NEGARA DAN
NEGARA DAN
KONSTITUSI
KONSTITUSI
1
DIKDIK BAEHAQI ARIF, M.Pd
MENGAPA ADA NEGARA?
Sokrates Plato dan Aristoteles: adanya
Sokrates, Plato dan Aristoteles: adanya
negara sudah dimulai 400 tahun sebelum
masehi.
Thomas Aquinas, adanya negara di dalam
masyarakat itu didorong oleh dua hal, yaitu
i
b
i
khl k
i l (
i
l
manusia sebagai makhluk sosial (animal
social) dan manusia sebagai makhluk politik
(animal politicum).
Thomas Hobbes: adanya negara itu diperlukan karena Thomas Hobbes: adanya negara itu diperlukan karena negara merupakan tempat berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari tindakan individu, kelompok, dan masyarakat, maupun penguasa yang kuat (otoriter) – karena menurutnya – manusia dengan manusia lainnya memiliki sifat seperti serigala (homo homini lupus) 3
PENGERTIAN NEGARA
PENGERTIAN NEGARA
Kata “negara” berasal dari kata state (Inggris), staat (B l d ) (P i ) b l d i k L i (Belanda), etat (Perancis) yang berasal dari kata Latin status atau statum yang artinya keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat‐sifat yang tegak dan tetap. Istilah itu umumnya diartikan sebagai kedudukan (standing, station). Misalnya: status civitatis (kedudukan warganegara), statusrepublicae ( kedudukan negara).
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian negara itu ada dua, yaitu: pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya; kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Negara adalah suatu organisasi kekuasan dari
Negara adalah suatu organisasi kekuasan dari
sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersama‐sama mendiami satu wilayah
tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib serta keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia
tersebut.
Negara adalah satu perserikatan yang
melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum
yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan
untuk ketertiban sosial.
5
PENGERTIAN NEGARA MENURUT PARA
AHLI
1. Aristoteles (384‐322 SM), merumuskan negara dalam( ), g bukunya Politica, sebagai negara polis, karena negara masih berada dalam suatu wilayah yang kecil sehingga warga negara dapat diikutsertakan dalam musyawarah (ecclesia).
2. Agustinus, membedakan negara dalam dua pengertian,
yaitu civitas dei yang artinya negara Tuhan, dan civitas
terrena atau civitas diaboli yang artinya negara duniawi. 3. Nicollo Machiavelli (1469‐1527) merumuskan negara
sebagai negara kekuasaan, dalam bukunya Il Principle. Ia terkenal karena ajarannya tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara.
4. Georg Jellinek, mengatakan bahwa negara adalah organisasi
k k d i k l k i t l h b k di di
kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.
5. Kranenburg, negara adalah organisasi yang timbul karena
kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
6. Roger F. Soultau, negara adalah alat (agency) atau wewenang
(authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
7. Harold J. Lasky, negara adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau memaksa dan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok, yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
8. George Wilhelm Frerdrich Hegel, negara merupakan organisasi
kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
7
9. John Locke (1632‐1704) dan Rousseau (1712‐1778), dalam
buku Ilmu Negara (1993) mengatakan “negara adalah suatu buku Ilmu Negara (1993) mengatakan negara adalah suatu badan atau organisasi hasil dari pada perjanjian
masyarakat”.
10. Max Weber, mengatakan bahwa negara adalah suatu
masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
11. Mc. Iver, menjelaskan negara adalah asosiasi yang
menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang demi maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa
maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
12. Jean Bodin, negara adalah persekkutuan keluarga dengan
segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang berdaulat.
12. Soenarko, negara adalah organisasi kekuasaang g
masyarakat yang mempunyai daerah tertentu di mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai
sovereign.
13. R. Djokosoetono, negara ialah suatu organisasi
masyarakat atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
14. Miriam Budiardjo, negara adalah suatu daerah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang‐ undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dan kekuasaan yang sah.
9
UNSUR
UNSUR‐‐UNSUR NEGARA
UNSUR NEGARA
UNSUR KONSTITUTIF ((unsur pembentuk yang harus dipenuhip y g p agar terbentuk negara)
1. Wilayah,
adalah daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah negara mencakup darat, laut, dan udara.
2. Rakyat,
adalah orang‐orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk pada kekuasaan negara dan mendukung negara yang bersangkutan.
3 P i t h b d l t
3. Pemerintahan yang berdaulat,
adalah adanya penyelenggara negara yang memiliki kekuasaan
menyelenggarakan pemerintahan di negara tersebut. Pemerintah tersebut memiliki kedaulatan baik ke dalam mau pun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh rakyatnya. Kedaulatan ke luar berarti negara mampu mempertahankan diri dari serangan dari negara lain.
UNSUR DEKLARATIF, (sifatnya menyatakan bukan UNSUR DEKLARATIF, (sifatnya menyatakan bukan
mutlak)
1.
adanya tujuan negara;
2.
adanya undang‐undang dasar;
3.
adanya unsur pengakuan dari negara lain, baik
secara “de jure” maupun “de facto” yang sifatnya
j
p
f
y
g
y
menyatakan, bukanlah unsur yang mutlak;
4.
Masuknya negara tersebut ke dalam PBB.
11
SIFAT‐SIFAT NEGARA
1. Memaksa, artinya negara dapat memaksakan kehendak dan
1. Memaksa, artinya negara dapat memaksakan kehendak dan
kekuasaannya untuk menyeleng‐garakan ketertiban baik dengan memakai kekerasan fisik maupun melalui jalur hukum (legal);
2. Monopoli, artinya negara memiliki hak menetapkan tujuan
bersama masyarakat. Negara memiliki hak untuk melarang sesuatu yang bertentangan dan menganjurkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.
3. Mencakup semua (totaliter), artinya semua peraturan dan
TEORI TERJADINYA NEGARA
TEORI TERJADINYA NEGARA
Proses terjadinya negara secara teoritis
j
y
g
1. Teori Kenyataan:timbulnya suatu negara itu adalah soal kenyataan.
2. Teori Hukum Alam:
Plato dan Aristoteles pada masa itu memikirkan: terjadinya negara adalah suatu yang alamiah, menurut hukum alam, yaitu mulai dari lahir, berkembang, mencapai puncaknya, layu, dan akhirnya mati. Negara p p y , y , y g terjadi secara alamiah, bersumber dari manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
13
3. Teori Ketuhanan:
timbulnya negara karena kehendak Tuhan, didasari oleh
kepercyaan bahwa segala sesuatu berasala dari Tuhan dan terjadi atas kehendak Tuhan, atas berkat rahmat Allah “by the grace of
God…” Tuhan memiliki kekuasaan mutlak di dunia. Negara
dianggap sebagai penjelmaan kekuasaan dari Tuhan. Tokoh penganjur teori ini: Frederich Julius stahl, Thomas Aquinas, Agustinus.
4. Teori Perjanjian:
negara timbul karena perjanjian yang diadakan antara orang‐ orang agar kepentingan bersama dapat terpelihara dan terjamin, agar tidak terjadi homo homini lupus menurut Thomas Hobbes agar tidak terjadi homo homini lupus, menurut Thomas Hobbes.
5. Teori Penaklukan:
negara timbul karena serombongan manusia menaklukkan daerah dari serombongan manusia lain. Selain itu ada juga proses
PROSES TERJADINYA NEGARA DI ZAMAN
MODERN
1 Penaklukan atau occupatie adalah suatu daerah
1. Penaklukan atau occupatie, adalah suatu daerah
yang tidak dipertuan kemudian diambil alih dan didirikan negara di wilayah itu. Misal: negara Liberia.
2. Fusi atau peleburan, adalah suatu penggabuangan
dua atau lebih negara menjadi negara baru. Misal: Jerman Barat dan Jerman Timur.
15
3. Pemecahan, adalah terbentuknya negara‐negara baru
k b h l y h g g
akibat terpecahnya negara lama sehingga negara sebelumnya menjadi tidak ada lagi. Misal: Yugoslavia, menjadi Serbia, Bosnia, Montenegro. Uni Sovyet, menjadi banyak negara baru. Cekoslovakia, menjadi Ceko dan Slovakia.
4. Pemisahan diri, adalah meisahnya sauatu bagian
wilayah negara kemudian terbentuk negara baru. Misal: India yang kemudian menjadi: India, Pakistan, dan
B l d h Bangladesh.
5. Revolusi atau perjuangan, merupakan hasil dari rakyat
suatu wilayah yang umumnya dijajah negara lain kemudian memerdekakan diri. Misal: Indonesia.
6. Pemberian atau penyerahan, adalah pemberian
k d k k p dy k l l hp l
kemerdekaan kepada suatu koloni oleh negara lain yang umumnya bekas jajahannya. Inggris dan Perancis yang memiliki jajahan di Afrika, banyak memberikan
kemerdekaan kepada bangsa di daerah tersebut. Misalnya: Kongo dimerdekakan oleh Perancis.
7. Pendudukan, adalah negara yang terjadi atas wilayah
yang ada penduduknya, tetapi tidak ada pemerintahan sebelumnya. Misalnya: Australia adalah daerah baru
dit k I i ki di t d t yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat penduduk suku Aborigin. Daerah Australia selanjutnya dibuat kolonai‐koloni di mana penduduknya
didatangkann dari daratan Eropa.
17
BANGSA DAN NEGARA
BANGSA DAN NEGARA
INDONESIA
INDONESIA
Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan dan tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama dalam satu negara yang sama, meski berbeda‐beda
FAKTOR‐FAKTOR PEMBENTUK BANGSA
INDONESIA
1.
Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan
1.
Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan
bersama di bawah penjajahan bangsa asing lebih
kurang 350 tahun.
2.
Adanya keinginan bersama untuk merdeka,
melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
3.
Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah
nusantara yang membentang dari Sabang sampai
nusantara yang membentang dari Sabang sampai
Merauke.
4.
Adanya cita‐cita bersama untuk mencapai
kemakmuran dan keadilan sebagai suatu bangsa.
19
PROSES TERJADINYA NEGARA
INDONESIA
1. Adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk
d k k d d l k
y p g p g
memerdekakan dirinya. Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas nama bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber motivasi perjuangan (alinea I
Pembukaan UUD 1945).
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah
t k k i t b k d k J di mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita‐citakan adalah menuju pada
keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur (Alinea II Pembukaan UUD 1945)
3. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama
lj h by g d b k l h
seluruh bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya motivasi spirituil (Alinea III Pembukaan UUD
1945).
4. Negara Indonesia perlu menyusun alat‐alat
perlengkapan negara yang meliputi tujuan negara,
b t k i t i t h UUD
bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan dasar negara. Dengan demikian, semakin sempurna proses terjadinya negara Indonesia (alinea IV
Pembukaan UUD 1945) 21
KLASIFIKASI NEGARA
KLASIFIKASI NEGARA
1. Menurut jumlah yang berkuasa dan orientasi kekuasaan: Jumlah PenguasaJumlah Penguasa Bentuk PositifBentuk Positif Bentuk NegatifBentuk Negatif kekuasaan: • Jumlah yang berkuasa: ada yang satu orang, sekelompok orang, dan banyak orang. • Orientasi kekuasaan: ada yang positif dan ada yang negatif. Jumlah Penguasa
Jumlah Penguasa Bentuk PositifBentuk Positif Bentuk NegatifBentuk Negatif
Satu Orang
Satu Orang MonarkiMonarki TiraniTirani Sekelompok Orang
Sekelompok Orang AristokrasiAristokrasi OligarkiOligarki Banyak Orang
2.
2. MenurutMenurut Bentuk NegaraBentuk Negaragg
Negara Negara kesatuankesatuan (unitary state), (unitary state), adalahadalah bentuk bentuk negara
negara yang yang merdekamerdeka dandan berdaulatberdaulat didi manamana didi seluruh
seluruh negaranegara yang yang berkuasaberkuasa hanyalahhanyalah satusatu pemerintahan
pemerintahan ((pusatpusat) yang ) yang mengaturmengatur seluruhseluruh daerah
daerah.. Negara
Negara kesatuankesatuan iniini dapatdapat berbentukberbentuk::
•• Negara Negara kesatuankesatuan dengandengan sistemsistem sentralisasisentralisasi •• NegaraNegara kesatuankesatuan dengandengan sistemsistem desentralisasidesentralisasi •• Negara Negara kesatuankesatuan dengandengan sistemsistem desentralisasidesentralisasi
Negara Negara serikatserikat ((federasifederasi) ) adalahadalah bentuk bentuk negaranegara yang yang merupakan
merupakan gabungangabungan beberapabeberapa negaranegara atauatau yang yang menjadi
menjadi negaranegara‐‐negaranegara bagianbagian daridari negaranegara serikatserikat itu itu.. 23 3. Menurut Asas Pemerintahan – Menurut ekonomi: agraris, industri, berkembang, sedang berkembang, belum berkembang, negara utara, negara selatan. – Menurut Politik: demokratis, otoriter, totaliter, satu partai, muiltipartai, dsb,
Menurut Sistem Pemerintahan:
– Menurut Sistem Pemerintahan:
presidentil, parlementer, junta militer, dsb. – Menurut Ideologi Bangsa:
FUNGSI NEGARA
FUNGSI NEGARA
Pertahanan dan Keamanan: negara melindungi rakyat, wilayah dan pemerintahan dari ancaman, tantangan, hambatan, gangguan. Pengaturan dan Ketertiban: membuat undang‐undang, peraturan pemerintah Kesejahteraan dan Kemakmuran: mengeksplorasi sda dan sdm untuk kesejahteraan dan k k kemakmuran Keadilan Menurut Hak dan Kewajiban: menciptakan dan menegakan hukum dengan tegas dan tanpa pilih kasih. 25KONSTITUSI
KONSTITUSI
KONSTITUSI
KONSTITUSI
PENGERTIAN
PENGERTIAN KONSTITUSI
KONSTITUSI
• Istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Perancis), yangIstilah konstitusi berasal dari kata constituer (Perancis), yang artinya membentuk. Dalam bahasa Latin, merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu cume yang artinya “bersama‐ sama dengan…” dan statuere yang berarti berdiri, membuat sesuatu berdiri atau menetapkan. Jadi, konstitusi berarti menetapkan sesuatu secara bersama‐sama.
• Konstitusi oleh para pendiri negara kita (the foundingKonstitusi, oleh para pendiri negara kita (the founding fathers) diartikan sebagai hukum dasar. Undang‐undang
Dasar adalah hukum dasar yang tertulis, sedangkan Konstitusi adalah hukum dasar tidak tertulis.
27
BEBERAPA DEFINISI KONSTITUSI DARI
BEBERAPA DEFINISI KONSTITUSI DARI
PARA AHLI
PARA AHLI
Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi
tiga, yaitu:
1. Konstitusi dalam pengertian politis‐sosiologis. Konstitusi
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
2. Konstitusi dalam pengertian yuridis. Konstitusi merupakan
suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang
l j dij dik k k id h h k
selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum.
3. Konstitusi pengertiannya lebih luas dari undang‐undang dasar. Konstitusi adalah yang ditulis dalam suatu naskah
K.C. Wheare, “keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara, C ea e, ese u u a s ste etata ega aa da suatu ega a, berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara”.
C.F. Strong, suatu kumpulan asas‐asas yang menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan (arti luas), hak‐hak dari pemerintah dan hubungan antara pemerintah dan yang diperintah (menyangkut hak‐hak asasi manusia). Dengan demikian konstitusi merupakan kerangka negara yang diorganisir dengan dan melalui hukum yang kerangka negara yang diorganisir dengan dan melalui hukum yang menetapkan:
a) Pengaturan mengenai pendirian lembaga‐lembaga yang permanen;
b) Fungsi‐fungsi dari alat‐alat perlengkapan negara;
c) Hak‐hak tertentu yang atelah ditetapkan.
29
Prayudi Atmosudirdjo:y j
1) Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan bangsa yang bersangkutan.
2) Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita‐ cita, kehendak, dan perjuangan bangsa Indonesia.
3) Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan keudayaan suatu bangsa.
Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit:
• Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis
dasar tertulis dan tidak tertulis.
• Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis yaitu undang‐undang dasar. Dengan
pengertian ini, undang‐undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.
KEDUDUKAN KONSTITUSI
KEDUDUKAN KONSTITUSI
Konstitusi secara umum berisi hal‐hal yang mendasarKonstitusi secara umum berisi hal hal yang mendasar dari suatu negara yang berupa aturan‐aturan dasar atau norma‐norma dasar yang dipakai sebagai pedoman pokok negara.
Pada hakikatnya, konstitusi itu berisi tiga hal pokok, yaitu:
1) Adanya jaminan terhadap hak‐hak asasi manusia dan 1) Adanya jaminan terhadap hak‐hak asasi manusia dan warga negaranya. 2) Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental. 3) Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental. 31
Pada umumnya, konstitusi dalam setiap negara di dunia l k k d d ky f l p g b ( ) memiliki kedudukan formal yang sama yaitu sebagai (a) hukum dasar, dan (b) hukum tertinggi.
a) Konstitusi sebagai Hukum Dasar, karena berisi aturan dan
ketentuan tentang hal‐hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Jadi, konstitusi menjadi (a) dasar adanya dan (b) sumber kekuasaan bagi setiap lembaga negara, serta (c) dasar adanya dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada dibawahnya.
b) Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi, aturan‐aturan yang
d d l k i i hi ki i
terdapat dalam konstitusi, secara hirarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan‐aturan lainnya. Oleh karenanya, aturan‐aturan lain dibuat oleh pembentuk undang‐undang harus sesuai atau tidak bertentangan dengan undang‐undang dasar.
Miram Budiardjo: konstitusi atau undang‐undang dasar ituMiram Budiardjo: konstitusi atau undang undang dasar itu
memuat ketentuan‐ketentuan sebagai berikut:
a) Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam negara federal, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (pusat) dengan pemerintah daerah (negara bagian), prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yiridiksi lembaga negara. b)) Hak‐hak asasi manusia.
c) Prosedur mengubah undang‐undang dasar.
d) Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat‐sifat tertentu dari undang‐undang dasar. Misalnya: dalam UUD 1945 dilarang mengubah bentuk negara Kesatuan.
33
Konstitusi di suatu negara itu mempunyai sifat
Konstitusi di suatu negara itu mempunyai sifat
membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin
hak‐hak dasar warga negara. Oleh karena itu,
Konstitusi memiliki tiga tujuan, yaitu:
1) Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2) Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri; 2) Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri; 3) Memberi batasan‐batasan ketetapan bagi para
Konstitusi negara memiliki fungsi, sebagai berikut:
1) Sebagai penentu atau pembatas kekuasaan negara.
2) Sebagai pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara.
3) Sebagai pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga negara.
4) Sebagai pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5) Sebagai penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada organ negara.
6) Sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan
( f ) f
keagungan kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of
ceremony.
7) Sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik di bidang politik maupun bidang sosial‐ekonomi.
8) Sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social
engineering dan social reform).
35
UUD 1945
UUD 1945 sebagai
sebagai Konstitusi
Konstitusi tertulis
tertulis
Negara
Negara Indonesia
Indonesia
Konstitusi negara Indonesia adalah UUD 1945, yang g , y g disyahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia: 1) UUD 1945: periode 18 Agustus 1945—27 Desember
1949. (Pembukaan, 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penejlasan)
2) UUD RIS: periode 27 Desember 1949—17 Agustus 1950. 2) UUD RIS: periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950.
(6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian)
3) UUDS 1950: periode 17 Agustus 1950—5 Juli 1959. (6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian)
Khusus periode keempat, berlaku UUD 1945,
p
p ,
,
dengan pembagian:
UUD 1945 sebelum diamandemen. UUD 1945 sesudah diamandemen:
Amandemen ke‐1, pada sidang umum MPR, disahkan pada 19 Oktober 1999; (yang diubah sebanyak 9 pasal)
Amandemen ke‐2, pada sidang umum MPR, disahkan pada 18 Agustus 2000; (yang diubah sebanyak 25 pasal)
Amandemen ke‐3, pada sidang umum MPR, disahkan padaAmandemen ke 3, pada sidang umum MPR, disahkan pada 10 Nopember 2001; (yang diubah sebanyak 23 pasal) Amandemen ke‐4, pada sidang umum MPR, disahkan pada
10 Agustus 2002. (yang diubah sebanyak 13 pasal, 3 pasal aturan peralihan, 2 pasal aturan tambahan).
37
Amandemen atas UUD 1945 tersebut tidak
mengakibatkan konstitusi yang asli (UUD yang asli)
tidak berlaku lagi, karena sistem perubahan UUD
1945 adalah dengan addendum, yaitu menyisipkan
bagian perubahan ke dalam naskah UUD 1945.
Dengan demikian naskah UUD 1945, terdiri atas:
Naskah asli UUD 1945;
Naskah perubahan pertama UUD 1945;Naskah perubahan pertama UUD 1945; Naskah perubahan kedua UUD 1945; Naskah perubahan ketiga UUD 1945; Naskah perubahan keempat UUD 1945.
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Antara lain:
•Amandemen UUD 1945
•Penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI
•Penegakan hukum, HAM,
d b t KKN Tuntutan Reformasi • Pembukaan • Batang Tubuh - 16 bab - 37 pasal - 49 ayat
- 4 pasal Aturan Peralihan Sebelum Perubahan
•Kekuasaan tertinggi di tangan MPR
•Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden
•Pasal-pasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat menimbulkan multitafsir Latar Belakang Perubahan Menyempurnakan aturan dasar, mengenai: •Tatanan negara •Kedaulatan Rakyat •HAM •Pembagian kekuasaan •Kesejahteraan Sosial Tujuan Perubahan dan pemberantasan KKN •Otonomi Daerah •Kebebasan Pers •Mewujudkan kehidupan demokrasi
4 pasal Aturan Peralihan - 2 ayat Aturan Tambahan
•Penjelasan
menimbulkan multitafsir
•Kewenangan pada Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang
•Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi
•Kesejahteraan Sosial
•Eksistensi negara demokrasi dan negara hukum
•Hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa Dasar Yuridis •Tidak mengubah Kesepakatan Dasar Sid U MPR 1999 Sidang MPR Pembukaan Hasil Perubahan • Pasal 3 UUD 1945 • Pasal 37 UUD 1945 • TAP MPR No.IX/MPR/1999 • TAP MPR No.IX/MPR/2000 • TAP MPR No.XI/MPR/2001 •Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 •Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
•Mempertegas sistem presidensiil
• Penjelasan UUD 1945 yang
•Sidang Umum MPR 1999 Tanggal 14-21 Okt 1999 •Sidang Tahunan MPR 2000 Tanggal 7-18 Agt 2000 •Sidang Tahunan MPR 2001 Tanggal 1-9 Nov 2001 • Pembukaan • Pasal-pasal: - 21 bab - 73 pasal - 170 ayat
- 3 pasal Aturan Peralihan - 2 pasal
Naskah Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana
d l b h )
Naskah Perubahan Pertama Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999)
Naskah Perubahan Kedua Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000)
Naskah Perubahan Ketiga Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001)
tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)
Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke‐5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001)
Naskah Perubahan Keempat Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002)