Lampiran 1. Hasil Kromatogram Betametason Valerat
Cetakan ke 5, Gadjah Mada University Prtess, Yokyakarta. Kromatografi,Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung.
Johnson, E, L.,dan Stevenson, R.,1991, Dasar Kromatograf Cair, Penerbit ITB Bandung.
Kazalkevich,J,Y., and LoBrutto, R .,2007. HPLC for pharmaucetikal Scientist,John Wiley and Sons,Inc, New York.
Kenkel, J.,1994, Analitycal Chemistry for Technicians, 2 Edition, CRC Press, New York.
Lachman, L., and Lieberman H, A., 1994, Teori Dan Praktek Farmasi Industri,Edisi 2, UI Press, Jakarta.
Munson, J.W.,1991, Analisis Farmasi Metode Modern, Parwa BAirlangga University Press, Surabaya.
Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Syamsuni,A., 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Widjajanti, N,1988,Obat-Obatan,Penerbit Kanisius,Yogyakarta.
Widodo, R., 2004, Panduan Kelurga Memilih Dan Menggunakan Obat, Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat-Alat
Labu Ukur 25ml Pyrex
Labu Ukur 100ml Pyrex
HPLC Waters 1525
Saringan Millipore 0.45µm
Botol Vial -
Spuit 5ml -
Spuit 10ml -
Centrifuge
Pompa Vakum
Ultrasonic Bath
Neraca Analitis Hwh
Gelas Ukur 50ml Pyrex
Pipet Volume 1.0ml Pyrex
3.2. Bahan-Bahan Krim Betason-N
Aquabidest Acetonitril
Metanol
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Pembuatan larutan standard
Sebanyak 25 mg betametason valerat standard ditimbang dengan neraca
analitis. Kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol : asam asetat glacial
(1000:1) sebanyak 35ml dalam labu ukur 50ml. Selanjutnya dihomogenkan
dengan ultrasonic selama 15 menit. Kemudian ditambahkan pelarut asam asetat
glacial hingga garis batas. Selanjutnya dipipet sebanyak 1.0 ml kedalam labuukur
25 ml. Kemudian ditambahkan kembali pelarut metanol: asam asetat glacial
(1000:1) hingga garis batas labu ukur. Setelah itu dikocok agar homogen.
Kemudian disaring dengan menggunakan saringan Millipore 0,45µm. Lalu
dimasukkan kedalam botol vial untuk dianalisa dengan menggunakan HPLC.
3.3.2. Pembuatan larutan uji
Sebanyak 1 gram krim Betason-N ditimbang dengan neraca analtis.
Kemudian dilarutkan dengan menggunakan pelarutmetanol:asam
asetatglacial(1000:1) sebanyak 35ml kedalam labuukur 50 ml. Selanjutnya
dihomogenkan dengan ultrasonic selama 15 menit. Kemudianditambahkan
kembali pelarut metanol : asam asetat glacial (1000:1) hingga garis batas labu
ukur. Kemudian disaring dengan saringan Millipore 0.45µm. Lalu dimasukkan
3.3.3. Pengukuran
Pada sejumlah volume sama ( ± 20 µl) disuntikkan larutan baku dan
larutan uji ke dalam injection port pada HPLC. Kemudian diukur respon puncak
utama yang tampak pada komputer. Kemudian dihitung kadar sampel
betametason krim.Dengan rumus:
���� = �× Bws × ×
Kws
× � × × %
Ket :
As = Luas area larutan standar
Au = Luas area larutan uji
BWS = Bobot betametason valerate yang ditimbang (mg)
KWS = Kadar betametason valerate (%)
Bu = Bobot sampel yang ditimbang (mg)
1 = Kandungan betametason valerat per gram krim
25/1x50 = Faktor pengenceran larutan standar
50= Faktor pengenceran larutan uji
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Data Hasil Ringkasan Komponen Area Betametason Valerat Batch A60118 T
Sample
Name
Inj. Channel Vial Betamethasone valerat
1 A60118 T (a) 1 W2489 ChA 11 366730
2 A60118 T (b) 1 W2489 ChA 12 367163
Mean 366947
Std. Dev. 307
% RSD 0.1
Batch A60119 T
Sample
Name
Inj. Channel Vial Betamethasone valerat
1 A60119 T (a) 1 W2489 ChA 11 362145
2 A60119 T (b) 1 W2489 ChA 12 364037
Mean 363091
Std. Dev. 1337
Batch A60120 T
Sample
Name
Inj. Channel Vial Betamethasone valerat
1 A60120 T (a) 1 W2489 ChA 11 357653
2 A60120 T (b) 1 W2489 ChA 12 358906
Mean 358279
Std. Dev. 886
% RSD 0.2
4.2. Tabel Data Hasil Jumlah Komponen Betametason Valerat Batch A60118 T
Sample
Name
Inj. Channel Vial Betamethasone valerat
1 A60118 T (a) 1 W2489 ChA 11 103.136
2 A60118 T (b) 1 W2489 ChA 12 103.258
Mean 103.197
Std. Dev. 0.086
Batch A60119 T
Sample
Name
Inj. Channel Vial Betamethasone valerat
1 A60119 T (a) 1 W2489 ChA 11 101.847
2 A60119 T (b) 1 W2489 ChA 12 102.379
Mean 102.113
Std. Dev. 0.376
% RSD 0.4
Batch A60120 T
Sample
Name
Inj. Channel Vial Betamethasone valerat
1 A60120 T (a) 1 W2489 ChA 11 100.583
2 A60120 T (b) 1 W2489 ChA 12 100.936
Mean 100.760
Std. Dev. 0.249
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Kadar Betametason Valerat dalam Krim Betason-N
Untuk menghitung kadar Betametason Valerat dalam krim Betason-n krim dengan
menggunakan HPLC digunakan rumus sebagai berikut:
���� = �× Bws
BWS = Bobot betametason valerate yang ditimbang (mg)
KWS = Kadar betametason valerate (%)
Bu = Bobot sampel yang ditimbang (mg)
1 = Kandungan betametason valerat per gram krim
25/1x50 = Faktor pengenceran larutan standar
50= Faktor pengenceran larutan uji
100 = Dalam 1 gram massa krim
KWS: 99.190 KWS: 99.190
*Kadar rata-rata Batch A60118 T yang diperoleh:
Kadar rata-rata= k d r +k d r
= . % + . %
= 103.347%
2. Perhitungan Kadar Betametason valerat dalam krim Betason-N Batch: A60119 T
Diketahui:
Batch A60119 T (a) Batch A60119 T (b)
Au:362145 Au: 364037
BWS: 25.04 BWS: 25.04
KWS: 99.190 KWS: 99.190
Bu: 1000.07 Bu: 1000.12
*Kadar Batch A60119 T (a)
�
*Kadar Batch A60119 T (b)
�
*Kadar rata-rata Batch A60119 T yang diperoleh:
Kadar rata-rata= k d r +k d r
= . % + . %
3. Perhitungan Kadar Betametason valerat dalam krim Betason-N
*Kadar Batch A60120 T (b)
�
*Kadar rata-rata Batch A60120 T yang diperoleh:
=
. % + . %=100.899%
4.3 Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan kita dapat membuat uraian
berdasarkan standar atau norma yang telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3.1. Data Pembahasan Berdasarkan Data Perusahaan Betametason Valerat dalam Krim Betason-N
URAIAN Standar
Berdasarkan uraian diatas bahwa kandungan betametason valerat dalam
krim Betason-N sudah memenuhi standard yang ditetapkan pabrik yaitu sebesar
90.0 – 110.0 %. Serta dari hasil analisa yang telah dilakukan didapatkan
kandungan betametason valerat dalam krim Betason-N sebesar 100.760 – 103.197
%. Hal ini sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi V dimana Krim Betametason
Valerat mengandung betametason valerat, C27H37FO6, setara dengan betametason,
C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
- Dari hasil analisis kadar betametason valerat dari krim Betason-N hasil produksi
PT. Kimia Farma (persero)Tbk. Plant Medan telah memenuhi standard
Farmakope Inonesia Edisi V dimana kadar betametason valerat: Batch A60118 T
(103.197 %) ; Batch A60119 T (102.113 %) dan Batch A60120 T 102.113%
5.2. Saran
- Diharapkankepada PT. Kimia Farma (persero)Tbk. Plant Medanagar dapat
mempertahankan dan meningkatkan CPOB yang selama initelah menjadi
bagiandari standard mutu dalam produksi suatuobat,khususnya dalam produksi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat dan Jenis-Jenis Obat
Secara umum obat dapat diartikan sebagai semua bahan
tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk hidup untuk bagian
dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan
penyakit.Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia atau hewan,termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni,
2006).
Para ahli farmasi menyediakan obat dalam berbagai bentuk sediaan. Hal ini
disesuaikan untuk masing-masing cara pemberian dan keadaan yang diperlukan.
Beberapa bentuk sediaan yang dikenal adalah:
a. Larutan, berisi obat yang diberi gula dan disebut sirup dengan tujuan
memudahkan pemberian obat pada anak-anak. Selain air sebagai bahan pelarut,
dapat pula dipakai lemak cair maupun padat, alkohol, emulsi, minyak atsiri,
dan bermacam pelarut lainnya. Beberapa sirup disediakan dalam bentuk tepung
dan dilarutkan jika akan dipakai.
b. Serbuk, merupakan bentuk tepung dari suatu obat atau bermacam paduan obtat.
Biasanya serbuk dibungkus untuk sekali minum dan sekali pakai.
d. Kapsul, merupakan tempat serbuk atau obat cair, untuk memudahkan obat
ditelan. Kadang-kadang obat dimasukkan kedalam kapsul agar tidak dirusak
oleh asam lambung.
e. Supositoria, adalah bentuk pil bulat panjang dengan bermacam ukuran bagi
anak atau dewasa dan digunakan untuk pengobatan melalui rectum, vagina atau
uretra. Supositoria akan mencair di dalam rongga-rongga tersebut pada suhu
tubuh. Sekalipun dimasuukan melalui rectum, namun bentuk supositoria dapat
juga dipergunakan untuk mendapatkan efek sistematik.
f. Cairan steril, untuk obat infus maupun suntikan (Yahya.M,1992)
g. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai (Anonim, 1995).
2.2. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai. Sediaan
setengah padat ini mempunyai konsisten relatif cair diformulasi sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air (Anonim, 1995).
Tipe krim ada 2 yaitu : tipe air dalam minyak (A/M) dan tipe minyak
dalam air (M/A). Krim menggunakan zat pengemulsi, umumnya berupa
surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan non-ionik. Untuk menstabilkan krim
ditambah zat antioksidan dan zat pengawet(Anief, 1999).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan
kebagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui
termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes
telinga, obat wasir, dan sebagainya (Widjajanti, 1988).
Krim dalam sistem emulsi sediaan semipadat mempunyai penampilan
tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistennyatergantung
pada jenisnya emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau atau minyak dalam
air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal. Sediaan semipadat ini juga
digunakan pada kulit, dimana umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai
pembawa pada obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit, atau sebagai pembalut
pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif) (Lachman, L and Lieberman H,A,
1994).
2.3.Obat Kulit
Penyakit kulit dikenal bermacam-macam, seperti kudis, eksema, kutu air,
biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit
tersebut di atas, digunakan bahan-bahan yang mampu melindungi kulit yang luka
atau sakit, bahan-bahan yang mampu menghaluskan dan melemaskan kulit,
bahan-bahan yang dapat mengurangi rasa gatal, bahan-bahan yang mempunyai
pekerjaan khusus. Obat –obat tersebut dapat dipakai pada kulit sebagai kompres,
pasta,salep, dan lotion (Widjajanti, 1988).
Sistem pemberian dan bentuk sediaan obat dalam pemakaiannya pada
kulit dapat berupa salep krim melalui kulit, lotion, larutan topikal merupakan
bentuk sediaan dermatologi yang paling sering dipakai, tapi preparat lain seperti
pasta, serbuk dan aerosol juga bisa digunakan. Preparat yang digunakan pada kulit
dan lain-lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Absorpsi dari
bahan obat dan preparat dermatologi yang lain seperti cairan, gel, salep, krim, atau
pasta tidak hanya tergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja,
tetapi juga pengaruh pembawa dan zat tambahan lain dan juga kondisi dari kulit
(Ansel,1989).
Obat bebas untuk pengobatan kulit biasanya ditujukan untuk
penyakit-penyakit yang sering terjadi seperti panu, kadas, jerawat, kudis, kutil, ketombe,
dan sebagainya. Bentuk obatnya berupa salep atau cairan. Secara umum obat-obat
luar memiliki keamanan yang lebih baik karena ia hanya digunakan secara lokal
pada bagian luar . Efek samping yang mungkin terjadi adalah iritasi kulit, atau
rasa terbakar (Widodo, 2004).
Obat Kortikosteroid mempunyai daya anti alergi dan antiradang. Obat
kulit topikal Kortikosteroid yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek No.1
meliputi betametason ,Flupredniliden ,Triamsinolon,Fluokortolon/Diflukortolon,
dan Desoksimetason. Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk.Plant Medan yang digunakan melalui kulit adalah krim
N.Betametason merupakan suatu senyawa turunan Kortikosteroid. Krim
Betason-N adalah golongan Kortikosteroid yang sangat efektif untuk obat kulit yang
disebabkan penyakit alergi. Krim Betason-N juga digolongkan ke dalam obat
Antiinflamantory analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan
adanya rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak(Anief,
2.4 Betametason
Krim Betametason Valerat mengandung betametason valerat, C27H37FO6,
setara dengan betametason, C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dalam dasar
krimyangsesuai(Anonim., 2014).
2.4.1. Sifat Fisika Kimia
Betametaso valerat memiliki rumus molekul : C27H37FO6 dengan struktur sebagai berikut ( Gambar 2.1 )
Nama kimia dari senyawa ini adalah 9-Flouro-11β,17,21-Trihodroksi-16β-Metil
pregna-1,4-Diena 3,20;Dion17- valerat
Berat molekul : 476,58
Pemerian : -serbuk putih sampai praktis putih
- melebur pada suhu 190 °C disertai peruraian.
Kelarutan :- tidak larut dalam air
- mudah larut dalam aseton dan kloroform
- larut dalam etanol serta sukar larut dalam benzen dan eter.
Betametason adalah senyawa dari golongan kortikosteroid yang paling efektif
untuk obat kulit. Betamethasone masuk dalam kelompok obat yang disebut
steroid. Betamethason berfungsi mencegah pelepasan zat di dalam tubuh yang
menyebabkan pembengkakan. Betamethason digunakan untuk mengobati banyak
kondisi berbeda seperti alergi, sakit kulit, ulcerative kolitis, arthritis, lupus,
psoriasis atau masalah pernapasan. Krim betamethason mengandung betametason
valerat, neomisin sulfat yang dikenal sebagai suatu antibiotik yang aktif terhadap
sejumlah besar bakteri yang umumnya menyertai radang kulit., serta mengandung
antibakteri dan antijamur untuk infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun
bakteri.
2.4.2 Pengujian betametason 2.4.2.1 Uji Kualitatif
Cara pemeriksaan betametason dapat dilakukan dengan metode
Kromotografi Lapis Tipis (KLT).Kromotografi lapis tipis merupakan prosedur
pemisahan zat terlarut dalam sistem yang terdiri dari dua fase. Dalam
kromatografi, menggunakan dua fase tetap yaitu : fase diam (stasionary phase)
dan fase gerak (mobile phase), dimana pemisahan senyawa tergantung pada
gerakan dari dua fase ini.Menurut Farmakope Indonesi Ed. V, lempeng yang
tercapai dapat didasarkan pada absorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya,
tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang
digunakan. Pemisahan pada KLT ini pada umumnya dihentikan sebelum semua
fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Pemisahan pada kromatografi
lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan
ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur
kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan
menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel
secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual. Penotolan sampel
yang tidak tepat akan meyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda. (
Rohman, 2007 )
2.4.2.2. Uji kuantitatif
Uji kuantitatif dapat dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga
disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) dikembangkan
pada akhir tahun 1960-an. KCKT merupakan metode yang dapat digunakan baik
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.Prinsip dasar dari HPLC
adalah pemisahan zat yang akan dianalisis berdasarkan kepolarannya. Adapun
prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji
diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan
terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan
afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detector
tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder
yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator atau menggunakan
personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut.
Pada prinsipnya kerja HPLC adalah sama yaitu pemisahan zat yang akan
dianalisis berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa
diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan
HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi
untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan
kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai kedektetor (waktu retensinya) akan
berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah.
KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan
protein-protein, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, memurnikan senyawa
dalam suatu campuran, serta kontrol kualitas (Rohman, 2007).
KCKT pada saat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir.
Dalam beberapa tahun terakhir ini teknologi KCKT dan pemakaiannya sangat
berkembang, walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini
merupakan suatu teknik yang banyak digunakan pada perusahaan obat,diantaranya
adalah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.
Hampir semua produk obat baru yang dikembangkan akhir-akhir ini
menggunakan KCKT sebagai metode pilihan untuk analisis stabilitas sediaanya.
KCKT dapat memisahkan dan menentukan jumlah zat berkhasiat dan hasil
pemeriksaan resmi berangsur-angsur digantikan oleh metode KCKT yang lebih
spesifik , peka dan teliti (Lachman, L and Lieberman H, A, 1994).
Alat utama KCKT terdiri dari:
1. Tandon pelarut
Bahan tandon pelarut harus lembam terhadap fase gerak berair dan tidak
berair. Sehingga baja antikarat dan gelas menjadi pilihan. Baja antikarat jangan
dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika tandon harus
bertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung tandon harus lebih dari 500
ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir 1-2 ml/menit.
2. Pipa
Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah
dalam pipa sebelum penyuntik tidak terpengaruh. Hanya saja harus lembam, tahan
tekanan dan mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai.
3. Pompa
Pompa harus lembam terhadap semua pelarut. Bahan yang umum
digunakan adalah gelas, baja anti karat, teflon, dan batu nilam. Aliran pelarut
dalam pompa harus tanpa denyut atau diredam untuk menghilangkan denyut,
karena denyut air pelarut dapat menyebabkan hasil yang rancu bagi beberapa
detektor. Kecepatan alir pompa harus tetap, baik untuk keperluan jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Penyuntik / Sistem Penyuntik Cuplikan
Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai
ketelitian maksimum analisis kuantitatif. Yang terpenting sistem harus dapat
pengisian cuplikan, cuplikan dialirkan melewati lingkar cuplikan dan
kelebihannya dikeluarkan ke pembuangan. Pada saat penyuntikan, katup diputar
sehingga fase gerak mengalir melewati lingkar cuplikan ke kolom.
5. Kolom
Kolom merupakan jantung kromotograf, keberhasilan atau kegagalan
analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan
untuk memasang penyaring 2µm di jalur antara penyuntik dan kolom, untuk
menahan partikel yang dibawa fase gerak dan cuplikan. Hal ini dapat
memperpanjang umur kolom (Munson, 1991).
Kolom dapat diibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6 mm. untuk kemasan mikropartikel
biasanya panjang kolom 10-30 cm.
b. Kolom preparatif : garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm (Johnson,
1991). Kolom kromotografi untuk pengaliran oleh gaya tarik bumi (gravitasi) atau
sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi kran jenis
tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Salah satu konsep
penting KCKT ialah mengusahakan volum pelarut antara penjerap dan detektor
atau fraksinator sekecil mungkin untuk mencegah pencampuran kembali
fraksi-fraksi setelah terpisah (Gritter, R. J.,dkk., 1991).
6. Detektor
Detektor harus memberi tanggapan pada cuplikan, tanggapan yang dapat
diramal, peka, hasil yang efesien dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu atau
komposisi fase gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254
pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada
sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai.
7. Penguat Sinyal
Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih
dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal
dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak
kromatogram secara otomatik.
8. Perekam
Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi
untuk merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa pelak
(puncak). Dari daftar tersebut secara kualitatif kita dapat menentukan atau
mengetahui senyawa apa saja yang diperiksa, luas dan tinggi puncak berbanding
lurus dengan konsentrasi. Dari data ini dapat pula dipakai untuk memperoleh
secara kuantitatif. Sebagai perekam biasanya dipakai bersama-sama dengan
integrator (Munson, 1991).
Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan
suatupelarut landasan yaitu pelarut yang sifat kepolarannya biasanya diubah-ubah,
sesuai dengan kebutuhan. Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik
KCKT, maka akan dibawa melalui kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya
tekanan dari suatu pompa. Data yang dihasilkan akan ditunjukkan berupa puncak
2.4.3 Proses kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Pemisahan dalam KCKT berdasarkan perbedaan interaksi antara analit
yang di bawa oleh aliran fase gerak dengan permukaan fase diam sehingga
menghasilkan perbedaan waktu tambat untuk suatu campuran analit ( Kazakevich
dan LoBrutto,2007 )
Berdasarkan pernyataan di atas terdapat dua fase yang berbeda yang
terlibat dalam kromatografi yaitu satu fase yang berfungsi membawa analit
biasanya disebut fase gerak, dan fase lain yang tidak bergerak atau disebutfase
diam. Suatu campuran komponen zat biasanya disebut analit, yang didispersikan
dalam fase gerakpada tingkat molekuler sehingga menghasilkan transpor yang
seragam daninteraksi dengan fase gerak dan fase diam ( Kazakevich dan
LoBrutto, 2007)
Komposisi fase gerak dalam analisis KCKT berperan penting
dalamkeberhasilan pemisahan. Pada kromatografi fase normal dan balik,
kelarutandari campuran komponen baik dalam fase gerak dan fase diam
berperandalam besarnya pemisahan. Campuran komponen zat yang
kelarutanyatinggi dalam fase gerak tetapi kelarutanya rendah dalam fase diam
akanmenghasilkan waktu retensi yang singkat. Karena pengaruh kelarutan
padapolaritas molekul, maka penting untuk membandingkan polaritas
Gambar 2.2. Diagram Skematik Alat KCKT
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat memiliki cakupan makna yang sangat luas, bukan hanya terbatas pada
zat-zat yang digunakan untuk menyembuhkan seseorang yang sedang sakit. Zat-zat-zat
yang berfungsi untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan penyakit atau gejala
penyakit, luka, atau kelainan, baik jasmani maupun rohani pada manusia dan
hewanjuga disebut dengan obat (Widodo, 2004).
Sediaaan farmasi semipadat meliputi salep, pasta, emulsi, krim, gel dan
sifat umum sediaan ini mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam
waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan (Lachman, L
and Lieberman H, A, 1994).
Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan
sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi
sebagai pelindung kulit. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian
luar(Anief, 1999).
Dalam masyarakat salah satu golongan obat dalam bentuk krim yang
digunakan adalah golongan kortikosteroid, yang termasuk salah satu didalamnya
adalah betametason. Kortikisteroid mempunyai tiga khasiat utama, yaitu
antiinflamasi, imunosupresi, dan anti proliferasi. Berdasarkan aktifitas
Mekanisme kerja sebagai anti inflamasi ialah dengan menghambat pembentukan
sel sel yang berperan pada respons inflamasi.
Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa obat ialah dengan
menggunakan kromatografi. Secara teori, kromatografi yang paling baik akan
diperoleh jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya, jadi
memastikan kesetimbangan yang baik antara fase. Dengan berbagai persyaratan,
dapat menghasilkan teknik kromatografi cair yang paling baru dan paling kuat.
Mula-mula cara ini disebut kromotografi cair tekanan tingggi, disingkat
(KCKT=HPLC). Nama ini diubah menjadi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
disingkat KCKT (tetap HPLC). KCKT ini dilakukan baik sebagai metode cair
padat maupun sebagai metode cair-cair (Gritter, R. J.,dkk., 1991).
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan adalah salah satu
perusahaan obat yang memproduksi berbagai jenis obat. Secara umum,
produk-produk PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah:
1. Produk etikal, adalahproduk-produk atau obat-obat yang memerlukan
resep dokter untuk mendapatkan atau membeli produk obat tersebut.
2. Produk “On The Counter”(OTC), yaitu obat yang dijual bebas,
3. Produk generik berlogo,adalah obat yang telah habis masa patennya,
sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu
membayar royalti.
4. Produk lisensi dari beberapa perusahaan asing, yaitu: Sankyo(Jepang)
Heinrich (Jerman), dan Solvay Duphar (Belanda),
5. Produk bahan baku
7. Produk-produk penugasan pemerintah (narkotika).
Salah satu sediaan obat yang diproduksi oleh P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Medan yaitu: Betametason 0,1 % krim, Betason-N krim, Betason krim,
Fungoral 2 % krim tube 5 g dan 10 g, Virules 5 % krim tube 5 g, Hidrokortisol
2,5% krim, Gentamicin 0,1 %, Chloramfenikol kapsul 250 mg, Ca. Lactat 500
mg, Paracetamol tablet 500 mg, Glyceryl Guaiacolate 200 mg, Antalgin tablet 500
mg, dan Vitamin B complex 150 mg.
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, penulis melakukan penelitian
denganjudul PenentuanKadarBetametasonValeratDalam KrimBetason-N Secara
1.2. Permasalahan
Apakah kadar betametason valerat dalam krim Betason-N hasil produksi PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi standard yang telah
ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi V.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui kadar betametason valerat dalam krim Betason-N hasil
produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan sebelum dianalisa, dan
membandingkannya dengan standard yang telah ditetapkan pada Farmakope
Indonesia Edisi V.
1.4. Manfaat
Manfaat yang didapatyaitu sebagai informasi dalam mengetahui kadar
betamethason valerat dalam krim Betason-N dengan menggunakan kromatografi
PENETAPAN KADAR BETAMETASON VALERAT DALAM KRIM BETAMETASON SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
ABSTRAK
Betametason adalah obat kortikosteroid yang dalam strukturnya mengandung fluor dan
mempunyai kerja yang kuat terhadap alergi dan peradangan lokal. Betametason dalam
bentuk krim biasanya mengandung senyawa Betametason Valerat 0,1 %. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kadar betametason valerat dalam
formulasi sediaan krim hasil produksi PT. Kimia Farma Tbk. Plant Medan memenuhi
syarat seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V dimana Krim Betametason
Valerat mengandung betametason valerat, C27H37FO6, setara dengan betametason,
C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket dalam dasar krimyangsesuai.Penetapan kadar betametason valerat dilakukan
dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi sesuai dengan prosedur
dan alat HPLC pump merk Waters 1525dengan panjang gelombang maksimum 254 nm.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar rata-rata betametason valerat dalam krim
Betason-N berturut-turut dari batch A60118 T, batch A60119 T, batch A60120 T yang
diproduksi PT. Kimia Farma Tbk. Plant Medan yaitu sebesar 103.197 % ; 102.113% ;
100.760%. Farmakope Indonesia Edisi ke-V memberi persyaratan kadar krim
betametason, yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah
yang tertera pada etiket, sehingga hasil penetapan kadar yang dilakukan memenuhi
persyaratan.
DETERMINATION OF BETAMETHASONE VALERATE IN THE CREAM BETAMETHASONE BY HIGH PERFORMANCE LIQUID
CHROMATOGRAPHY
ABSTRACT
Betamethasone is a corticosteroid drug that is in its structure containing fluorine and have
a strong work against allergies and local inflammation. Betamethasone in the form of
creams usually contain compounds Betamethasone Valerate 0.1 %. The purpose of this
investigation is to determine whether the levels of betamethasone valerate cream dosage
formulations produced by PT. Kimia Farma Tbk. Plant Medan qualify as stated in the
Indonesian Pharmacopoeia Edition V where’s Betamethasone valerate cream contain
compounds of betamethasone valerate , C27H37FO6, equivalent with betamethasone,
C22H29FO5, is not less than 90.0% and not more than 110.0% of the amount listed on the
label in base the appropriate of cream.
Determination of betamethasone valerate done using high performance liquid
chromatography method in accordance with the procedures and tools brand Waters 1525
HPLC pumpwith a maximum wavelength of 254 nm.
The results showed that the average level of betamethasone valerate in the betason-n
cream of the batch A60118 T, batch A60119 T, batch A6120 T which is produced by PT.
Kimia Farma Tbk. Plant Medan respectively 103.197 % ; 102.113 % ; 100.760 %.
Indonesian Pharmacopoeia Fifth Edition gives betamethasone cream content
requirements, is not less than 90.0 % and not more than 110.0 % of the amount listed on
the label, so that the determination of which do meet the requirements.
KINERJA TINGGIDI PT. KIMIA FARMA (Persero)
Tbk.PLANT MEDAN
KARYA ILMIAH
DIAN FITRI PINEM 132401060
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KINERJA TINGGIDI PT. KIMIA FARMA (Persero)
Tbk. PLANT MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli
Madya
DIAN FITRI PINEM 132401060
PROGRAM STUDI DIPLOMA IIIKIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Penentuan Kadar Betametason Valerat Dalam Krim Betason-N Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. PLANT MEDAN
Kategori: Karya Ilmiah
Nama : Dian Fitri Pinem
Nim : 132401060 Program Studi : Diploma 3 Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Juli 2016
Disetujui Oleh :
Program Studi D3 Kimia
Ketua, Pembimbing,
Dra. Emma Zaidar Nasution, MSi Dr. Mimpin Ginting, MS
NIP 195512181987012001 NIP 195510131986011001
Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR BETAMETASON VALERAT DALAM KRIM BETASON-N SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DI
PT. KIMIA FARMA ( Persero ) Tbk. PLANT MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2016
DIAN FITRI PINEM
PENGHARGAAN
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan Karunia-Nya berupa kesehatan dan keterbukaan pikiran bagi penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul ‘’Penentuan
KadarBetametason Valerat Dalam Krim Betaso-N Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Di PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk. Plant Medan“ dengan tepat waktu. Tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk
menyelsaikan program studi Diploma-III Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, MSi selaku ketua Program Studi D3 Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Mimpin Ginting,MS selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis ditengah kesibukannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tungas akhir ini.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam khususnya jurusan kimia yang telah mendidik penulis dari awal
perkuliahan hingga akhir perkuliahan.
5. Ayahanda Efendi Pinem dan Ibunda Ernawati Ginting dan seluruh
memberikan dukungan moral, materil serta doa kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Teman-teman Praktek Kerja Lapangan Dina Utami Dan Fadilah yang
sama sama merasakan pahit manisnya dunia kerja ini walau hanya
sekilas, yang sama-sama berjuang agar PKLnya cepat selesai, dan juga
yang sama-sama memotivasi agar satu sama lain cepat selesai dalam
mengerjakan penelitiannya.
7. Bapak Rahmat RasyidiS.Farm,Apt, Ibu Narti,Ibu Intan,Kak Siti,Kak
Nesya,Kak Heni, Bang Joko,Kak Jauharia, Kak Tina, kak Azmi,Kak
Dian, Bang Deni dan seluruh karyawan PT.Kimia Farma Tbk.Plant
lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang
banyak membantu kami.
8. Sahabat penulis Putri Handayani, Nona Astika Lubis, Sartika Purnama
Saridan banyak lagi yang telah memberikan semangat, dukungan serta
doa kepada penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa/i Kimia stambuk 2013 yang telah
memberikan bantuan ilmu, dorongan, motivasi serta sama-sama
berjuang dari awal hingga akhir perkuliahan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan kesalahan karya
ilmiah ini karena keterbatasan kemampuan, sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2016
Penulis,
PENETAPAN KADAR BETAMETASON VALERAT DALAM KRIM BETAMETASON SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
ABSTRAK
Betametason adalah obat kortikosteroid yang dalam strukturnya mengandung fluor dan
mempunyai kerja yang kuat terhadap alergi dan peradangan lokal. Betametason dalam
bentuk krim biasanya mengandung senyawa Betametason Valerat 0,1 %. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kadar betametason valerat dalam
formulasi sediaan krim hasil produksi PT. Kimia Farma Tbk. Plant Medan memenuhi
syarat seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V dimana Krim Betametason
Valerat mengandung betametason valerat, C27H37FO6, setara dengan betametason,
C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket dalam dasar krimyangsesuai.Penetapan kadar betametason valerat dilakukan
dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi sesuai dengan prosedur
dan alat HPLC pump merk Waters 1525dengan panjang gelombang maksimum 254 nm.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar rata-rata betametason valerat dalam krim
Betason-N berturut-turut dari batch A60118 T, batch A60119 T, batch A60120 T yang
diproduksi PT. Kimia Farma Tbk. Plant Medan yaitu sebesar 103.197 % ; 102.113% ;
100.760%. Farmakope Indonesia Edisi ke-V memberi persyaratan kadar krim
betametason, yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah
yang tertera pada etiket, sehingga hasil penetapan kadar yang dilakukan memenuhi
persyaratan.
DETERMINATION OF BETAMETHASONE VALERATE IN THE CREAM BETAMETHASONE BY HIGH PERFORMANCE LIQUID
CHROMATOGRAPHY
ABSTRACT
Betamethasone is a corticosteroid drug that is in its structure containing fluorine and have
a strong work against allergies and local inflammation. Betamethasone in the form of
creams usually contain compounds Betamethasone Valerate 0.1 %. The purpose of this
investigation is to determine whether the levels of betamethasone valerate cream dosage
formulations produced by PT. Kimia Farma Tbk. Plant Medan qualify as stated in the
Indonesian Pharmacopoeia Edition V where’s Betamethasone valerate cream contain
compounds of betamethasone valerate , C27H37FO6, equivalent with betamethasone,
C22H29FO5, is not less than 90.0% and not more than 110.0% of the amount listed on the
label in base the appropriate of cream.
Determination of betamethasone valerate done using high performance liquid
chromatography method in accordance with the procedures and tools brand Waters 1525
HPLC pumpwith a maximum wavelength of 254 nm.
The results showed that the average level of betamethasone valerate in the betason-n
cream of the batch A60118 T, batch A60119 T, batch A6120 T which is produced by PT.
Kimia Farma Tbk. Plant Medan respectively 103.197 % ; 102.113 % ; 100.760 %.
Indonesian Pharmacopoeia Fifth Edition gives betamethasone cream content
requirements, is not less than 90.0 % and not more than 110.0 % of the amount listed on
the label, so that the determination of which do meet the requirements.
DAFTAR ISI
2.1. Obat dan Jenis-Jenis Obat 5
2.2.Krim 6
2.3.Obat kulit 7
2.4.Betametason 9
2.4.1.Sifat Fisika Kimia 9
2.4.2.Pengujian Betametason 10
2.4.2.1.Uji Kualitatif 10
2.4.2.2. Uji Kuantitatif 11
2.4.3.Proses Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 16
Bab 3 Metodologi 18
3.1. Alat- alat 18
3.2. Bahan-bahan 18
3.3. Prosedur Percobaan 19
3.3.1.Pembuatan larutan standard 19
3.3.3.Pengukuran 19
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 21
4..1Data 21
4.2. Perhitungan 24
4.3.Pembahasan 28
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 29
5.1Kesimpulan 29
5.2Saran 29
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
4.1. Tabel Data Hasil Ringkasan Komponen Area Betametason Valerat 21
4.2. Tabel Data Hasil Ringkasan Jumlah Komponen Betametason Valerat 22
4.3.1. Data Pembahasan Berdasarkan Data Perusahaan 28
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
2.1. Struktur Betametason Valerat 9
2.2. Diagram Sistematik Alat KCKT 17