114
Dalem Kepangeranan dibangun tidak hanya sebagai sebuah rumah bagi para pangeran, tetapi juga mengandung unsur politik, sosial dan filosofi. Sebelum masa pemerintahan Sunan Paku Buwana IV, para pangeran tinggal di luar keraton dan memiliki wilayah kekuasaannya sendiri-sendiri. Para pangeran yang tinggal di luar keraton berpotensi melakukan kudeta terhadap penguasa jika mereka memiliki pengikut dan kekuatan yang cukup. Untuk mencegah kudeta, pada masa Sunan Paku Buwana IV para pangeran diberi rumah di wilayah keraton atau kuthanagara. Selain politik, Dalem Kepangeranan merupakan perlambang dari gaya hidup dan stratifikasi sosial dari kaum bangsawan sebagai golongan yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan raja. Para bangsawan Jawa menunjukkan kebesarannya melalui gelar nama sesuai tingkat kebangsawanannya, cara berbusana, tata cara bersosialisasi, penggunan bahasa untuk berkomunikasi, dan tempat tinggalnya. Sebagai kediaman dari bangsawan, Dalem Kepangeranan dibangun dengan aturan-aturan tertentu yang membedakannya dengan rumah rakyat biasa untuk menunjukkan status kebangsawanan. Dalem Kepangeranan dibangun dengan meniru tata bangunan keraton dengan bentuk yang lebih kecil.
Dalam segi kepemilikan, Dalem Kepangeranan diatur oleh tata cara tradisional. Sesuai namanya, pemilik Dalem Kepangeranan adalah pangeran dan tidak semua orang berhak memiliki dan mendiaminya. Raja memiliki kendali besar atas kepemilikan Dalem Kepangeranan di dalam Baluwarti, karena berdiri di
atas tanah raja. Raja yang berkuasa berhak memberikan atau mengambil Dalem Kepangeranan untuk diberikan kepada pada para pangeran atau bangsawan. Dalem Kepangeranan berdiri di luar Baluwarti berdiri di atas tanah milik pangeran sendiri, sehingga hak milik dimiliki pangeran sepenuhnya.
Dalam perjalanan waktu, Dalem Kepangeranan mengalami perubahan kepemilikan. Kepemilikan Dalem Kepangeranan didapat dengan cara diwariskan, hasil pemberian raja, atau pertukaran dalem antar pangeran yang disertai ganti rugi. Contoh perubahan kepemilikan Dalem Kepangeranan dengan cara diwariskan kepada keturunannya adalah Dalem Purwadiningratan. Dalem Purwadiningratan berdiri pada tahun 1805. Pada mulanya dalem tersebut berfungsi sebagai kantor pemerintahan keraton sementara. Dalem tersebut diserahkan kepada G.K.R. Pembayun, putri Sunan Paku Buwana IV dan menjadi kediamannya serta keturunannya. Pemilik terakhir Dalem Purwadiningratan adalah K.R.M.T.H. Purwadiningrat VI, buyut G.K.R. Pembayun, yang mendiami hingga tahun 1962.
Kepemilikan Dalem Kepangeranan yang didapat dari hasil pemberian raja antara lain Dalem Suryahamijayan dan Dalem Sasana Mulya. Dalem Suryahamijayan berdiri pada tahun 1810, dibangun sebagai kediaman K.G.P.A. Purbaya, putra Sunan Paku Buwana IV. K.G.P.A. Purbaya mendiami dalem tersebut hingga tahun 1830, ketika beliau diangkat menjadi Sunan Paku Buwana VII. Sejak saat itu dalem dibiarkan kosong hingga kemudian diberikan kepada G.P.H. Suryahamijaya, putra Sunan Paku Buwana X, dan menjadi kediaman G.P.H. Suryahamijaya hingga tahun 1971. Dalem Sasana Mulya atau Dalem
Ngabean dibangun pada tahun 1811 sebagai kediaman oleh K.G.P.Ad. Hangabehi, putra Sunan Paku Buwana IV hingga tahun 1858. Dalem Ngabean kemudian diberikan kepada K.G.P.H. Hangabehi, putra Sunan Paku Buwana X yang mendiami Dalem Ngabean hingga tahun 1939, kemudian diubah menjadi tempat acara keluarga keraton dan oleh Sunan Paku Buwana XII diberi nama Dalem Sasana Mulya.
Perubahan kepemilikan Dalem Kepangeranan yang didapat dari pertukaran dalem antar pangeran adalah Dalem Jayakusuman, salah satu Dalem Kepangeranan yang dibangun di luar tembok Baluwarti. Dibangun pada tahun 1849, awalnya dihuni oleh G.P.H. Surya Brata, putra Sunan Paku Buwana X, kemudian dalem diberikan kepada G.P.H. Jayaningrat, menantu Sunan Paku Buwana IX, dan G.P.H. Surya Brata mendapatkan Dalem Suryabratan. Dalem kemudian diberikan kepada K.G.P.H. Mr. Jayakusuma, putra Sunan Paku Buwana X. K.G.P.H. Mr. Jayakusuman mendiami Dalem Jayakusuman hingga dijual pada tahun 1965.
Perubahan kepemilikan Dalem Kepangeranan yang silih berganti menyebabkan perubahan bentuk bangunan. Dalem Kepangeranan yang awalnya dibangun dengan bahan bangunan mayoritas kayu, mulai menggunakan bahan bangunan dari semen. Pada awal abad ke-20, bangunan Dalem Purwadiningratan, Dalem Suryahamijayan, dan Dalem Sasana Mulya diperluas dengan mendirikan bangunan berarsitektur Eropa, seperti paviliun dan lojen, yang berfungsi sebagai kamar bagi tamu dan kantor. Halaman belakang yang awalnya digunakan untuk menanam tanaman sayuran dan buah-buahan, diubah menjadi taman model Eropa,
dengan patung dan air mancur, seperti yang terjadi Dalem Purwadiningratan dan Dalem Jayakusuman.
Setelah pangeran pemilik sah Dalem Kepangeranan meninggal, bangunan Dalem Kepangeranan diwariskan atau diambil alih oleh keraton. Beberapa ahli waris tidak sanggup mempertahankan Dalem Kepangeranan karena masalah ekonomi, pembagian warisan, atau perawatan bangunan akhirnya memilih menjual Dalem Kepangeranan. Setelah Dalem Kepangeranan diserahkan kepada ahli waris atau dijual kepada pihak lain, terjadi perubahan bentuk bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan pemilik. Perubahan bentuk bangunan meliputi bentuk atap, ruang, lantai, dan bangunan baru untuk memenuhi kebutuhan pemilik, yang dibangun secara asal-asalan tanpa memperhatikan nilai historis arsitektur Dalem Kepangeranan, seperti yang terjadi pada Dalem Jayakusuman. Perubahan kepemilikan Dalem Kepangeranan yang dijual kepada pihak luar terkadang menimbulkan konflik antara pemilik baru yang sudah punya sertifikat dengan pihak keraton yang merasa sebagai pemilik sah tanah dan bangunan, seperti yang terjadi pada Dalem Suryahamijayan. Akibat konflik saling klaim, beberapa Dalem Kepangeranan menjadi tidak terurus dan mangkrak, karena kepemilikan yang tidak jelas atau kepemilikan ganda.
Perubahan juga terjadi pada fungsi bangunan Dalem Kepangeranan. Bagian Dalem Kepangeranan yang berubah antara lain adalah pendapa, lojen, dan paviliun. Pendapa Dalem Kepangeranan digunakan untuk perkantoran dan sekolah, seperti yang terjadi di Dalem Purwadiningratan dan Dalem Suryahamijayan, bahkan menjadi penjara seperti yang terjadi di Dalem Sasana
Mulya. Fungsi lojen dan paviliun yang awalnya sebagai kantor dan ruang tamu, berubah menjadi tempat tinggal. Kebutuhan pemilik akan tempat tinggal, akhirnya mengubah fungsi dan bentuk bangunan Dalem Kepangeranan, seperti yang terjadi Dalem Purwadiningratan yang dihuni 20 keluarga trah Purwadiningrat.
Dalem Kepangeranan di Surakarta telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal kepemilikan atau fungsi dan nilai bangunan. Perubahan kepemilikan disebabkan karena kehendak dari penguasa atau karena Dalem Kepangeranan dijual atau dikontrakan. Perubahan fungsi Dalem Kepangeranan disebabkan karena faktor kebutuhan akan tempat tinggal dan ekonomi, sehingga sebagian Dalem Kepangarenan mengalami perubahan bentuk bangunan, seperti perubahan komponen bangunan dan bahan bangunan. Ketika bentuk dan fungsi bangunan Dalem Kepangeranan berubah, maka nilai yang terkandung pada bangunan mengalami pergeseran, dari rumah bangsawan keturunan raja menjadi rumah biasa.
119
DAFTAR PUSTAKA
Arsip
Kalenggahipun Para Sentana Tuwin Abdi Dalem Jamanipun Ingkang Sinuhun Paku Buwana VII (1830-1858). Reksa Pustaka Mangkunegaran, No. B 277 Keppres No.23 Tahun 1988 Tentang Status Pengelolaan Keraton Kasunanan
Surakarta
Padmasoesastra. 1902. Sejarah Dalem Pangiwa lan Panengen. Semarang: Van Dorp
Rijksblad no. 9 Tahun 1938 Rijksblad no. 10 Tahun 1938
Sajid, R.M. 1984. Babad Sala. Reksa Pustaka Mangkunegaran. Buku
Darsiti Soeratman. 2000. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia
Dwi Ratna Nurhajarini. et.al. 1999. Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan
Florida, Nancy K. 1993. Javanese Literature in Surakarta Manuscripts Volume 1. Itacha, New York: Southeast Asia Program Cornell University
Heins, Marleen. Ed. 2006. Karaton Surakarta. Singapura: Marshall Cavendish Editions.
Krisnina Maharani Tandjung. 2002. Rumah Solo. Singapura: Times Editions. Larson, George D. 1990. Masa Menjelang Revolusi: Kraton dan Kehidupan
Pakempalan Pengarang Serat ing Mangkunegaran. 1993. Babad K.G.P.A.A. Mangkunagara I. Surakarta: Yayasan Mangadeg
Puspaningrat, K.P.H. S. 2006. Putra Putri Dalem Karaton Surakarta. Sukoharjo: CV. Cendrawasih
Sartono Kartodirdjo. 1987. Perkembangan Peradaban Priyayi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sidharta dan Eko Budihardjo. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Titis Srimuda Pitana. 2014. Dekonstruksi Makna Simbolik Arsitektur Keraton Surakarta. Purwokerto: STAIN Press.
Wibowo, H.J. et.al. 1998. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jurnal
Joko Budiwiyanto. “Perpaduan Jawa-Eropa Keartistikan Dalem Wuryaningratan”. Acintya Jurnal Penelitian Seni Budaya, Vol I, No 1. Juni 2009.
Sulistyono, IF Bambang. “Interpretasi Budaya Simbol Ndalem Kepangeranan Keraton Kasunanan Surakarta”. Etnografi Jurnal Penelitian Budaya Etnik, Vol XII, No 2. 2012.
Sutjipto, F.A. “Struktur Birokrasi Mataram”. Bacaan Sejarah Seri Sejarah Indonesia, No. 1. Mei 1978.
Purnomo et.al. “Interior Dalem Sasana Mulyo dan Purwodiningratan Surakarta Dikaji dalam Konteks Konservasi”. Pendhapa, Vol 1, No. 1. 2009.
Majalah
Luthfi Widagdo Eddyono “Pangeran Soerjahamidjaja Penggagas Nama Indonesia menjadi Nusantara”. Konstitusi, No. 91. September 2014
Tesis
Sulistyono, I.F. Bambang. 2002. “Makna Simbolis Rumah Pangeran Keraton Kasunanan Surakarta Dalam Komplek Baluwarti”. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro.
Makalah Seminar
Draft Penyusunan DED Lingkungan Ndalem Joyokusuman Tahun Anggaran 2016. Semarang: PT. Patra Padma. 2016
Situs Internet
http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/18/slo6.htm (diakses pada 21 Juni 2016, pukul 22:38)
http://smkn8solo.sch.id/latar-belakang/ (diakses pada 27 Agustus 2016, pukul 14.56)
http://www.timlo.net/baca/68719656278/menilik-sejarah-ndalem-joyokusuman/ (diakses pada 7 Juni 2016, pukul 12.01)
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/sertifikat-dalem-suryohamijayan-diminta-dibatalkan/ (diakses 20 September 2016 pukul 11:29)
http://sejarahsosial.org/kamp_solo/htm/13.htm (diakses pada 11 Juni 2016 pukul 13.20)
http://www.tribunnews.com/travel/2016/05/03/ndalemjoyokusuman-solo-cagar-budaya-yang-sempat-disita-sebagai-barang-bukti-hasil-korupsi (diakses pada 7 Juni 2016 pukul 08.52)
http://www.antaranews.com/berita/92457/widjanarko-puspoyo-divonis-10-tahun-penjara (diakses pada 14 Juli 2016, pukul 20.32)
http://news.detik.com/berita/3133775/sempat-disita-kejaksaan-kini-ndalem-joyokusuman-solo-resmi-dikelola-pemkot (diakses pada 14 Juli 2016, pukul 21.06)
123
DAFTAR NARASUMBER
1. Nama :K.R.Ay. Natakusuma
Usia :80 tahun
Status :Cucu tertua K.R.M.T.H. Purwadiningrat VI
Alamat :Dalem Purwadiningratan, Baluwarti, Pasar
Kliwon, Surakarta
2. Nama :K.P.H. Brotoadiningrat
Usia :75 tahun
Status :Cucu Sunan Paku Buwana X, Pengageng Kusuma
Wandawa Keraton Surakarta Hadiningrat
Alamat :Perum Wonorejo, Jl Dahlia V No. 3, Mojosongo, Surakarta
3. Nama :G.P.H. Dipakusuma
Usia :55 tahun
Status :Anak Sunan Paku Buwana XII
Alamat :Dalem Sasana Mulya, Baluwarti, Pasar Kliwon,
Surakarta
4. Nama :Suratman
Usia :60 tahun
Status :Magersari di Dalem Suryahamijayan
Alamat :Dalem Suryahamijayan, Baluwarti, Pasar Kliwon,