• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di kota Bogor"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RINGKASAN

WIDODO HARDIAN. Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha

Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan BURHANUDDIN).

Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibu kota Negara, letaknya yang strategis menjadikan Kota Bogor sebagai wilayah transit dan tujuan wisata, sehingga dari aspek inilah Kota Bogor memiliki peluang untuk menumbuh kembangkan beberapa sektor, diantaranya sektor perdagangan. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Bogor memiliki potensi yang baik sesuai dengan perkembangan jumlah UKM yang ada di Kota Bogor. Kewirausahaan mempunyai dampak yang positif dalam menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja baru mengurangi angka pangangguran. Salah satu bisnis kecil atau usaha yang sudah lama ada dan tumbuh serta berkembang pesat dengan perkembangan Kota Bogor, yaitu pedagang kaki lima. Salah satu makanan yang berkembang di Kota Bogor adalah martabak manis. Martabak manis merupakan makanan cemilan yang mengenyangkan dan juga sebagai oleh-oleh praktis. Pedagang martabak manis tentunya memiliki perilaku tertentu dalam berwirausaha yang menarik untuk dikaji.

Tujuan Penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan karakteristik individu dan usaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor (2) Menganalisis perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik pedagang martabak manis dengan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner kepada pedagang martabak manis kaki lima. Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang diperoleh dari studi literatur yang terkait seperti Dinas Perdagangan, penelitian terdahulu, LSI Bogor, dan bahan pustaka lain yang relevan. Responden penelitian berjumlah 106 oarang dengan metode sensus. Alat analisis yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif untuk mendiskripsikan karakteristik individu dan usaha, serta analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square untuk menganalisis hubungan antara karakteristik pedagang dengan perilaku wirausahanya. Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa software Microsoft Exsel 2007 dan SPSS 16.00 for Windows.

(3)

berada pada kategori tinggi, keterampilan berada dalam kategori rendah, dan perilaku wirausaha berada dalam kategori tinggi. Unsur-unsur perilaku wirausaha yang dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan dan sikap wirausaha pedagang martabak itu sendiri. Karakteristik pedagang yang mempengaruhi perilaku wirausaha pedagang martabak manis adalah jumlah tanggungan keluarga, dan lama berdagang.

(4)

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WIRAUSAHA

PEDAGANG MARTABAK MANIS KAKI LIMA

DI KOTA BOGOR

WIDODO HARDIAN H34086098

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor.

Nama : Widodo Hardian

NIM : H34086098

Disetujui, Pembimbing

Ir. Burhanuddin, MM NIP. 19680215 199903 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Widodo Hardian H34086098

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Koto Agung, Dharmasraya, Sumatra Barat pada tanggal 07 Maret 1987. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sardi dan Ibu Hartati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 33 Koto Agung, lulus pada tahun 1999, dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP N 1 Dharmasraya/SLTP N 1 Sitiung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA N 1 Dharmasraya, diselesaikan pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur PMDK pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan selesai pada tahun 2008, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliahnya pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Selama masa perkuliahan, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, antara lain IPMM (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang Bogor), FAMILI (Forum Mahasiswa Minang Diploma IPB), HIMASWISS (Himpunan Mahasiswa Sawahlunto, Sijunjung, dan Dharmasraya), IKADAMAS (Ikatan Pemuda Dharmasraya), EDU (Entrepreneurship Development Unit), KAMUS (Keluarga Muslim Ekstensi IPB).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor, menganalisis faktor-faktor perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011 Widodo Hardian

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran, serta pelajaran berharga selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen evaluator dalam kolokium yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Rr. Heny Kuswanti Suwarsinah, M.Ec selaku dosen penguji utama yang telah memberi masukan demi perbaikan skripsi.

4. Arif Karyadi Uswandi, MM selaku dosen penguji wakil Departemen. Terima kasih telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Papa dan Mama tersayang atas segala dukungan, kasih sayang dan doa yang selalu diberikan kepada penulis dengan tulus serta penuh kesabaran. Semoga ini bisa menjadi salah satu hadiah terindah buat papa dan mama. 6. Adik-adikku tersayang yaitu Nanda Hardian dan Merry Dona Wati

Hardianty, atas kecerian dalam keluarga yang selalu membuat rindu pada rumah.

7. Seluruh pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Terimakasih atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

8. Fitri Yunita selaku pembahas seminar. Terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan kepada penulis.

9. Semua keluarga Besar Mbak Lento dan Nenek Ande atas semangatnya. 10.Teman satu bimbingan dan satu perjuangan Dwi Arini Sari dan Fitri

Yunita atas semangat, pengingat, dan motivasi untuk menjadi lebih baik. 11.Teman-teman The Narsiez, Anggie, Chintya, Dini, Heru, Lilla, Al, Aris

(10)

12.Lia, Kak Diky, Danis, Teguh, Qibil, Iwan atas pinjaman Laptop dan komputernya.

13.Duo Pakuan 2F, Fadli dan Fery atas kebersamaan dan semangatnya.

14.Lia, Lya, Mbak Heny, Mbak Sari, Si Kembar (mbak Asti dan mbak Danti), Intan, Nova, Ika, Nur, Cha, Tika, Uda Rian, Dian, Widi, Eka, Apri, Fenny, Angga, Babe, Mami, Lek Topo, Lek Parino, Lek Neng, Lek Giarni, Lek Agus, Lek Nating, Lek Marjono, Lek Maryono, Lek Wanto, Mama Sp, Amak Sei Langkok, Dais, Da Riki, Dewi, Rio, Leksi, Ivan, Irma, Vero, Cici , Oci, Randy, Abang Galih, Uda, Uni atas semangatnya dan motivasinya.

15.Lima Sekawan in Bogor, Ired, Iil, Hasha, Dian, dan Dodo.

16.Semua kakak-kakak, adik-adik, teman-teman SMA N 1 Dharmasraya/ SMA N Sitiung/ SMA N 1 Wonotiung atas semangatnya.

17.Semua Uda-uda, Uni-uni, Kawan-kawan dan Adik-adik di IPMM,

FAMILI, HIMASWISS, IKADAMAS, dan IMAMIKA 18.Teman-teman EDU dan KAMUS IPB.

19.Warga Taman Sari, Dharmasraya atas semangatnya.

20.Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan V atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Juli 2011

(11)
(12)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

6.1. Karakteristik Individu ... 30

6.1.1. Umur ... 31

6.1.2. Asal Daerah ... 31

6.1.3. Tingkat Pendidikan Formal ... 32

6.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 33

6.1.5. Pemilikan Usaha ... 34

6.1.6. Pengalaman Berdagang ... 35

6.1.7. Lamanya Berdagang ... 35

6.1.8. Pasokan Tepung Terigu ... 36

6.1.9. Penerimaan Usaha ... 37

6.2. Perilaku Wirausaha ... 38

6.3. Hubungan antara Karakteristik dengan Perilaku Wirausaha ... 39

6.3.1. Hubungan antara Umur dengan Perilaku Wirausaha ... 40

6.3.2. Hubungan antara Asal Daerah dengan Perilaku Wirausaha .. 40

6.3.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Perilaku Wirausaha ... 41

6.3.4. Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perilaku Wirausaha ... 42

6.3.5. Hubungan antara Pemilikan Usaha dengan Perilaku Wirausaha ... 42

6.3.6. Hubungan antara Pengalaman Berdagang dengan Perilaku Wirausaha ... 43

6.3.7. Hubungan antara Lama Berdagang dengan Perilaku Wirausaha ... 43

6.3.8. Hubungan antara Pasokan Tepung Terigu dengan Perilaku Wirausaha ... 44

6.3.9. Hubungan antara Penerimaan Usaha dengan Perilaku Wirausaha ... 44

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

7.1. Kesimpulan ... 46

7.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) dan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2004 - 2008 ... 1

2. Jumlah Pengangguran di Kota Bogor Definisi Operasional dari Bulan Januari - Desember pada Tahun 2010 ... 2

3. Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima Kota Bogor Tahun 2010 ... 3

4. Sebaran Pedagang Martabak Manis di Kota Bogor Desember 2010 sampai Febuari 2011 ... 21

5. Penilaian Skor Kuesioner ... 23

6. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kota Bogor Tahun 2008 ... 28

7. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kota Bogor Tahun 2008 ... 29

8. Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Umur ... 30

9. Distribusi Pedagang Berdasarkan Asal Daerah ... 31

10.Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan Formal ... 32

11.Distribusi Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 33

12.Distribusi Pedagang Berdasarkan Pemilikan Usaha ... 34

13.Distribusi Pedagang Berdasarkan Pengalaman Berdagang ... 34

14.Distribusi Pedagang Berdasarkan Lamanya Berdagang ... 35

15.Distribusi Pedagang Berdasarkan Pasokan Tepung Terigu ... 36

16.Distribusi Pedagang Berdasarkan Penerimaan Usaha ... 36

17.Rataan Hitung Skor Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima Kota Bogor Tahun 2011 ... 37

18.Sebaran Pedagang Berdasarkan Perilaku Wirausaha ... 38

19.Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima Tahun 2011 ... 39

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 51 2. Data Karakteristik Individu Pedagang Martabak Manis Kaki

Lima di Kota Bogor ... 56 3. Data Karakteristik Usaha Pedagang Martabak Manis Kaki

Lima di Kota Bogor ... 59 4. Skor Responden Terhadap Perilaku Wirausaha dan Unsur-

unsurnya ... 62 5. Hasil Kriteria Penilaian Skor Kuisioner Perilaku Wirausaha

Pedagang Manis Kaki Lima di Kota Bogor, Desember 2010 –

Febuari 2011 ... 65 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman dan Chi-Square

Karakteristik Pedagang dengan Unsur-unsur Perilaku

Wirausaha Pedagang ... 68

7. Foto-foto Bersama Pedagang Martabak Manis Kaki

(16)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 

Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibu kota Negara.

Letaknya yang strategis menjadikan Kota Bogor sebagai wilayah transit dan

tujuan wisata. Sehingga dari aspek inilah Kota Bogor memiliki peluang untuk

menumbuh kembangkan beberapa sektor, diantaranya sektor perdagangan.

Kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak dan Cianjur juga

merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan kondisi yang

stategis itu maka banyak pendatang dari daerah-daerah lainnya untuk membuka

usaha ataupun berkerja di Kota Bogor.

Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Bogor memiliki potensi

yang baik sesuai dengan perkembangan jumlah UKM yang ada di Kota Bogor

(Tabel 1). Tabel 1 menunjukkan bahwa UKM di Kota Bogor dari tahun 2004

sampai 2008 mengalami peningkatan jumlahnya. Rata-rata pertumbuhan unit

UKM sebesar 0,10268 dan tenaga kerja sebesar 0,0499972. Dengan bertambahnya

UKM, maka bertambah pula jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Berarti ada

hubungan yang positif antara bertambahnya jumlah UKM dan jumlah tenaga kerja

yang terserap.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2004-2008

Jumlah Tahun Rata-rata

Perumbuhan

2004 2005 2006 2007 2008

Unit UKM 22.304 24.534 31.831 32.147 32.256 0,10268

Tenaga Kerja - - 51.798 54.388 57.107 0,0499972

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, 2009

Pengangguran juga merupakan masalah bagi pemerintah Kota Bogor dan

perlu solusi untuk menyelesaikannya. Data jumlah pengangguran di kota Bogor

dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah pengangguran

Kota Bogor pada tahun 2010 mencapai 42.475 orang yang terdiri dari 24.970

orang laki-laki dan 17.505 orang perempuan. Pengangguran terbanyak merupakan

(17)

wirausaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga angka

pengangguran akan semakin berkurang serta mampu berusaha secara mandiri,

khususnya di Kota Bogor.

Tabel 2. Jumlah Pengangguran di Kota Bogor dari Bulan Januari- Desember pada Tahun 2010

No. Kecamatan Jumlah Jenis kelamin SD SLTP SLTA S1-S3

L P

1 Bogor Utara 8.477 4.943 3.534 1.671 2.316 5.599 196

2 Bogor Selatan 8.365 4.916 3.449 3.462 2.418 1.700 494

3 Bogor Timur 4.039 2.358 1.681 1.585 753 845 361

4 Bogor Barat 10.286 5.614 4.672 3.591 2.712 3.078 466

5 Bogor Tengah 2.682 1.846 836 770 673 1.081 160

6 Bogor Sareal 8.626 5.293 3.333 2.059 1.510 3.579 1.476

Jumlah 42.475 24.970 17.505 13.138 10.382 15.882 3.153

Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi Kota Bogor, Jawa Barat, 2010

Salah satu bisnis kecil atau usaha yang sudah lama ada dan tumbuh serta

berkembang pesat dengan perkembangan Kota Bogor, yaitu pedagang kaki lima.

Keberadaan PKL di Kota Bogor didukung oleh Peraturan Daerah Nomor 13

Tahun 2005 tentang penataan pedagang kaki lima. Dalam Perda bahwa

keberadaan pedagang kaki lima di Kota Bogor pada dasarnya adalah hak

masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan pedagang kaki lima

merupakan usaha ekonomi kerakyatan yang perlu pembinaan dan penataan dalam

melaksanakan usahanya. Pihak pemerintah Kota Bogor ternyata mendukung usaha

pedagang kaki lima.

Di Kota Bogor terdapat 51 titik pedagang kaki lima dengan jumlah

keseluruhan 9.720. Pola sebaran pedagang kaki lima dititik-titik tidak merata,

dimana terdapat 6 titik konsentrasi pedagang kaki lima terbanyak, yaitu: Jl. Dewi

Sartika (depan Sartika Plaza), Jl. MA. Salmun, Jl. Suryakencana, Jl. Lawang

Sekateng, Jl. Jambu Dua (Pasar), dan Jl. Jambu Dua (Jl. Pejajaran ujung utara).

Hal ini menunjukkan bahwa wilayah pusat perekonomian berada di Kota Bogor.

Pedagang kaki lima Kota Bogor sebagian besar jenis barang dagangan

berupa: makanan, minuman, jajanan dan oleh-oleh yaitu sebesar 43 persen. Salah

(18)

Martabak manis merupakan makanan cemilan yang mengenyangkan dan dapat

dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) yang praktis. Martabak manis masuk ke

dalam jenis barang dagangan di 43 persen. Hal ini sesuai dengan trend yang berkembang, yang menyatakan Kota Bogor adalah Kota Kuliner. Jenis barang

yang di jual pedagang kaki lima Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima Kota Bogor Tahun 2010

No. Jenis barang dagangan Persen (%)

1 Makanan, minuman, jajanan, dan oleh-oleh 43,00

2 Hasil pertanian 38,00

3 Industri dan kerajinan 9,00

4 Jasa (tambal ban & servis) 2,00

5 Bekas pakai 1,00

6 Lainnya 11,00

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan koperasi Kota Bogor 2010

Pedagang martabak manis tentunya memiliki perilaku tertentu dalam

berwirausaha yang menarik untuk dikaji. Perilaku tersebut menarik untuk dikaji

karena motivasi berwirausaha pedagang martabak manis kaki lima dapat

dikatakan memiliki motivasi yang sangat besar untuk berwirausaha. Ini terlihat

dari waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat mereka gunakan untuk

mencari uang. Pedagang martabak manis melakukan usaha dari sore jam tiga

sampai malam jam 11, bahkan ada yang sampai jam tiga pagi. Serta sebagian

besar pedagang masih relatif muda, usia belasan sampai dua puluhan. Fisik yang

muda yang membuat motivasi pedagang yang besar. Oleh karena itu, perlu adanya

kajian tentang karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki

lima di Kota Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam menjalankan usaha pasti ada masalah dalam menjalankannya.

Begitu juga dengan usaha martabak manis. Masalah yang ada pada usaha

martabak manis Kota Bogor antara lain: pertama, tingkat persaingan yang

(19)

ditemukan adanya tingkat persaingan yang semakin ketat. Hal ini terlihat dari

tempat jualan pedagang yang saling berdekatan. Sehingga membuat pembeli

mempunyai banyak pilihan untuk membeli martabak manis dari pedagang yang

mana saja yang ingin dibelinya.

Kedua, perkembangan usaha yang tetap dan tidak ada kemajuan setelah

menjalankan usaha selama 5 tahun. Hasil wawancara dengan pedagang

mengatakan jumlah kebutuhan pasokan tepung terigu pedagang yang tidak

mengalami penambahan dari hari ke hari. Hanya pada malam Minggu saja

mengalami perubahan itupun juga tidak berbeda jauh jumlahnya. Tingkat

persaingan yang tinggi, sehingga pedagang perlu keuletan, kerja keras dan

sungguh-sungguh dalam berusaha.

Ketiga, inovasi yang kurang dari pedagang. Ini terlihat dari varian rasa

martabak manis yang hampir sama antara pedagang yang satu dengan pedagang

yang lain seperti: keju, kacang, coklat. Hal ini akan menyebabkan pembeli akan

mudah bosan dan dapat berpindah ke pedagang lain yang memiliki varian rasa

yang bermacam-macam seperti topping buah (nangka, pisang).

Keempat, tidak adanya pencatatan pembukuan keuangan, sehingga

pedagang tidak mengetahui keuntungan yang didapat dan perkembangan bisnis

usahanya. Pedagang hanya memperkirakan saja keuntungan yang diperolehnya.

Pedagang beranggapan tidak perlu melakukan pencatatan keuangan dikarenakan

usahanya adalah milik sendiri.

Kelima, mudah keluar masuknya dalam menjalankan bisnis martabak

manis dikarenakan cara membuat martabak manis yang mudah dan modal yang

tidak terlalu besar, sehingga akan mudah pula untuk memulai usaha martabak.

Namun mudah pula untuk berhenti jika tidak ada suatu inovasi dengan pedagang

martabak manis yang lain. Kondisi tersebut mengharuskan pedagang melakukan

berbagai upaya inovasi agar mampu bersaing dengan pedagang martabak manis

sejenis dan dapat mempertahankan usahanya serta mampu untuk mengembangkan

usahanya ke arah yang lebih baik.

Karakteristik pedagang merupakan ciri atau sifat pedagang yang

berhubungan dengan aspek lingkungan kehidupan bisnis. Hal ini tentunya dapat

(20)

memunculkan tingkat persaingan pedagang. Karakteristik pedagang ini secara

tidak langsung berlahan-lahan membentuk persaingan pedagang.

Pedagang martabak manis merupakan pihak utama yang berperan

langsung dalam masalah tersebut. Peranan utama yang harus dimiliki oleh

pedagang adalah kemampuan akan pengetahuan, sikap dan keterampilan,

sehingga pedagang mampu menguasai usaha martabak manis dari proses

pembelian bahan baku sampai pemasaran serta mempertahankan pelanggan yang

telah dimiliki.

Karakteristik individu dan karakteristik usaha diduga mempengaruhi

perilaku wirausaha pedagang martabak manis sehingga dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan keluarga pedagang martabak manis. Oleh karena

itu, perlu diketahui karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis

kaki lima di Kota Bogor.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik individu dan usaha pedagang martabak manis kaki

lima di Kota Bogor?

2. Bagaimana perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota

Bogor?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik pedagang martabak manis dengan

perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan karakteristik individu dan usaha pedagang martabak manis

kaki lima di Kota Bogor.

2. Menganalisis perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di

Kota Bogor.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik pedagang martabak manis

dengan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota

(21)

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pedagang martabak manis kaki lima

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan bagi pedagang

dalam rangka mengembangkan usahanya.

2. Bagi Pemerintah Kota Bogor

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan bagi

pemerintah Kota Bogor dalam menentukan strategi pembinaan usaha kecil,

khususnya pedagang martabak manis kaki lima.

3. Bagi kalangan akademisi

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi bagi yang ingin mengenal

dan mempelajari kondisi pedagang martabak manis kaki lima, sekaligus

sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

4. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat melatih kemampuan analisis penulis serta

menerapkan konsep-konsep ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam

kehidupan bermasyarakat.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini mengenai analisis karakteristik dan perilaku wirausaha

pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Karakteristik individu yang

diteliti meliputi umur, asal daerah, tingkat pendidikan formal, dan jumlah

tanggungan keluarga.

Karakteristik usaha yang diteliti meliputi pemilikan usaha, pengalaman

berdagang, lama berdagang, pasokan tepung terigu, dan penerimaan usaha,

sedangkan perilaku wirausaha yang dianalisis meliputi pengetahuan wirausaha,

sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha. Lokasi penelitian di Kota Bogor.

Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Statistika

(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Individu

Saputro (2009) melakukan penelitian mengenai peternak. Karakteristik

individu peternak meliputi: umur, pendidikan, dan pengalaman beternak.

Karakteristik individu sebagian besar wanita peternak meliputi umur, pendidikan,

pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga. (Ramanti, 2006).

Berbeda pada karakteristik individu pedagang yang berpengaruh meliputi

umur, jenis kelamin, pendidikan formal, asal daerah, jumlah tanggungan keluarga,

pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan ayam, dan

penerimaan usaha. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. (Hijriyah, 2004). Karakteristik individu pedagang meliputi: jenis kelamin,

pendidikan, umur, asal daerah, jumlah tanggungan keluarga. (Setiawan, 2003)

Berbeda juga dengan karakteristik individu sebagian besar mahasiswa

Karakteristik individu yang diteliti yaitu jenis kelamin, fakultas, minor, Indeks

Prestasi Kumulatif (IPK), uang saku per bulan, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu,

suku daerah, bidang usaha UKMK, bidang usaha PPKM, keikutsertaan dalam

PKMK sebelum tahun 2009, dan pengambilan mata kuliah kewirausahaan. Alat

analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman dan Chi Square (Azzahra, 2009).

Berdasarkan penelitian terdahulu dan penyesuaian dengan kondisi

responden pedagang martabak manis kaki lima yang akan diteliti karakteristik

individu yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi Umur, Asal Daerah,

Tingkat Pendidikan, dan Jumlah Tanggungan Keluarga.

2.2. Karakteristik Usaha

Hijriyah (2004) dalam penelitiannya karakteristik usaha meliputi

pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan ayam, dan

penerimaan usaha. Umur semua pedagang termasuk kedalam kategori umur

produktif. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. Karakteristik usaha pedagang meliputi modal usaha, besarnya modal usaha,

(23)

usaha, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, produk yang dijual, curahan waktu

kerja, biaya-biaya yang digunakan dalam usaha. (Setiawan, 2003).

Berbeda dengan karakteristik usaha pada peternak meliputi pendapatan.

(Ramanti, 2006). Karakteristik usaha peternakan meliputi tahun berdiri, bentuk

hukum, lokasi, investasi, populasi, produksi, pemasaran dan tenaga kerja.

(Saputro, 2009).

Berdasarkan penelitian terdahulu dan penyesuaian dengan kondisi

responden pedagang martabak manis kaki lima yang akan diteliti karakteristik

usaha yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi Pemilikan Usaha,

Pengalaman Berdagang, Lama Berdagang, Pasokan Tepung Terigu, dan

Penerimaan Usaha.

2.3. Perilaku Wirausaha

Perilaku menunjukkan pola tindakan yang diperlihatkan seseorang dan

merupakan hasil kombinasi pangetahuan, sikap, dan keterampilannya. Perubahan

perilaku dipengaruhi oleh internal seseorang dan faktor lingkungan dimana

seseorang berinteraksi sosial (Dirlanudin, 2010).

Perilaku kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi dan bisnis yang

polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu inovasi, kepemimpinan,

akumulasi modal, manajerial dan keberanian menanggung risiko. Pendidikan,

pengalaman usaha, motivasi dan lokasi usaha berpengaruh terhadap perilaku

wirausaha (Yuliadini, 2000).

Perilaku wirausaha pada pedagang meliputi pengetahuan, sikap dan

keterampilan pedagang. Pengetahuan sebagian besar pedagang mengenai usaha

masih berada kategori kurang, sedangkan sikap mental berada pada kategori

sedang dan keterampilan wirausaha pedagang sudah berada pada kategori baik.

Faktor-faktor perilaku wirausaha yang sangat dominan terhadap perilaku

wirausaha pedagang adalah sikap dan keterampilan wirausaha pedagang itu

sendiri. (Hijriyah, 2004).

Perilaku wirausaha merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam

diri yang ditunjukkan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melakukan

usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil risiko dan berdaya saing.

(24)

didasarkan atas pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan kebutuhannya dalam

upaya mengkaji peluang dan pertumbuhan bisnis serta tindakannya berusaha

mencari kreatifitas, menunjukkan keuletan, bersikap mandiri, dan berani

mengambil risiko dengan perhitungan yang matang (Dirlanudin, 2010).

Dengan adanya perilaku wirausaha dalam mencari dan menerapkan

informasi usahaternak maka diharapkan pendapatan keluarga mengalami

peningkatan. Sebagian besar perilaku wirausaha dalam mencari dan menerapkan

informasi usahaternak (pengetahuan, sikap, dan keterampilan wirausaha) berada

dalam kategori sedang (Ramanti, 2006).

Perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan. Pengetahuan pedagang

yang baik menyebabkan usaha yang dilakukannya dapat berjalan dengan baik

(Setiawan, 2003). Dan perilaku wirausaha peternak yang meliputi pengetahuan

beternak umumnya sudah berada dalam kategori sedang, kecuali kelompok

Pemula yang masih mempunyai pengetahuan wirausaha kategori kurang. Sikap

mental wirausaha anggota kelompok menunjukkan kategori sedang, sedangkan

keterampilan wirausaha masih terbilang kurang pada kelompok Pemula,

(25)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Wirausaha

Wirausaha dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang memiliki

kemampuan dalam menggunakan sumberdaya seperti finansial, bahan mentah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang baru, usaha baru, serta proses usaha baru.

Kata wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur. Kata tersebut berasal dari bahasa Perancis entreprendre yang berarti “bertanggung jawab”. Kata entrepreneur dan entrepreneurship dalam bahasa Inggris, menurut Holt dalam

Azzahra (2009) berasal dari bahasa Prancis.

Entrepreneur adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna

mengambil keuntungan darinya dan bertindak tepat untuk memastikan sukses.

Para wirausaha merupakan pengambil risiko yang sudah diperhitungkan. Mereka

bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari risiko rendah karena

tidak ada tantangannya dan menjauhi stuasi risiko tinggi, kerena mereka ingin

berhasil. Wirausaha adalah individu yang berorientasi pada tindakan dan

bermotivasi tinggi, serta berani mengambil resiko dalam mengejar tujuannya. Para

wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai

kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang

dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat

guna memastikan sukses. Harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan

wirausaha adalah sikap positif (Meredith, 1996).

Selanjutnya terdapat beberapa karakteritik dari wirausahawan yang

berhasil memiliki sifat-sifat yang terkenal dengan 10 D dari Bygrave (Pambudy

2003) :

1. Dream (mimpi): memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai visi tersebut.

2. Decisineness (ketegasan): tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan dengan cepat.

(26)

4. Deternination (ketetapan hati): komitmen total, pantang menyerah. 5. Dedication (dedikasi): berdedikasi total, tak kenal lelah.

6. Devotion (kesetiaan): mencintai apa yang dikerjakan. 7. Details (terperinci): menguasai rician yang bersifat kritis. 8. Destiny (nasib) : bertanggung jawab atas nasib sendiri.

9. Dollars (uang): kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran kesuksesan.

10. Distrubute (distribusi): mendistribusikan kepemilikan usahanya kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.

Wirausahawan atau entrepreneur adalah suatu sikap yang berani menanggung resiko, berpikiran maju, berani berdiri di atas kaki sendiri. Sikap ini

yang akan membawa seseorang pengusaha yang terus berkembang terus-menerus

dalam waktu yang lama (Sutanto, 2002).

Selanjutnya terdapat ciri-ciri atau kiat menjadi wirausaha yang tangguh

dan berhasil dari Douglas (Pambudy 2003):

1. Tujuan yang berkelanjutan: seorang wirausaha tidak hanya puas terhadap

pencapaian tujuan, melainkan senantiasa membuat tujuan baru untuk

menantang diri mereka.

2. Ketekunan: ketabahan dalam mencapai tujuan.

3. Pengetahuan tentang bisnis: seorang wirausaha harus mengerti prinsip-prinsip

dasar tentang bagaimana suatu bisnis dapat bertahan dan berhasil.

4. Mengatasi kegagalan: kegagalan adalah hambatan-hambatan sementara

terhadap pencapaian tujuan.

5. Upaya diri: percaya bahwa dirinya mengontrol kesuksesan atau kegagalan

sehingga upaya yang serius sangat diperlukan untuk mencapai tujuan.

6. Mengambil risiko adalah biasa: kemampuan untuk menilai risiko dan

menimbang bahaya, lebih menyukai risiko yang besar namun realistik untuk

mencapai tujuan.

7. Memecahkan masalah: kemampuan untuk memecahkan masalah secara

efektif dengan banyak akal.

8. Inisiatif: wirausaha adalah individu yang aktif yang ingin melakukan ide

(27)

9. Energik: stamina yang tinggi diperlukan untuk memenuhi kemampuan

menjalankan bisnis,

10. Kemampuan untuk berkonsultasi dengan para ahli: keinginan untuk mencari

bantuan orang lain diperlukan untuk mencapai tujuan.

11. Kesehatan fisik: kesehatan sangat penting untuk mengimbangi tuntunan dan

tekanan yang ditimbulkan dari bisnisnya, terutama pada tahun-tahun awal.

12. Kesehatan mental dan emosi: jam kerja yang panjang dan tekanan bisnis

menuntut kestabilan emosinya.

13. Tolerasi terhadap ketidakpastian: ketidakpastian harus diterima sebagai

bagian penting dari bisnis.

14. Memanfaatkan masukan: keahlian untuk mencari dan memanfaatkan

masukan atas penampilan diri dan tujuan bisnis.

15. Bersaing dengan standar buatan sendiri: kecenderungan untuk membuat

standar penampilan yang realistik dan berupaya memenuhi standar tersebut.

16. Mencari tanggung jawab pribadi.

17. Percaya diri: percaya diri yang realistik terhadap dirinya dan kemampuan

untuk mencapai tujuan bisnis atau tujuan pribadi.

18. Kepandaian: mempu mengatasi banyak hal atau tugas secara efektif pada saat

yang bersamaan.

19. Keinginan untuk tidak tergantung: wirausaha yang berhasil biasanya terlahir

bukanlah seorang yang dapat bekerja sama.

20. Memanfaatkan imajinasi positif: kemampuan berimajinasi tentang tujuan

adalah ciri khusus dari wirausaha yang sukses.

21. Pencapaian tujuan: perasaan adanya suatu misi, memotivasi para wirausaha

memulai bisnis.

22. Obyektif: kemampuan untuk berlaku obyektif sangat diperlukan untuk

mencapai tujuan yang realistik.

23. Berorientasi pada tujuan: keinginan untuk menghadapi tantangan dan

mencoba batas kemampuan.

24. Fleksibel: mau menerima perubahan, mampu menyesuaikan persepsi terhadap

tujuan dan kegiatan berdasarkan informasi baru.

(28)

26. Keterlibatan jangka panjang: kesepakatan terhadap proyek jangka panjang

dan tujuannya membutuhkan pengorbanan pribadi.

27. Komitmen: dedikasi terhadap tujuan tanpa diganggu atau dihalangi

modifikasi terhadap tujuan dapat terjadi, tetapi tujuan utama masih

dipertahankan.

28. Inovasi: kemampuan dan keinginan untuk menemukan hal-hal yang baru.

29. Gambaran jangka panjang: pemahaman akan tujuan jangka panjang sehingga

setiap langkah dalam rencana bisnis dapat dilihat dalam konteks.

30. Pandangan positif.

31. Pengetahuan teknis dan industri: pengetian menyeluruh tentang industri dan

produk atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis, akses untuk menghubungi ahli

dalam bidang tersebut.

32. Hubungan antar manusia: kemampuan untuk mengerti dan berinteraksi

dengan baik dengan orang lain.

33. Akses pada sumber keuangan: kemampuan untuk memperoleh dana jika

diperlukan.

34. Hasrat terhadap uang: bagaimana menggunakan uang dengan sebaik-baiknya

dan bijaksana.

35. Kemampuan berpikir: seorang wirausaha harus mempunyai sifat ingin tahu

dan berusaha berpikir secara efektif.

36. Kemampuan menjual: kemampuan untuk meyakinkan orang terhadap nilai

produk atau jasa yang ditawarkan.

37. Kemampuan untuk berkomunikasi: kemampuan untuk menggunakan

kata-kata yang efektif, mudah dimengerti dan dipahami.

38. Keberanian: kemauan untuk bertindak atas pendirian sendiri untuk mengatasi

masalah dan hambatan.

39. Umur: tidak ada umur ideal untuk memulai bisnis, meskipun penting untuk

memiliki cukup pengalaman hidup, mawas diri dan kepercayaan diri.

40. Latar belakang keluarga: wirausaha yang sukses sering mempunyai pasangan,

orang tua, atau keluarga dekat yang menjalankan bisnisnya dan memberikan

(29)

41. Latar belakang suku: suku yang suks berimigrasi mempunyai dorongan yang

lebih kuat untuk menjadi wirausaha sukses.

42. Latar belakang pekerjaan: kecenderungan kesulitan bekerja sama dengan

orang lain dalam jangka waktu tertentu karena kepribadian yang kreatif,

frustasi mendapat perintah dari pihak lain, kebosanan.

43. Latar belakang pendidikan: pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang

mempunyai wirausaha yang baik.

Seorang harus memiliki karakteristik dalam menjalankan usahanya

Scarborough dan Zimmerer (1993 ) mengemungkakan delapan karakteristik yang

meliputi : (1) Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya,

(2) Lebih memilih risiko yang moderat, (3) Percaya akan kemampuan dirinya

untuk berhasil, (4) Selalu menghendaki umpan balik yang segera, (5) Berorientasi

ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan, (6) Memiliki semangat

kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang

lebih baik, (7) Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya

untuk menciptakan nilai tambah, (8) Selalu menilai prestasi dengan uang.

Seorang wirausahawan memasuki dunia bisnis sendiri dengan alasan

(Wijandi dalam Syukron, 2009) :

1. Terdesak akan beban hidup atau daripada menganggur.

2. Ingin mandiri, yaitu mampu memperoleh penghasilan sendiri dan lepas dari

ketergantungan orang tua atau orang lain.

3. Ingin lepas dari ketergantungan pada orang lain.

4. Ingin hidup kreatif, bebas, tidak terikat atau diperintah, jenuh mengikuti

rutinitas, merasa seperti robot, ingin menjadi majikan atau memiliki bisnis

sendiri.

5. Ingin menikmati jerih payah dari bisnis sendiri.

6. Kesetaraan gender, bahwa perempuan juga dapat berbisnis dan menghasilkan

uang.

7. Ingin beramal sholeh untuk orang lain (memberi lapangan kerja), dan

sebagainya.

Scarborough dan Zimmerer dalam Pambudy (1999) berpendapat bahwa

(30)

adalah aktivitas berusaha sendiri untuk mengelola sebuah bisnis dengan tujuan

memperoleh keuntungan dengan cara membuat produk/jasa yang diyakini

dibutuhkan oleh masyarakat konsumen dengan telah mempertimbangkan

kemungkinan risiko yang akan dihadapi serta berusaha menerapkan inovasi yang

terus-menerus dengan selalu menyesuaikan perkembangan di masyarakat.

3.1.2. Martabak Manis

Martabak manis merupakan salah satu jenis jajanan makanan yang

mengenyangkan. Martabak manis dibuat dengan berbahan dasar adonan tepung

terigu, gula, telur, dan lain-lain. Adonan dicetak dengan menggunakan piring

seng. Ukuran cetakan kurang lebih 20 cm, ada yang ukuran 24 cm, ada pula yang

ukuran 30 cm dan dipasang tangkai pipa besi. Dipanggang dan digoyangkan

diatas bara api, arang kayu, atau kompor minyak. Topping atau isi yang terdapat dalam martabak manis adalah olesan mentega/margarine, susu, selai, coklat, keju, kacang, durian, dan lain-lain.

Martabak menurut Dean (2005) adalah sejenis makanan khas dari negeri

India yang sudah dikenal dari dulu sampai sekarang. Martabak terang bulan atau

martabak manis disebut terang bulan, karena bentuknya bulat seperti bulan

purnama.

3.1.3. Wirausaha Martabak Manis

Wirausaha Martabak Manis adalah orang yang melakukan usaha martabak

manis yang berada di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak. Mereka

berjualan dari sore hari sampai malam hari dan kebanyakan orang-orang

menyebutnya pedagang kaki lima.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Republik Indonesia No. 23/MPP/Kep/1/1998 pasal 4 tentang lembaga-lembaga

usaha perdagangan terdiri dari: (1) Termasuk perdagangan informal adalah

pedagang kaki lima, pedagang keliling, pedagang kelontong, pedagang asongan,

bakul gendong, kedai, warung, depot, los pasar, jasa reparasi, jasa pertukangan, dan jasa-jasa informal lainnya, dan (2) Pedagang informal harus memenuhi

ketentuan-ketentuan sebagai berikut: memiliki modal usaha diluar tanah dan

(31)

beberapa orang, jenis usaha yang dijalankan umumnya tidak tetap (Setiawan,

2003)

Menurut hasil penelitian Fakultas Hukum Unpar dalam Alma (2003), yang

dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah orang yang berdagang kebutuhan

sehari-hari makanan atau jasa, modal kecil, berasal dari golongan ekonomi lemah,

baik berjualan terlarang atau tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian

tempat di tepi jalan yang selebar lima kaki (5 feet).

Di dalam ketentuan umum Bab I Pasal I Peraturan Daerah No 13 Tahun

2005 arti dari pedagang kaki lima adalah penjual barang dan atau jasa yang secara

perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan ekonomi yang tergolong

dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas umum dan bersifat

sementara/tidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak

bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang

mudah dipindahkan dan dibongkar pasang.

3.1.4. Perilaku Wirausaha

Perilaku wirausaha yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan

serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap

mental terhadap masa yang akan datang (Wijandi dalam Setiawan, 2003). Pada

dasarnya perilaku berorientasi tujuan ataupun dimotivasi oleh keinginan untuk

memperoleh tujuan tertentu (Hersey dan Blachartd dalam Hijriyah, 2004).

Lebih lanjut Lunardi dalam Hijriyah (2004) menyatakan bahwa perilaku

seseorang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilki serta dalam

hal tertentu oleh material yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut

ini. Penelitian Yuliadini (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor seperti

pendidikan, pengalaman usaha, motivasi, dan lokasi usaha berpengaruh terhadap

(32)

Gambar 1. Perubahan Perilaku Manusia

3.1.4.1. Pengetahuan Wirausaha

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir. Pengetahuan

yang dimiliki seseorang akan berkembang seiring dengan majunya jaman, sebagai

pelaku usaha maka pengetahuan yang terkini harus didapat dan diikuti agar

usahanya maju (Atmakusuma dalam Setiawan, 2003).

Pambudy (2003) menjelaskan untuk menjadi seorang wirausaha tidak

hanya sekedar memiliki pengetahuan praktis, tetapi juga pada gaya hidup dan

prinsip-prinsip tertentu yang akan berpengaruh pada bisnis yang dijalankan.

Walaupun secara tak langsung tidak ada hubungan antara pendidikan dengan

semangat kewirausahaan, tetapi dalam menjalankan usahanya seorang

wirausahawan perlu memiliki pengetahuan dasar yang memadai agar usahanya

berhasil.

3.1.4.2. Sikap Wirausaha

Sikap mental yang diperlukan seorang wirausahawan adalah unsur

mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang ketika dihadapkan pada

situasi. Sikap mental berbeda dengan kepribadian. Kepribadian menunjukkan

watak seseorang atau sikap mental yang relatif mantap dan tetap (Wijandi dalam

Setiawan, 2003).

Selanjutnya Pambudy (1999) menjelaskan sikap dasar seorang

wirausahawan adalah kemauan, kemampuan dan memiliki kesempatan untuk

selalu memperhatikan usahanya. Soesarsono (2002) mengemukan ada enam sikap

yang harus dimiliki penjual: (1) Kepercayaan diri, (2) Kemauan, semangat dan Perilaku

(33)

kegairahan, (3) Gigih dan ulet, (4) Kepribadian menarik, (5) Kesedian memberi

pelayanan terbaik, (6) Ada keyakinan dan kebanggaan.

3.1.4.3. Keterampilan Wirausaha

Keterampilan adalah kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang ada

pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam

mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan berhubungan dengan kerja fisik

anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja (Pambudy,

1999).

Soesarsono (2002) mengemukakan bahwa keterampilan pedagang

merupakan tindakan atau kegiatan pedagang dalam mengelola usahanya. Seorang

pedagang dalam menjalankan usahanya harus mempunyai berbagai kemampuan.

Adapun kemampuan yang harus dimiliki oleh pedagang diantaranya adalah: (1)

Kemampuan melakukan observasi dan diidentifikasi terhadap kebutuhan

masyarakat, pasar, saingan dan pembeli, (2) Kemampuan mempengaruhi orang

lain, menanam, dan memelihara kepercayaan orang lain, (3) Kemampuan

menentukan harga yang tepat dan baik, (4) Kemampuan mengenal kondisi fisik

dan psikologis pembeli, (5) Kemampuan membuat suasana yang menyenangkan,

(6) Kemampuan mencari dan memperoleh informasi yang tepat dan (7)

Kemampuan membuat rencana dan evaluasi penjualan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, pedagang martabak manis kaki

lima di Kota Bogor dihadapkan berbagai masalah. Permasalahan yang terjadi

adalah persaingan yang semakin ketat, hal ini dikarenakan pedagang martabak

yang berjualan saling berdekatan seperti di Jembatan Merah. Selain itu persaingan

juga mengakibatkan jumlah pelanggan yang tetap dan perkembangan usaha yang

tidak ada peningkatan, serta mudah keluar masuknya dalam menjalankan bisnis

martabak manis dan juga tidak adanya pencatatan pembukuan keuangan.

Dalam menganalisis hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha harus

terlebih dahulu mengetahui karakteristik individu dan karakteristik usaha. Dengan

melakukan identifikasi terhadap karakteristik individu dan usaha maka akan

(34)

individu yaitu: umur, asal daerah, tingkat pendidikan formal, dan jumlah

tanggungan keluarga. Karakteristik usaha yaitu: pemilikan usaha, pengalaman

berdagang, lama berdagang, pasokan tepung terigu, dan penerimaan usaha.

Kemudian dari karakteristik individu dengan karakteritik usaha dihubungkan

dengan perilaku wirausaha.

Karakteristik wirausaha merupakan bagian penting dalam kewirausahaan.

Karakteristik wirausaha akan menentukan keberhasilan dalam menjalankan dan

mengembangkan usaha. Setiap pedagang martabak manis di Kota Bogor

memiliki karakteristik sendiri sehingga perlu kajian mengenai karakteristik dan

perilaku wirausaha dalam menjalankan bisnisnya. Kegiatan operasional yang

(35)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor

Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor

Karakteristik Individu 1. Umur

2. Asal daerah

3. Tingkat pendidikan

4. Jumlah tanggungan keluarga

Karakteristik Usaha 1. Pemilikan usaha 2. Pengalaman berdagang 3. Lama berdagang 4. Pasokan tepung terigu 5. Penerimaan usaha Permasalahan yang dihadapi

1. Persaingan yang ketat yaitu tempat jualan yang saling berdekatan.

2. Jumlah pelanggan yang tetap

3. Bisnis martabak manis yang tidak berkembang. 4. Mudah keluar masuknya bisnis martabak manis

Hubungan antara Karakteristik dengan Perilaku Wirausaha

Perilaku Wirausaha 1. Pengetahuan wirausaha 2. Sikap wirausaha

(36)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kota Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi

dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor merupakan salah satu kota tujuan wisata. Pengambilan data lapang

dilakukan pada bulan Desember 2010 antara Febuari 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang martabak manis di Kota

Bogor. Pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu semua anggota

populasi. Sampel berjumlah 106 orang pedagang yang tersebar di enam

kecamatan di Kota Bogor. Sebaran pedagang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Pedagang Martabak Manis di Kota Bogor Desember 2010 sampai Febuari 2011

No. Kecamatan Jumlah Pedagang

1. Kota Bogor Barat 26

2. Kota Bogor Tengah 20

3. Tanah Serial 7

4. Kota Bogor Utara 23

5. Kota Bogor Timur 15

6. Kota Bogor Selatan 15

Jumlah 106

Sumber: Survey Lapangan, Desember 2010- Febuari 2011

4.3. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan dan pelaksanaan penelitian.

Desain penelitian yang dilakukan adalah metode survey. Metode survey adalah

prosedur dan teknik pengumpulan data untuk memperoleh fakta-fakta dari

gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual baik tentang sosial,

(37)

4.4. Data

Data yang dikumpulkan adalah Data Primer dan data Sekunder. Data

Primer adalah data yang diperoleh dengan observasi langsung, menggunakan

kuisioner terhadap responden. Data Sekunder adalah data yang telah

terdokumentasi sebelumnya, baik berupa data BPS, dinas-dinas,

lembaga-lembaga penelitian atau publikasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Data

harus relevan, dan dapat dipercaya.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara langsung,

dan observasi. Wawancara dilakukan kepada pedagang martabak manis di Kota

Bogor yaitu pada saat pedagang berjualan martabak manis dari sore sampai

malam hari.

Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan terbuka dan tertutup.

Pertanyaan terbuka dan tertutup diberikan untuk memperoleh informasi mengenai

karakteristik individu responden. Pertanyaan untuk unsur pengetahuan wirausaha

diberikan dalam bentuk pertanyaan tertutup Benar/Salah. Pertanyaan untuk unsur

sikap wirausaha diberikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan pilihan

jawaban kategori sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju dan

pertanyaan untuk unsur keterampilan wirausaha berupa pertanyaan tidak pernah,

jarang, sering, selalu. Kuisioner penelitian selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 1.

4.6. Metode Pengolahan Data

Ada tiga jenis analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu

Analisis Statistik Deskriptif, Analisis Korelasi Rank Spearman, dan Analisis Korelasi Khi Kuadrat (Chi Square).

4.6.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberi gambaran

secara kualitatif mengenai karakteristik pedagang, karakteristik wirausaha yang

dimilki oleh pedagang martabak manis di kota Bogor. Metode statistik deskriptif

(38)
(39)

Keterangan : rs = Koofisien Korelasi Rank Spearman n = Jumlah Sampel

di = Beda antara 2 pengamatan berpasangan

Rumus Chi Square yang digunakan adalah sebagai berikut : X² = Σ (fo – fe)²

fe

Keterangan: X² = Nilai chi-kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi fe = Frekuensi yang diharapkan.

4.7. Definisi Operasional

Berikut ini didefinisikan beberapa peubah yang digunakan untuk

mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian, yaitu:

1. Umur adalah tingkat umur pedagang martabak manis pada saat penelitian

dilaksanakan, dengan pembulatan ke arah hari ulang tahun terdekat. Kondisi

yang menggambarkan berapa lama orang telah menjalani kehidupan. Kondisi

ini dapat diketahui dari tahun kelahiran seseorang. Diukur dengan

menggunakan skala ordinal. Diketegorikan berdasarkan sebaran normal

responden sampel, yaitu: Muda (<34 tahun), Dewasa (34-51 tahun), dan Tua

(>51 tahun).

2. Asal daerah adalah asal mula pedagang martabak manis yang diukur

berdasarkan skala nominal. Diketegorikan berdasarkan responden sampel,

yaitu: Kota Bogor, Luar Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat), dan Luar Provinsi

Jawa Barat

3. Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah

dijalani atau diikuti pedagang secara formal (dalam tahun). Dikategorikan

berdasarkan responden sampel, yaitu: Tidak Tamat SD, Tamat SD, Tamat

SMP, Tamat SMA, dan Diploma.

4. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih

dalam tanggungan pedagang, baik yang berada atau tinggal satu rumah

maupun tidak tinggal satu rumah termasuk dirinya sendiri. Diukur dengan

skala ordinal. Diketegorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel,

(40)

5. Pemilikan usaha adalah pemilik usaha martabak, yang mempunyai modal dan

digunakan usaha martabak manis. Diketegorikan berdasarkan responden

sampel, yaitu: sendiri, keluarga, dan bos.

6. Pengalaman berdagang adalah lamanya pedagang menjalankan usaha

martabak manis di ukur dalam satuan bulan. Diukur dengan skala ordinal.

Diketegorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel, yaitu: <158,

158-312 dan >312.

7. Lamanya berdagang adalah lamanya waktu yang dicurahkan pedagang dalam

menjalankan usaha martabak manis setiap hari mulai dari datang ke lokasi

berdagang sampai meninggalkan lokasi dagang yang diukur dalam satuan

jam. Diukur dengan skala ordinal. Diketegorikan berdasarkan sebaran normal

responden sampel, yaitu: <6,5, 6,5-9, dan >9.

8. Pasokan tepung terigu per hari adalah banyaknya persedian tepung terigu

yang digunakan setiap hari sebagai bahan baku mentah dalam menjalankan

usaha martabak manis yang diukur dalam satuan kilogram. Diukur dengan

menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan sebaran normal

responden sampel, yaitu: <12, 12-21, dan >21.

9. Pendapatan usaha adalah penerimaan yang diperoleh oleh pedagang martabak

manis yang telah dikurangi biaya produksi yang dilakukan saat penelitian

selama satu bulan yang diukur dalam satuan rupiah. Diukur dengan

menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan sebaran normal

responden sampel, yaitu: <1.833.334, 1.833.334-3.666.667, dan >3.666.667.

10.Perilaku wirausaha adalah pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta

sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap

mental terhadap masa yang akan datang. Kegiatan-kegiatan ekonomi dan

bisnis yang polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu:

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Diukur dengan menggunakan skala

ordinal. Dikategorikan berdasarkan interval skor, yaitu: 40-92 (sangat

rendah), 93-144 (rendah), 145-196 (sedang) , 197-248 (tinggi), dan 249-300

(sangat tinggi).

11.Pengetahuan wirausaha adalah Pengetahuan adalah kemampuan seseorang

(41)

Salah. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan

interval skor, yaitu: 0-20 (sangat rendah), 21-40 (rendah), 41-60 (sedang),

61-80 (tinggi), dan 81-100 (sangat tinggi).

12.Sikap wirausaha adalah unsur mencirikan respon, tanggapan atau tingkah

laku seseorang ketika dihadapkan pada situasi. Sikap pedagang atau respon

seseorang dalam menyikapi masalah-masalah yang terjadi didalam wirausaha.

Sikap wirausaha dapat berkaitan dengan sangat tidak setuju, tidak setuju,

setuju dan sangat setuju, perasaan pedagang dan tanggapan suatu kejadian.

Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan

interval skor, yaitu: 20-36 (sangat rendah), 37-52 (rendah), 53-68 (sedang) ,

69-84 (tinggi), dan 85-100 (sangat tinggi).

13. Keterampilan wirausaha adalah suatu kemauan dan kemampuan serta

kesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua

organ fisiknya dalam mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan

berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan

mulut (suara) untuk berkerja. Keterampilan pedagang martabak manis dalam

mengatur kegiatan usahanya, seperti : pembukuan keuangan, membuat

strategi pemasaran, rencana pengembangan usaha. Keterampilan wirausaha

dapat berkaitan dengan tidak pernah, jarang, sering, dan selalu. Diukur

dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan interval skor,

yaitu: 20-36 (sangat rendah), 37-52 (rendah), 53-68 (sedang) , 69-84 (tinggi),

(42)

V. KEADAAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Keadaan Geografis

Secara geografis kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43’30’’BT, 106

derajat 51’00 dan 30’30”LS-6 derajat 41’00”LS serta mempunyai ketinggian

rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter. Jarak dari ibukota kurang lebih 60

kilometer.

Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, Kota Bogor

merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki asset Wisata Ilmiah yang

bersifat Internasional (Kebun Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 km disebelah

Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan

pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar Batu

Tulis di Selatan Kota Bogor. Bogor dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena

memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500 antara 4.000 milimeter

pertahunnya.

Kota Bogor mempunyai luas wilayah 11.850 Ha atau 0,27% dari luas

propinsi Jawa Barat dan mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh

dari pemukiman, yaitu Sungai Ciliwung. Cisadane, Cipakancilan, Cidepit,

Ciparigi dan Cibalok. Kota Bogor terdiri dari enam wilayah kecamatan, 31

kelurahan, 37 desa dan 210 dusun. Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan

Kota Bogor Barat, Kecamatan Kota Bogor Utara, Kecamatan Kota Bogor Selatan,

Kecamatan Kota Bogor Timur, Kecamatan Kota Bogor Tengah, dan Kecamatan

Tanah Sareal.

5.2. Demografi

Hasil akhir tahun 2008 menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor

sebanyak 942.204 jiwa, terdiri dari 476.476 jiwa laki-laki dan 465.728 jiwa

perempuan, terdapat kenaikan sebesar 4,09 persen dibanding tahun 2007 yaitu

905.132 jiwa. Kenaikan tersebut diduga karena faktor penarik dari Kota Bogor

sendiri mengingat semakin banyaknya fasilitas sosial yang mudah diperoleh.

Selain itu juga kota Bogor merupakan kota penyangga ibu kota Negara, sehingga

(43)

Penduduk kota Bogor apabila dilihat dari struktur umur penduduknya,

menunjukan jumlah terbesar pada umur 20 antara 24 tahun sebanyak 108.207

jiwa, dan yang terkecil pada umur 60 antara 64 dengan jumlah 20.257 jiwa. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kota Bogor Tahun 2008

No. Kecamatan Rumah

Tangga Penduduk

Kota Bogor 198.250 942.204 188,50 7.951

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Kota Bogor dalam angka 2009

5.3. Ekonomi

Secara umum keadaan ekonomi Kota Bogor sudah relatif stabil dengan

pertumbuhannya yang cukup baik, namun tentunya masih memerlukan perhatian

yang lebih dikarenakan struktur ekonomi Kota Bogor yang didominasi oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 29,53 persen dan sektor industri

pengolahan sebesar 28,18 persen dimana ini sangat dipengaruhi oleh jumlah

penduduk dan daya beli masyarakat. Jumlah perusahaan perdagangan berdasarkan

penerbitan SIUP dan TDUP tahun 2002/2003 – 2008/2009 di Kota Bogor dapat

(44)

Tabel 7. Jumlah Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Penerbitan SIUP dan TDUP Tahun 2002/2003 – 2008/2009 di Kota Bogor

No. Tahun Perdagangan

Besar

Perdagangan

Menengah

Perdagangan

Kecil Jumlah

1. 2002-2003 178 885 4.766 5.829

2. 2003-2004 188 912 5.114 6.214

3. 2004-2005 222 1.067 6.419 7.708

4. 2005-2006 233 1.101 6.683 8.017

5. 2006-2007 249 1.144 6.952 8.345

6. 2007-2008 284 1.216 7.467 8.967

7. 2008-2009 311 1.275 7.874 9.460

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota bogor, 2009

5.4. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pertumbuhan PKL di kota Bogor semakin berkembang setelah terjadinya

krisis ekonomi mulai pertengahan tahun 1997. Hasil pendataan oleh Pemerintah

Derah, pada tahun 1996 tercatat pedagang kaki lima dititik-titik pusat keramaian

berjumlah 2.140 pedagang, kemudian pada akhir tahun 1999 berdasarkan hasil

survei Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) Kota Bogor jumlahnya hampir

tiga kali lipat menjadi 6.340 pedagang.

Pada akhir tahun 2002 berdasarkan hasil pendataan Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kota Bogor jumlah PKL meningkat lagi menjadi 10.350

Pedagang, yang tersebar di 51 titik PKL, dimana 82 persen dari para pedagang

tersebut berasal dari luar Kota Bogor. Tahun 2004 terdapat 50 lokasi PKL dengan

jumlah pedagang sekitar 12.000 PKL.

Konsentrasi pedagang martabak manis kaki lima berada pada kawasan

yang strategis di Wilayah Kota Bogor yaitu di kawasan pusat perdagangan, daerah

pemukiman, daerah pendidikan, stasiun dan terminal. Kawasan yang ramai yang

dijadikan lokasi berjualan diantaranya adalah Jembatan merah, Tajur, Terminal

Beranangsiang, Bantar jati, Jalan Baru, Warung Jambu, Air mancur, Sindang

(45)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Karakteristik Individu dan Usaha

Karakteristik pedagang martabak manis kaki lima terdiri dari dua yaitu:

karakteristik individu pedagang dan karakteristik usaha pedagang martabak manis.

Karakteristik individu pedagang yang diamati meliputi : umur, asal daerah, tingkat

pendidikan formal dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteritik usaha pedagang

martabak manis Kota Bogor, terdiri dari: pemilikan usaha, pengalaman

berdagang, lama berdagang, pasokan tepung terigu, dan penerimaan usaha.

Pedagang dalam penelitian ini adalah pedagang martabak manis kaki lima

di Kota Bogor. Total pedagang dalam penelitian ini adalah 106 orang. Dari data

karakteristik individu dan karakteristik usaha pedagang, akan dilihat hubungannya

dengan perilaku wirausaha pedagang.

6.1.1. Umur

Umur pedagang martabak manis bervariasi mulai dari umur 15 sampai 69

tahun, dengan rata-rata umur 30 tahun. Pada penelitian ini, pedagang

dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebahagian besar pedagang martabak manis 66,98 persen berada pada

kisaran umur kurang dari 33 tahun, kemudian sekitar 28,30 persen masuk kedalam

kisaran umur antara 33 sampai 51 tahun dan sisanya 4,72 persen berada pada

kisaran umur lebih dari 51 tahun. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok

umur bisa dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1. < 34 tahun 71 66,98

2. 34-51 tahun 30 28,30

3. > 51 tahun 5 4,72

Jumlah 106 100,00

Bagi pedagang yang usia muda dalam menjalankan usaha merupakan

(46)

tua semakin banyak pula pengalaman yang telah didapat. Pedagang martabak

manis lebih dari 50 persen merupakan umur yang masih muda. Ini juga

dikarenakan anak muda lebih semangat dan tenaga yang masih kuat serta kondisi

kesehatan yang lebih bagus. Diharapkan anak muda sebagai pengerak

perekonomian bangsa. Scarborough dan Zimmerer dalam Pambudy (1999)

berpendapat bahwa lebih dari 50 persen memulai wirausaha pada umur 25 sampai

40 tahun.

6.1.2. Asal Daerah

Asal daerah diduga mempengaruhi cara kerja seseorang dalam berusaha,

dan biasanya penduduk pendatang akan lebih tinggi motivasinya dibandingkan

penduduk asli. Hasil penelitian menunjukkan dari 106 orang pedagang martabak

manis yang diwawancarai asal daerahnya bermacam-macam.

Pedagang yang berasal dari Luar provinsi Jawa Barat (Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sumatra Barat) merupakan yang terbanyak 76 orang 71,69 persen, yang

berasal dari Luar Kota Bogor (masih Provinsi Jawa Barat) 17 orang pedagang

16,04 persen dan yang penduduk asli Bogor 13 orang 12,27 persen. Distribusi

pedagang berdasarkan kelompok asal daerah dilihat pada Tabel 9.

Pedagang yang berasal dari luar provinsi Jawa Barat lebih dari 50 persen.

Banyaknya pedagang dari luar Jawa Barat karena pedagang tersebut ingin

merantau untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya. Dengan merantau mereka

akan lebih gigih dalam berusaha.

Tabel 9. Distribusi Pedagang Berdasarkan Asal Daerah

No. Asal Daerah Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

1. Kota Bogor 13 12,27

2. Luar Kota Bogor ( Provinsi Jawa Barat) 17 16,04

3. Luar Provinsi Jawa Barat 76 71,69

Jumlah 106 100,00

6.1.3. Tingkat Pendidikan Formal

(47)

menunjukkan bahwa jumlah terbanyak yaitu tamatan SMP 40,57 persen, dan

tersedikit Diploma 0,94 persen hanya satu orang. Hal ini berarti pedagang

martabak manis tingkat pendidikan formalnya berada di SMP kebawah. Alasan

mereka tidak melanjutkan pendidikan dikarenakan keterbatasan ekonomi dan

lebih memilih untuk membantu orang tua.

Dengan pendidikan formal yang kurang maka mereka memilih buka

usaha, karena untuk melamar pekerjaan diperusahaan mereka tidak memiliki

Ijazah dari pendidikan formal yang lebih tinggi. Walaupun pendidikan formal

mereka masih rendah diharapkan motivasi mereka dalam berwirausaha tinggi

yang dikerenakan keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk lebih sejahtera.

Tingkat pendidikan formal yang rendah tidak menjadikan suatu halangan bagi

pedagang untuk mendirikan usaha.

Pengusaha kecil tidak menyadari adanya peluang peningkatan kemampuan

dalam mengelola usaha yang dikarenakan keterbatasan pendidikan formal.

(Sjaifudian dalam Setiawan, 2003). Distribusi pedagang berdasarkan kelompok

tingkat pendidikan formal bisa dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan

Formal

No. Tingkat Pendidikan Formal Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. Tidak Tamat SD 5 4,72

2. Tamat SD 37 34,90

3. Tamat SMP 43 40,57

4. Tamat SMA 20 18,87

5. Diploma 1 0,94

Jumlah 106 100,00

6.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pedagang dari satu orang samapai sembilan

orang. Satu orang berarti hanya buat diri sendiri (belum menikah). Jumlah

pedagang yang hanya mencari uang untuk diri sendiri berjumlah 30 orang. Jumlah

tanggungan keluarga terbanyak yaitu antara satu sampai tiga orang 75,47 persen,

(48)

Anggota keluarga yang ditanggung oleh pedagang martabak manis adalah

anak, istri, saudara atau kerabat. Jumlah tanggungan keluarga pedagang satu

sampai tiga orang di atas 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

mereka terdiri dari pedagang, istri dan satu anak. Berdasarkan hasil wawancara

langsung dengan pedagang martabak manis bahwa keluarga salah satu alasan

utama mereka untuk bersungguh-sungguh berusaha karena rasa tanggung jawab

dalam menghidupi anggota keluarganya. Diharapkan dengan tanggung jawab

tersebut maka semangat dalam berwirausaha juga tinggi. Distribusi pedagang

berdasarkan kelompok jumlah tanggungan keluarga bisa dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

No. Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. < 4 80 75,47

2. 4-6 24 22,64

3. > 6 2 1,89

Jumlah 106 100,00

6.1.5. Pemilikan Usaha

Pemilikan usaha pedagang martabak manis kaki lima pada penelitian ini

dikelompokan menjadi tiga yaitu usaha sendiri, usaha keluarga, dan usaha bos.

Pemilikan usaha sebahagian besar adalah usaha sendiri sebanyak 70 orang 66,04

persen, milik bos sebanyak 21,69 persen, dan milik keluarga sebanyak 13 orang

12,27 persen.

Usaha milik sendiri berarti semua modal dari peralatan, sewa tempat,

gerobak, penyedian bahan baku. Sebagian besar pedagang hanya berkerja sendiri

tanpa dibantu dengan karyawan dan ada yang dibantu karyawan. Alasan mereka

untuk tidak dibantu sama karyawan karena kerjanya tidak terlalu sulit dan juga

buat penghematan biaya untuk karyawan. Dengan mereka buka usaha sendiri dan

milik sendiri berarti mereka tidak mau tergantung sama orang lain bahkan sudah

membuka lapangan pekerjaan dengan memperkerjakan karyawan. Diharapkan

jiwa wirausaha mereka akan terus tumbuh dan berkembang. Distribusi pedagang

Gambar

Gambar 1. Perubahan Perilaku Manusia
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Karakteristik dan Perilaku
Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kota
Tabel 7. Jumlah Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Penerbitan SIUP dan TDUP Tahun 2002/2003 – 2008/2009 di Kota Bogor
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan – Nya yang tidak pernah berhenti menyertai hidup penulis sampai saat ini sehingga

Yang kedua adalah menggunakan analisis diskriminan untuk mengkelompokkan atau mengklasifikasikan faktor – faktor yang telah ditentukan yang mempengaruhi pembelian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa fungsi bintang terdapat tiga menurut periwayatan, yakni sebagai navigasi atau arah petunjuk perjalanan dalam ilmu pengetahuan

[r]

Ada dua variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa yang berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum dan jalan kaki sebagai variabel bebas

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KERUKUNAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV, V, DAN VI SD NEGERI 3 BENTANGAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN

Loree (dalam Makmun, 2005: 164) mengembangkan model yang mempengaruhi output atau prestasi dari proses pembelajaran, yang menunjukkan bahwa environmental input atau

Kawasan budi daya yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota harus dikelola dalam rangka optimalisasi implementasi rencana. Di dalam Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007