (d) Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang komplek.

(27)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

c) Penugasan berupa tugas pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Kriteria instrumen penugasan

• Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar. • Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.

• Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.

• Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.

• Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.

• Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara kelompok.

• Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota kelompok.

• harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Contoh penilaian keterampilan melalui tes praktik. Tabel 4. Penilaian tes praktik

KRITERIA SKOR INDIKATOR

Mengidentifikasi dan mengungkapkan isu

3 Baik

2 Kurang baik 1 Tidak baik

Mengumpulkan data 3 Sesuai

2 Kurang sesuai 1 Tidak sesuai

(28)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

KRITERIA SKOR INDIKATOR

Menganalisis 3 Sesuai 2 Kurang sesuai 1 Tidak sesuai Menyimpulkan 3 Tepat 2 Kurang tepat 1 Tidak tepat Kriteri 3 (baik) : jika.... 2 (kurang baik : jika... 1 (todak baik) : jika... 3 (sesuai) : jika... 2 (kurang sesuai) : jika... 1 (tidak sesuai) : jika...

Contoh penilaian keterampilan melalui proyek. Kelas/Semester : X / 1

Indikator :

Peserta didik dapat melakukan penelitian mengenai kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Rumusan tugas:

Lakukan penelitian mengenai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggalmu, dan bagaimana upaya-upaya penanganannya. Tuliskan rencana penelitianmu, lakukan, dan buatlah laporannya. Dalam membuat laporan perhatikan latar belakang, perumusan masalah, kebenaran informasi/data, kelengkapan data, sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan tampilan laporan!

(29)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Tabel 5. Contoh Pedoman penskoran

No Aspek yang dinilai maks Skor

1 Perencanaan

Latar Belakang (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)

Rumusan masalah (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)

Catatan:

3 (tepat) jika:...

2. (kurang tepat) jika... 1. (tidak tepat) jika...

6

2 Pelaksanaan

a.Pengumpulan data/informasi (akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak akurat = 1)

b. Kelengkapan data (lengkap= 3; kurang lengkap = 2; tidak lengkap = 1)

c. Pengolahan/analisis data (sesuai = 3; kurang sesuai = 2; tidak sesuai = 1)

d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1)

Catatan:

3 (akurat) jika:...

2 (kurang akurat) jika... 1 (tidak akurat) jika...

12

3 Pelaporan hasil

a. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1)

b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah = 2; tidak sesuai kaidah = 1) c. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2;

tidak tepat/banyak kesalahan =1)

d. Tampilan (menarik= 3; kurang menarik= 2; tidak menarik= 1)

12

Skor maksimal 30

(30)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Tabel 6. Contoh Rubrik penilaian portofolio laporan hasil observasi

KRITERIA SKOR INDIKATOR

Persiapan (Skor maks = 2)

2 Pemilihan sumber data tepat

1 Pemilihan sumber data kurang tepat

Pelaksanaan (Skor maks = 6) a. Teknik Pengumpulan data b. Instrumen data

3 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat

2 Langkah kerja atau waktu pelaksanaan tepat

1 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat

3 Instrumen data ada dan lengkap

2 Instrumen data ada tetapi tidak lengkap 1 Instrumen data tidak ada

Hasil

(Skor maks = 6) a. Pengolahan

data b. Simpulan

3 Pengolahan data tepat

2 Pengolahan data kurang tepat 1 Pengolahan data tidak tepat 3 Simpulan tepat

2 Simpulan kurang tepat 1 Simpulan tidak tepat Laporan

(Skor maks = 3)

3 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah

2 Tampilan menarik atau bahasa sesuai kaidah

1 Tampilan tidak menarik dan bahasa tidak sesuai kaidah

Tabel 7. Contoh pengisian format penilaian portofolio

No Nama Persiapan Pelaksanaan Hasil Laporan Skor untuk Juml skor Nilai

(31)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Keterangan:

 Skor maksimal = jumlah skor tertinggisetiap kriteria. Pada contoh di atas, skor maksimal = 2 + 6 + 6+ 3 = 17.  Nilai portofolio = (Jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 4.

(32)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

29

BAB III

ANALISIS KOMPETENSI

A. Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan.

Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan kompetensi dasar.

Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Kompetensi Inti kelas X

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

(33)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut;

Tabel 9. Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII

Kompetensi Deskripsi Kompetensi

Sikap

Spiritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa);

Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum dapat digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;

(34)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Gambar 1. Kajian Silabus Penjelasan Gambar 1;

1. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai berikut;

a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung (direct teaching) kepada peserta didik.

b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial yang harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)

c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara utuh atau terpadu.

2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media

a. Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus

b. Sumber/Alat/media; jika hasil kajian analisis memiliki perbedaan dengan yang tercangtum di salabus, maka dilakukn peneyesuain dengn hasil kajian (sesuai karakteristik materi pemeblajaran)

(35)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan KD-3. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang sudah tercantum dalam silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik. Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan).Dalam penjabaran materi pembelajaran tetap diperlukan untuk melihat linierisasi dengan kompetensi inti keempat (keterampilan).

Hasil pengembangan materi pembelajaran harus mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural (untuk kelas X), serta pengetahuan metakognitif (untuk kelas XI dan XII).

Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca, disentuh, atau diamati. Contoh peserta didik dapat menyebutkan kasus pelanggaran hak asasi manusia Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan tentang ide yang mempersatukan fakta-fakta yang saling berhubungan. Contoh Menganalisis upaya-upaya dalam penegakkan HAM di Indonesia

Pengetahuan prosedural merupakan sederetan langkah yang bertahap dan sistematis dalam menerapkan konsep/prinsip. Langkah prosedural merupakan bagian dari kompetensi pada aspek keterampilan. Contoh menjelaskan dan menyususn laporan tentang proses peradilan dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM.

Selain itu, guru juga harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik materi yang sudah tercantum dalam buku maupun pengembangan dengan menggunakan sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan muatan lokal yang mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi kekinian yang sedang menjadi pembicaraan, misalnya . “Kedaulatan Rakyat dalam Kontek Negara Hukum” dapat dikaitkan dengan kegiatan yang terjadi di lingkungan masyarakat, contohnya tentang tentang pemilihan kepala desa.

Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang

(36)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

berisi nilai-nilai kepramukaan untuk diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat kegaiatan kepramukaan yang terjadwal.

Selain itu materi juga dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS), misalnya ;

a. Menyebutkan contoh kasus pelanggaran HAM (LOTS)

b. Menganalisis kasus-kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelindungan dan pemajuan HAM (HOTS)

Melalui pemahaman keterkaitan kompetensi (SKL-KI-KD), maka dapat dirumuskan indikator pencapaian kompetensi pengetahuan terkait dengan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif, serta indikator keterampilan berkaitan dengan keterampilan bertindak dan keterampilan berfikir (keterampilan abstrak dan konkret).

Berikut ini contoh pengembangan indikator pengetahuan serta indikator keterampilan pada mata pelajaran PPKn kelas XI Semester 1;

a. Indikator Pengetahuan Kompetensi Dasar Indikator Peng. faktual Indikator Peng. konseptual Indikator Peng. prosedural Indikator Peng. Metakognitif 1.1. Menganalisi s kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM ) dalam rangka pelindungan , pemajuan, dan pemenuhan HAM. Memberi contoh kasus pelanggaran HAM di masaya-rakat sekitar-nya Menjelaskan bentuk – bentuk pelanggar-an HAM Menjelaskan prosedur penangganan kasus pelanggaran HAM di peradilan HAM Menemukan upaya-upaya pencegahan pelanggaran HAM yang efektif

(37)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Kompetensi

Dasar Keterampilan Abstrak Keterampilan Konkret

Metode yang disarankan 4.1.Menyaji hasil análisis tentang kasus pelanggaran HAM dalam pelindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM .  Membuat rekomendasi prosedur penanganan kasus Pelanggaran HAM yang lebih efektif  Melaporkan hasil observasi kasus pelanggaran HAM di sekitarnya  Debat  Penugasan  Proyek

4. Pengembangan kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;

3) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untu mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan 4) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang

kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pada kegiatan inti pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi.

(38)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

 Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan panca indra dengan cara melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau beristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya.

 Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas.

 Mengumpulkan data: mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik tentang kasus pelanggaran HAM

 Mengasosiasi peserta didik mencari hubungan pelanggaran HAM dengan aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

 Mengomunikasikan peserta didik menyampaikan hasil temuan tentang kasus pelanggaran HAM dalam bentuk lisan, tulisan, gambar atau media lainnya.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang terantum dalam silabus dan RPP.

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terporgram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik individual maupun kelompok.

(39)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

5. Mengembangkan rencana penilaian yang mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Catatan:

Agar lebih jelas bagaimana merancang dan menyusun, serta melaksanakan penilaian, lihat naskah Model Penilaian di SMA).

(40)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

37

BAB IV PENUTUP

Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin efektif kegiatan pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya, semakin tidak efektif kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal.

Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dn langkah-lamgkah pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi.

Berdasarkan hasil analisis dikembangkan materi pembelajaran, alternative kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.

(41)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus.

(42)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

39

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman.

Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty. Educational Policy, 12, 525-541.

http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and

Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press.

Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2014). Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum. Jakarta

UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003 No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta

Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.

Gambar

Tabel 1 Pemilihan model dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan
Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Tabel 3. Contoh rubrik penilaian sikap
Tabel 4. Penilaian tes praktik
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya hasil penelitian menggunakan lembar observasi sikap ilmiah siswa diambil nilai dari selama 3 kali pertemuan dalam proses pembelajaran Biologi pada materi protista

[r]

Informasi penyumbatan aliran akibat aliran separasi 3D akan dipaparkan oleh nilai koefisien axial total iso pressure losses yang semakin besar. Pada kontur tersebut menggunakan

Bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa

Umpamanya, dalam kita mengajarkan aspek kemahiran membaca dan memahami teks, pada masa yang sama juga kita akan menyerapkan unsur ilmu, nilai dan kemahiran

[r]

Klasifikasi agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit. Adapun

Di dalam UULH itu ditetapkan adanya sanksi yaitu sanksi administratif, perdata dan pidana serta adanya tindakan tata tertib. Sanksi administratif tentunya hanya dapat diterapkan