• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 9, No. 2, Maret 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 9, No. 2, Maret 2021"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

101

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII.3 MTsN

Blangkejeren pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui

Metode Diskusi dengan Media Komik

Hijratul Hasanah

Kementerian Agama, MTsN Blangkejeren Email : hijratul.hasanah@gmail.com

ABSTRAK

Komik merupakan media yang unik yang menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Motivasi belajar SKI siswa di Kelas VII.3 MTsN Blangkejeren (2) Peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI Kelas VII.3 MTsN Blangkejeren dengan metode diskusi dengan media komik. Penelitian ini memakai studi tindakan (action research). Dari hasil observasi di kelas diketahui metode yang digunakan oleh guru bidang studi mata pelajaran SKI yang belum secara penuh mengedepankan pembelajaran aktif dan cenderung terjadi komunikasi satu arah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan angket. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada tahap pra siklus dari jawaban angket motivasi belajar siswa masih di bawah standar sehingga perlu diambil tandakan siklus I. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I motivasi belajar siswa meningkat meskipun belum melebihi standar menjadi 58,75%. Sedangkan pada siklus 2 setelah diadakan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus 2 motivasi belajar mengalami peningkatan menjadi 68,75%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan sesudah diterapkan metode diskusi dengan media komik dengan sebelumnya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada peningkatan motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi dengan media komik. Motivasi ini dapat dilihat dari keaktifan dan kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, serta dari hasil angket.

Kata Kunci : Motivasi Belajar, Sejarah Kebudayaan Islam, Komik

PENDAHULUAN

Sasaran pendidikan adalah manusia (Alpian et al., 2019). Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi benih manusia. Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik pasti menjadi pohon mangga bukan menjadi pohon jambu.

Sebagai mata pelajaran yang dipastikan ada pada setiap lembaga pendidikan Islam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam mengandung kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan manusia, karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi

(2)

102

pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia (Fajrin, 2019). Sumber utama ajaran Islam (Al-Qur’an) mengandung cukup banyak nilai-nilai kesejarahan yang langsung atau tidak langsung mengandung makna yang besar pelajaran yang sangat tinggi bagi pimpinan umat, khususnya bagi umat Islam maka Tarikh dan ilmu Tarikh (sejarah) dalam Islam menduduki arti penting dan mempunyai kegunaan dalam kajian tentang Islam. Umat Islam dapat meneladani proses pendidikan Islam semenjak zaman Rasulullah SAW, zaman khulafaur Rasyidin, zaman ulama-ulama besar dan para pemuka gerakan pendidikan Islam.

Seperti yang diungkapkan oleh Munawar Cholil bahwa: “Sesungguhnya pengetahuan Tarikh itu banyak gunanya, baik bagi urusan keduniaan maupun bagi urusan keakhiratan”. Barang siapa hafal (mengerti benar) tentang Tarikh, bertambahlah akal pikirannya. Tarikh itu bagi masa menjadi cermin. Sesungguhnya Tarikh itu menjadi cermin perbandingan bagi masa yang baru (Rasyid, 2018).

Tarikh dan ilmu Tarikh itu pokok kemajuan suatu umat, manakala ada suatu umat tidak memperhatikan Tarikh dan ilmu Tarikh, maka umat itu tentulah akan ketinggalan di belakang, dan manakala suatu umat sungguh-sungguh memperhatikan Tarikh dan ilmu Tarikh, maka tentulah umat itu maju ke muka.

Berdasarkan kegunaan tersebut, maka semestinya pelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting, menarik, menyenangkan dan tidak membosankan. Kenyataan yang ada di Madrasah- Madrasah tampaknya bukanlah demikian. Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan melainkan membosankan. Selain itu juga kurang menarik dan cenderung membuat siswa gaduh dalam mengikutinya.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelemahan dalam belajar SKI tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya variasi dalam pembelajaran, yaitu misalnya penggunaan metode dan media agar menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar, karena sifatnya yang banyak cerita serta merasa jenuh yang akan menumbuhkan kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam tersebut. Hal ini bisa dilihat dari kecenderungan siswa yang bersifat pasif dalam menerima pelajaran SKI. Apalagi pada jam-jam siang. Untuk itu perlu adanya upaya untuk menggairahkan kembali motivasi belajar siswa.

Teori Maslow menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu sendiri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi, Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, Kebutuhan-kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dicintai, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan untuk merealisasikan diri (Andjarwati, 2015). Untuk itu seorang guru harus belajar bagaimana cara-cara memotivasi belajar siswa (Esi et al., 2016).

Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah komik (Alaydrus, 2019). Komik merupakan bentuk kartun dimana perwatakan sama membentuk suatu cerita dan urutan gambar- gambar yang berhubungan erat, dirancang untuk menghibur para pembacanya. Komik merupakan media yang unik yang menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Komik adalah media yang sanggup menarik perhatian semua orang

(3)

103 dari segala usia. Karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami gambar yang sederhana ditambah kata-kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik dapat dibaca oleh semua orang (Fadillah, 2018).

Media pembelajaran sebaiknya disertai dengan metode mengajar, sehingga media ini akan menjadi alat pengajaran yang efektif, untuk itu guru harus berani mencoba menggunakan metode pembelajaran, sehingga akan terjadi komunikasi dalam pembelajaran yaitu terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Ada beberapa metode dalam pembelajaran diantaranya adalah metode diskusi, yang mana seorang guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan masalah.

Metode diskusi juga diperhatikan dalam Al-Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian, dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Perintah Allah dalam hal ini, agar kita mengajak ke jalan yang benar dengan hikmah dan mau’izhah yang baik membantah mereka dengan berdiskusi dengan cara yang paling baik.

Seperti dalam Surat An-Nahl ayat 125.

                         

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl ayat 125)

Dalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan penggunaan metode terbaik di dalam ber dakwah dan berdebat yaitu ber dakwah dengan cara yang terbaik. Adapun pemberian petunjuk dan penyesatan, serta pembalasan atas keduanya, diserahkan kepada-Nya semata, bukan kepada selain-Nya. Sebab Dia lebih mengetahui tentang keadaan orang yang tidak mau meninggalkan kesesatan karena ikhtiar nya yang buruk, dan tentang keadaan orang yang mengikuti petunjuk karena dia mempunyai kesiapan yang baik. Apa yang digariskan Allah untukmu di dalam ber dakwah, itulah yang dituntut oleh hikmah, dan itu telah cukup untuk memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk, serta menghilangkan uzur orang-orang-orang-orang yang sesat.

Dari permasalahan diatas dapat dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai alternatif dalam penyelesaian permasalahan ini, Upaya penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menciptakan budaya belajar dikalangan guru dan siswa. Penelitian tindakan kelas menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menampilkan pola kerja yang bersifat kolaboratif.

(4)

104

Luasnya popularitas komik telah mendorong banyak guru bereksperimen, dengan medium ini untuk maksud pembelajaran. Dalam rangka pengenalan komik sebagai media instruksional, guru harus dapat menggunakan motivasi potensial dari buku komik tersebut dan harus bisa membangkitkan motivasi belajar siswa.

Media grafis termasuk media visual, didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata, dan gambar-gambar. Jenis-jenis media grafis yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran meliputi bagan, diagram, poster, kartun dan

komik.

Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan, pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (Safei, 2007). Simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperluas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa (Suparmi, 2018). Penggunaan komik dalam pengajaran sebaiknya dipadukan dengan metode mengajar, sehingga komik dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan motivasi belajar para siswa.

Perlu disadari oleh para guru banyak bacaan komik di pasaran atau di perpustakaan yang sifatnya tidak selalu mendidik dan mengarahkan pembaca (siswa) ke hal-hal yang imajinatif. Yang demikian itu harus dipahamkan pada siswa supaya mereka tidak tersesat oleh bacaan-bacaan komik yang demikian. Guru harus mengarahkan mereka supaya selektif dalam membaca komik. Walaupun komik dapat menumbuhkan motivasi belajar tetapi jangan samSKI siswa terlena dengan bacaan komik sehingga mereka lupa dengan buku pelajarannya.

Pemakaiannya yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita ringkas dengan perwatakan orangnya yang realistis menarik semua siswa dari berbagai tingkat usia. Buku-buku komik dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha membangkitkan motivasi belajar. Jadi yang dimaksud metode diskusi dengan media komik disini adalah proses belajar mengajar pada mata pelajaran SKI yang menggunakan media komik sebagai bahan untuk diskusi yang efektif diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya.

(5)

105 Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan. pengamatan (observasi), dan refleksi.

Fokus dan Ruang lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada ruang lingkup masalah penelitian yang bertumpu pada upaya meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran SKI dengan metode diskusi dengan media komik pada siswa Kelas VII.3 MTsN Blangkejeren. Variabel dalam penelitian ini meliputi Keaktifan siswa, Perhatian siswa, Motif, Perasaan senang, dan Kebutuhan.

Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data a. Cara pengumpulan data

1. Metode angket atau kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang di ketahui.

Metode ini akan dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang besarnya motivasi belajar SKI siswa MTsN Blangkejeren kelas VII dengan menggunakan metode diskusi dengan media komik.

2. Observasi

Pengamatan adalah catatan secara sistematis fenomena- fenomena yang diselidiki. dilakukan pada tiap siklus untuk membuat Pengamatan kesimpulan pelaksanaan pembelajaran pada siklus tersebut yang akan direfleksikan pada siklus berikutnya.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kesiapan dan keaktifan siswa dalam berdiskusi sehingga akan diketahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI Kelas VII.3 MTsN Blangkejeren.

b. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.

Data-data yang diperoleh dari penelitian melalui pengamatan, dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencaSKIan indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran dengan metode diskusi dengan media komik dalam pembelajaran SKI. Adapun tehnik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka maka analisis yang digunakan adalah persentase.

Tehnik analisis data ini dilakukan untuk mengambil data dari observasi pada tiap siklus untuk mengetahui perubahan-perubahan motivasi belajar siswa yang terjadi pada tiap siklus

(6)

106

HASIL PENELITIAN DA N PEMBAHASAN Tahap Prasiklus

Tempat penelitian ini adalah di MTsN Blangkejeren. Dari hasil observasi sebelum diadakan tindakan penelitian dengan mengadakan wawancara dengan guru bidang studi SKI kelas VII.3 serta melihat data dari Bimbingan Konseling merupakan kelas yang mempunyai tingkat motivasi yang rendah dalam mata pelajaran SKI, tetapi sesungguhnya mempunyai kemampuan yang cukup sehingga dapat diterapkan metode diskusi.

Tahap pra siklus ini materi yang diajarkan adalah tentang keteladanan dakwah rasulullah dalam membina umat. Pada ini selain peneliti mendampingi guru mitra saat mengajar dalam kelas, peneliti juga melakukan observasi ketika proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya di akhir pembelajaran peneliti memberikan angket. Dari hasil angket tersebut, diperoleh rata-rata nilai sebesar 61,2 %. Secara keseluruhan keberhasilan pada pra siklus ini belum mencapai ketuntasan minimal SKI yang ditentukan melalui standar belajar yaitu 65. Pada tahap ini, a d a 6 o r a n g s i s w a yang motivasi belajarnya masih di bawah standar. Karena motivasi siswa masih rendah, untuk itu perlu adanya media dan metode yang digunakan sebagai alat untuk memudahkan siswa belajar dalam memahami pelajaran SKI misalnya dengan metode diskusi dengan media komik.

Untuk hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran SKI pada tahap pra siklus dapat diprosentasekan bahwa kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sebelum diterapkan metode diskusi dengan media komik yaitu hanya 52,2 persen.

Setelah mengamati secara langsung pada proses pembelajaran SKI kelas IX.3 pada tahap pra siklus, kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru mitra untuk tahap berikutnya yaitu pada tahap siklus 1. Dari tahap prasiklus ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi untuk pelaksanaan tindakan pada siklus 1, yaitu:

a. Pelaksanaan pembelajaran masih pada komunikasi satu arah.

b. Pembelajaran yang ada di kelas berkaitan dengan sumber pembelajaran masih bergantung pada Lembar Kerja Siswa (LKS).

c. Belum adanya hubungan timbal balik antara guru dan murid yang berkaitan dengan pembelajaran siswa.

d. Adanya penerapan satu metode yaitu ceramah, membuat peserta didik menjadi jenuh dan perhatian siswa belum terfokus pada satu permasalahan. e. Berkaitan dengan pembelajaran aktif penataan ruang kelas belum mencerminkan

pembelajaran aktif, yaitu penataan bangku yang masih model konvensional.

Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1

Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 dilaksanakan oleh peneliti dengan ibu Dra Nadhiroh sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti sekaligus sebagai pengampu mata pelajaran SKI kelas VII.3 di MTsN Blangkejeren. Pada siklus 1 ini observasi dilakukan di kelas VII.3 dengan materi “Metode dakwah Nabi periode

(7)

107 Madinah” pada tanggal 10 April. Dalam siklus 1 ini, solusi yang diperoleh dari tahap refleksi pada tahap pra siklus sebagai tindakan untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran SKI di kelas kaitannya dengan meningkatkan motivasi belajar.

Peneliti dan kolaborator yaitu guru mitra atau guru SKI kelas VII.3 di MTsN Blangkejeren. sebelum melaksanakan tindakan pada tahap siklus pertama melakukan diskusi terlebih dahulu tentang tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan permasalahan yang didapat pada tahap pra siklus terutama bagaimana menciptakan suasana belajar yang tidak menjenuhkan yang akan membawa dampak motivasi belajar siswa. Tindakan tersebut kemudian didiskusikan dengan kolaborator untuk menjadi alternatif pemecahan masalah. Tindakan tersebut adalah :

1. Melaksanakan pembelajaran yang ada di kelas dengan metode diskusi dengan media komik.

2. Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tahap pra siklus. 3. Melaksanakan komponen pembelajaran yang ada pada pembelajaran diskusi. 4. Menciptakan ruangan yang mencerminkan pembelajaran aktif yaitu

mengubah bangku untuk kelompok diskusi.

Setelah dilakukan tindakan siklus I diperoleh hasil seperti Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Jawaban Nilai Angket Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan

Metode Diskusi Dengan Media Komik Pada Tahap Siklus I

No Nama Skor Nilai

1 Alif Fandi Arnanda 35 70

2 Amelia Zuwina Sari 25 50

3 Asnah 34 68

4 Bagus Gunawan 37 74

5 Dani Adyana 36 72

6 Dewi Permata Sari 29 58

7 Intan Sayang 35 70

8 M. Sidiq 40 78

9 Muhammad Tariq 47 80

10 Mutia Dwitahara Putry 37 94

11 Rahmah 48 74 12 Rahmita 34 96 13 Ratna Dewi 38 68 14 Rika Wahyuni 41 76 15 Salysatunnisa 20 76 16 Samsul Bakri 41 82

17 Sanisa Huri Simahbengi 31 40

18 Sarida 41 82

19 Srimah Muji 37 74

20 Wulandari 42 84

(8)

108

Tindakan siklus 1 ini juga menunjukkan adanya peningkatan skor angket yang telah diisi oleh siswa yang sebelumnya masih 4 siswa belum mencapai ketuntasan, kini menurun menjadi 4 siswa yaitu, Amelia Zuwina Sari, Asna, Dewi Permata Sari, Sanisa Huri Simahbengi dan 2 siswa menjawab netral yaitu, Alif Fandi Arnanda, Intan Sayang.

Tabel 2. Skor Observasi Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran SKI melalui Metode Diskusi Dengan Media Komik pada Siklus 1

Sub Indikator

Indikator 1 Indikator 2 Jumlah Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 8 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7 3 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9 5 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7 6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 Jumlah Skor - - 6 12 0 - 2 6 16 5 47 Keterangan :

Indikator I : Kesiapan menerima pelajaran Indikator II : Keaktifan dalam pembelajaran

Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran SKI pada tahap siklus 1 dapat dipresentasikan bahwa kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran setelah diterapkan metode diskusi dengan media komik yaitu 58,75%.

Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa mulai ada peningkatan kesiapan belajar maupun keaktifannya dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator adanya motivasi belajar dalam proses pembelajaran. Siswa yang kesiapannya matang dalam pembelajaran dan aktif dalam kelas menunjukkan adanya motivasi atau keinginan untuk bisa. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian keaktifan dan kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebesar 58,75 % meskipun belum melebihi standar yaitu 65%. Dalam pelaksanaan tindakan pada tahap siklus 1 terjadi suatu peningkatan mengenai kesiapan dan keaktifan bertanya. Dengan model pembelajaran yang diterapkan yang berbeda pada tahap pra siklus yaitu metode diskusi dengan media komik terlihat adanya peningkatan walaupun penerapannya belum secara optimal dan masih banyak kendala-kendala yang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya. Peningkatan tersebut yaitu adanya ketenangan kelas pada saat pelajaran

(9)

109 akan dimulai, perhatian peserta didik dalam mengikuti pelajaran sudah mulai terfokus sedikit demi sedikit, banyak yang terlihat aktif bertanya, mengungkapkan ide atau pengetahuan tentang sejarah dakwah Nabi SAW.

Dari hasil wawancara dengan siswa juga didapatkan bahwa siswa mulai suka dengan media komik awalnya merasa asing tapi lama-lama mereka malah semakin aktif dalam berdiskusi, misalnya dengan cara memerankan karakter tokoh yang ada dalam media komik tersebut sebagai cara untuk berdiskusi.

Setelah observasi selesai dilaksanakan peneliti bersama guru mitra sebagai kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII.3 MTsN Blangkejeren kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi dengan media komik, untuk membahas tentang hal-hal yang harus diperbaiki berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan metode diskusi dengan media komik.

Pelaksanaan pembelajaran di siklus 1 ini adanya pembelajaran yang sudah mulai aktif dan terjadinya komunikasi dua arah seperti halnya pembelajaran dengan diskusi antar kelompok, sehingga materi yang mereka dapat benar-benar dirasakan oleh peserta didik yang akhirnya berguna bagi

siswa.

Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus 1 ini guru bersama peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut dengan mendiskusikan kendala atau masalah yang dihadapi ketika berada di kelas. Dari hasil evaluasi siklus menghasilkan beberapa catatan yang harus direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran pada tahap siklus 2 yaitu sebagai berikut:

1. Adanya siswa yang masih kurang ter motivasi dalam melaksanakan pembelajaran SKI dengan metode diskusi dengan media komik.

2. Guru yang melaksanakan pembelajaran di kelas dengan panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun secara bersama-sama dengan peneliti belum sepenuhnya dikuasai.

3. Dalam memberikan bimbingan pada tiap-tiap kelompok saat terjadi diskusi kelompok masih belum maksimal.

4. Adanya peserta didik yang masih pasif.

5. Adanya peserta didik yang masih individu dalam kelompok.

Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut dan hasil diskusi antara peneliti dengan kolaborator ada beberapa hal tindakan yang akan dilakukan pada tahap berikutnya yaitu siklus 2 yang akan meningkatkan motivasi belajar terkait dengan pelaksanaan metode diskusi dengan media komik yang membawa dampak pada keaktifan dalam pembelajaran. Tindakan tersebut yaitu:

1. Memberikan motivasi untuk semangat belajar kepada siswa. Dengan penyampaian materi yang seyogyanya guru mengetahui terlebih dahulu apa-apa saja yang disukai oleh siswa. Setelah itu berikan apa yang mereka suka agar mereka juga menyukai apa yang diajarkan oleh guru, misal dengan cara menawarkan nilai tambahan bagi siswa yang mau bertanya.

(10)

110

2. Pada saat pembelajaran berlangsung kontak pandang guru terhadap siswa tidak hanya tertuju pada seorang saja, terlebih pada pembelajaran secara kelompok.

3. Memaksimalkan pembelajaran melalui metode diskusi dengan media komik. 4. Memberikan kesempatan kepada siswa yang masih belum aktif dalam pembelajaran. 5. Memberikan tugas kelompok.

Analisis Penelitian Tindakan Siklus 2

Seperti pada tahap pra siklus dan siklus 1, observasi dilakukan oleh peneliti dan kolaborator untuk berupaya meningkatkan keaktifan belajar siswa yang berdampak pada motivasi dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang menjadi pokok bahasan. Pada siklus 2 ini dilakukan di kelas VII.3 dengan materi ajar “sejarah dakwah Nabi periode madinah” pada tanggal 17 April 2017.Tindakan yang telah dirumuskan pada siklus 1 diatas akan diterapkan pada siklus 2.

Tabel 3. Jawaban Nilai Angket Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Diskusi Dengan Media Komik Pada siklus 2

No Nama Skor Nilai

1 Alif Fandi Arnanda 37 74

2 Amelia Zuwina Sari 35 70

3 Asnah 36 72

4 Bagus Gunawan 37 74

5 Dani Adyana 38 76

6 Dewi Permata Sari 36 72

7 Intan Sayang 40 80

8 M. Sidiq 43 86

9 Muhammad Tariq 47 94

10 Mutia Dwitahara Putry 38 76

11 Rahmah 47 94 12 Rahmita 35 70 13 Ratna Dewi 39 78 14 Rika Wahyuni 40 80 15 Salysatunnisa 42 84 16 Samsul Bakri 20 50

17 Sanisa Huri Simahbengi 42 84

18 Sarida 46 92

19 Srimah Muji 41 86

20 Wulandari 38 76

Rata-Rata 78,4

Dari hasil angket siswa siklus I masih terdapat 6 siswa yang belum mencaSKI kriteria yang ditentukan, berdasarkan indikator ketercaSKIan dan kriteria ketuntasan

(11)

111 minimum sebesar 65, maka untuk siklus 2 ini, hasil angket menunjukkan 3 siswa, 1 siswa yaitu Samsul Bakri, dan masih ada 2 siswa yang menjawab netral yaitu, Amelia Zuwina Sari dan Rahmita artinya mereka belum mencaSKI indicator ketercaSKIan mampu bersikap positif dan belum mencaSKI standar mata pelajaran SKI yaitu 65. Secara keseluruhan hasil rata-rata angket siklus 2 ini kelas VII.3 sebanyak 78,4% Artinya hasil tersebut telah melebihi KKM 65 dengan baik. Sedangkan dari hasil observasinya adalah ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Skor Observasi Motivasi belajar dalam Mengikuti Pembelajaran Pada Siklus 2 Sub Indikator Indikator 1 Indikator 2 Jumlah Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9 3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 10 5 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9 6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 Jumlah Skor - - - 8 15 - - 6 16 10 55 Keterangan :

Indikator I : Kesiapan menerima pelajaran Indikator II : Keaktifan dalam pembelajaran

Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran SKI pada tahap siklus 2 dapat diprosentasekan bahwa kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sebelum diterapkan metode diskusi dengan media komik yaitu 68,75.

Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa hampir secara keseluruhan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa secara individu maupun kelompok hampir keseluruhan terlibat aktif bertanya, menulis ketika ada keterangan atau informasi baru yang diterima dari Ibu guru atau dari sumber lain, menyelesaikan tugas sesuai dengan fungsinya pada kelompoknya dalam pembelajaran SKI di kelas. Sehingga dalam proses pembelajaran tidak tergantung sepenuhnya pada guru dan mereka berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk didiskusikan dalam kelas atau permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi siap untuk ditanyakan kepada guru. Hal ini juga ditunjukkan hasil observasi keaktifan dan kesiapan dalam pembelajaran pada siklus 2 Penelitian Tindakan Kelas

(12)

112

pada kelas VII.3 MTsN Blangkejeren dengan prosentase 68,75 % yang sudah berada diatas ketentuan yang ditetapkan yaitu 65 %.

Setelah observasi selesai dilaksanakan peneliti bersama guru mitra sebagai kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII.3 MTsN Blangkejeren kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi dengan media komik pada tahap siklus 2. Hasil diskusi tersebut berkaitan pembahasan hasil tindakan dari tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yaitu: Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yang dapat dilihat pada table 5. sebagai berikut:

Tabel 5. Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Motivasi Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

No. Pelaksanaan Siklus Jumlah Skor Prosentase Observasi (%) Prosentase Angket (%) 1 Pra siklus 42 52,5 60,2 2 Siklus 1 47 58,75 73,3 3 Siklus 2 55 68,75 78,4

Dilihat dari tabel di atas perbandingan observasi dan hasil angket dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan adanya sebuah peningkatan dari tiap-tiap siklus dan dapat dilihat pada diagram 1.

Diagram 1. Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Motivasi Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

(13)

113 Dari grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat dismpulkan bahwa keberhasilan penerapan model pembelajaran melalui metode diskusi dengan media komik sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di MTsN Blangkejeren ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam proses pembelajaran yaitu kesiapan dan keaktifan pada saat proses pembelajaran, Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang dipresentasikan melalui pengamatan tentang motivasi belajar siswa dengan indikator kesiapan dan keaktifan dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, F. M. (2019). KOMIK ISLAMI (KOLAMI) SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN AGAMA BAGI ANAK JALANAN. Al-Hikmah: Jurnal Kependidikan Dan Syariah.

Alpian, Y., Anggraeni, S. W., Wiharti, U., & Soleha, N. M. (2019). Pentingnya pendidikan bagi manusia. Jurnal Buana Pengabdian.

Andjarwati, T. (2015). Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan Maslow,. Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen.

Esi, Purwaningsih, E., & Okianna. (2016). Peranan guru sebagai fasilitator dan motivator dalam meningkatkan hasil belajar di kelas XI SMK. Jurnal Pendidikan Dan

Pembelajaran.

Fadillah, A. (2018). Pengembangan Media Belajar Komik Terhadap Motivasi Belajar Siswa. JTAM | Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika.

https://doi.org/10.31764/jtam.v2i1.259

Fajrin, R. (2019). Urgensi Telaah Sejarah Peradaban Islam Memasuki Era Revolusi Industri 4.0. Intizam, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.

Rasyid, A. (2018). Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi. Journal of Pedagogy.

Safei, S. (2007). Penggunaan media grafis dalam proses pembelajaran. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan.

Suparmi, S. (2018). Penggunaan Media Komik Dalam Pembelajaran IPA di Sekolah. Journal of Natural Science and Integration. https://doi.org/10.24014/jnsi.v1i1.5196

Gambar

Tabel 1. Jawaban Nilai Angket Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan  Metode Diskusi Dengan Media Komik Pada Tahap Siklus I
Tabel 2. Skor Observasi Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran SKI  melalui Metode Diskusi Dengan Media Komik pada Siklus 1
Tabel 3. Jawaban Nilai Angket Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan  Metode Diskusi Dengan Media Komik Pada siklus 2
Tabel  4.  Skor  Observasi  Motivasi  belajar  dalam  Mengikuti  Pembelajaran  Pada   Siklus 2  Sub  Indikator  Indikator 1  Indikator 2  Jumlah Skor  1  2  3  4  5  1  2  3  4  5    1  0  0  0  1  0  0  0  0  0  1  9  2  0  0  0  0  1  0  0  0  1  0  9  3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut FI edisi IV krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Secara tradisional

Faktor kedua lingkungan alasannya bahwa lumpur kurang mengendap, dengan penyebab utamanya adalah jenis koagulan, rencana tersebut dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2017,

Permasalahan dalam penelitian ini adalah guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang ada, serta guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam

Dalam hal Camat tidak menerbitkan Nota Persetujuan terhadap Calon Perangkat Desa yang diajukan oleh Kepala Desa karena alasan-alasan yang sesuai dengan Pasal 12 ayat (3),Kepala

kelas VIII Mts Negeri Kunir. 2) Seberapa besar pengaruh model Learning Cycle dengan Problem Posing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII Mts Negeri

215 Penerapan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.83/MENLHK/KUM.1/10/2016 dalam kegiatan yang di lakukan oleh Kelompok Tani

Pada penelitian ini hanya fokus mencari usulan peningkatan kualitas produk Corduro Segundo dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dari penelitian sebelumnya yaitu

c. Saksi mendapat berita adanya kebocoran dari kamar mesin, terus melapor kepada Mualim I dan diteruskan ke Nakhoda, saat kejadian bersama Juru Mudi dan Bosun membagi bagikan