• Tidak ada hasil yang ditemukan

referat sepsis neonatorum.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "referat sepsis neonatorum.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

BAB II

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Sepsis pada neonatus masih merupakan masalah yang belum terpecahkan dalam Sepsis pada neonatus masih merupakan masalah yang belum terpecahkan dalam  pelayanan

 pelayanan dan dan perawatan perawatan neonatus. neonatus. Di Di Negara Negara berkembang berkembang hampir hampir sebagian sebagian besar besar  ne

neonaonatutus s yayang ng didirarawawat t memempmpunyunyai ai kakaititan an dedengngan an mamasasalalah h sesepspsis is dadan n di di negnegararaa  berkembangpun

 berkembangpun sepsis sepsis tetap tetap merupakan merupakan sebuah sebuah masalah. masalah. Selain Selain itu itu sepsis sepsis memilikimemiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dalam laporan WHO yang dikutip Child tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dalam laporan WHO yang dikutip Child Health Research Proect Special Report ! Reducing Perinatal and Neonatal "ortality Health Research Proect Special Report ! Reducing Perinatal and Neonatal "ortality #$%

#$%%%&%%&' ' dikdikemukemukakaakan n bahbahwa wa ()* ()* kemkematiatian an neonneonatuatus s terteradi adi karkarena ena berberbagabagai i bentbentuk uk  in+

in+ekseksi i sepseperterti i in+in+ekseksi i salsalurauran n perperna+na+asaasan' n' tettetanus anus neoneonatonatorumrum' ' sepsepsissis' ' dan dan in+in+ekseksii gastr

gastrointesointestinaltinal. . SetelaSetelah h tetantetanus us neonatoneonatorum' rum' sepssepsis is neonatneonatorum orum merupamerupakan kan penyakipenyakitt dengan case +atality rate tertinggi. Hal ini teradi karena banyak +aktor resiko in+eksi pada dengan case +atality rate tertinggi. Hal ini teradi karena banyak +aktor resiko in+eksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.

masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.$$

BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi 2.1 Definisi Seps

Sepsis is neoneonatonatorum rum adaadalah lah sinsindrodrom m kliklinis nis dengdengan an gegeala ala in+in+ekseksi i sisistestemik mik dandan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan. Dalam sepuluh tahun terakhir  diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan. Dalam sepuluh tahun terakhir  terdapat beberapa perkembangan baru mengenai de+inisi sepsis. Salah satunya menurut terdapat beberapa perkembangan baru mengenai de+inisi sepsis. Salah satunya menurut The

The InterInternationational nal SepsiSepsis s DefiDefinitionition n ConferConferences (ISDC,2ences (ISDC,2001),001), sepsisepsis s adalah adalah sindrsindromom kli

klinis dengnis dengan adanyaan adanya SysteSystemic Inflammatmic Inflammatory Response Syndromory Response Syndrome e (SIR(SIRS)S) dan in+eksi.dan in+eksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanutan mulai dari in+eksi' S,RS' sepsis' sepsis Sepsis merupakan suatu proses berkelanutan mulai dari in+eksi' S,RS' sepsis' sepsis  berat' renatan-syok septik' dis+ungsi multior

 berat' renatan-syok septik' dis+ungsi multiorgan' dan akhirnya kematian.gan' dan akhirnya kematian.$$

a

(2)

De+inisi S,RS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan ) dari ( kriteria dalam tabel. Salah satu di antaranya adanya kelainan suhu atau leukosit.

abel $.) /riteria ,n+eksi' Sepsis' sepsis 0erat' Syok Sepsis

Kriteria Definisi

,n+eksi erbukti in+eksi # proven infection& bila ditemukan kuman  penyebab' atau ersangka in+eksi # suspected 

infection& bila terdapat sindrom klinis #geala klinis dan penunang lain&

Sepsis S,RS disertai in+eksi yang terbukti atau tersangka Syok Sepsis Sepsis dan dis+ungsi organ kardio1askular 

2.2 Epidemioloi

2ngka keadian sepsis neonatorum di dunia diperkirakan $3$4 kasus per $444 kelahiran hidup dan $ per )54 kelahiran prematur.% 2ngka keadian sepsis neonatorum di

negara mau $3( per $444 kelahiran' di 2sia enggara berkisar )'$3$6 per $444 kelahiran hidup. Sedangkan untuk angka keadian sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit ruukan di ,ndonesia berkisar antara $'5*37'8)* dengan angka kematian mencapai 78'4%*394*%'$4 /eragaman angka keadian pada masing3masing rumah sakit dapat

dihubungkan dengan angka prematuritas' perawatan prenatal' pelaksanaan persalinan' dan kondisi lingkungan di ruang perawatan.$

2ngka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir  rendah dan bila ada +aktor risiko ibu #obstetrik& atau tanda3tanda korioamnionitis seperti ketuban pecah lama #:$9 am&' demam intrapartum ibu#:78'5;C&' leukositosis ibu #:$9.444&' pelunakan uterus' dan takikardia anin #:$94 kali-menit&. Sedangkan +aktor 

Usia Neonat !s S!"! La#! Nadi Perm enit La#! Nafas Perme nit J!mla" Le!$osit % 1&'(mm'

<sia 438 hari :79'5;C atau =76'5 ;C : $94-=$44 :54 :7( <sia 8374 hari :79'5;C atau =76'5 ;C : $94-=$44 :(4 :$%'5 atau =5

(3)

risiko host untuk sepsis neonatorum adalah enis kelamin laki3laki' cacat imun didapat atau kongenital' galaktosemia # scherichia coli&' pemberian besi intramuskular' anomali kongenital #saluran kencing' asplenia' myelomeningokel' saluran sinus&' om+alitis' dan kembar #terutama kembar kedua dari anin yang terin+eksi&. Prematuritas merupakan +aktor  risiko baik pada SN2D maupun SN2>.$

2.' Etioloi

Penyebab dari timbulnya sepsis pada neonatus dapat berupa bakteri' 1irus' amur' dan proto?oa #arang&. 0akteri penyebab SN2D umumnya berasal dari traktus genitalia maternal yang tidak menimbulkan penyakit pada ibu seperti Streptococcus @rup 0 dan  bakteri enterik. SN2> umumnya disebabkan oleh in+eksi nosokomial seperti  nterococcus' dan Staphylococcus aureus. Penyebab SN2> lainnya seperti Streptococcus

@rup 0' ! coli' "isteria monocyto#enes' 1irus herpes simpleks' entero1irus' serta bakteri Staphylococcus coa#ulase$negati+ dan amur Candida al%icans yang menadi penyebab SN2> tersering pada bayi dengan berat badan lahir rendah.7

2.) Klasifi$asi

0erdasarkan waktu teradinya' sepsis neonatorum dapat diklasi+ikasikan menadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini #early$onset neonatal sepsis& dan sepsis neonatorum awitan lambat #late$onset neonatal sepsis&. Sepsis neonatorum awitan dini #SN2D& merupakan in+eksi perinatal yang teradi segera dalam periode postnatal #kurang dari 8) am& dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Di negara mau' kuman tersering yang ditemukan pada kasus SN2D adalah Strepto&o&us 'rup  #S@0& A#:(4* kasus&B'  scherichia coli'  aemophilus influen*a' dan  "isteria monocyto#enes' sedangkan di negara berkembang termasuk ,ndonesia' mikroorganisme  penyebabnya adalah batang @ramnegati+. Sepsis neonatorum awitan dini memiliki

kekerapan 7'5 kasus per $444 kelahiran hidup dengan angka mortalitas sebesar $5354*.$

Sepsis neonatorum awitan lambat #SN2>& merupakan in+eksi postnatal #lebih dari 8) am& yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit #in+eksi nosokomial&. Proses in+eksi pasien semacam ini disebut uga in+eksi dengan transmisi hori?ontal. 2ngka mortalitas SN2> lebih rendah daripada SN2D yaitu kira3kira $43)4*. Di negara mau'

(4)

Coa#ulase$ne#ative Staphilococci #Co+S & dan Candida al%icans merupakan penyebab utama SN2>' sedangkan di negara berkembang didominasi oleh mikroorganisme batang @ram negati+ # ! coli' le%siella' dan -seudomonas aeru#inosa&.7

2.* +a$tor ,esi$o

/riteria sepsis neonatorum baik berdasarkan anamnesis #termasuk adanya +aktor  resiko ibu dan neonatus terhadap sepsis&' gambaran klinis dan pemeriksaan penunang  berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. eradinya sepsis neonatorum

dipengaruhi oleh +aktor risiko pada ibu dan bayi.

+a$tor risi$o i-!

• /etuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari $9 am. 0ila ketuban pecah lebih dari )(

 am' keadian sepsis pada bayi meningkat sekitar $* dan bila disertai korioamnionitis' keadian sepsis akan meningkat menadi ( kalinya.

• ,n+eksi dan demam #:79;C& pada masa peripartum akibat korioamnionitis' in+eksi saluran

kemih' kolonisasi 1agina oleh Streptokokus grup 0 #S@0&' kolonisasi perineal oleh . coli' dan komplikasi obstetrik lainnya.

• Cairan ketuban hiau keruh dan berbau. • /ehamilan multipel.

• Persalinan dan kehamilan kurang bulan. • aktor sosial ekonomi dan gi?i ibu.

+a$tor risi$o pada -a/i )

• Prematuritas dan berat lahir rendah. • Dirawat di Rumah Sakit.

• rauma pada proses persalinan.

• Prosedur in1asi+ seperti intubasi endotrakeal' pemakaian 1entilator' kateter'

in+us' pembedahan' akses 1ena sentral' kateter intratorakal

• 0ayi dengan galaktosemia #predisposisi untuk sepsis oleh . coli&' de+ek imun'atau

asplenia.

• 2s+iksia neonatorum. • Cacat bawaan.

• idak diberi 2S,

• Pemberian nutrisi parenteral.

• Perawatan di bangsal intensi+ bayi baru lahir yang terlalu lama. • Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang o1ercrowded

(5)

Di1isi Perinatologi /<,-RSC" mencoba melakukan pendekatan diagnosis dengan menggunakan +aktor risiko dan mengelompokkan +aktor risiko tersebut dalam risiko mayor dan risiko minor.5

0ila terdapat satu +aktor risiko mayor dan dua risiko minor maka pendekatan diagnosis dilakukan secara akti+ dengan melakukan pemeriksaan penunang #septicwork3 up& sesegera mungkin. Pendekatan khusus ini diharapkan dapat meningkatkan identi+ikasi  pasien secara dini dan tata laksana yang lebih e+isien sehingga mortalitas dan morbiditas  pasien diharapkan dapat membaik.5

2.0 Patofisioloi

Pato+isiologi sepsis neonatorum merupakan interaksi respon komplek antara mikroorganisme patogen dan keadaan hiperin+lamasi yang teradi pada sepsis' melibatkan  beberapa komponen' yaitu! bakteri' sitokin' komplemen' sel netro+il' sel endotel' dan mediator lipid. aktor in+lamasi' koagulasi dan gangguan +ibrinolisis memegang peran  penting dalam pato+isiologi sepsis neonatorum. "eskipun mani+estasi klinisnya sama'  proses molekular dan seluler untuk menimbulkan respon sepsis neonatorum tergantung mikroorganisme penyebabnya' sedangkan tahapan3tahapan pada respon sepsis neonatorum sama dan tidak tergantung penyebab. Respon in+lamasi terhadap bakteri

(6)

gram negati+ dimulai dengan pelepasan lipopolisakarida #>PS&' suatu endotoksin dari dinding sel yang dilepaskan pada saat lisis' yang kemudian mengakti+asi sel imun non spesi+ik #innate immunity& yang didominasi oleh sel +agosit mononuklear. >PS terikat  pada protein pengikat >PS saat di sirkulasi. /ompleks ini mengikat reseptor CD( makro+ag dan monosit yang bersirkulasi #Hapsari' )44%&. Organisme gram positi+' amur  dan 1irus memulai respon in+lamasi dengan pelepasan eksotoksin-superantigen dan komponen antigen sel. Sitokin proin+lamasi primer yang diproduksi adalah tumor  necrosis +actor #N& E' interleukin #,>&$' 6' 9' $) dan inter+eron #,N&. Peningkatan ,>3 6 dan ,>39 mencapai kadar puncak ) am setelah masuknya endotoksin. Sitokin ini dapat mempengaruhi +ungsi organ secara langsung atau tidak langsung melalui mediator  sekunder #nitric oFide' tromboksan' leukotrien' platelet acti1ating +actor #P2&'  prostaglandin' dan komplemen. "ediator proin+lamasi ini mengakti+asi berbagai tipe sel' memulai kaskade sepsis dan menghasilkan kerusakan endotel #Nasution' )449&. ,munoglobulin pertama yang dibentuk +etus sebagai respon in+eksi bakteri intrauterin adalah ,g " dan ,g 2. ,g " dibentuk pada usia kehamilan $4 minggu <ni1ersitas Sumatera <tara yang kadarnya rendah saat lahir dan meningkat saat terpapar in+eksi selama kehamilan. Peningkatan kadar ,g " merupakan indikasi adanya in+eksi neonatus. 2da 7 mekanisme teradinya in+eksi neonatus yaitu saat bayi dalam kandungan - pranatal' saat persalinan- intranatal' atau setelah lahir- pascanatal. Paparan in+eksi pranatal teradi secara hematogen dari ibu yang menderita penyakit tertentu' antara lain in+eksi 1irus atau  parasit seperti oFoplasma' Rubella' Cytomegalo1irus' Herpes #in+eksi ORCH&' ditransmisikan secara hematogen melewati plasental ke +etus. ,n+eksi transplasenta dapat teradi setiap waktu selama kehamilan. ,n+eksi dapat menyebabkan aborsi spontan lahir  mati' penyakit akut selama masa neonatal atau in+eksi persisten dengan sekuele. ,n+eksi  bakteri lebih sering di dapat saat intranatal atau pascanatal. Selama dalam kan dungan ibu'  anin terlindung dari bakteri karena adanya cairan dan lapisan amnion. 0ila teradi kerusakan lapisan amnion' anin berisiko menderita in+eksi melalui amnionitis. Neonatus terin+eksi saat persalinan dapat disebabkan oleh aspirasi cairan amnion yang mengandung lekosit maternal dan debris seluler mikroorganisme' yang berakibat pneumonia. Paparan  bayi terhadap bakteri teradi pertama kali saat ketuban pecah atau dapat pula saat bayi melalui alan lahir. Pada saat ketuban pecah' bakteri dari 1agina akan menalar ke atas

(7)

sehingga kemungkinan in+eksi dapat teradi pada anin #in+eksi transmisi 1ertikal'  paparan in+eksi yang teradi saat kehamilan' proses persalinan dimasukkan ke dalam kelompok in+eksi paparan dini #early onset o+ neonatal sepsis& dengan geala klinis sepsis' terlihat dalam 738 hari pertama setelah lahir. ,n+eksi yang teradi setelah proses kelahiran  biasanya berasal dari lingkungan sekitarnya. 0akteri masuk ke dalam tubuh melalui udara  pernapasan' saluran cerna' atau melalui kulit yang terin+eksi. 0entuk sepsis semacam ini dikenal dengan sepsis paparan lambat #late onset o+ neonatal sepsis&. Selain perbedaan dalam waktu paparan kuman' kedua bentuk in+eksi ini #early onset dan late onset& sering  berbeda dalam enis kuman penyebab in+eksi. Walaupun demikian patogenesis' geala

klinik' dan tata laksana dari kedua bentuk sepsis tersebut tidak banyak berbeda.

2. Dianosis

Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua k riteria mayor atau satu kriteria mayor ditambah dua kriteria minor. /riteria tersebut yaitu!5'8

abel $.7 aktor Risiko Sepsis$'8

+AKT, ,ISIK 3A4, +AKT, ,ISIK 3IN,  

/etuban pecah dini :$9 am /etuban pecah dini :$)am Demam intrapartum :79 C Demam intrapartum :78'5 C /orioamnionitis Skor 2P@2R rendah

/etuban berbau 00>SR

Denyut antung anin :$64 F-menit <sia kehamilan =78 minggu /embar 

/eputihan

,n+eksi Saluran kemih

Sepsis neonatorum didiagnosis berdasarkan mani+estasi klinis dan disertai dengan  pemeriksaan penunang berupa!

a. La-oratori!m 1. Dara" r!tin

Darah rutin yaitu umlah leukosit P"N' umlah trombosit' dan preparat darah hapus. Pada preparat darah hapus yang perlu diperhatikan adalah umlah leukosit imatur  #neutropenia = $944-ul& sehingga dapat diperhitungkan rasio netro+il imatur dengan netro+il total. Dimana dikatakan terin+eksi apabila ,! rasio : 4'). Preparat darah hapus menunukkan gambaran hemolisis' hipergranulasi' hipersegmentasi' toksik granulasi.

(8)

Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mendukung diagnosis neonatus sepsis menurut sistem skor.

abel $.( Sistem skor hematologis untuk prediksi sepsis neonaturum #/riteria Rodwell&$%

Gika umlah skor lebih atau sama dengan 7 maka kemungkinan besar sepsis.

2. K!lt!r

<ntuk membuktikan adanya sepsis bakterial' organisme harus diisolasi dari kultur  darah atau cairan tubuh steril seperti cairan cerebrospinal' cairan sendi' cairan peritoneal dan pleura. /ultur darah merupakan #old standard dalam diagnosis sepsis. Cairan lumbal diperiksa pada neonatus sakit kritis dengan kultur darah positi+' gambaran klinik  septikemia' sebab meningitis ditemukan pada $ dari ( sepsis neonatorum. Hasil kultur   positi+ merupakan tanda de+initi+ terdapatnya bakteri patogen' h asil biakan baru diperoleh

minimal 735 hari. /ultur dapat negati+ disebabkan oleh bakteremia transien' spesimen darah kurang' proses spesimen yang tidak optimal dan antibiotik diberikan intrapartum.8'9

'. C-Reaktif Protein 56,P7

Pada proses in+lamasi sintesis CRP meningkat dalam waktu (36 am dengan  puncaknya 76354 am. /adar CRP cepat menurun setelah sumber in+eksi tereliminasi.

/adar normal CRP bayi cukup bulan dan prematur )35 mg->' kadar :$4 mg->  berhubungan dengan in+eksi3sepsis. /arena protein ini meningkat pada berbagai kerusakan aringan tubuh maka pemeriksaan ini tidak dapat dipakai sebagai indikator  tunggal dalam menegakkan diagnosis sepsis neonatal. Nilainya bermakna apabila dilakukan pemeriksaan serial karena dapat menge1aluasi respon antibiotik' menentukan lamanya pengobatan dan kekambuhan.8'9

(9)

Prokalsitonin dikatakan lebih superior daripada protein +ase akut lainnya termasuk  CRP' dengan sensiti1itas dan spesi+isitas berkisar dari 983$44*. Selain itu prokalsitonoin  uga berguna untuk mengindikasikan keparahan in+eksi' memantau kemauan pengobatan

dan memperkirakan hasil keluaran. Pengukuran kuantitati+ dilakukan dengan menggunakan immunoluminometric assay #,>"2& dengan ) antibodi monoklonal.

2.8 Penatala$sanaan

Pemberian ampisilin pro+ilaksis intrapartum dapat menurunkan insidensi sepsis neonatorum S@0 secara drastis' namun di sisi lain akan meningkatkan insidens sepsis yang disebabkan oleh bakteri @ram negati+ dan yang resisten terhadap ampisilin. 2mpisilin dan se+alosporin generasi ketiga #se+otaksim' se+triakson' se+ta?idim& dilaporkan dapat menyebabkan organisme @ram negati+ memproduksi  S" yang selanutnya menimbulkan masalah resistensi. Oleh karena itu' terapi kombinasi antibiotik   betalaktam dan aminoglikosida sangat dianurkan untuk mencegah resistensi tersebut.8

/arbapenem digunakan di laboratorium untuk menginduksi organisme pembawa gen beta3laktamase yang terekspresi agar mengekspresikan gen dan memproduksi beta3 laktamase. Gadi' penggunaan imipenem dan meropenem secara berlebihan ustru akan menyebabkan organisme memproduksi beta3laktamase. Oleh karena itu' karbapenem tidak boleh digunakan secara luas di unit perawatan intensi+ neonatus #<P,N&' dan  penggunaannya harus dibatasi hanya pada kasus berat' yakni pada organisme yang memproduksi S" dan se+alosporinase. 2ntibiotik tidak boleh digunakan sebagai terapi  pro+ilaksis #pada bayi dengan intubasi' memakai kateter 1askular sentral' chest drain& karena terbukti tidak e+ekti+ untuk pencegahan sepsis. 0ila bakteri tumbuh pada pipa endotrakeal' hal itu berarti telah teradi kolonisasi dan pengobatan pro+ilaksis tidak akan mengurangi kolonisasi #kultur pipa endotrakeal akan tetap positi+& serta tidak akan mencegah sepsis' tetapi ustru meningkatkan resistensi terhadap antibiotik.

a. Pemili"an anti-ioti$ !nt!$ sepsis neonator!m a9itan dini

Pada bayi dengan SN2D' terapi empirik harus meliputi S@0' ! coli' dan "isteria monocyto#enes. /ombinasi penisilin atau ampisilin ditambah aminoglikosida mempunyai akti1itas antimikroba lebih luas dan umumnya e+ekti+ terhadap semua organisme  penyebab SN2D. /ombinasi ini sangat dianurkan karena akan meningkatkan akti1itas

(10)

-. Pemili"an anti-ioti$ !nt!$ sepsis neonator!m a9itan lam-at

/ombinasi penisilin atau ampisilin dengan aminoglikosida dapat uga digunakan untuk terapi awal SN2>. Pada beberapa rumah sakit' strain penyebab in+eksi nosokomial telah mengalami perubahan selama )4 tahun terakhir ini karena telah teradi peningkatan resistensi terhadap kanamisin' gentamisin' dan tobramisin. Oleh karena itu' pada in+eksi nosokomial lebih dipilih pemakaian netilmisin atau amikasin. 2mikasin resisten terhadap  proses degradasi yang dilakukan oleh sebagian besar en?im bakteri yang diperantarai  plasmid' begitu uga yang dapat menginakti+kan aminoglikosida lain

Pada kasus risiko in+eksi Staphylococcus #pemasangan kateter 1askular&' obat anti sta+ilokokus yaitu 1ankomisin ditambah aminoglikosida dapat digunakan sebagai terapi awal. Pada kasus endemik .RS/ dipilih 1ankomisin. Pada kasus dengan risiko in+eksi  -seudomonas #terdapat lesi kulit tipikal& dapat diberikan piperasilin atau a?losilin #golongan penisilin spektrum luas& atau se+opera?on dan se+ta?idim #se+alosporin generasi ketiga&. Secara in vitro, se+ta?idim lebih akti+ terhadap  -seudomonas dibandingkan se+opera?on atau piperasilin. Di beberapa tempat' kombinasi se+alosporin generasi ketiga dengan penisilin atau ampisilin' digunakan sebagai terapi awal pada SN2D dan SN2>. /euntungan utama menggunakan se+alosporin generasi ketiga adalah akti1itasnya yang sangat baik terhadap bakteri3bakteri penyebab sepsis' termasuk bakteri yang resisten terhadap aminoglikosida. Selain itu' se+alosporin generasi ketiga uga dapat menembus cairan serebrospinal dengan sangat baik. Walaupun demikian' se+alosporin generasi ketiga sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi awal sepsis karena tidak e+ekti+  terhadap  "isteria monocyto#enes' dan penggunaannya secara berlebihan akan mempercepat munculnya mikroorganisme yang resisten dibandingkan dengan pemberian aminoglikosida.

,n+eksi bakteri @ram negati+ dapat diobati dengan kombinasi turunan penisilin #ampisilin atau penisilin spektrum luas& dan aminoglikosida. Se+alosporin generasi ketiga yang dikombinasikan dengan aminoglikosida atau penisilin spektrum luas dapat digunakan pada terapi sepsis yang disebabkan oleh bakteri @ram negati+.

Pilihan antibiotik baru untuk bakteri @ram negati+ yang resisten terhadap antibiotik lain adalah karbapenem' a?treonam' dan isepamisin. nterokokus dapat diobati

(11)

dengan a cell$all active a#ent #misal! penisilin' ampisilin' atau 1ankomisin& dan aminoglikosida. Staphilococci sensiti+ terhadap antibiotik golongan penisilin resisten  penisilinase #misal! oksasiklin' na+silin' dan metisilin&. Pemberian antibiotik pada SN2D dan S2> di negara3negara berkembang tidak bisa meniru seperti yang dilakukan di negara mau. Pemberian antibiotik hendaknya disesuaikan dengan pola kuman yang ada  pada masing3masing unit perawatan neonatus. Oleh karena itu' studi mikrobiologi dan ui resistensi harus dilakukan secara rutin untuk memudahkan para dokter dalam memilih antibiotik.

:. Terapi s!portif (adjuvant)

$. ,mmunoglobulin intra1ena

,munoglobulin intra1ena saat ini belum dianurkan untuk pemberian rutin sebagai  pro+ilaksis maupun terapi SN2D. 0anyak penelitian mengenai hal ini menggunakan umlah sampel yang kecil dan belum ada sediaan imunoglobulin yang spesi+ik' beberapa e+ek  samping dan komplikasi telah dilaporkan seperti in+eksi' hemolisis' dan supresi kekebalan tubuh pada pemberian imunoglobulin hiperimun. Pada kondisi tertentu seperti sepsis berat atau in+eksi berulang pada neonatus kurang bulan' ada penelitian yang menganurkan  pemberian imunoglobulin intra1ena dengan dosis 5443$444 mg-kg-kali setiap dua minggu.

). rans+usi fresh fro*en plasma #P&

 resh fro*en plasma #P& mengandung antibodi' komplemen' dan protein lain seperti C$  Reactive -rotein dan +ibronektin. 2ntibodi bayi baaru lahir terbatas pada spesi+ikasi yang

dihasilkan oleh ibunya' tidak termasuk antibodi protekti+ terhadap patogen patogen tertentu. P mengandung antibodi protekti+' namun da lam dosis $4 ml-kg' umlah antibodi tidak adekuat untuk mencapai kadar proteksi pada tubuh bayi. Pada pemberian secara kontinu #seperti $4 ml-kg setiap $) am&' kadar proteksi dapat tercapai.

7. rans+usi sel darah putih

rans+usi sel darah putih sebagai terapi au1an pada SN2D dan in+eksi neonatus umumnya masih dalam tahap ui coba dan belum dianurkan penggunaannya. Hanya beberapa pusat kesehatan di 2merika Serikat yang mampu mengisolasi granulosit untuk sediaan trans+usi. rans+usi granulosit uga potensial mempunyai komplikasi seperti in+eksi dan reaksi trans+usi di samping biaya yang tinggi dan teknik pembuatannya yang sulit.

(. Pemberian @3CS dan @"3CS

Saat ini' banyak peneliti yang mempelaari tentang colony$stimulatin# factors' yaitu suatu  protein spesi+ik yang penting untuk proli+erasi dan di+erensiasi progenitor granulosit serta

(12)

mempengaruhi +ungsi granulosit matang. Saat ini terdapat ) enis protein tersebut yang  banyak diteliti berkaitan dengan in+eksi neonatus yaitu  #ranulocyte$colony stimulatin#   factor  #@3CS& dan #ranulocyte macropha#e$colony stimulatin# factor #@"3CS&. Suatu  penelitian melaporkan peningkatan umlah neutro+il absolut' eosino+il' monosit' lim+osit' dan trombosit dengan pemberian @"3CS rekombinan pada neonatus yang sepsis. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanut untuk mengetahui e+ekti+itas terapi ini.

5. rans+usi tukar 

Secara teoretis' trans+usi tukar menggunakan hole %lood segar pada sepsis neonatorum  bertuuan! $& mengeluarkan-mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediator3mediator   penyebab sepsis' )& memperbaiki per+usi peri+er dan pulmonal dengan meningkatkan

kapasitas oksigen dalam darah' dan 7& memperbaiki sistem imun dengan adanya tambahn neutro+il dan berbagai antibodi yang mungkin terkandung dalam darah donor. rans+usi tukar uga memiliki beberapa kelemahan seperti kesulitan teknik pelaksanaan' potensial teradinya in+eksi' dan reaksi trans+usi.

6. /ortikosteroid

erapi kortikosteroid intra1ena pada sepsis neonatorum masih kontro1ersial. Walaupun kortikosteroid pernah digunakan sebagai terapi sepsis' namun kemanurannya masih diragukan' karena pemberiannya berlangsung setelah kaskade mediator in+lamasi dimulai.9

2.; Pronosis

Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat' prognosis pasien baik tetapi bila tanda dan geala awal serta +aktor risiko sepsis neonatorum terlewat' akan meningkatkan angka kematian. Pada meningitis terdapat sekuele pada $5374* kasus neonatus. Rasio kematian pada sepsis neonatorum )I( kali lebih tinggi pada bayi kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan. Rasio kematian pada sepsis awitan dini adalah $5 I (4 * #pada in+eksi S0@ pada SN2D adalah ) I 74 *& dan pada sepsis awitan lambat adalah $4  I )4 * #pada in+eksi S@0 pada SN2> kira I kira ) *&.8

BAB III

(13)

Sepsis pada neonatus masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan yang karena bersi+at multi+aktorial' mulai dari +aktor ibu' anin' maupun dari pelayanan rumah sakit. Sepsis neonatorum uga merupakan masalah yang sulit didiagnosa karena  pada neonatus' respon sistem imun tubuhnya tidak selalu menimbulkan geala seperti sepsis pada anak yang lebih besar. <mumnya penatalaksanaan yang diberikan bisa terlambat bila tenaga medis tidak memberikan perhatian yang cukup pada pasien.

anda dan geala klasik sepsis pada neonatus mencakup takikardi' takipneu' leukositosis atau leukopeni' dan hipertermi atau hipotermi. Selain itu bila didapatkan sepsis berat dapat ditemukan dis+ungsi organ3organ tertentu' seperti antung' hati' paru3  paru' ginal' dan sebagainya. /etika kegagalan organ sudah mencapai deraat tertentu' akan menyebabkan teradinya septik syok yang dapat segera menyebabkan sindrom dis+ungsi multiorgan yang berakhir pada kematian bila tidak mendapatkan  penatalaksanaan yang tepat.

Penatalaksanaan sepsis pada umumnya mencakup eradikasi in+eksi dengan antibiotika selekti+' terapi adu1ant untuk mendukung status organ neonatus' terapi kortikosteroid bila terdapat insu+isensi adrenal' dan terapi nutrisi yang adekuat untuk  mempertahankan kesehatan bayi.

(14)

6onto" Kas!s

BAB II

STATUS PEDIAT,IK 

I. IDENTI+IKASI

a.  Nama ! by. Ny. N2

-. <mur ! ) hari

:. Genis kelamin ! Perempuan

d.  Nama 2yah ! n. 

e.  Nama ,bu ! Ny. N2

f. 0angsa ! ,ndonesia

. 2gama ! ,slam

". 2lamat ! R. 4$ /el. Penyengat Olak /ab. "uaro Gambi

i. "RStanggal ! 4) Guni )4$5

II. ANA3NESIS

Diberikan oleh ! ,bu pasien dan rekam medik  anggal ! 7 Guni )4$5

(15)

1. /eluhan utama ! pasien lahir secara sectio caesarea #SC& dengan ketuban pecah dini #/PD&J $6 am

2. /eluhan tambahan ! /WH dan serotinus 7. Riwayat Peralanan Penyakit !

anggal ) Guni )4$5 pukul $$.45 W,0 lahir bayi perempuan melalui Sectio Caesarea #SC& atas indikasi dari ibu @$P424' usia $9 tahun hamil aterm' 2NC #K& di

 bidan' riwayat demam #3&' riwayat /PD #K&' riwayat /WH #K&' serotinus #K&' riwayat minum amu saat hamil #3&' trauma #3&' kencing manis #3&' darah tinggi #3&' minum obat selain resep dari dokter #3&.

0ayi lahir secara SC' lahir segera menangis' ketuban warna hiau' kental' umlah agak banyak' berbau amis. Denyut antung normal' usaha berna+as #K&' re+leks #K&' dan  bayi berwarna kemerahan. 0erat badan lahir 7(44 gram' P0 L (6 cm.

Plasenta lahir secara manual' tidak tampak pengapuran plasenta' in+ark #3&' hematom #3&. /emudian bayi dirawat di ruang Perinatologi. 2tas indikasi /PD J $6 am' /WH' dan serotinus.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hemoglobin! $6'7 g-dl' Hematokrit! (6'8*' ritrosit! ('68 uta-mm7' >eukosit! $%.644-mm7' rombosit! )64.444- mm7' CRP!

#3&' @DS! 68mg-dl. 0ayi diberi terapi ! pasang stoper' ineksi 2mphicilin )F$84 mg' ineksi @entamisin $8 mg-76 am' ineksi Neo3/ $ mg #im&' ineksi H0#4& 4'5cc #im&' rawat tali pusat' cek DR' @DS' CRP' imunisasi polio ketika akan pulang.

(16)

DA+TA, PUSTAKA

$. 0ehrman' /liegman' 2r1in. )44(. +elsonTet%oo& of -ediatrics' ,lmu /esehatan 2nak' edisi ke $9. Sepsis dan "eningitis Neonatus. Gakarta ! @C' hal 6573667.

). Gohn "ersch 22P' "D' )4$(. Neonatal Sepsis # Sepsis Neonatorum &.Page a1ailable at http!--www.medicinenet.com-script-main-art.aspMarticlekeyL%9)(8

7. Surasmi 2' Handayani S' /usuma HN. )447. Perawatan 0ayi Risiko inggi. Gakarta ! @C' hal %)

(. Rudolph 2"' Ho++man G,' Rudolph CD. )446.  Rudolph 3s -ediatrics' 0uku 2ar  Pediatri Rudolph' edisi ke )4. Sepsis dan "eningitis Pada Neonatus. Gakarta ! @C' hal 64$36$4.

5. "ary . Caserta' "D. )4$7. Neonatal Sepsis. Page a1ailable at http!--www.merckmanuals.com-pro+essional-sec$%-ch)8%-ch)8%m.html

6. /osim Sholeh et al. )4$4. 0uku 2ar Neonatologi' edisi pertama' cetakan kedua. Sepsis Pada 0ayi 0aru >ahir. Gakarta ! ,katan Dokter 2nak ,ndonesia' hal $843$98.

8. 2nn > 2nderson30erry' "D. )4$(. Page a1ailable at http!--emedicine.medscape.com-article-%8975)3o1er1iew

9. Claudio Chiesa et al. )44(. Diagnosis o+ Neonatal Sepsis ! 2 Clinical and >aboratory Challenge. Page a1ailable at http!--www.clinchem.org-cgi-content-+ull-54-)-)8%

%. Carl /uschel. )448. 2ntibiotics +or Neonatal Sepsis. Page a1ailable at http!--www.adhb.go1t.n?-2ntibioticsorNeonatalSepsis.htm

Referensi

Dokumen terkait

Manurung (1978) melaporkan bahwa Bahasa Siladang adalah bahasa yang dipakai oleh Suku Terasing (dalam arti kurang ada kontak dengan masyarakat disekitarnya) sebagai

Pada kelompok pasien yang mendapatkan gabungan antara cairan kristaloid-koloid secara signifikan memiliki perfusi jaringan yang lebih besar (tekanan oksigen meningkat

Di kota Bukittinggi pada bulan April 2017, 2 (dua) kelompok pengeluaran memberikan kontribusi terhadap deflasi antara lain; kelompok bahan makanan sebesar 0,32 persen,

KLINIK QUALITAS HEALTH SV CARE CLINIC, PUTRA

PETA LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH UMAGGDIAN SECARA ADMINISTRATRATIF DAERAH PENYELIDIKAN TERMASUK KEDALAM WILAYAH KABUPATEN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SEDANGKAN SECARA GEOGRAFIS

Bahwa dalam permohonan yang diajukan oleh Pemohon tidak menjelaskan penghitungan suara yang benar menurut Pemohon dibandingkan dengan Penetapan Perolehan Suara Hasil Pemilihan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) PHR berpengaruh langsung

Untuk meminimalkan kontaminasi aflatoksin, perlu dilakukan proses pascapanen yang memungkinkan kadar air kacang tanah diturunkan hingga aw aman dalam waktu yang relatif