• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TAKSONOMI KULTIVAR DURIAN DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT 1) Budi Irawan, Joko Kusmoro dan Sri Rejeki Rahayuningsih 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TAKSONOMI KULTIVAR DURIAN DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT 1) Budi Irawan, Joko Kusmoro dan Sri Rejeki Rahayuningsih 2)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TAKSONOMI KULTIVAR DURIAN DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT 1)

Budi Irawan, Joko Kusmoro dan Sri Rejeki Rahayuningsih2)

1). Dibiayai oleh DIKTI melalui Hibah Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2007

2). Jurusan Biologi FMIPA UNPAD ABSTRAK

Kajian Taksonomi kultivar durian di Subang Jawa Barat telah dilakukan berdasarkan ciri morfologi. Sembilan kutivar telah diamati, yaitu ‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, ‘Matahari’, ‘Hepi’, ‘Kani’, ‘Sunan’, ‘Aseupan’, ‘Sukun’, dan ‘Petruk’. Kunci identifikasi dan pertelaan telah disusun untuk tingkat kultivar. Analisis fenetik dengan menggunakan NTSYSpc version 2.0 telah membagi sembilan kultivar tersebut kedalam dua cabang. Cabang pertama adalah kutivar asal Thailand (yaitu : ‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, dan ‘Kani’), dan cabang yang kedua adalah kultivar asal Indonesia (yaitu: ‘Matahari’, ‘Hepi’, ‘Sunan’, ‘Aseupan’, ‘Sukun’, dan ‘Petruk’). Kedua cabang ini terpisah berdasarkan ciri alur ruang buah dan jumlah ruang buah.

Kata kunci : Taksonomi, Kultivar, Durian, Subang PENDAHULUAN Latar Belakang

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan tanaman berasal dari Asia Tenggara, terutama Indonesia (Ashari, 1995; Uji dkk, 1998). Durian memiliki prospek ekonomi yang cukup bagus disamping buah-buahan lainnya. Pemasaran buah durian dari tahun ke tahun terus meningkat. Dewasa ini buah durian semakin digemari oleh masyarakat, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Harga buah durian semakin meningkat karena peminatnya yang semakin bertambah (AAK, 1997; Trubus, 1999). Selain dimakan salut bijinya, pohon durian digunakan untuk konservasi lingkungan karena mengurangi erosi; kulit buahnya digunakan sebagai campuran media tanam; bagian akar, daun, dan kulit buahnya dapat digunakan pula sebagai obat (Tjitrosoepomo, 1952; Heyne, 1987; Rismunandar, 1986; Suhardi, 2002).

Di Indonesia terdapat banyak kultivar dan klon durian, terutama durian jenis Durio zibethinus Murr. atau yang biasa disebut “durian budidaya”. Reza (2002) melaporkan sebanyak 28 kultivar durian unggul yang ada di Indonesia. Banyaknya kultivar durian tadi menyebabkan kesulitan untuk membedakannya, disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai ciri kultivar durian. Selama ini ciri yang paling sering

(2)

digunakan sebagai pembeda kultivar durian adalah ciri buahnya. Selain itu ada perbedaan penamaan terhadap kultivar-kultivar tersebut oleh tiap kelompok masyarakat. Karena ada perbedaan penamaan kultivar durian, maka sering terjadi kesalahan dalam mengenal kultivar durian. Selain dari morfologi buah, pengetahuan kultivar dapat dilihat dari morfologi organ lainnya, seperti daun, percabangan, ataupun bunganya.

Subang adalah salah satu sentra buah-buahan di Jawa Barat (Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan, 1980). Buah-buahan yang menjadi andalan Kabupaten Subang diantaranya adalah nanas, rambutan dan durian. Banyak perkebunan di Subang yang menanam tanaman durian sebagai tanaman utamanya. Dewasa ini semakin banyak orang yang membuka lahan di Subang untuk di jadikan perkebunan durian, baik secara perorangan maupun dalam perusahaan agribisnis. Kultivar durian yang ditanam juga sangat bermacam-macam, mulai dari kultivar lokal sampai kultivar unggul yang telah dilepas oleh departemen pertanian.

Penelitian tentang variasi dan kekerabatan kultivar-kultivar durian di Subang dipandang perlu, tidak hanya dikarenakan perbedaan pendapat diantara petani tetapi juga untuk mengetahui kekerabatan diantara kultivar-kultivar tersebut.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :

1. Apakah ciri morfologi dapat digunakan untuk membatasi dan membedakan kultivar

durian

2. Bagaimana hubungan kekerabatan atau pengelompokan kultivar durian berdasarkan

ciri morfologi Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam hal penyampaian informasi mengenai karakteristik morfologi dari daun, bunga dan buah.

(3)

Pengambilan sampel kultivar durian diperoleh dari Perkebunan P.T. Sekar Gunung Lembang, Sagalaherang Subang dan Perkebunan durian Haji Odin, di Desa Jambel Air Subang. Pengamatan Morfologi dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA, Unpad. Pelaksanaan penelitian dari bulan Desember 2004 sampai Maret 2005.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi dan deskriptif. Eksplorasi dilakukan dengan mengumpulkan sampel kultivar-kultivar durian dari perkebunan durian di Kabupaten Subang. Setiap kultivar diamati ciri morfologi, kemudian disusun pertelaannya (Vogel, 1987). Terminologi menurut Harris dan Harris (1994) dan Rifai dan Widjaja (1997). Berdasarkan ciri tersebut disusun kunci identifikasi (Vogel, 1987). Hubungan kekerabatannya dapat diketahui dengan pengkodean ciri, yang selanjutnya diolah dengan menggunakan program NTSYSpc version 2.0 (Rohlf, 1998; Gengler-Nowak, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Kultivar Durian di Kabupaten Subang

Kultivar durian yang terdapat di Kabupaten Subang sangat bermacam-macam, terdiri dari kultivar unggul yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan kultivar lokal non unggulan. Kultivar durian unggul yang ditanam di Subang yaitu ‘Otong daun panjang’, ‘Otong daun pendek’, ‘Matahari’, ‘Hepi’, ‘Sunan’, ‘Sukun’, ‘Kani’ dan ‘Petruk’. Sedangkan kultivar durian lain yang diketahui namanya adalah ‘Aseupan’ (Tabel 1).

Berdasarkan eksplorasi di beberapa daerah di Kabupaten Subang, diketahui bahwa daerah yang merupakan pusat perkebunan durian di Subang adalah Subang bagian Selatan. Perkebunan durian yang terdapat di Subang bagian Selatan tersebut terdiri dari perkebunan penduduk dan perkebunan milik pengusaha agribisnis yang luasnya mencapai puluhan hektar.

Beberapa perkebunan durian milik penduduk ditanami dengan kultivar durian yang tidak diketahui namanya, kebanyakan dari tanaman durian ini berasal dari biji.

(4)

Sebagian penduduk lainnya menanam kultivar durian unggul, mereka tertarik dengan baiknya kualitas serta tingginya harga buah yang dihasilkan dari kultivar durian unggul.

Tabel 1. Macam Kultivar Durian di Kabupaten Subang

No Nama Kultivar Asal Keterangan

1 Otong Daun Panjang Thailand Kultivar unggul

2 Otong Daun Pendek Thailand Kultivar unggul

3 Matahari Bogor Kultivar unggul

4 Hepi Bogor Kultivar unggul

5 Kani Thailand Kultivar unggul

6 Sunan Boyolali Kultivar unggul

7 Aseupan Subang Kultivar non unggul

8 Sukun Karanganyar Kultivar unggul

9 Petruk Jepara Kultivar unggul

Ciri Morfologi

Secara morfologi kultivar-kultivar durian di Subang menunjukkan keanekaragaman pada ciri : bentuk daun, bagian terlebar daun, bentuk pangkal daun, panjang ujung daun, tepi daun, permukaan atas daun, tonjolan urat daun pada permukaan atas, lipatan daun, panjang kelopak tambahan, jumlah benang sari, bentuk buah, alur ruang buah, tonjolan bekas tangkai putik, jumlah ruang buah dan tebal salut biji.

Daun berbentuk melonjong terdapat pada kultivar ‘Hepi’, ‘Kani’ dan ‘Sunan’, sedangkan berbentuk melanset terdapat pada kultivar ‘Otong Daun Panjang’, ‘Matahari’, ‘Aseupan’, ‘Sukun’ dan ‘Petruk’. Kultivar ‘Otong Daun Pendek’ mempunyai bentuk daun melonjong-melanset. Bagian terlebar daun ada yang terdapat di pangkal (‘Otong Daun Pendek’ dan ‘Kani’), di tengah (‘Matahari’, ‘Hepi’, ‘Sunan’, ‘Aseupan’ dan ‘Petruk’) dan di ujung (‘Otong Daun Panjang’ dan ‘Sukun’). Bentuk pangkal daun pada kultivar ‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, ‘Matahari’, ‘Sunan’ dan ‘Petruk’ adalah menumpul, sedangkan pada kultivar ‘Hepi’, ‘Kani’, ‘Aseupan’ dan ‘Sukun’ adalah membundar. Tepi daun rata kecuali pada kultivar ‘Otong Daun Panjang’ dan ‘Petruk’ yang tepi daunnya bergelombang. Panjang ujung daun umumnya < 2 cm, kecuali pada ‘Otong Daun Panjang’ 2 cm. Permukaan daun rata (‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, ‘Matahari’, ‘Aseupan’, ‘Sukun’ dan ‘Petruk’) dan berbingkul (‘Hepi’, ‘Kani’ dan ‘Sunan’). Tonjolan urat daun pada permukaan atas jelas (‘Sunan’ dan ‘Sukun’) dan tidak jelas (‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, ‘Matahari’,

(5)

‘Hepi’, ‘Kani’, ‘Aseupan’ dan ‘Petruk’). Lipatan daun cukup beragam, pada ‘Otong Daun Pendek’, ‘Matahari’ dan ‘Kani’ daunnya tidak melipat (rata), pada kultivar ‘Sunan’ dan ‘Sukun’ lipatan daunnya incurve (terlengkung masuk) membentuk huruf U, pada kultivar ‘Otong Daun Panjang’, ‘Aseupan’ dan ‘Petruk’ lipatan daunnya incurve (terlengkung masuk) membentuk huruf V, sedangkan pada kultivar ‘Hepi’ lipatan daunnya recurve (terlengkung balik).

Gambar 1. Bagian terlebar daun, (a) terlebar di pangkal, (b) terlebar di tengah dan (c) terlebar di ujung.

Gambar 2. Pangkal daun, (a) menumpul, (b) membundar.

Bunga memiliki panjang kelopak tambahan umumnya > 2 cm, kecuali pada kultivar ‘Matahari’ 2 cm. Jumlah benang sari < 40 (‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, ‘Matahari’, ‘Sunan’, ‘Aseupan’) dan 40 (‘Hepi’, ‘Kani’, ‘Sukun’, ‘Petruk’).

(6)

Gambar 3. Lipatan daun, (a) rata, (b) incurve bentuk huruf U, (c) incurve bentuk huruf V, (d) recurve

Bentuk buah elipsoides, kecuali pada kultivar ‘Matahari’, ‘Kani’ dan ‘Petruk’ yang berbentuk membulat. Pada kultivar ‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’ dan ‘Kani’ alur ruang buahnya berlekuk dalam, sedangkan pada kultivar ‘Matahari’, ‘Hepi’, ‘Sunan’, ‘Aseupan’, ‘Sukun’ dan ‘Petruk’ alur ruang buahnya rata (tidak berlekuk). Tonjolan bekas tangkai putik pada ujung buah menonjol, kecuali pada kultivar ‘Matahari’ dan ‘Aseupan’ yang tonjolan bekas tangkai putiknya rata. Pada kultivar ‘petruk’ tonjolan bekas tangkai putiknya tidak diketahui karena data buah tidak lengkap (missing value). Ruang buah berjumlah 5 (‘Matahari’, ‘Hepi’, ‘Sunan’, ‘Aseupan’, ‘Sukun’ dan ‘Petruk’), sedangkan pada kultivar ‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’ dan ‘Kani’ ruang buahnya berjumlah 4-6. Tebal salut biji umumnya > 0,5 cm pada semua kultivar kecuali pada kultivar ‘Aseupan’ yang tebal salut bijinya 0,5 cm.

(7)

Gambar 4. Tonjolan bekas tangkai putik, (a) rata dan (b) menonjol

(8)

Taksonomi Treatment

PERTELAAN JENIS Durio zibethinus Murr.

Durio zibethinus Murr., Steenis, Flora (1949) 286; Tjitrosoepomo, Dur. Mal. (1952) 36; Kostermans, Genus Dur. Adans (1958) 127, Backer & Bakhuizen van den Brink, Fl. Jav. I (1963) 420.

Pohon tinggi sampai 40 m. Daun : panjang tangkai daun 1,4-2,3 cm, diameter 0,1-0,2 cm, jarak antar tangkai daun 1,3-2,9 cm; bentuk daun melonjong sampai melanset, panjang 9,7-19,6 cm, lebar 3-6,1 cm, warna permukaan atas hijau sampai hijau tua, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul atau membundar, ujung melancip, panjang ujung daun 0,5-2,3 cm, tepi rata atau bergelombang; permukaan atas rata atau berbingkul, tonjolan urat daun pada permukaan atas jelas atau tidak jelas; lipatan daun incurve, recurve atau rata. Bunga : bunga dalam rangkaian payung, menggantung, jumlahnya 3-47; panjang tangkai 2,3-5,1 cm, diameter 0,3-0,5 cm, warna keemasan; panjang kelopak tambahan 1,7-2,7 cm, warna bagian luar kelopak tambahan hijau, bagian dalam krem atau kehijauan, permukaan luar bersisik, permukaan dalam berbulu halus; kelopak berbentuk lonceng, tinggi 1,8-2,7 cm, bagian luar berwarna kuning keemasan, bagian dalam oranye, ujung runcing, permukaan luar bersisik, permukaan dalam berbulu halus; mahkota berbentuk menyudip, panjang 3,3-5,3, lebar 1,2-3,2 cm, warna bagian luar dan dalam krem, ujung membundar, permukaan luar dan dalam berbulu halus; benang sari dalam 5 berkas berbentuk kipas, jumlah 28-77, jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-16, panjang tangkai sari 1,7-4,6 cm, warna tangkai sari krem; warna putik krem-oranye, panjang tangkai putik 2,4-3,6 cm. Buah : buah membulat sampai ellipsoides, panjang 18-26 cm, lebar 12-24,5 cm, alur ruang buah rata atau berlekuk, tonjolan bekas tangkai putik menonjol atau rata, jumlah duri dalam luas 5X5 cm 10-31; tebal kulit buah 0,5-1,2 cm; jumlah ruang buah 4-6; warna salut biji putih sampai kuning cerah, tebal 0,4-1,5 cm. Trikomata : Trikomata berbentuk sisik bersel banyak, ukuran trikomata 400µm sampai 650 µm.

Nama lokal : Durian, Ind., Duren, J, Ind, S, Md, Ambetan, J, Kadu, S.

Manfaat : Salut bijinya dapat dimakan; akarnya sebagai obat penurun panas; daun durian dicampur dengan jaringau (Acorus sp), untuk mengobati cantengan (infeksi dalam kuku); lumatan kulit durian dapat dilumaskan ke perut untuk memudahkan buang air besar; air abu kulit buah durian dapat digunakan sebagai obat pelancar haid dan juga penggugur kandungan (abortivum).

KUNCI IDENTIFIKASI KULTIVAR DURIAN

1. a. Alur ruang buah berlekuk, jumlah ruang buah 4-6...2 b. Alur ruang buah rata, jumlah ruang buah 5...4 2. a. Tepi daun bergelombang, panjang ujung

daun 2 cm...1. Otong Daun Panjang b. Tepi daun rata, panjang ujung daun < 2 cm...3

(9)

3. a. Bentuk pangkal daun membundar...5. Kani b. Bentuk pangkal daun menumpul...2. Otong Daun Pendek 4. a. Bentuk daun melonjong...5 b. Bentuk daun melanset...7 5. a. Permukaan atas daun rata, lipatan daun incurve membentuk

huruf U...6 b. Permukaan atas daun bebingkul, lipatan daun recurve...4. Hepi 6. a. Bagian terlebar daun ditengah, pangkal daun

menumpul ...6. Sunan b. Bagian terlebar daun di ujung, pangkal daun

membundar ...8. Sukun 7. a. Bentuk buah membulat, salut biji tebal...8

b. Bentuk buah elipsoides, salut biji tipis...7. Aseupan 8. a. Jumlah benang sari < 40, panjang kelopak

tambahan 2 cm...3. Matahari b. Jumlah benang sari 40, panjang kelopak

tambahan > 2 cm...9. Petruk PERTELAAN KULTIVAR

1. Otong Daun Panjang

Daun : panjang tangkai daun 2-2,3 cm, diameter 0,2 cm, jarak antar tangkai 1,3-2,9 cm; bentuk daun melanset, bagian terlebar diujung, panjang 14,5-17,5 cm, lebar 4,1-5,7 cm, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul, panjang ujung 2,1-2,3 cm, tepi bergelombang; permukaan atas rata, tonjolan urat daun pada permukaan atas tidak jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf V. Bunga : panjang tangkai bunga 2,6-4,8 cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kuncup 1,7-2,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,2-2,6 cm; tinggi kelopak 2-2,7 cm; panjang mahkota 4,1-4,8 cm, lebar 2,2-3,2 cm; jumlah benang sari 33-36, jumlah benang sari dalam tiap berkas 6-8, panjang tangkai sari 2,5-3,9 cm; panjang tangkai putik 3,1-3,6 cm. Buah : bentuk buah ellipsoides, panjang 21-25 cm, lebar 17-20 cm; alur ruang buah berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 9-16; tebal kulit buah 0,6-1 cm; jumlah ruang buah 4-6; tebal salut biji 1-1,3 cm.

Daerah asal : Thailand (Reza, 1997).

Ketinggian : 0-100 m diatas permukaan laut (Reza, 1997).

Ketahanan terhadap penyakit : Agak peka terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Agak peka terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

2. Otong daun pendek

Daun : panjang tangkai daun 1,4-1,9 cm, diameter 0,1-0,15 cm, jarak antar tangkai 1,1-1,8 cm; bentuk daun melonjong sampai melanset, panjang 9,7-15,7 cm, lebar 3,5-5,4 cm, bagian terlebar daun dipangkal, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah perak; pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,8-1,8 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun pada permukaan atas tidak jelas; lipatan daun rata. Bunga : panjang tangkai bunga 3-4,2 cm, diameter 0,3-5 cm; panjang kelopak

(10)

tambahan 2,2-2,5 cm,; tinggi kelopak 1,8-2,2 cm; panjang mahkota 3,3-3,9 cm, lebar 1,7-2,3 cm; jumlah benang sari 30-31, jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-7, panjang tangkai sari 2,2-3,8 cm; panjang panjang tangkai putik 2,5-3,2 cm. Buah : bentuk buah ellipsoides, panjang 19-25,5 cm, lebar 17-19,1 cm; alur ruang buah berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 9-15; tebal kulit buah 0,7-1,1 cm; jumlah ruang buah 4-6; tebal salut biji 1-1,2 cm.

Daerah asal : Thailand (Reza, 1997).

Ketinggian : 0-100 m diatas permukaan laut (Reza, 1997).

Ketahanan terhadap penyakit : Agak peka terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Agak peka terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

3. Matahari

Daun : panjang tangkai daun 1,5-1,9 cm, diameter 0,1-0,2 cm, jarak antar tangkai 1,1-2,5 cm; bentuk daun melanset, panjang 11,3-13,7 cm, lebar 3-4,2 cm, bagian terlebar daun ditengah, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah kuning emas, pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,7-1 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun rata. Bunga : panjang tangkai bunga 2,5-3,6 cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kelopak tambahan 1,7-2 cm, lebar 1-2,3 cm; tinggi kelopak 2,3-2,5 cm; panjang mahkota 3,3-3,7 cm, lebar 1,2-1,7 cm; jumlah benang sari 30-32, jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-7, panjang tangkai sari 2,5-3,4 cm; panjang tangkai putik 2,8-3,1 cm. Buah : bentuk buah membulat, panjang 18-21,1 cm, lebar 17,5-19 cm; alur ruang buah tidak berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik rata; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 12-17; tebal kulit buah 0,5-1 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji 1-1,5 cm.

Daerah asal : Cimahpar, Kedunghalang Bogor (Reza, 1997). Ketinggian : 100-200 m diatas permukaan laut (Reza, 1997).

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

4. Hepi

Daun : panjang tangkai daun 1,6-2 cm, diameter 0,1-0,15 cm, jarak antar tangkai daun 1,5-2,2 cm; bentuk daun melonjong, panjang 12,1-15,4 cm, lebar 4,7-6,1 cm, bagian terlebar ditengah, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah perak, pangkal membundar, panjang ujung daun 0,7-1,2 cm, tepi rata; permukaan atas berbingkul; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun recurve. Bunga : panjang tangkai bunga 3,3-4,4 cm, diameter 0,3-0,5 cm; panjang kelopak tambahan 2,3-2,7 cm; tinggi kelopak 1,8-2 cm; panjang mahkota 3,4-3,8 cm, lebar 2,3-3 cm; jumlah benang sari 44-45, jumlah benang sari dalam tiap berkas 8-10, panjang tangkai sari 1,7-3,1 cm; panjang tangkai putik 2,7-2,8 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 20,5-23 cm, lebar 13,2-15 cm; alur ruang buah tidak berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 19-31; tebal kulit buah 0,8-1,4 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji 1-1,2 cm.

Daerah asal : Jonggol, Bogor (Reza, 1997).

(11)

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

5. Kani

Daun : panjang tangkai daun 1,7-2,2 cm, diameter 0,15-0,2 cm, jarak antar tangkai 1,8-3,3 cm; bentuk daun melonjong, panjang 13,8-16,1 cm, lebar 5-5,7 cm, bagian terlebar dipangkal, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah kuning emas, pangkal membundar, panjang ujung daun 1,2-1,8 cm, tepi rata; permukaan atas daun berbingkul; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun rata. Bunga : panjang tangkai bunga 4,6-5,1 cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kelopak tambahan 2,4-2,5 cm; tinggi kelopak 2,3-2,4 cm; panjang mahkota 3,4-4,4 cm, lebar 2,2-3 cm; jumlah benang sari 40-41, jumlah benang sari dalam tiap berkas 7-9, panjang tangkai sari 2,4-3,3 cm; panjang tangkai putik 2,7-3,1 cm. Buah : bentuk buah membulat, panjang 2,4-2,6 cm, lebar 2,2-2,4 cm; alur ruang buah berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 17-22; tebal kulit buah 0,7-0,9 cm; jumlah ruang buah 4-6; tebal salut biji 0,7-0,8 cm.

Daerah asal : Thailand (Reza, 1997).

Ketinggian : 0-100 m diatas permukaan laut (Reza, 1997).

Ketahanan terhadap penyakit : Agak peka terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Agak peka terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

6. Sunan

Daun : panjang tangkai daun 1,6-2,2 cm, diameter 0,1-0,15 cm, jarak antar tangkai 0,8-1,6 cm; bentuk daun memanjang, panjang 10,6-14,3 cm, lebar 4,2-5,2 cm, bagian terlebar di tengah, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,5-1,1 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf U. Bunga : panjang tangkai bunga 2,6-4 cm, diameter 0,3-0,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,1-2,4 cm; tinggi kelopak 1,8-2,2 cm; panjang mahkota 3,5-3,9 cm, lebar 1,6-2,3 cm; jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-7, jumlah benang sari 28-29, panjang tangkai sari 2,6-3,7 cm; panjang tangkai putik 2,7-3,0 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 18-22 cm, lebar 12,8-16,4 cm; alur ruang buah tidak berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 16-23; tebal kulit buah 0,7-1 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji 1-1,3 cm.

Daerah asal : Gendol, Boyolali Jawa Tengah (Reza, 1997). Ketinggian : 100-400 m diatas permukaan laut (Reza, 1997).

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

7. Aseupan

Daun : panjang tangkai daun 1,6-2 cm, diameter 0,1-0,2 cm, jarak antar tangkai 1,7-2,8 cm; bentuk daun melanset, panjang 14,2-19,6 cm, lebar 4,2-5,8 cm, bagian terlebar di tengah, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah kuning

(12)

emas; pangkal membundar, panjang ujung daun 1-1,6 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf V. Bunga : panjang tangkai bunga 4,1-4,8 cm, diameter 0,3-0,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,3-2,7 cm; tinggi kelopak 2,2 -2,4 cm; panjang mahkota 4-4,3 cm, lebar 2-2,2 cm; jumlah benang sari 37-39, jumlah benang sari dalam tiap berkas 7-9, panjang tangkai sari 2,6-3,2 cm; panjang tangkai putik 2,4-2,7 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 25,2-29,1 cm, lebar 14,4-16,7 cm, alur ruang buah rata, tonjolan bekas tangkai putik rata, jumlah duri dalam luas 5X5 cm 10-17; tebal kulit buah 1-1,2 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji 0,4-0,5 cm.

8. Sukun

Daun : panjang tangkai daun 1,9-2,3 cm, diameter 0,15-0,2 cm, jarak antar tangkai 1,1-1,7 cm; bentuk daun melonjong, panjang 11,2-14,7 cm, lebar 4,2-5,6 cm, bagian terlebar di ujung, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal membundar, panjang ujung daun 0,7-1 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf U. Bunga : panjang tangkai bunga 2,3-2,7 cm, diameter 0,3-0,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,2-2,5 cm; tinggi kelopak 2,3-2,5 cm; panjang mahkota 3,6-4,8 cm, lebar 1,4-2,4 cm; jumlah benang sari 43-45, jumlah benang sari dalam tiap berkas 8-12, panjang tangkai sari 2,4-3 cm; panjang tangkai putik 2,7-3,2 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 20,3-25,2 cm, lebar 12-14,3 cm, alur ruang buah tidak berlekuk, tonjolan bekas tangkai putik menonjol, jumlah duri dalam luas 5X5 cm 16-22; tebal kulit buah 1,1-1,2 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji 1-1,4 cm.

Daerah asal : Gempolan, Karanganyar Jawa Tengah (Reza, 1997). Ketinggian : 0-100 m diatas permukaan laut (Reza, 1997).

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

9. Petruk

Daun : panjang tangkai daun 1,7-2,4 cm, diameter 0,1-0,2 cm, jarak antar tangkai 2,2-3,9 cm; bentuk daun melanset, panjang 14,5-16,4 cm, lebar 4,3-5,5 cm, bagian terlebar di ujung, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,8-1,5 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf V. Bunga : panjang tangkai bunga 3,6-4,3 cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kelopak tambahan 2,5-2,8 cm; tinggi kelopak 2,4-2,7 cm; panjang mahkota 4,7-5,3 cm, lebar 2,2-2,9 cm; jumlah benang sari 74-77, jumlah benang sari dalam tiap berkas 14-16, panjang tangkai sari 3,1-4,6 cm; panjang tangkai putik 3,4-3,6 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, alur ruang buah tidak berlekuk, jumlah ruang buah 5; tebal salut biji > 0,5 (tebal).

Daerah asal : Randusari, Jepara Jawa Tengah (Reza, 1997). Ketinggian : 0-100 m diatas permukaan laut (Reza, 1997).

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 1993).

(13)

Analisis Fenetik

Ciri yang diperoleh kemudian dikodekan ke dalam angka-angka. Berdasarkan ciri dan sifat ciri yang dikodekan tersebut kemudian disusun ke dalam matriks data untuk mempermudah analisis data.

Analisis data dilakukan dengan program NTSYSpc version 2.0 berdasarkan 15 ciri morfologi dari 9 kultivar durian yang diteliti.

Tabel 2. Kode ciri dan sifat ciri Kode

Ciri Ciri Kode Sifat

Ciri Sifat Ciri 0 Bentuk daun 0 1 2 Melonjong Melanset Melonjong-Melanset

1 Bagian terlebar daun 0

1 2

Pangkal Tengah Ujung

2 Bentuk pangkal daun 0

1 Menumpul Membundar

3 Tepi daun 0

1 Rata Bergelombang

4 Panjang ujung daun 0

1 Pendek (< 2 cm) Panjang ( 2 cm)

5 Permukaan atas daun 0

1 Rata Berbingkul 6 Tonjolan urat daun pada permukaan

atas 0 1 Jelas Tidak jelas

7 Lipatan daun 0

1 2 3

Rata

Incurve seperti huruf U Incurve seperti huruf V Recurve

8 Panjang kelopak tambahan 0

1 Pendek ( 2 cm) Panjang (> 2 cm)

9 Jumlah benang sari 0

1 < 40 40

10 Bentuk buah 0

1 Membulat Elipsoides

11 Alur ruang buah 0

1 Rata Berlekuk

12 Bentuk tonjolan ujung buah 0

1 Rata Menonjol

13 Jumlah ruang buah 0

1 5 4-6

14 Tebal salut biji 0

(14)

Tabel 3. Matriks Data Ciri

Kultivar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Otong Daun Panjang 1 2 0 1 1 0 1 2 1 0 1 1 1 1 1

Otong Daun Pendek 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1

Matahari 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 Hepi 0 1 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 1 0 1 Kani 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 Sunan 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 Aseupan 1 1 1 0 0 0 1 2 1 0 1 0 0 0 0 Sukun 0 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 Petruk 1 1 0 1 0 0 1 2 1 1 0 0 ? 0 1

Analisis fenetik menghasilkan dendogram yang membagi kesembilan kultivar durian menjadi 2 cabang. Cabang I adalah kelompok kultivar asal Thailand (‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, ‘Kani’). Cabang II terdiri dari kelompok kultivar asal Indonesia (‘Matahari, ‘Aseupan’, ‘Hepi’, ‘Sunan’, ‘Sukun’ dan ‘Petruk’). Cabang I dan II terpisah karena ciri 11 (alur ruang buah) dan ciri 13 (jumlah ruang buah) pada nilai kesamaan 0, 465.

Cabang I terpisah lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I (‘Otong Daun Panjang’ dan ‘Otong Daun Pendek’) dan kelompok II (‘Kani’). Kedua kelompok ini terpisah karena ciri 2 (bentuk pangkal daun) , ciri 5 (permukaan atas daun), ciri 9 (jumlah benang sari), ciri 10 (bentuk buah) pada nilai kesamaan 0,533. Kelompok I terpisah menjadi dua kultivar karena ciri 0 (bentuk daun), ciri 1 (bagian terlebar daun), ciri 3 (tepi daun), ciri 4 (panjang ujung daun), ciri 7 (lipatan daun) pada nilai kesamaan 0, 667.

Cabang II terpisah menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I (‘Matahari’, ‘Aseupan’ dan ‘Petruk’) dan kelompok II (‘Hepi’, ‘Sunan’ dan ‘Sukun’). Kedua kelompok ini terpisah karena ciri 0 (bentuk daun) pada nilai kesaman 0, 538. Kelompok I terpisah lagi menjadi 2 subkelompok yaitu subkelompok I (‘Matahari’ dan ‘Petruk’) dan subkelompok II (‘Aseupan’) karena ciri 2 (bentuk pangkal daun), ciri 10 (bentuk buah) dan ciri 14 (tebal salut biji) pada nilai kesamaan 0, 655. Subkelompok I terbagi menjadi 2 kultivar karena ciri 3 (tepi daun), ciri 7 (lipatan daun), ciri 8 (panjang kelopak tambahan) dan ciri 9 (jumlah benang sari) pada nilai kesamaan 0,714. Kelompok II terpisah menjadi 2 subkelompok yaitu subkelompok I (‘Hepi’) dan subkelompok II (‘Sunan’ dan ‘Sukun’). Kedua subkelompok ini terpisah karena ciri 5 (permukaan atas daun), ciri 6 (tonjolan urat

(15)

Subkelompok II terpisah menjadi dua kultivar karena ciri 1 (bagian terlebar daun), ciri 2 (bentuk pangkal daun) dan ciri 9 (jumlah benang sari) pada nilai kesamaan 0, 800.

Gambar 6. Dendrogram pengelompokan kultivar durian berdasarkan ciri morfologi pada daun, bunga dan buah. (OtongDpjg = Otong Daun Panjang, OtongDpdk = Otong Pendek)

KESIMPULAN

1. Karakteristik kultivar durian di Kabupaten Subang dapat dibedakan berdasarkan ciri

morfologi pada daun, bunga dan buah, yaitu : bentuk daun, bagian terlebar daun, bentuk pangkal daun, panjang ujung daun, tepi daun, permukaan atas daun, tonjolan urat daun pada permukaan atas, lipatan daun, panjang kelopak tambahan, jumlah benang sari, bentuk buah, alur ruang buah, tonjolan bekas tangkai putik, jumlah ruang buah dan tebal salut biji.

2. Analisis fenetik membagi sembilan kultivar durian ke dalam dua cabang, yaitu

cabang I (kultivar durian asal Thailand : ‘Otong Daun Panjang’, ‘Otong Daun Pendek’, ‘Kani’) dan cabang II (kultivar durian asal Indonesia : ‘Matahari, ‘Hepi’, ‘Sunan’, ‘Aseupan’, ‘Sukun’ dan ‘Petruk’) berdasarkan ciri 11 (alur ruang buah) dan ciri 13 (jumlah ruang buah) pada nilai kesamaan 0,465.

(16)

Daftar Pustaka

AAK. 1997. Budidaya Durian. Kanisius. Yogyakarta.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Backer, C.A. and Bakhuizen v/d BrinkRC Jr. 1963. Flora of Java vol I. N.V.P. Noordhof.

Groningen- Netherland. P : 420.

Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan. 1980. Vademekum Buah-buahan. Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan.

Gengler-Nowak, K. 2002. Phenetic Analysis of Morphological Traits in the Malesherbia humilis complex (Malesherbiaceae). Taxon 51 : 281-293.

Harris, J.G. dan Harris, M.W. 1994. Plant Identification Terminology : An Illustrated Glossary. Spring Lake Publishing. United State of America.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta Pusat.

Kostermans, A.J.G.H. 1958. The Genus Durio Adans. (Bombacaceae). Reindwartia 4(3) : 47 – 153.

Nasir, N., Muas, I. dan Novaril. 1991. Durian Harapan Dari Sumatera Barat. Penelitian Hortikultura 4(4) : 31-41.

Panggabean, G. 1975. Sekilas Uraian Mengenai Durian (Durio spp.). Buletin Kebun Raya 2(2) : 31-34.

Prosea. 1992. Plant Resources of South-East Asia 2 (Edible Fruits adnd Nuts). Prosea 2 : 157-161.

Reza, T.M. 1997. Kultivar Durian Yang Cocok di Kebun Kita. Trubus No.331 : 89-91. Rifai, M.A. dan Widjaja, E.A. 1997. Kamus Biologi : Anatomi-Morfologi-Taksonomi

Botani. Balai Pustaka. Jakarta.

Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah – Buahan. Sinar Baru. Bandung. Rohlf, F.J. 1998. NTSYSpc Version 2.0. Exeter Software. Setauket, New York.

Steenis, van C.G.G.J. 1949. Flora : Voor de Scholen in Indonesie. Noordhoff - Kolff.N.V - Batavi.

Suhardi. 2002. Hutan Dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Surat Keputusan Menteri Pertanian. 1993. Tentang Deskripsi Durian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1952. Durio in Malaysia. Gadjah Mada University. Jogjakarta. Trubus. 1999. Mengebunkan Durian Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Uji, T., M. Siregar, Sunaryo dan Somaatmadja, G. 1998. Buah-Buah Bengkulu. LIPI. Bogor. P : 29-32.

Vogel, E.F.D. 1987. Manual of Herbarium Taxonomy Theory and Practice. Rijksherbarium Leiden. Netherlands.

(17)

Gambar

Tabel 1.  Macam Kultivar Durian di Kabupaten Subang
Gambar 1. Bagian terlebar daun, (a) terlebar di pangkal, (b) terlebar di tengah   dan (c) terlebar di ujung
Gambar 3. Lipatan daun, (a) rata, (b) incurve bentuk huruf U,   (c) incurve bentuk huruf V, (d) recurve
Gambar 5. Bagian-bagian bunga dari tanaman durian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perkawinan yang menyatakan bahwa anak luar kawin hanya mempunyai hubungan hukum dengan ibunya maupun juga antara keluarga ibu dengan anak yang dilahirkan di luar

Nilai tingkat kepentingan untuk indikator vitalitas dan produktivitas masing-masing sebesar 0,25 dan 0,20 menunjukkan bahwa vitalitas dan produktivitas memiliki pengaruh

Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliyati (2011) yang meneliti tentang hubungan pola konsumsi natrium dan kalium serta aktifitas

Tiada perbincangan mengenai isu politik atau masalah negara, sebaliknya mereka memberi tumpuan kepada spesies serangga, pokok, orkid dan cendawan yang dikaji dari hutan tropika

Peran prrotein selama proses kehamilan yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pembentukan plasenta dan asam amino, dan penambahan volume darah. Kebutuhan protein selama

dapat dilihat bahwa penurunan Inflasi yang begitu signifikan dalam jangka panjang ternyata tidak diikuti oleh perubahan NPF, bahkan pada beberapa titik NPF justru mengalami

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :(1) manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik model pembelajaran Group Investigation atau langsung, (2)

skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DI NEW DUTA FOTO DI PASAR KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG dengan baik. Skripsi ini