LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOG
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA
I SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA
DAN SEMISOLIDA
KRIM
KRIM
CAMPHORA
CAMPHORA
Disusun oleh : Disusun oleh : Mochamad Arif Mochamad Arif P17335113048 P17335113048POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
JURUSAN FARMASI
2014
2014
CAMPHORA KRIM CAMPHORA KRIM
I.
I. TUJUAN PERCOBAANTUJUAN PERCOBAAN
1.
1. Mengenal dan memahami cara pembuatan sediaan krim.Mengenal dan memahami cara pembuatan sediaan krim. 2.
2. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan Kamfora KrimMenentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan Kamfora Krim 3.
3. Menentukan hasil evaluasi sediaan Kamfora KrimMenentukan hasil evaluasi sediaan Kamfora Krim
II.
II. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdisperssi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah terlarut atau terdisperssi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Depkes RI. 1995).
pemberian obat melalui vaginal (Depkes RI. 1995).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam - asam lemak Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam - asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika.
untuk pemakain kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:
Ada dua tipe krim, yaitu:
Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyakTipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream . Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk Contoh : cold cream . Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas
putih dan bebas dari butiran. dari butiran. Cold cream meCold cream mengandung mineral oil ngandung mineral oil dalam jumlah dalam jumlah besar.Untukbesar.Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol dan cera.
krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol dan cera.
Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam airTipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan Contoh: vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.Untuk sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.Untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin(TEA), natrium stearat, krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin(TEA), natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emul
Zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan Emulgid, Lemak Bulu Domba, Setaseum, Setilalkohol, Stearilalkohol, Trietanolaminil stearat dan Golongan Sorbitan, Polisorbat, Polietilenglikol, sabun.(Depkes RI.1979)
Dapat digunakan campuran emulgator untuk meningkatkan stabilitas emulsi dengan terbentuknya kompleks karena pada umumnya penggunaan surfaktan tunggal menghasilkan
emulsi yang konsistensinya cair. Perbandingan surfaktan
–
fatty alcohol yang tepatmenghasilkan konsistensi yang baik umumnya 1:4 sampai 1:9). Penggunaan dalam sediaan ± 16%. Contoh kombinasi emulgator:
SLS
–
cetostearil alkohol Cetrimide
–
cetostearil alkohol Cetomakrogol 1000
–
cetostearil alkoholUntuk krim tipe air dalam minyak (a/m) umum digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe minyak dalam air (m/a) umum digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu dapat digunakan juga Tween, Natrium Lauryl Sulfat, kuning telur, Gelatinum, Caseinum, CMC, dan Emulgidum. (Depkes RI. 2004)
Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 bulan.(Depkes RI. 1979)
Rute penetrasi obat yang digunakan melalui kulit dimulai dari proses melarutnya obat. Obat kemudian terdifusi sehingga zat aktif lepas dari pembawanya. Zat aktif tersebut akan bekerja melalui dua cara yaitu transdermal dan transappendagel. Obat yang terdifusi secara transdermal terjadi melalui proses partisi atau difusi di kulit bagian stratum korneum. Obat yang bekerja melalui transappendagel terjadi melalui dua tempat pada kulit yaitu di unit pilosebaseus ataupun di kelenjar ekrin. Setelah obat terdifusi melalui masing-msing tempat. Obat berpartisi lagi ke bagian epidermis dalam. Setelah berdifusi di epidermis dalam, obat berdifusi ke bagian dermis. Dari bagian dermis atau setelah obat bekerja aktif di bagiannya, obat akan diekskresikan melalui sirkulasi atau peredaran darah. Berikut adalah zona
penggunaan obat secara topikal beserta lapisan interfasial kulit di mana suatu obat bekerja sesuai efeknya, antara lain:
Permukaan kulit
Di bagian permukaan kulit, obat yang menghasilkan efek antara lain digunakan untuk proteksi atau perlindungan, penyamaran, repelan serangga, dan anti mikroba atau anti fungi.
Stratum korneum
Pada stratum korneum, obat yang menghasilkan efek biasanya obat yang berkhasiat sebagai emolien dan keratolisis
Appendages
Di bagian appendages, obat yang menghasilkan efek antara lain berkhasiat sebagai anti persipiran, eksfolien, antibiotika ataupun antifungi, dan sebagai depilatori.
Epidermis dalam dan Dermis
Obat yang bekerja pada bagian epidermis dalam dan bagian dermis antara lain memiliki khasiat yang sama walaupun bekerja di bagian yang berbeda. Khasiat obatnya antara lain:antiinflamasi, anestetik, antipruritik, dan antihistamiin.
Sirkulasi
Obat yang digunakan secara melalui kulit (topikal) dapat bekerja di bagian sirkulasi peredaran darah, misalnya pada obat sistem transdermal dan nitrogliserin.
Kamfora adalah senyawa keton yang diperoleh dari tanaman Rosemarinus officinalis atau dari Cinnamomum camphora, berbau tajam dan enak, berfungsi sebagai analgetika dan anti-iritan. Selain itu juga berkhasiat sebagai ekspektoran dan rel aksan otot.
Counter iritan bekerja berdasarkan kenyataan adanya persyarafan segmental yang sama antara organ viseral dan kulit.counter iritant yang digosokkan dikulit diduga akan merangsang refleks akson dengan akibat relaksasi di organ viseral dengan persyarafan segmental yang sama. (Tim Penulis Farmakologi dan Terapi. 2007)
Zat iritan yang masuk kedalam kulit dapat memacu sel Langerhans bereaksi sehingga menimbulkan gejala iritasi, seperti kemerahan, timbul bulla, dll. Camphora digunakan untuk mengobati iritasi berat, hal ini dikarenakan Camphora memiliki efek menenangkan sel Langerhans yang bereaksi saat ada zat iritan di kulit. (Agus dkk. 2009) Oleh karena itu krim Camphora tidak memerlukan penetrant enhancher, karena Camphora digunakan untuk luka iritasi berat yang terbuka.
Penggunaan krim Camphora dapat Gunakan sehari 1-2 kali, dioleskan tipis-tipis pada kulit yang iritasi.
III. FORMULASI
Camphora
Struktur
(THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009.)
Rumus molekul C10H16O
(THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009.)
Pemerian Hablur butir atau massa hablur; tidak berwarna atau putih;
bau khas, tajam; rasa pedas dan aromatik. (Depkes RI. 1979)
Kelarutan Larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian etanol (95%) P,
dalam 0,25 bagian kloroform P; sangat mudah larut dalam eter P; mudah larut dalam minyak lemak (Depkes RI. 1979)
Stabilitas Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
(Depkes RI. 1979).
Kegunaan Counter-irritant
(THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009.)
Vaseline album
Sinonim Vaselinum album; white petroleum jelly; white soft paraffin.
(Rowe, Raymond C.2009)
Pemerian Massa lunak, lengket, bening, putih ; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. (Depkes RI. 1979).
jarak lebur Antara 38° dan 56°
(Depkes RI. 1979).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95 %) P ; larut dalam
larutan kadang-kadang beroplesensi lemah. (Depkes RI. 1979).
Stabilitas Dengan pencahayaan tinggi akan terjadi oksidasi yang
mengakibatkan kerusakan warna vaselin dan timbulnya bau yang tidak dingin.
(Rowe, Raymond C.2009)
Inkompabilitas Vaselin adalah bahan tambahan dengan sedikit inkompatibilitas.
(Rowe, Raymond C.2009)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
(Rowe, Raymond C.2009)
Kegunaan Basis krim
(Rowe, Raymond C.2009)
Parrafin Liquidum
Sinonim Avatech; Drakeol; minyak mineral berat; petrolatum cair berat;
petrolatum cair; parafin minyak; paraffinum liquidum; Sirius; putih minyak mineral.
(Rowe, Raymond C.2009)
Pemerian Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna;
hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. (Depkes RI. 1979).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P. (Depkes RI. 1979).
Stabilitas Mengalami oksidasi bila terkena panas dan cahaya, harus
disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat. (Rowe, Raymond C.2009)
Kegunaan Topical ointments 0.1
–
95.0 %(Rowe, Raymond C.2009)
Asam stearat
Sinonim Stearicum acidum; asam cetylacetic; Crodacid; Kristal G;
Kristal S; Dervacid; E570; Edenor; Emersol; Ekstra AS; Ekstra P; Ekstra S; Ekstra ST; Asam 1-heptadecanecarboxylic;
Hystrene; Industrene; Kortacid 1895; Sterik Pearl; Priste rene; asam stereophanic; Tegostearic.
(Rowe, Raymond C.2009) Struktur (Rowe, Raymond C.2009) Rumus molekul C18H36O2 (Rowe, Raymond C.2009) Titik lebur 69
–
70°C (Rowe, Raymond C.2009)Pemerian Stearat adalah asam keras, putih atau agak berwarna kuning,
agak glossy, kristal padat atau bubuk putih putih atau
kekuningan. memiliki sedikit bau (dengan ambang batas bau 20 ppm) dan rasa menunjukkan lemak.
(Rowe, Raymond C.2009)
Kelarutan Bebas larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan
eter; larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air.
(Rowe, Raymond C.2009)
Stabilitas Asam stearat merupakan bahan yang stabil; antioksidan juga
tertutup, wadah simpan di tempat yang sejuk dan kering. (Rowe, Raymond C.2009)
Inkompabilitas Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam
hidroksida dan mungkin kompatibel dengan basa, zat pereduksi, dan oksidator.
(Rowe, Raymond C.2009)
Penyimpanan disimpan dalam wadah tertutup, wadah simpat di tempat yang
sejuk dan kering.
(Rowe, Raymond C.2009) Kadar penggunaan Emlgator (Rowe, Raymond C.2009) Cetostearyl Alcohol
Sinonim Alkohol cetylicus et stearylicus; cetearyl alkohol; setil stearil
alkohol; Crodacol CS90; Lanette O; Speziol C16-18 Pharma; Tego alkanol 1618; Tego alkanol 6855.
(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian Terbentuk sebagai massa berwarna putih atau krem, serpihan,
pil atau butir. Memiliki bau khas manis yang lemah. Dalam pemanasan, cetostearil alkohol meleleh menjadi bersih, tidak berwarna, atau berwarna kuning pucat, cairan bebas dari bahan penyuspensi.
(Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan Mudah larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak. Praktis
tidak larut dalam air. (Rowe, Raymond. 2009)
Stabilitas Cetostearil alkohol stabil di bawah kondisi normal
penyimpanan. Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah tertutup baik, tempat sejuk dan kering.
Inkompabilitas Tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat dan garam logam. (Rowe, Raymond. 2009)
Penyimpanan Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah tertutup baik,
tempat sejuk dan kering. (Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan Emulgator
Propilenglikol
Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl
ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum (Rowe, Raymond. 2009) Struktur (Rowe, Raymond. 2009) Rumus molekul C3H8O2 (Rowe, Raymond. 2009) Titik lebur -59 C (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian Tidak berwarna, kental, cairan praktis tidak berbau, dengan
rasa sedikit pedas manis menyerupai gliserin. (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan
air, larut dalam 1:6 bagian eter, tidak larut dalam minyak mineral ringan atau minyak campuran, tetapi akan
melarutkan beberapa minyak esensial. (Depkes RI, 1995)
Stabilitas Dalam suhu sejuk, propilenglikol stabil dalam wadah tertutup
baik, tetapi dalam suhu tinggi, dalam keadaan terbuka, cenderung teroksidasi, sehingga menghasilkan produk lain
seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilenglikol stabil secara kimia ketika dicampurkan dengan etanol (95%), gliserin, atau air. Larutan dapat
disterilkan dengan autoklaf. Propilenglikol higroskopik, dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
(Rowe, Raymond. 2009)
Inkompatibilitas Propilenglikol inkompatibel dengan pereaksi yang mengoksidasi seperti kalium permanganat.
(Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan humektan, pelarut, zat penstabil, kosolven larut air.
(Rowe, Raymond. 2009)
Propilparaben
Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid
propyl ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform; propyl Btex; Propyl Chemosept; propylis parahydroxybenzoas; propyl phydroxybenzoate; Propyl
Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23. (Rowe, Raymond. 2009)
Struktur
(Rowe, Raymond. 2009)
Rumus molekul C10H12O3
(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian Serbuk putih, kristalin, tidak berbau dan tidak berasa.
(Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan Mudah larut dalam aseton, larut dalam etanol (95%) 1:1,1
1:250, larut dalam minyak mineral 1:3330, larut dalam
minyak kacang 1:70, propilenglikol 1:3,9, air 1:2500; 1:4350 (dalam suhu 15º C); 1:225 (dalam suhu 80º C).
(Depkes RI, 1995)
Stabilitas Larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 120º C selama 20 menit, tanpa
penguraian. Larutan pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% penguraian) untuk sekitar selama 4 tahun dengan suhu
ruangan, selain itu larutan pada pH 8 atau lebih cenderung lebih cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu ruangan).
(Rowe, Raymond. 2009)
Inkompatibilitas Aktifitas antimikroba atau metilparaben dan paraben lainnnya akan sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, sebagai hasilnya dari micellazation. Propilparaben berubah warna dengan adanya zat besi dan terjadi hidrolisis
dengan basa lemah dan asam kuat. (Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan Zat pengawet, antimikroba.
(Rowe, Raymond. 2009)
Metilparaben
sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid
methyl ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl
Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23. (Rowe, Raymond. 2009)
(Rowe, Raymond. 2009)
Rumus molekul C8H8O3
(Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur 125
–
128 C(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian Kristal tidak berwarna atau sebuk kristal putih. Tidak berbau
atau hampir tidak berbau dan rasa terbakar sedikit. (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan Larut dalam etanol 1:2, etanol (95%) 1:3, etanol (50%) 1:6,
eter 1:10, gliserin 1:60, praktis tidak larut dalam minyak mineral, larut dalam minyak kacang 1:200, propilenglikol 1:5, air 1:400; 1:50 (dalam suhu 50º C); 1:30 (dalam suhu 80º C).
(Depkes RI, 1995)
Stabilitas Larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 120º C selama 20 menit, tanpa
penguraian. Larutan pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% penguraian) untuk sekitar selama 4 tahun dengan suhu
ruangan, selain itu larutan pada pH 8 atau lebih cenderung lebih cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu ruangan).
(Rowe, Raymond. 2009)
Inkompatibilitas Aktifitas antimikroba atau metilparaben dan paraben lainnnya akan sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai hasilnya dari micellazation. Bagaimanapun propilenglikol (10%) telah menunjukan potensi aktifitas antimikroba dari golongan paraben dengan adanya surfaktan nonionik dan menvegah
interaksi adntara metilparaben dengan polisorbat 80. Inkompatibel dengan zat lainnya, seperti bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol dan atropine, telah dilaporkan. Itu juga bereaksi dengan bermacam-macam gula dan yang
berhubungan dengan gula alcohol. (Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan Zat pengawet, antimikroba.
(Rowe, Raymond. 2009)
Butylated Hydroxytoluene
Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;
butylhydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac; dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-di-tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol. (Rowe, Raymond. 2009) Struktur (Rowe, Raymond. 2009) Rumus molekul C15H24O (Rowe, Raymond. 2009) Titik lebur 70 C (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian Kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau khas fenol
yang lemah
(Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan
alkali hidroksida dan asam mineral encer. Mudah larut dalam aseton, benzene, etanol (95%), eter, methanol, toluene,
campuran minyak, dan minyak mineral. Lebih larut dalam munyak makanan dan lemak. (Depkes RI, 1995)
Stabilitas Paparan cahaya, kelembaban dan panas menyebabkan
tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering. (Rowe, Raymond. 2009)
Inkompatibilitas BHT mengalami reaksi karakteristik fenol. Tidak kompatibel dengan oksidator kuat seperti peroksida dan permanganat. Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan pembakaran spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan sejumlah katalis asam menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan pelepasan gas isobutena yang mudah terbakar.
(Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan Antioksidan. (Rowe, Raymond. 2009)
Aquadest
Sinonim Aqua, aqua purificata, hidrogen oksida.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 766] Struktur (Rowe, Raymond. 2009) Rumus molekul H2O (Rowe, Raymond. 2009) Titik lebur 0°C (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
(Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan Terlarut campur dengan sebagian besar pelarut polar.
(Rowe, Raymond. 2009)
Stabilitas Secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik ( es,cair dan
uap ).
(Rowe, Raymond. 2009)
Inkompabilitas Dapat bereaksi dengan logam alkali dan oksida, seperti kalsium dan oksida, seperti kalsium oksida, dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan anhidrat untung membentuk
hidrat dari berbagai komposisi dan dengan bahan organic tertentu dan kalsium karbida.
(Rowe, Raymond. 2009)
IV. Permasalahan Farmasetik dan Penyelesaian
No. Permasalahan Penyelesaian
1. Camphora merupakan massa
granul, karena sediaan akan dibuat krim.
Maka perlu ada basis minyak dalam air yang disatukan. basis yang
digunakan dalam fase minyak adalah vaselin putih dan basis yang
digunakan dalam fase air adalah air.
2. Sediaan krim ini terdiri dari fase
minyak dan fase air, maka digunakan emulgator untuk menstabilkan dua fase tersebut,
emulgator yang digunakan adalah kombinasi antara asam stearat dan Cetostearyl Alcohol.
3. Sediaan ini mengandung fase
minyak yang mudah teroksidasi dan akan menyebabkan bau tengik.
Sehingga ditambahkan antioksidan yaitu butylated hydroxytoluena.
4. Karena sediaan menggunakan air
untuk pelarut, maka akan rawan pertumbuhan mikroorganisme.
Digunakan metil paraben dan propil paraben untuk anti mikroba.
5 Untuk menurunkan tegangan
permukaan bahan dengan air.
Solusinya digunakan propilenglikol sebagai pembasah.
V. PENDEKATAN FORMULA
No Bahan Kadar Fungsi
1. Camphora 5 % Zat aktif
2. Vaselin Album 25 % Basis
3 Parrafin Liquidum 12 % Emolient (Pelembut)
4 Cetostearyl Alcohol 8 % Emulgator
5 Asam stearat 10 % Emulgator
6. Propylenglikol 10 % Pembasah, Penetrant enhancer
7 Propil paraben 0,02% Pengawet
8 Metil Paraben 0,18 % pengawet
9 Butylated
hydroxytoluena
0,05 % Antioksidan
10. Aquadest Ad 100 % Pembawa
VI. PENIMBANGAN BAHAN
Dibuat sediaan 8 pot salep (@ 10 g) = 80 gram ~ 100 gram
1. Camphora = 2. Vaselin Album = 3. Parrafin Liquidum = 4. Cetostearyl Alcohol = 5. Asam stearat = 6. Propylenglikol = 7. MethylParaben = 8. Propylparaben = 9. Butylated hydroxytoluena =
VII. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Botol cokelat, botol bening, dan erlenmeyer dicuci bersih dengan air suling, kemudian dibersihkan dengan aquadest sebanyak tiga kali
2. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan. Lalu bahan ditimbang sebanyak:
a) Camphora : 5 gram
b) Vaselin album : 25 gram
c) Paraffinum liquidum : 12 gram
d) Cetostearyl Alcohol : 8 gram
e) Asam stearat : 10 gram
f) Propilen glikol : 10 gram
g) Propil paraben : 0,18 gram
h) Metil paraben : 0,02 gram
i) Butylated hydroxytoluena : 0,05 gram
j) Aquadest : 28,75 gram
3. Mortir dipanaskan dengan air panas hingga permukaan luar mortir terasa panas.
4. Camphora, vaselin album, paraffinum liquidum, cetrostearyl alcohol, asam stearat, metil dam propil paraben dimasukkan kedalam satu beaker glass.
5. Propilen glikol dan air dimasukkan kedalam beaker glass yang lain.
6. Kedua beaker glass tadi lalu dipanaskan hingga keduanya memiliki suhu 700C.
7. Fase minyak lalu dimasukkan kedalam mortir, setelah itu ditambahkan fase air kedalam fase minyak.
8. Campuran tadi lalu digerus hingga sediaan menjadi dingin.
VIII. HASIL PERCOBAAN
- Evaluasi sediaan setelah 1 minggu
No Jenis
evaluasi
Prinsip evaluasi
Jumlah
sampel Hasil pengamatan
Syarat 1. Uji Organoleptik Mengamati warna, bau, dan tekstur dikulit menggunak an panca indera 3 Pot Pengamatan Warna putih, bau khas camphora, tekstur berminyak I
Warna sediaan putih, bau khas camphora, terasa berminyak dan lengket dikulit.
II
Warna sediaan putih, bau khas camphora, terasa berminyak dan lengket dikulit.
III
Warna sediaan putih, bau khas camphora, terasa berminyak dan lengket dikulit. 2. Uji pH Mengukur pH sediaan pada saat pertama dibuat dan setelah 7 hari menggunak an pH meter 3 Pot pH pH sediaan disetiap wadah stabil. pH awal 5 I 5 II 5 III 5 Rata-rata = 5 3 Uji Homogenitas Mengamati keseragama n distribusi dan ukuran partikel di kaca arloji 3
Pot Pengamatan sediaan yang
dioleskan tipis-tipis Partikel berukuran seragam dan terdistribus i merata I Homogen II Homogen III Homogen
Rata-rata = homogen 4. Uji tipe emulsi Menentuka n fase dalam dan luar pada sediaan emulsi 3
Pot Jenis Tes Hasil
Tipe sediaan A/M I Solubility test = Sediaan + aquadest Aquadest tak bercampur (tipe A/M) Solubility test = Sediaan + oleum cacao Oleum cacao bercampur (tipe A/M)
Dye- Solubility test = Sediaan + larutan Methyl Blue Warna biru tak tersebar merata (tipe A/M) II Solubility test = Sediaan + aquadest Aquadest tak bercampur (tipe A/M) Solubility test = Sediaan + oleum cacao Oleum cacao bercampur (tipe A/M)
Dye- Solubility test = Sediaan + larutan Methyl Blue Warna biru tak tersebar merata (tipe A/M) III Solubility test = Sediaan + aquadest Aquadest tak bercampur (tipe A/M) Solubility test = Sediaan + oleum cacao Oleum cacao bercampur (tipe A/M)
Dye- Solubility test = Sediaan + larutan Methyl Blue Warna biru tak tersebar merata (tipe A/M) 5. Uji Volume Terpindahkan/ Isi Minimum Menghitun g berat isi disetiap wadah.
3 Pot Berat sediaan
(W1
–
Wo) (Berat sediaan:1 0) *100% Rata-rata semua sediaan tidak kurang dari 95 %. Berat awal 10 I 9,96 gram 99,6 % II 9,97 gram 99,7 % III 9,98 gram 99,8 %Rata-rata = 9,97 gram Rata-rata = 99,7 % gram IX. PEMBAHASAN
Menurut FI edisi IV krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Secara tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A). Krim terdiri dari 2 tipe, yaitu :
1. Tipe W/O, yaitu air dalam minyak. Contoh : Cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe O/W, yaitu minyak dalam air. Contoh : Vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Pada praktikum ini dibuat sediaan krim dengan zat aktif Kamfora dengan kadar 5 %. Tipe krim yang dibuat adalah tipe air dalam minyak (W/O). Sediaan dibuat diperuntukkan pemakaian topikal dengan dosis pemakaian dapat dioleskan secukupnya pada kulit. Sediaan dipilih tipe W/O karena agar zat aktif lebih cepat kontak dengan kulit dan sediaan lebih menempel pada kulit.
Dalam pembuatan krim dibutuhkan emulgator untuk mencampurkan kedua fase antara minyak dengan air. Pada praktikum ini digunakan campuran emulgator cetostearyl alcohol dan asam stearat. Perbandingan asam stearat dengan cetostearyl alcohol yang dipakai adalah 4:5, hal ini dipilih agar mendapatkan konsistensi krim yang baik.
Basis krim yang digunakan adalah vaselin album dengan parffin liquidum, pemilihan dua basis ini didasarkan pada sifat kedua basis tersebut yang memiliki sedikit inkomptabilitas, selain itu pemilihan paraffin liquidum agar sediaan krim ini tidak terlalu keras.
inkomptabilitas dengan zat lain sehingga cocok untuk digunakan sebagai pengawet pada sediaan ini.
Pada sediaan krim camphora menggunakan basis minyak sehingga akan rawan berbau tengik dan mengalami oksidasi, oleh karena itu sediaan ditambahkan antioksidan agar menjaga sediaan agar tidak berbau tengik. Antioksidan yang digunakan pada sediaan ini adalah Butylated hydroxytoluena, dipilih antioksidan ini karena antioksidan ini mudah larut dalam minyak sehingga dapat larut dalam basis krim.
Setelah sediaan dibuat, sediaan dibiarkan selama satu minggu untuk di uji. Hasil pengujian sediaan menunjukkan sebagai berikut :
Organoleptik : Warna sediaan putih, bau khas camphora, terasa
berminyak dan lengket dikulit.
Uji pH : pH sediaan tidak berubah sejak awal yaitu 5
Uji homogenitas : Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata
Uji tipe emulsi : krim tetap menjadi emulsi tipe O/W seperti saat
dibuat.
Uji isi minimum : isi minimum krim camphora sesuai dengan yang
tertera di FI yaitu rata-rata semua sediaan tidak kurang dari 95 %. Berat awal 10 gram
Dari hasil uji sediaan diketahui bahwa sediaan krim camphora ini dapat diproduksi dan memenuhi semua persyaratan sediaan krim
X. KESIMPULAN
1. Usulan formula bagi sediaan Kamfora Krim 1% adalah
No Bahan Kadar Fungsi
1. Camphora 5 % Zat aktif
2. Vaselin Album 25 % Basis
3 Parrafin Liquidum 12 % Emolient (Pelembut)
4 Cetostearyl Alcohol 8 % Emulgator
5 Asam stearat 10 % Emulgator
6. Propylenglikol 10 % Pembasah, Penetrant enhancer
7 Propil paraben 0,02% Pengawet
8 Metil Paraben 0,18 % pengawet
9 Butylated
hydroxytoluena
0,05 % Antioksidan
10. Aquadest Ad 100 % Pembawa
2. Menurut hasil evaluasi sediaan, sediaan Krim Kamfora cukup baik dan stabil dengan hasil evaluasi sebagai berikut:
Organoleptik : Warna sediaan putih, bau khas camphora, terasa
berminyak dan lengket dikulit.
Uji pH : pH sediaan tidak berubah sejak awal yaitu 5
Uji homogenitas : Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata
Uji tipe emulsi : krim tetap menjadi emulsi tipe O/W seperti saat
dibuat.
Uji isi minimum : isi minimum krim camphora sesuai dengan yang
tertera di FI yaitu rata-rata semua sediaan tidak kurang dari 95 %. Berat awal 10 gram
XI. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV , Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan.
Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London :
Pharmaceutical Press
Tim Penulis Farmakologi dan Terapi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi danTerapeutik FK UI.
Syamsuni, A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Rahardja, Kirana. 2007. Obat
–
obat Penting Edisi 6 . Jakarta : Kelompok GramediaTHE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009. British Pharmacopeia. Volume I. London: The Stationery Office;.
XII. Lampiran
1. Kemasan sekunder
Untuk pengobatan dermatitis yang ditandai dengan peradangan di kulit,bengkak,kemerahan,tonjolan berair, disertai rasa gatal, perih, dan rasa terbakar karena iritasi.
KOMPOSISI :
campoderm® cream mengandung : Camphora 50 mg/gram CARA PEMAKAIAN :
Gunakan sehari 1-2 kali, di oleskan tipis-tipis pada kulit yang iritasi.Atau menurut petunjuk dokter.
Simpan pada suhu kamar (25–30˚C) dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
Hanya untuk bagian luar badan Diproduksi oleh : PT. Boumpoũki Farma Bandung, Indonesia
1 2 3 4 5 5 6
3. Brosur
Camyderm
®KOMPOSISI :
Camyderm ® cream mengandung :
Camphora 50 mg/gram
INDIKASI :
Untuk pengobatan dermatitis yang ditandai dengan peradangan di kulit, bengkak, kemerahan, tonjolan berair, disertai rasa gatal, perih, dan rasa terbakar karena iritasi.
CARA PEMAKAIAN :
Gunakan sehari 1-2 kali, dioleskan tipis-tipis pada kulit yang iritasi. Atau menurut petunjuk dokter.
PERHATIAN :
Jika gejala iritasi bertambah parah, segera cuci dengan air, hentikan pemakaian dan segera konsultasikan ke dokter.
PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25 –30˚C) dan terlindung dari
cahaya matahari langsung.
Hanya untuk bagian luar badan
KEMASAN & NO REGISTRASI :
Camyderm ® cream : pot isi 10 gram / DBL13B0500429A1
Diproduksi oleh :
PT. Boumpoũki Farma