• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 Media Bina Ilmiah ISSN No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "10 Media Bina Ilmiah ISSN No"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI WORKSHOP DI SD NEGERI 31 AMPENAN

Oleh: Sri Banun

Kepala SD Negeri 31 Ampenan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah dengan workshop dapat meningkatkan

kemampuan guru-guru di SD Negeri 31 Ampenan dalam melakukan analisis KKM. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan subyek penelitian semua guru SD Negeri 31 Ampenan. Teknik pengambilan data yang digunakan dengan observasi, evaluasi, dan dokumentasi. Sedangkan Teknik analisa data adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Dengan workshop kemampuan guru-guru dalam menganalisis KKM meningkat, hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi kemampuan dalam melakukan analisis KKM pada siklus I untuk persentase ketercapaian daya serap 58.63% sedangkan pada siklus II menjadi 72.50%; ada peningkatan 13.87%. Dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I 58.63% menjadi 93.75% pada siklus II. Terjadi peningkatan 35.12%.

Kata Kunci: Workshop, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

PENDAHULUAN

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian kompetensi peserta didik. Penetapan kriteria ketuntasan minimal belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan hasil supervisi tahun pelajaran 2012/2013, masih banyak masalah yang ditemukan berkenaan dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal oleh guru-guru, diantaranya 1) pada umumnya guru-guru sudah menyusun KKM, namun tidak menyimpan hasil analisis KKM yang telah dilakukan karena mereka belum tahu bahwa berkas analisis KKM menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen KTSP; 2) masih banyak guru yang belum mengetahui bahwa KKM yang disusun sudah benar atau belum dan sejumlah guru belum memahami secara benar tentang penerapan kriteria kompleksitas, daya dukung, dan intake

siswa dalam penyusunan KKM; 3) beberapa guru menetapkan KKM tanpa proses analisis. Penetapan KKM berdasarkan pengalaman guru mengajar dan atau kesepakatan dengan guru mata pelajaran sejenis; dan 4) tidak pernah diadakan workshop khusus yang membahas tentang KKM, 5) KKM yang dibuat hanya sebatas KKM KD dan mata pelajaran. Sebagai respon atas temuan dan masukan tersebut, maka dalam upaya membantu guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal setiap mata pelajaran, peneliti sebagai kepala sekolah tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dalam meningkatkan kemampuan guru-guru di SD Negeri 31 Ampenan melakukan analisis KKM melalui workshop.

LANDASAN TEORI

Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui pengalaman, dan melalui workshop. Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis pendidikan untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988 : 403).

(2)

_____________________________________ Dalam kaitannya dengan pembinaan

kemampuan guru melakukan analisis KKM melalui workshop, maka Amstrong ( 1990 : 209 ) menyatakan bahwa tujuan workshop adalah untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan mereka dengan cepat, ekonomis, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada sehingga prestasi mereka pada tugas yang sekarang meningkat dan mereka dipersiapkan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang.

Siswanto (1989 : 139) mengatakan Workshop bertujuan untuk memperoleh nilai tambah seseorang yang bersangkutan, terutama yang berhubungan dengan meningkatnya dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bersangkutan.

Workshop dimaksud untuk mempertinggi kemampuan dengan mengembangkan cara-cara berpikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan tentang tugas pekerjaan termasuk tugas dalam melaksanakan evaluasi diri ( As’ad, 1987 : 64 ).

Workshop merupakan salah satu metode yang dapat digunakan kepala sekolah dalam melakukan pembinaan. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan melibatkan guru-guru yang ada sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau orga- nisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, kepala sekolah dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya (Metode dan teknik supervisi Dirjen PMPTK, 2008).

Jadi dalam kaitannya dengan pembinaan kemampuan guru melakukan analisis KKM melalui workshop maka tujuan workshop sesungguhnya adalah untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan mereka dengan cepat, ekonomis, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada sehingga prestasi mereka pada tugas yang sekarang meningkat.

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan

kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (Depdiknas, 2006).

KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun pelajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal (Depdiknas, 2006).

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hamper sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM (Depdiknas, 2006)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran.

Metode kuantitatif dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan tingkat kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis setiap indikator, KD, dan SK dengan menggunakan poin/skor atau skala/rentang yang telah ditetapkan (Panduan Penetapan Kriteria

(3)

Ketuntasan Minimal, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2010).

Tingkat kompleksitas adalah tingkat kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Sebagai contoh, suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi apabila dalam pencapaiannya perlu didukung oleh komponen dengan sejumlah kondisi sebagai berikut:

a. Pendidik

1) memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik; 2) kreatif dan inovatif dengan metode

pembelajaran yang bervariasi;

3) menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan.

b. Peserta didik

1) kemampuan penalaran tinggi; 2) cakap/terampil menerapkan konsep; 3) cermat, kreatif, dan inovatif dalam

penyelesaian tugas/pekerjaan;

4) tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan tinggi agar dapat mencapai ketuntasan belajar.

c. Waktu

Memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan.

Jika suatu indikator hanya meliputi sebagian dari kondisi tersebut di atas, maka dapat dinyatakan memiliki kompleksitas sedang dan apabila tidak memerlukan kondisi tersebut indikator dapat dinyatakan memiliki kompleksitas

rendah (Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan

Minimal Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,2010).

Daya dukung adalah segala sumber daya dan potensi yang dapat mendukung penyelenggaraan pembelajaran seperti sarana dan prasarana meliputi perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran, ketersediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah (Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal, Dit. P-SMA BAB III, 2010).

Kemampuan (intake) rata-rata peserta didik atau kompetensi awal peserta didik yang

dapat dimanfaatkan dalam mencapai kompetensi dasar (KD) dan Standar Kompetensi (SK) yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan pengawas sekolah. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah semua guru di SD Negeri 31 Ampenan yang berjumlah 16 orang yang terdiri atas 12 orang guru kelas , dan 4 orang guru mata pelajaran. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.. Pengambilan guru sebanyak 16 orang guru tersebut menjadi subjek penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan menganalisis KKM untuk tahun pelajaran 2013/2014. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai dari bulan Juli sampai dengan September 2013.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel harapan adalah lembar observasi/penilaian/telaah tahapan menetapkan KKM dan Tes kemampuan pengetahuan KKM, sedangkan untuk mengukur variable tindakan adalah lembar observasi untuk aktivitas kepala sekolah (peneliti).

Untuk mengukur kebenaran dari langkah-langkah atau tahapan penyusunan KKM dipergunakan instrumen telaah penyusunan KKM guru dengan jumlah item 20, dimana masing – masing butir menggunakan rentangan skor 1 – 4, sehingga skor minimal 20 dan skor maksimalnya 80. Penentuan Kriteria Kemampuan Keterampilan menganalisis KKM

Sangat tinggi = 73 - 80 Tinggi = 61 – 72 Sedang = 61 – 72 Rendah = …< 50

Kondisi akhir yang diharapkan setelah dilakukan workshop adalah meningkatnya kemampuan guru-guru di SD Negeri 31 Ampenan yang menjadi subyek penelitian dalam menganalisis KKM. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka

(4)

_____________________________________ ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:

keterampilan menganalisis KKM dikatakan meningkat (berhasil) apabila hasil penilaian telah mencapai rerata skor ≥ 70 dengan pencapaian persentase ³ 85%

HASIL PENELITIAN

a. Deskripsi Hasil penelitian Siklus I 1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini kepala sekolah dalam hal ini peneliti dan pengawas sekolah sebagai observer berdiskusi untuk menyusun rencana yang akan dilakukan untuk memperbaiki kekurangan guru dalam melalukan analisis KKM untuk tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka rancangan tindakan dapat dibuat dengan rincian sebagai berikut:

a) Membuat daftar masalah.

b) Masalah yang sudah diinvertarisasi dalam daftar masalah kemudian dianalisis c) Menyusun Program workshop untuk

mengatasi masalah yang dianggap mendesak untuk segera diatasi.

d) Menyusun test awal dan test akhir untuk subyek penelitian

e) Menyiapkan daftar hadir subyek penelitian f) Menyiapkan instrumen atau lembar

observasi produk (hasil analisis KKM) dari semua subyek.

2. Pelaksanaan Tindakan a) Kegiatan

1) Pertemuan ke-1

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 1 Agustus 2013 mulai pukul 12.00 s.d pukul 16.00. Hal-hal yang dilakukan adalah:

(a)Menjelaskan teknik/tahap-tahap penyusunan KKM dengan menggunakan power point.

(b)Membagi responden berdasarkan Guru Kelas dan mata pelajaran dan kelas yang diampu.

(c)Memberikan tugas kepada responden untuk menganalisis SK/KD dengan kelompoknya masing-masing.

2) Pertemuan ke-2

Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari tanggal 2 Agustus 2013 dari pukul

12.00 s.d pukul 16.00. Hal-hal yang dilakukan adalah:

(a) Setiap kelompok melanjutkan melakukan analisis SK/KD untuk menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK).

(b) Menetapkan KKM Indikator. 3) Pertemuan ke-3

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 3 Agustus tahun 2013 mulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00. Hal-hal yang dilakukan adalah melanjutkan kegiatan pada pertemuan ke-2 yakni:

(a) Setelah analisis SK/KD selesai dilanjutkan dengan menentukan KKM Kompetensi Dasar yang diperoleh dari rata-rata KKM indikator pada Kompetensi Dasar tersebut.

(b) KKM Standar Kompetensi diperoleh dari rata-rata KKM kompetensi dasar pada Standar Kompetensi tersebut.

(c) KKM mata pelajaran diperoleh dari rata-rata KKM Standar Kompetensi pada mata pelajaran tersebut.

4) Pertemuan ke-4

Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Agustus tahun 2013 mulai pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00. Hal-hal yang dilakukan adalah melanjutkan kegiatan pada pertemuan III yakni:

(a) Melakukan analisis SK/KD selesai dilanjutkan dengan menentukan KKM Kompetensi Dasar yang diperoleh dari rata-rata KKM indikator pada Kompetensi Dasar tersebut.

(b) Melakukan analisis KKM Standar Kompetensi diperoleh dari rata-rata KKM kompetensi dasar pada Standar Kompetensi tersebut. (c) Melakukan analisis KKM mata

pelajaran diperoleh dari rata-rata KKM Standar Kompetensi pada mata pelajaran tersebut.

(5)

5) Pertemuan ke-5

Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Agustus tahun 2013 mulai pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00. Hal-hal yang dilakukan adalah melanjutkan kegiatan pada pertemuan ke-4 yakni:

(a)Melakukan tes kemampuan akhir tentang pengetahuan subyek penelitian dalam menyusun KKM (b)Menutup diskusi dan mengucapkan

terimakasih atas kerjasamanya dalam pelaksanaan rencana tindakan penelitian siklus I.

(c)Memberikan informasi kepada responden pertemuan dan kegiatan pada siklus II

b) Kegiatan telaah hasil analisis Kriteria Ketuntasan Minimal

Setelah pelaksanaan siklus I selesai maka peneliti melakukan penilaian terhadap hasil analisis KKM dari semua kelompok. Penilaian dilakukan selama 3 hari dari tanggal 7 sampai dengan tanggal 9 Agustus 2013. Hasil penilaian analisis KKM dapat di lihat pada tabel 4.3.

3. Pelaksanaan Pengamatan/Observasi Siklus I. Tabel 1. Rekapitulasi hasil telaah/penilaian

menganalisis KKM masing-masing kelompok N o. Aspek Jumlah 1 Jumlah Guru 16 2 Nilai Tertinggi 77 3 Nilai Terendah 47 4 Jumlah Nilai 938 5 Nilai Rata-rata 58.63 6 Jumlah guru yang Tuntas 7 orang (43.75%) 7 Jumlah guru yang Tidak

Tuntas

9 orang (56.25%) 8 Indikator Kinerja ≥85% mendapat

nilai ≥ 70

Berdasarkan penilaian hasil menganalisis KKM ternyata dari 16 guru, yang memperoleh nilai ³70 sebanyak 7 orang, dan yang memperoleh nilai di bawah 70 sebanyak 9 orang. Jadi guru yang tuntas baru mencapai 43.75%.

4. Analisis dan Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus I berakhir peneliti melakukan telaah terhadap hasil kegiatan workshop pada siklus I.

Berdasarkan hasil telaah dari produk analisis KKM dari 16 orang baru 7 orang yang memperoleh nilai ³70, dan 9 orang yang belum tuntas dengan perolehan nilai di bawah 70. Sedangkan hasil penilaian pengetahuan tentang KKM dalam bentuk tes terhadap guru-guru yang menjadi subyek penelitian baru mencapai 50%, ternyata belum mencapai skor ideal ³ 70 dengan persentase ketuntasan

≥ 85%.

b. Deskripsi Hasil penelitian Siklus II

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 27 Agustus 2013 dengan 4 kali pertemuan di Ruang pertemuan SD Negeri 31 Ampenan.

1. Perencanaan Tindakan

a) Menyusun skenario untuk tindakan siklus II

b) Koordinasi dengan sekolah tempat penelitian baik guru sebagai subjek dan kepala sekolah membantu peneliti sebagai pengamat.

c) Menyiapkan instrumen soal-soal kemampuan pengetahuan guru dalam menyusun KKM, sebagai alat tes untuk mengambil data kemampuan pengetahuan guru dalam menyusun KKM

d) Menyiapkan lembar observasi dan pedoman pensekorannya untuk mengambil data aktivitas guru selama dalam workshop.

e) Menyiapkan instrumen penilaian kemampuan keterampilan menyusun KKM, sama dengan siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II a) Kegiatan

1) Pertemuan ke-1

Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 19 Agustus 2013 mulai pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00. Hal-hal yang dilakukan adalah: (a)Peneliti dalam hal ini kepala sekolah menyampaikan hasil refleksi pada siklus I mulai dari hasil tes

(6)

_____________________________________ pemahaman tentang KKM, hasil

analisis SK/KD, hasil analisis KKM Indikator Pencapaian Kompetensi, sampai menetapkan hasil KKM mata pelajaran.

(b)Mendiskusikan kekurangan-kekurangan dan kesulitan-kesulitan pemahaman yang dialami responden dalam menganalisis KKM.

(c)Berdasarkan hasil refleksi, peneliti memberikan tugas kepada responden melakukan reviu pada produk KKM yang telah disusun dengan kelompoknya masing-masing. 2) Pertemuan ke-2

Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2013 mulai pukul 14.00 sampai dengan pukul 17.00. Hal-hal yang dilakukan adalah melanjutkan kegiatan pada pertemuan I yakni: (a) Melanjutkan kegiatan reviu pada

produk KKM dengan kelompoknya masing-masing.

(b) Kegiatan diskusi evaluasi, tiap responden mengoreksi produk KKM responden lainnya.

(c) Melakukan penilaian terhadap hasil karya kelompok guru dalam hal ini KKM.

(d)Melaksanakan tes akhir tentang pengetahuan menyusun KKM. 3) Pertemuan ke-3

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2013 mulai pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00. Hal-hal yang dilakukan adalah melanjutkan kegiatan pada pertemuan II yakni: (a) Kegiatan diskusi evaluasi, tiap

responden mengoreksi produk KKM responden lainnya.

(b) Melakukan penilaian terhadap hasil karya kelompok guru dalam hal ini KKM.

(c) Melaksanakan tes akhir tentang pengetahuan menyusun KKM. (d) Menutup diskusi dan mengucapkan

terimakasih atas kerjasamanya.

3. Pelaksanaan Pengamatan/Observasi Siklus II Tabel 2. Rekapitulasi hasil telaah/penilaian

menganalisis KKM N o. Aspek Jumlah 1 Jumlah Guru 16 2 Nilai Tertinggi 80 3 Nilai/Skor Terendah 73 4 Jumlah Nilai Keseluruhan 1160 5 Nilai Rata-rata 72.50 6 Jumlah guru yang Tuntas 15 (93.75%) 7 Jumlah guru yang Tidak

Tuntas

1 orang (6.25%) 8 Indikator Kinerja ≥ 85% mendapat

nilai ≥70

Berdasarkan penilaian kemampuan guru dalam melakukan analisis KKM ternyata dari 16 orang guru sebanyak 15 orang telah memperoleh nilai ³70. Jadi persentase Ketuntasan yang dicapai sebesar 93.75%, sedangkan persentase indikator kinerja yang diharapkan 85% guru telah memperoleh nilai ³70. a yang diharapkan ≥ 85% dari seluruh responden memperoleh nilai ³ 70%.

PEMBAHASAN

Yang melatar belakangi penelitian tindakan sekolah ini adalah hasil temuan pada saat peneliti (kepala sekolah) melakukan reviu dokumen I KTSP ternyata pada lampiran tidak ditemukan adanya hasil analisis KKM. Jadi guru menentukan KKM tanpa melalui tahapan yang benar sesuai dengan Permendiknas No. 20 Tahun 2007. Hal ini terjadi karena peneliti sebagai kepala sekolah menyadari belum adanya pembinaan secara khusus bagaimana tahapan dalam menentukan KKM yang benar.

Inilah yang menjadi akar permasalahan sehingga muncul gagasan untuk melaksanakan workshop untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru-guru di SD Negeri 31 Ampenan yang menjadi binaan peneliti.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan/observasi terhadap aktivitas guru mulai dari bagaimana mereka menganalisis KKM sesuai dengan langkah-langkah penyusunan KKM

(7)

sampai dengan dihasilkan KKM. Disamping itu juga dilakukan penilaian atau evaluasi tiap siklus untuk mengetahui kemampuan responden dalam hal pengetahuan tentang KKM dan juga dilakukan observasi terhadap aktivitas peneliti (kepala sekolah) dalam melaksanakan workshop.

a. Perbandingan hasil pengamatan dan evaluasi dari kemampuan keterampilan (tahapan menganalisis dan hasil karya KKM )

Tabel 3: Rekapitulasi hasil observasi dan evalusi tahap menganalisis dan hasil karya KKM siklus I dan II

Siklus Rerata Skor Variabel Harapan (Hasil Karya Analisis KKM) Persentase Ketercapaian Variabel Harapan (Hasil Karya Analisis KKM) Skor dan % Ideal Ketercapaian Variabel Harapan I 58.63 58.63% 70 / ≥ 85 % II 72.50 93.75% 70 / ≥ 85 %

Dari analisis data hasil pengamatan dan evaluasi kemampuan keterampilan menyusun KKM pada siklus I untuk persentase ketercapaian daya serap 58.63% sedangkan pada siklus II menjadi 72.50%; ada peningkatan 13.87%. Dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I 58.63% manjadi 93.75% pada siklus II. Terjadi peningkatan 35.12%.

Bila di lihat dari indikator kinerja untuk evaluasi terhadap kemampuan pengetahuan guru dalam menyusun KKM dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai persentase ideal untuk daya serap 70 dan ketuntasan ³ 85 %.

Melihat data di atas dapat dikatakan bahwa indikator variabel harapan/hasil maupun variabel tindakan sudah tercapai. Dengan demikian pembimbingan melalui workshop telah dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di SD Negeri 31 Ampenan dalam melakukan analisis dan menyusun KKM.

Dari paparan hasil siklus I dan II dapat dijelaskan bahwa pada siklus I baik menganalisis maupun keterlaksanaan workshop sebagai tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan

guru-guru di SD Negeri 31 Ampenan belum tercapai maka pelaksanaan kegiatan tindakan dilanjutkan ke siklus kedua (II) dengan perbaikan-perbaikan seperti yang disarankan oleh observer pada lampiran kegiatan observasi baik pada saat mulai menganalisis SK/KD sampai pada tersusunnya KKM.

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (Depdiknas, 2006).

KKM adalah merupakan kriteria paling rendah yang harus dicapai oleh peserta didik. Materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) pada standar isi yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

Setiap guru harus menjadikan KKM yang telah ditentukan sebagai acuan dalam penilaian baik itu penilaian dalam bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah semester, maupun ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas.

Dengan menjadikan KKM sebagai pedoman dalam penilaian diharapkan mengurangi kekeliruan guru dalam memberikan penilaian terhadap peserta didik. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah barhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

PENUTUP a. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

(8)

_____________________________________ 1. Workshop penyusunan KKM oleh kepala

sekolah dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan guru-guru di SD Negeri 31 Ampenan dalam penyusunan KKM melalui suatu analisis. Dari hasil evaluasi kemampuan dalam melakukan analisis KKM pada siklus I untuk persentase ketercapaian daya serap 58.63% sedangkan pada siklus II menjadi 72.50%; ada peningkatan 13.87%. Dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I 58.63% menjadi 93.75% pada siklus II. Terjadi peningkatan 35.12%.

2. Pembinaan melalui workshop sangat efektif karena pada kegiatan ini kepala sekolah/peneliti secara langsung dapat melakukan monitoring dan evaluasi bagaimana guru menentukan KKM setiap awal Tahun Pelajaran baru melalui suatu analisis.

b. Saran

1. Untuk kepala sekolah SD, KKM memliki fungsi sebagi acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaianya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Oleh karena workshop oleh kepala sekolah dalam penyusunan KKM sangat baik di kembangkan, sehingga guru tidak lagi menentukan KKM tanpa melalui suatu proses analisis.

2. Untuk Guru, tingkatkan kemampuan profesional sebagai guru dengan penguasaan melalukan analisis dalam menentukan KKM DAFTAR PUSTAKA

---. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: -

---. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: -

---. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: -

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Ampenan, (2008). Laporan Akhir identifikasi permasalahan kualitas pembelajaran di Kota Ampenan. Ampenan:Rizkika consultant

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis. (1997/1998). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Kepala sekolah Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: -

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. (2007) Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. Jakarta.

Kemmis, S dan Mc. Taggart. (1990). The Action Research Planner. Geeleng Deakin University.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Gambar

Tabel 1.  Rekapitulasi  hasil  telaah/penilaian  menganalisis  KKM    masing-masing  kelompok   N o
Tabel  3:  Rekapitulasi  hasil  observasi  dan  evalusi  tahap  menganalisis      dan  hasil  karya  KKM siklus I dan II

Referensi

Dokumen terkait

□ Perencanaan diit atau Kebutuhan gizi org dewasa dpt mengacu pada kebutuhan energi sebesar 30 -50 kal/kg BB/hr, protein 1 g/kg BB/hr, lemak dibatasi 25% dari energi

Dampak penerapan strategi mengajar ekspositori ( expository teaching) dalam pembelajaran aqidah akhlak di MI Matholi’ul Huda 02 Srikandang Bangsri Jepara adalah guru aktif

Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan wawancara tidak struktur, dengan metode wawancara ini, penulis dapat mengetahui informasi dengan melakukan tanya jawab

Penambahan tepung terigu dan air pada donat kulit pisang berpengaruh pada rasa, hal ini dibuktikan dari perbandingan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa telah berhasil diimplementasikan algoritma vigerene untuk mengenkripsi dan mendeskripsi pesan pada sistem pemantau pengangkutan zat radioaktif

- Selanjutnya pada hari Sabtu tanggal 09 Pebruari 2013 sekitar pukul 01.30 wib, terdakwa kembali menemui saksi korban di rumahnya di Kisaran Kabupaten Asahan,

Berdasarkan analisis seluruh hasil penelitian yang diperoleh melalui beberapa metode yaitu observasi, angket, wawancara, dan tes menunjukkan bahwa penggunaan model

Tutkimuksessa tarkasteltiin sitä, miten paljon vähemmän kotimaassa vapaa-ajan asunnon omistavat tekevät muita vapaa-ajan matkoja (poislukien matkat vapaa-ajan asunnolle) ja