• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Selintas

Pengamatan selintas merupakan pengamatan pendukung pengamatan utama yang tidak diuji secara statistik. Data pengamatan selintas meliputi: (1) pengamatan faktor iklim, (2) jumlah populasi, (3) umur berbunga, (4) tinggi tanaman, (5) hama dan penyakit yang menyerang, (6) tipe pertumbuhan tanaman, dan (7) lama simpan buah.

4.1.1. Pengamatan Faktor Iklim

Selama penelitian berlangsung pengamatan faktor iklim yang dilakukan diantaranya yaitu suhu udara dan kelembaban udara. Rata-rata suhu udara dalam Screen House yaitu 200C – 340C dan kelembaban udara yaitu 62 % rel. Suhu udara yang dihasilkan pada lingkungan pertumbuhan tanaman tomat kurang ideal, karena disebutkan oleh Pracaya (1998) lingkungan ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat yaitu pada udara sejuk dengan suhu udara di siang hari antara 180C – 290C. Berdasarkan hal tersebut tanaman tomat yang mampu hidup secara optimal pada suhu diatas rata-rata ambang ideal pertumbuhan tanaman tomat diduga dapat digunakan sebagai peluang calon varietas baru yang dapat tumbuh di ketinggian tempat berbeda seperti dataran menengah ataupun dataran rendah.

4.1.2. Jumlah Populasi

Jumlah populasi tanaman dari masing-masing perlakuan mulai dari awal penanaman hingga akhir penanaman berjumlah delapan tanaman. Meskipun terdapat beberapa sampel tanaman yang terserang hama dan penyakit, keseluruhan sampel dapat bertahan hingga akhir. Hal tersebut menandakan bahwa tanaman dapat bertahan terhadap serangan hama dan penyakit, ketahanan tanaman terhadap serangan salah satunya karena terdapat upaya pengendalian yang dilakukan. Selain itu dengan suhu udara yang tidak terlalu rendah yaitu 200C – 340C dan kelembaban udara yang tidak terlalu tinggi yaitu 62 % rel. di siang hari dapat

(2)

menghambat penyebaran penyakit yang menyerang tanaman tomat. Hal tersebut dijelaskan dalam Duriat dkk (1997) bahwa kelembaban udara yang relatif tinggi mampu merangsang pertumbuhan mikroorganisme pengganggu tanaman.

4.1.3. Umur Berbunga

Umur berbunga erat kaitannya dengan umur mulai berbuah dan umur panen suatu tanaman. Dalam peluncuran suatu varietas baru, umur mulai berbuah dan umur panen termasuk dalam beberapa hal yang dicantumkan dalam deskripsi suatu varietas tanaman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui umur berbunga dari ke-25 genotipe yang diujikan disajikan pada Diagram 4.1.

Diagram 4.1. Umur Berbunga Tanaman Tomat

Berdasarkan data yang disajikan dalam Diagram 4.1. umur berbunga yang tertinggi yaitu 31 hari setelah tanam (hst) dan yang terendah yaitu 22 hst. Berdasarkan umur berbunga ketiga varietas hibrida yang digunakan sebagai acuan (Lampiran 3.) yaitu 30 hst – 35 hst. Berdasarkan data yang dihasilkan dari ke-25 perlakuan terdapat 8 perlakuan atau 32% yang mempunyai kisaran umur berbunga sesuai acuan varietas hibrida yang digunakan. Beberapa perlakuan yang sesuai acuan varietas hibrida yang digunakan yaitu G16, G17, G18, G19, G20, G23, G24, dan G25. 0 5 10 15 20 25 30 35 G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G 1 1 G 1 2 G 1 3 G 1 4 G 1 5 G 1 6 G 1 7 G 18 G 19 G 20 G 2 1 G 2 2 G 2 3 G 2 4 G 2 5 U m u r b erb u n ga (h st ) Genotipe

(3)

4.1.4. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman tomat diukur mulai dari pangkal batang sampai pucuk daun teratas. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat stadia berbuah menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan saat stadia tersebut bertujuan agar tanaman telah mencapai pertumbuhan maksimal. Pengukuran tinggi tanaman bertujuan untuk mengetahui salah satu kriteria yang tercantum di deskripsi varietas setelah suatu genotipe dapat diluncurkan sebagai varietas baru. Berdasarkan pengukuran yang telah dilaksanakan dalam penelitian data tinggi tanaman disajikan dalam Diagram 4.2.

Diagram 4.2. Tinggi Tanaman Tomat

Berdasarkan data yang telah tersaji dapat diketahui bahwa tinggi tanaman tomat yang tertinggi pada perlakuan G18 yaitu 2.5 m dan yang terendah pada perlakuan G10 yaitu 1.56 m. Dari deskripsi ketiga varietas hibria yang digunakan sebagai acuan mempunyai tinggi tanaman 1.2 m – 1.6 m. Berdasarkan data tinggi tanaman yang dihasilkan dari ke-25 perlakuan terdapat 3 perlakuan atau mempunyai persentase 12% yang sesuai acuan, yaitu G1, G10, dan G23. Tujuan dilakukannya pengukuran tinggi tanaman karena berdasarkan penelitian Dewi dan Jumini (2012) serta Wahyuni (2014) perlakuan genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G 1 1 G 12 G 1 3 G 1 4 G 1 5 G 1 6 G 1 7 G 1 8 G 19 G 2 0 G 2 1 G 2 2 G 2 3 G 2 4 G 25 Ti n gg i T an ama n (m ) Genotipe

(4)

Salah satu hal yang mempengaruhi tinggi tanaman adalah dilakukan perempelan. Perlakuan tanpa perempelan akan menyebabkan tanaman mempunyai tinggi tanaman yang lebih rendah dibanding tanaman yang tanpa dilakukan perempelan. Hal tersebut dikarenakan dengan dilakukannya perempelan maka akan mempunyai cabang tanaman yang sedikit sehingga asimilat yang terbentuk akan digunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan tinggi tanaman dan pembentukan buah. Pada tanaman yang tidak dilakukan perempelan asimilat yang terbentuk lebih banyak digunakan dalam pertumbuhan cabang baru dan daun tanaman sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas buah tomat (Wulansari dkk, 2017). Pada penelitian juga dilakukan perempelan pada semua perlakuan yang ada, sehingga menunjukan nilai tinggi tanaman yang melebihi acuan dari ketiga varietas. Tetapi dengan dilakukannya perempelan dapat meningkatkan hasil produksi dari beberapa genotipe tanaman. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. dengan acuan Lampiran 3. hasil bobot buah pertanaman mempunyai persentase 80% perlakuan yang mempunyai nilai diatas rentang dan 20% yang sesuai rentang.

4.1.5. Hama dan Penyakit yang Menyerang

Hama yang menyerang tanaman tomat secara umum berupa ulat buah tomat (Helicoverpa armina Hubn.), kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.) dan ulat grayak (Spodoptera litura F.). Hama tersebut menyerang mulai dari stadia berbunga hingga berbuah. Hama yang menyerang tanaman tomat dikendalikan secara mekanis dan kimia. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara mengambil hama secara langsung berbarengan saat perawatan tanaman dan pengendalian secara kimia dilakukan dengan pengaplikasian insketisida dengan bahan aktif Deltametrin 25 g/l.

Beberapa penyakit yang menyerang tanaman tomat berupa penyakit embun tepung yang disebabkan oleh cendawan dan terdapat beberapa tanaman yang terserang penyakit kuning yang disebabkan oleh virus gemini. Penanganan penyakit yang disebabkan oleh cendawan dilakukan secara kimia, yaitu dengan dikendalikan menggunakan bahan aktif Dimetomorf 50% dengan dosis pemakaian 0,5-1 g/l atau Propineb 70% dengan dosis pemakaian 1,5-2,5 kg/ha yang

(5)

diaplikasikan mulai tanaman menunjukan gejala-gejala terserang. Sedangkan untuk tanaman yang terserang virus dikendalikan dengan pengendalian hama kutu kebul yang merupakan vektor pada penyakit kuning. Tanaman tomat yang terserang hama dan penyakit disajikan dalam Gambar 4.1. dan genotipe yang terserang penyakit disajikan dalam Tabel 4.3.

Gambar 4.1. Hama dan penyakit yang menyerang : a) Larva Helicoverpa armina Hubn., b) Buah tomat yang terserang ulat grayak (Spodoptera litura F.), c) Imago kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.), d) Tanaman tomat yang terserang virus gemini, e) Tanaman tomat yang terserang penyakit embun tepung

a b

c d

(6)

Tabel 4.1. Genotipe yang Terserang Penyakit

Genotipe Penyakit (tanaman)

Embun Tepung Kuning Akibat Terserang Virus Gemini

A1 (G1) - - A5 (G2) - - A9 (G3) 6 1 A10 (G4) 6 - A15 (G5) 6 1 B32 (G6) 7 - B38 (G7) 7 - B39 (G8) 8 - B48 (G9) 7 - B49 (G10) 8 - C52 (G11) 8 - C55 (G12) 7 - C56 (G13) 8 - C58 (G14) 7 - C59 (G15) 8 - D63 (G16) 7 - D64 (G17) 7 - D68 (G18) 7 - D76 (G19) 7 1 D77 (G20) 7 1 E82 (G21) 8 - E86 (G22) 6 - E88 (G23) 7 - E94 (G24) 8 - E96 (G25) 7 -

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari ke 25 genotipe terdapat 2 genotipe yang tahan terhadap serangan penyakit embun tepung dan kuning akibat terserang virus Gemini, yaitu G1 dan G2. Sedangkan untuk G3 hingga G25 hampir seluruh tanaman terserang embun tepung, tetapi hanya beberapa genotipe saja yang terserang penyakit kuning yaitu G3; G5 ;G19 dan G20. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui mana saja genotipe yang tahan dan rentan serangan penyakit tertu sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk pengujian selanjutnya.

(7)

4.1.6. Tipe Pertumbuhan Tanaman

Tipe pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan periode panen suatu tanaman. Hal tersebut didukung olah Pitojo (2005) bahwa tipe pertumbuhan tanaman dicirikan dengan periode panen, habitus, serta pertumbuhan batang yang diakhiri atau tidak diakhiri dengan rangkaian bunga. Menurut Pitojo (2005) golongan indeterminate mempunyai pertumbuhan batang tidak diakhiri dengan rangkaian bunga, periode panen relatif panjang dan habitus tanaman umunya tinggi. Sedangkan tanaman tomat golongan determinate mempunyai pertumbuhan batang diakhiri dengan rangkaian bunga, periode panen relatif pendek dan habitus tanaman relatif pendek. Dalam peluncuran varietas baru jenis pertumbuhan suatu varietas penting diketahui, salah satunya dikarenakan sebagai salah satu hal yang harus dicantumkan dalam deskripsi varietas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui tipe pertumbuhan tanaman dari ke-25 genotipe yang diujikan disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Tipe Pertumbuhan Tanaman Tomat

Genotipe Tipe Pertumbuhan

A1 (G1) Indeterminate A5 (G2) Determinate A9 (G3) Indeterminate A10 (G4) Indeterminate A15 (G5) Indeterminate B32 (G6) Indeterminate B38 (G7) Indeterminate B39 (G8) Indeterminate B48 (G9) Indeterminate B49 (G10) Indeterminate C52 (G11) Indeterminate C55 (G12) Indeterminate C56 (G13) Indeterminate C58 (G14) Indeterminate C59 (G15) Indeterminate D63 (G16) Indeterminate D64 (G17) Indeterminate D68 (G18) Indeterminate D76 (G19) Determinate D77 (G20) Indeterminate E82 (G21) Indeterminate E86 (G22) Determinate E88 (G23) Indeterminate E94 (G24) Indeterminate E96 (G25) Determinate

(8)

4.1.7. Lama Simpan Buah

Lama simpan buah erat kaitannya dengan kekerasan buah, ketebalan daging buah, dan jumlah ruang buah. Hal tersebut dijelaskan dalam Hidayat (2004), Husniyah dkk (2007), Istiqomah (2007), Damayanti (2007), dan Ambarwati (2009) bahwa ketebalan daging buah berhubungan dengan lama simpan buah, sedangkan kekerasan buah berkaitan dengan ketebalan daging buah dan jumlah ruang buah. Sehingga diharapkan terdapat hubungan positif antar masing-masing parameter tersebut. Untuk mengetahui lama simpan buah dilakukan penyimpanan buah tomat pada suhu ruang yang ditempatkan di loyang plastik yang diletakkan diatas meja tanpa diberi perlakuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan waktu lama simpan buah disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Lama Simpan Buah Tomat

Genotipe Lama Simpan Buah (hari)

A1 (G1) 52 A5 (G2) 58.5 A9 (G3) 52 A10 (G4) 55 A15 (G5) 58 B32 (G6) 56 B38 (G7) 59 B39 (G8) 52 B48 (G9) 52 B49 (G10) 59 C52 (G11) 52 C55 (G12) 59 C56 (G13) 52 C58 (G14) 55.5 C59 (G15) 52 D63 (G16) 52 D64 (G17) 52 D68 (G18) 52 D76 (G19) 52.5 D77 (G20) 59 E82 (G21) 52 E86 (G22) 59 E88 (G23) 52 E94 (G24) 52 E96 (G25) 55.5

(9)

4.2. Pengamatan Utama

Data hasil pengamatan utama dianalisis menggunakan metode Sidik Ragam (uji F=5%) dan dilanjutkan uji antar perlakuan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95%. Pengamatan utama meliputi hasil produksi tanaman tomat dan karakter morfologi buah tomat.

4.2.1. Hasil Produksi Tanaman Tomat

Beberapa hal yang mempengaruhi hasil produksi tanaman yaitu jumlah buah per tanaman dan bobot per buah. Jumlah buah per tanaman merupakan jumlah keseluruhan buah yang dipanen dalam satu tanaman sedangkan bobot per buah merupakan rata-rata bobot buah yang dihasilkan dalam satu tanaman. Berdasarkan penelitian Istianingrum dan Damanhuri (2016) karakter jumlah buah total, bobot buah total, dan bobot per buah menunjukkan nilai heritabilitas tinggi. Karakter yang termasuk dalam katagori heritabilitas sedang sampai tinggi mempunyai arti bahwa lingkungan tidak begitu berperan besar dalam penampilan suatu karakter sehingga genotipe lebih domainan mempengaruhi karakter tersebut. Penelitian yang telah dilaksanakan menghasilkan data jumlah buah per tanaman, bobot per buah, dan bobot buah per tanaman disajikan dalam Tabel 4.4.

(10)

Tabel 4.4. Jumlah Buah per Tanaman, Bobot per Buah, dan Bobot Buah per Tanaman

Genotipe Jumlah Buah per

Tanaman (buah)

Bobot per Buah (gr) Bobot Buah per

Tanaman (kg) A1 (G1) 60.05 68.72 4.26 A5 (G2) 51.5 57.71 3.27 A9 (G3) 50 79.04 3.75 A10 (G4) 66.1 61.31 4.26 A15 (G5) 74 71.4 5.1 B32 (G6) 60.5 68.83 3.92 B38 (G7) 52.5 88.04 4.51 B39 (G8) 78.5 59.7 5.59 B48 (G9) 61 60.93 4.23 B49 (G10) 61.5 64.56 3.65 C52 (G11) 60 71.45 4.53 C55 (G12) 66.5 137.49 5.21 C56 (G13) 85 53.44 4.63 C58 (G14) 73.5 73.34 4.85 C59 (G15) 60.5 51.96 3.01 D63 (G16) 63 75.77 4.69 D64 (G17) 62.5 71.59 4.24 D68 (G18) 55.5 68.06 4.98 D76 (G19) 44 83.61 3.22 D77 (G20) 53 76.15 4.45 E82 (G21) 67 64.6 3.49 E86 (G22) 48.5 61.5 2.87 E88 (G23) 58.5 69.36 4.35 E94 (G24) 62 57.61 3.75 E96 (G25) 55.5 76.15 3.95

Terdapat beberapa genotipe yang memiliki nilai rata-rata sesuai rentang bahkan lebih tinggi dari pada varietas yang digunakan sebagai acuan, namun ada pula beberapa genotipe yang nilai rata-ratanya lebih rendah. Rentang nilai jumlah buah per tanaman varietas yang digunakan sebagai acuan yaitu 24 buah hingga 53 buah per tanaman, 50 gram hingga 90.4 gram untuk bobot per buah, 2.11 kg hingga 3.49 kg untuk berat buah per tanaman. Nilai tersebut tercantum dalam Lampiran 3.

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa jumlah buah per tanaman tertinggi dihasilkan G13 yaitu sebanyak 85 buah dan terendah dihasilkan G19 yaitu sebanyak 44 buah. Hasil jumlah buah per tanaman pada semua perlakuan jika dipersentasekan yaitu 76% melebihi rentang yang

(11)

digunakan dan 24% sesuai rentang. 76% perlakuan yang melebihi rentang yang digunakan yaitu G1, G4, G5, G6, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G15, G16, G17, G18, G21, G23, G24, dan G25. Dan 24% perlakuan yang sesuai dengan rentang yaitu G2, G3, G7, G19, G20, dan G22. Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah buah per tanaman yaitu genotipe tanaman dan jumlah buah yang terbentuk. Menurut Istianingrum dan Damanhuri (2016) faktor genotipe menunjukkan nilai heritabilitas tinggi pada jumlah buah per tanaman sehingga pengaruh lingkungan tidak begitu berperan besar dalam penampilan suatu karakter. Sedangkan jumlah buah yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi persentase terbentuknya buah adalah jumlah bunga yang berhasil menjadi buah. Menurut Peet dan Bartholemew (1986) suhu optimal untuk pembungaan tomat adalah 21oC - 24oC pada siang hari dan 18oC - 22oC pada malam hari. Suhu udara yang terlalu tinggi dan kelembaban udara yang relatif rendah menurut Syakur dkk (2011) mampu menyebabkan bunga gugur. Tetapi meskipun suhu lingkungan pertumbuhan diatas suhu optimum yaitu 20oC - 34oC tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman yang dihasilkan.

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa bobot per buah tertinggi dihasilkan G12 yaitu 137.49 gram dan terendah dihasilkan G15 yaitu 51.96 gram. Pada bobot per buah terdapat 4% perlakuan yang mempunyai nilai diatas rentang yaitu P12 dan 96% perlakuan yang sesuai rentang yaitu G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G13, G14, G15, G16, G17, G18, G19, G20, G21, G22, G23, G24, dan G25. Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa bobot buah per tanaman tertinggi dihasilkan P8 senilai 5.59 kg serta terendah pada G22 yaitu senilai 2.87 kg. Pada bobot buah per tanaman dihasilkan 80% perlakuan yang mempunyai nilai diatas rentang yaitu G1, G4, G5, G7, G8, G9, G11, G12, G13, G14, G16, G17, G18, G20,dan G23 serta 20% yang sesuai rentang yaitu G2, G3, G6, G10, G15, G19, G21, G22, G24, dan G25 . Berdasarkan penelitian Istianingrum dan Damanhuri (2016) bobot per buah dan bobot buah per tanaman lebih tinggi diperngaruhi oleh genotipe dibanding lingkungan karena mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi.

(12)

Menurut Putri (2012) semakin tinggi bobot per buah maka bobot buah per tanaman juga akan semakin tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan semakin tinggi bobot per buah tidak selalu seiring dengan semakin tingginya bobot buah per tanaman, sebab harus juga didukung dengan jumlah buah yang lebih banyak. Tetapi jumlah buah yang banyak juga tidak selalu seiring dengan semakin tingginya bobot buah per tanaman jika tidak diiringi bobot per buah yang tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada G12 mempunyai bobot per buah tertinggi yaitu 137.49 gram dengan jumlah buah per tanaman 66.5 buah tetapi tidak menghasilkan bobot buah per tanaman tertinggi. Kemudian pada G13 mempunyai jumlah buah per tanaman tertinggi yaitu 85 buah dengan bobot per buah yaitu 53.44 gram tetapi tidak menghasilkan bobot buah per tanaman tertinggi. Penyebab perbedaan bobot per buah menurut Steven and Rudich (1978) yaitu masing-masing varietas dan genotipe memiliki hasil produksi yang berbeda-beda sesuai dengan gen yang dimilikinya.

4.2.2. Penilaian Karakter Morfologi Buah Tomat

Beberapa karakter morfologi buah tomat yang diamati antara lain kekerasan buah, ketebalan daging buah, jumlah ruang buah dan ukuran buah. Karakter tersebut memiliki nilai masing-masing berdasarkan gen-gen yang dimiliki. Kekerasan buah menurut Wijayani dan Widodo (2005) serta Ifmalinda (2017) berhubungan dengan jaringan epidermis pada kulit yang berfungsi sebagai pelindung luar buah dari pertukaran gas, kehilangan air, kerusakan mekanis, dan ketahanan terhadap tekanan. Kekerasan buah berhubungan dengan kadar air yang terkandung dalam buah karena semakin tinggi kadar air maka tekstur semakin lunak. Dalam penelitian, kekerasan buah diukur menggunakan alat ukur Fruit Hardness Tester (FHT) dengan satuan lbs. Semakin tinggi nilai dalam penggukuran maka semakin tinggi pula tingkat kekerasan buah. Ketebalan daging buah menurut Husniyah dkk (2007) merupakan salah satu karakter morfologi buah yang berhubungan dengan lama simpan buah. Karakter morfologi buah tomat selanjutnya merupakan jumlah ruang buah, jumlah ruang buah merupakan banyaknya rongga atau ruang yang ada dalam buah. Karakter morfologi buah tomat yang terakhir adalah ukuran buah. Ukuran buah menurut Duriat dkk (1997)

(13)

dapat digolongkan berdasarkan penggunaan buah yaitu: a) besar (>100 gram), b) kecil (>50 gram), c) sedang (>50 gram sampai dengan <100gram). Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, data kekerasan buah; ketebalan daging buah; jumlah ruang buah; dan ukuran buah disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Kekerasan Buah, Ketebalan Daging Buah, Jumlah Ruang Buah, Ukuran Buah

Perlakuan Kekerasan Buah (lbs) Ketebalan Daging Buah (cm) Jumlah Ruang Buah Ukuran Buah A1 (G1) 13.17 0.6 2.39 Sedang A5 (G2) 11.56 0.55 3.17 Sedang A9 (G3) 15 0.55 3.17 Sedang A10 (G4) 6.13 0.49 3.22 Sedang A15 (G5) 14.66 0.57 2.5 Sedang B32 (G6) 8.58 0.49 2.89 Sedang B38 (G7) 10.59 0.62 3.44 Sedang B39 (G8) 12.88 0.59 3.06 Sedang B48 (G9) 8.17 0.49 3.06 Sedang B49 (G10) 12.56 0.62 3.22 Sedang C52 (G11) 12.16 0.63 3.22 Sedang C55 (G12) 14.42 0.56 3.39 Besar C56 (G13) 10.31 0.45 3.28 Sedang C58 (G14) 9.9 0.46 3.06 Sedang C59 (G15) 12.47 0.56 2.95 Sedang D63 (G16) 8.71 0.45 2.28 Sedang D64 (G17) 6.96 0.47 2.22 Sedang D68 (G18) 11.05 0.51 3.28 Sedang D76 (G19) 8.54 0.47 3.11 Sedang D77 (G20) 13.09 0.6 2.89 Sedang E82 (G21) 10.39 0.48 2.84 Sedang E86 (G22) 10.17 0.42 2.96 Sedang E88 (G23) 9.1 0.46 2.84 Sedang E94 (G24) 12.57 0.57 2.33 Sedang E96 (G25) 10.58 0.55 2.33 Sedang

(14)

Terdapat beberapa genotipe yang memiliki nilai rata-rata sesuai rentang bahkan lebih tinggi dari pada varietas yang digunakan sebagai acuan, namun ada pula beberapa genotipe yang nilai rata-ratanya lebih rendah. Rentang nilai kekerasan buah varietas yang digunakan sebagai acuan yaitu 6.87 lbs hingga 7.63 lbs, 0.38 cm hingga 0.9 cm untuk ketebalan daging buah, 2-3 untuk jumlah ruang buah. Nilai tersebut tercantum dalam Lampiran 3.

Kekerasan buah tertinggi dihasilkan G3 yaitu senilai 15 lbs dan terendah dihasilkan G4 yaitu senilai 6.13 lbs. Persentase kekerasan buah yang kurang dari rentang yaitu 4% pada P4, persentase yang sesuai rentang yaitu 4% pada P17 dan sisanya senilai 92% adalah perlakuan yang nilai kekerasan buahnya diatas rentang yang digunakan. 92% yang melebihi rentang yang digunakan yaitu G1, G2, G3, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G15, G16, G18, G19, G20, G21, G22, G23, G24 dan G25. Ketebalan daging buah tertinggi dihasilkan G11 yaitu 0.63 cm dan terendah dihasilkan G22 yaitu 0.42 cm. Persentase ketebalan daging buah dari masing-masing perlakuan menghasilkan 100% perlakuan sesuai rentang. Jumlah ruang buah tertinggi dihasilkan pada G7 yaitu sebanyak 3.44 dan terendah dihasilkan pada G17 sebanyak 2.22. Persentase untuk jumlah ruang buah terdapat 48% perlakuan yang sesuai yaitu G1, G5, G6, G15, G16, G17, G20, G21, G22, G23, G24 dan G25 serta 52% melebihi rentang yang digunakan yaitu G2, G3, G4, G7, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G18, G19.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kekerasan buah tomat antara lain keuletan kulit buah, kekentalan cairan buah, dan perbadingan antara tebal daging buah dengan rongga buah (Hidayat, 2004) dan (Istiqomah, 2007). Menurut Ambarwati (2009), Damayanti (2007) Husniyah dkk (2007) ketebalan daging buah berkaitan dengan tingkat kekerasan buah dan lama simpan buah, semakin tebal daging buah diharapkan kekerasan buah tomat akan semakin tinggi. Selain ketebalan daging buah hal yang menunjang tingkat kekerasan buah tomat yaitu jumlah rongga buah atau ruang buah. Jumlah ruang buah yang banyak menyebabkan sekat antar ruang menjadi banyak sehingga buah menjadi keras. Sekat antar ruang berfungsi sebagai suatu fondasi yang memperkuat buah tomat. Tetapi berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan kekerasan buah tertinggi

(15)

yaitu G3 senilai 15 lbs tidak mempunyai ketebalan buah tertinggi dan jumlah ruang terbanyak. Sehingga tidak selalu buah tomat yang mempunyai ketebalan daging yang tinggi dan jumlah ruang buah yang banyak mempunyai kekerasan buah yang tinggi. Tetapi pada penelitian Fardhani dkk (2013) disebutkan bahwa kekerasan buah tidak selalu berhubungan dengan tebal daging buah dan tebal sekat buah. Hal tersebut dapat terjadi karena menurut Prihadi (1993) kekerasan buah dapat dipengaruhi oleh kondisi kulit epidermis yang tidak sama tingkat keliatannya pada tiap-tiap genotipe, sehingga buah dengan kulit epidermis yang lebih liat akan menghasilkan buah dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Menurut Husniyah dkk (2007) buah tomat dengan tekstur yang keras lebih disukai konsumen karena dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama.

Berdasarkan data lama simpan buah tomat yang tercantum dalam Tabel 4.5. didapatkan data nilai korelasi antara lama simpan buah dengan kekerasan buah yaitu 0.23, nilai korelasi antara lama simpan buah dengan ketebalan daging buah yaitu 0.26, serta nilai korelasi antara lama simpan buah dengan jumlah ruang buah yaitu 0.27. Dari ketiga nilai tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, lama simpan buah mempunyai korelasi yang rendah dengan kekerasan buah, ketebalan daging buah dan jumlah ruang buah.

Pada pengamatan ukuran buah terdapat satu perlakuan yang menghasilkan buah dengan kategori besar yaitu pada G12 karena mempunyai bobot per buah 137.49 gram. Dengan berat tersebut menurut Duriat dkk (1997) termasuk dalam golongan besar karena lebih dari 100 gram. Sedangkan pada semua perlakuan kecuali G12 termasuk golongan buah sedang karena mempunyai nilai berat lebih dari 50 gram tetapi kurang dari 100 gram. Menurut Duriat dkk (1997) ukuran buah tomat yang beredar di pasaran dan diminati petani termasuk golongan sedang hingga besar, sehingga ukuran buah yang dihasilkan pada seluruh perlakuan telah sesuai dengan ukuran yang diharapkan.

(16)

4.2.3. Penentuan Seleksi

Terdapat dua faktor yang menyebabkan keragaman suatu populasi tanaman menurut Istianingrum dan Damanhuri (2016) yaitu keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Keragaman yang tinggi dari suatu karakter akan memberikan peluang besar dalam proses seleksi karena proses perbaikan karakter tanaman mempunyai pilihan yang beragam. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Helyanto dkk (2000) bahwa jika suatu karakter mempunyai keragaman genetik tinggi akan mempermudah proses seleksi karena setiap individu dalam populasi menghasilkan sifat-sifat yang beragam. Sehingga informasi keragaman genetik sangat diperlukan untuk memperoleh calon varietas baru yang diharapkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor lingkungan budidaya telah dilakukan pengendalian sedemikian rupa dengan tujuan meminimalisir pengaruh lingkungan terhadap hasil dan penampilan suatu genotipe. Sehingga diharapkan hasil dan penampilan tanaman hanya dipengaruhi oleh faktor genetik. Beberapa upaya yang dilakukan yaitu budidaya dilaksanakan di dalam screen house, penanaman dilakukan di dalam polybag, media tanam sebelum digunakan melewati proses sterilisasi terlebih dahulu, serta sistem irigasi menggunakan irigasi tetes.

Beberapa kriteria yang dijadikan parameter seleksi berdasarkan hasil produksi dan karakter morfologi buah antara lain: (1) bobot buah per tanaman, (2) kekerasan buah, (3) ketebalan daging buah, (4) jumlah ruang buah, dan (5) ukuran buah. Beberapa batasan yang digunakan sebagai acuan genotipe F1 yang lolos seleksi yaitu mengacu pada deskripsi varietas yang telah tersebar di pasaran dan digunakan oleh petani. Beberapa varietas yang digunakan sebagai acuan adalah varietas betavila, permata dan servo yang deskripsi varietasnya disajikan dalam Tabel 4.6.

(17)

Tabel 4.6. Deskripsi Tomat Hibrida (F1) Varietas Betavila, Permata, dan Servo

Deskripsi Varietas Betavila Permata Servo

Golongan varietas Hibrida Hibrida Hibrida

Berat per buah (gr) 84,5 – 90,4 50 63,04 – 66,47

Berat buah per tanaman (kg) 2,17 – 3,43 3 – 4 2,11 – 3,49

Potensi hasil (ton/ha) - 50 – 70 -

Tebal daging buah (cm) 0,38 – 0,65 0,7 – 0,9 0,38 – 0,65

Jumlah rongga buah 2-3 2 2-3

Kekerasan buah (lbs) 6,87 – 7,08 7,5 7,30 – 7,63

Hasil buah per hektar (ton) 46,59 – 74,65 45,34 – 73,58

Jumlah populasi per hektar (tanaman)

25.000 - 25.000

Jumlah buah per tanaman (buah) 24 – 39 - 31 – 53

Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 882/Kpts/TP.240/7/1999

Kriteria yang digunakan sebagai patokan mengacu pada deskripsi varietas tiga varietas hibrida Betavila, Permata dan Servo, yaitu:

a. Bobot buah per tanaman (BBT) : ≥ 4 kg

b. Kekerasan buah (KB) : ≥ 7,63 lbs

c. Ketebalan daging buah (KDB) : ≥ 0.5 cm d. Jumlah ruang buah (JRB) : < 4

e. Ukuran buah (UB) : sedang hingga besar

Genotipe F1 yang lolos seleksi akan diberi penilaian masing-masing 1 poin untuk masing-masing kriteria yang digunakan. Genotipe F1 yang memenuhi semua kriteria dinyatakan lolos seleksi untuk dilakukan uji coba ke tahapan selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan data kriteria seleksi dan penilaian disajikan dalam Tabel 4.7.

(18)

Tabel 4.7. Kriteria Seleksi dan Penilaian Hasil Penentuan Kriteria Seleksi Perlakuan BBT (kg) KB (lbs) KDB (cm) JRB UB Penilaian A1 (G1) 4.26 13.17 0.6 2.39 Sedang 5 A5 (G2) 3.27 11.56 0.55 3.17 Sedang 4 A9 (G3) 3.75 15 0.55 3.17 Sedang 4 A10 (G4) 4.26 6.13 0.49 3.22 Sedang 3 A15 (G5) 5.1 14.66 0.57 2.5 Sedang 5 B32 (G6) 3.92 8.58 0.49 2.89 Sedang 3 B38 (G7) 4.51 10.59 0.62 3.44 Sedang 5 B39 (G8) 5.59 12.88 0.59 3.06 Sedang 5 B48 (G9) 4.23 8.17 0.49 3.06 Sedang 4 B49 (G10) 3.65 12.56 0.62 3.22 Sedang 4 C52 (G11) 4.53 12.16 0.63 3.22 Sedang 5 C55 (G12) 5.21 14.42 0.56 3.39 Besar 5 C56 (G13) 4.63 10.31 0.45 3.28 Sedang 4 C58 (G14) 4.85 9.9 0.46 3.06 Sedang 4 C59 (G15) 3.01 12.47 0.56 2.95 Sedang 4 D63 (G16) 4.69 8.71 0.45 2.28 Sedang 4 D64 (G17) 4.24 6.96 0.47 2.22 Sedang 3 D68 (G18) 4.98 11.05 0.51 3.28 Sedang 5 D76 (G19) 3.22 8.54 0.47 3.11 Sedang 3 D77 (G20) 4.45 13.09 0.6 2.89 Sedang 5 E82 (G21) 3.49 10.39 0.48 2.84 Sedang 3 E86 (G22) 2.87 10.17 0.42 2.96 Sedang 3 E88 (G23) 4.35 9.1 0.46 2.84 Sedang 4 E94 (G24) 3.75 12.57 0.57 2.33 Sedang 4 E96 (G25) 3.95 10.58 0.55 2.33 Sedang 4 Keterangan :

(1) BBT adalah bobot buah per tanaman, (2) KB adalah kekerasan buah,

(3) KDB adalah ketebalan daging buah, (4) JRB adalah jumlah ruang buah, (5) UB adalah ukuran buah.

(19)

Berdasarkan data hasil penilaian yang tersaji dalam Tabel 4.7. dapat diketahui bahwa perlakuan yang lolos seleksi sebanyak 8 genotipe atau 32 % yaitu G1, G5, G7, G8, G11, G12, G18, G20, karena telah memenuhi 5 kriteria yang ditentukan. Sedangkan perlakuan yang tidak lolos seleksi sebanyak 17 perlakuan atau 68 % yaitu G2, G3, G4, G6, G9, G10, G13, G14, G15, G16, G17, G19, G21, G22, G23, G24, G25 karena terdapat salah satu atau lebih kriteria yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. Beberapa genotipe yang lolos seleksi disajikan dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Genotipe yang Lolos Seleksi

Perlakuan BBT KB KDB JRB

G1 4.26A 13.17A 0.60A 2.39A

G5 5.10A 14.66A 0.57A 2.50A

G7 4.51A 10.59AB 0.62A 3.44AB

G8 5.59A 12.88ABC 0.59A 3.06AB

G11 4.53A 12.16ABC 0.63A 3.22AB

G12 5.21A 14.42ABC 0.57A 3.39BC

G18 4.98A 11.05BC 0.51A 3.28CD

G20 4.35A 13.09C 0.60A 2.89D

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan.

(1) BBT adalah bobot buah per tanaman, (2) KB adalah kekerasan buah,

(3) KDB adalah ketebalan daging buah, (4) JRB adalah jumlah ruang buah,

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa parameter bobot buah per tanaman untuk semua genotipe yang lolos seleksi mempunyai hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil yang tidak berbeda nyata juga didapatkan pada parameter ketebalan daging buah. sedangkan untuk parameter kekerasan buah G1 dan G2 berbeda nyata dengan G18 dan G20. Untuk parameter jumlah ruang buah G1 dan G2 berbeda nyata dengan G12, G18 dan G20.

(20)

Dari ke-8 genotipe yang lolos seleksi G1 mempunyai umur berbunga 25 hst, tinggi tanaman 1.6 m, tahan terhadap penyakit embun tepung dan penyakit kuning akibat serangan virus Gemini, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate. G5 mempunyai umur berbunga 29 hst, tinggi tanaman 2.35 m, terserang penyakit embun tepung dan penyakit kuning akibat serangan virus Gemini, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate. G7 mempunyai umur berbunga 22 hst, tinggi tanaman 2.05 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate. G8 mempunyai umur berbunga 25 hst, tinggi tanaman 2.25 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate. G11 mempunyai umur berbunga 27 hst, tinggi tanaman 2.25 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate. G12 mempunyai umur berbunga 29 hst, tinggi tanaman 1.9 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate. G18 mempunyai umur berbunga 31 hst, tinggi tanaman 2.5 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate. mempunyai umur berbunga 31 hst, tinggi tanaman 1.85 m, terserang penyakit embun tepung, dan mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate.

Gambar

Diagram 4.1. Umur Berbunga Tanaman Tomat
Diagram 4.2. Tinggi Tanaman Tomat
Gambar 4.1.  Hama  dan  penyakit  yang  menyerang  :  a)  Larva  Helicoverpa  armina  Hubn.,  b)  Buah  tomat  yang  terserang  ulat  grayak  (Spodoptera  litura  F.),  c)  Imago  kutu  kebul  (Bemicia  tabaci  Genn.),  d)  Tanaman  tomat  yang  terserang
Tabel 4.1.  Genotipe yang Terserang Penyakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Gagne, Wager, Goal, &amp; Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan

Berdasarkan pengamalan industri takaful, syarikat merupakan wakil (al-Wakil) kepada peserta dan peserta sebagai pewakil (al-muwakkil), skim takaful atau dana yang diuruskan

sama halnya dengan Discharge Planning yang ada di RSU Sari Mutiara Medan, dari hasil survey peneliti di ruang rawat inap merak Lantai II Gedung Lama RSU Sari Mutiara

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Oleh itu, penting untuk melaksanakan program dalam pemaham- an dan persepsi apa yang didengar daripada Akidah Islamiah secara khu- sus dan ilmu-ilmu syariat yang lain, yang

Sasaran tersebut diwujudkan melalui Rencana Kinerja Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu Tahun 2019 yang berjumlah 44 (empat puluh empat) kegiatan yang

Hasil Wawancara dengan Ibu Nur Azizah Selaku pembeli atau pelangan hasil budidaya ikan tambak, wawancara dilakukan tgl.. Indramanyu, Subang, Sumedang, Bandung, Sukabumi, Bogor

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia