• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. 1. Teknologi Farmasi berasal dari dua kata yaitu Teknologi dan Farmasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. 1. Teknologi Farmasi berasal dari dua kata yaitu Teknologi dan Farmasi."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bahan Obat jarang diberikan sendiri-sendiri, tetapi lebih sering merupakan suatu formula yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat bukan obat yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam-macam dan khusus. Melalui penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai bahan farmasi akan dihasilkan sediaan farmasi atau bentuk sediaan dengan tipe yang bermacam-macam. Sediaan yang bermacam-macam ini merupakan tantangan bagi para ahli farmasi di pabrik dalam membuat formula dan bagi dokter dalam memilih obat serta cara pemberiannya untuk ditulis dalam resep.

Sediaan Farmasi terdiri dari berbagai komponen yang harus diproses melalui unit operasi dengan pasti. Setelah melalui proses yang sesuai, baik zat aktif maupun bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi. Proses tersebut berlaku pula bagi senyawa-senyawa kimia maupun bahan yang berasal dari tubuhan atau hewan. Proses ini merupakan dasar operasional penting dalam bidang teknologi farmasi. Pada hakekatnya proses-proses tersebut melibatkan semua kegiatan operasional sampai terjadinya sediaan obat. Seperti proses penghalusan, pendistribusian partikel, pengeringan, pencampuran, penggranulan dan seterusnya. Semua proses memerlukan peralatan yang merupakan unit-unit operasi yang harus diketahui dan dipahami agar memudahkan menggunakan dan akhirnya diperoleh produk yang dikehendaki.

Perkembangan teknologi sedemikian pesatnya, hal tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi dunia farmasi, khususnya terhadap perkembangan bentuk sediaan farmasi. Perubahan atau pola pergeseran metode pembuatan sediaan dari skala konvensional menjadi skala modern dengan bantuan teknologi sangat membantu perkembangan industry farmasi ke arah yang lebih baik.

Setelah mengikuti perkuliahan Teknologi Farmasi ini Mahasiswa diharapakan mengerti dan memahami sediaan farmasi bentuk solida, semisolida dan likuida memahami proses pembuatan sediaan farmasi dalam skala laboratorium, skala pilot, dan skala produksi dalam pabrikan, juga memahami aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam Cara Pembuatan Obat Yang Baik sehingga diperoleh obat yang memenuhi persyaratan.

(2)

2 BAB II A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan farmasi bentuk solida, semisolida dan likuida serta cara pembuatannya dalam skala laboratorium maupun pabrikan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : - Mengerti tentang ruang lingkup teknologi farmasi

- Menjelaskan teknologi dan penggunaannya di bidang farmasi

- Menjelaskan tentang kelompok bentuk sediaan farmasi ; solida, semisolida dan likuida

C. Uraian Materi

1. Teknologi Farmasi berasal dari dua kata yaitu Teknologi dan Farmasi.

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Farmasi (bahasa Inggris : pharma bahasa Yunani Pharmacon yang berarti : obat) merupakan salah satu bidang professional ilmu kesehatan yang merupakan kombinasi ilmu kimia dan ilmu kesehatan yang memiliki tanggung jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat, termasuk didalamnya obat tradisional, mulai dari peracikan sampai dengan pembuatan di pabrik-pabrik farmasi.

Teknologi Farmasi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi , mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan produk farmasi mulai dari pencarian/penemuan, pengolahan dan pengembangan bahan baku hingga menjadi sediaan farmasi yang siap digunakan. Pengembangan pharmaceutical science & technology atau pendekatannya bersifat product oriented untuk memenuhi kebutuhan riset pengembangan produksi dan pemeriksaan produk farmasi dan alat kesehatan

Ruang Lingkup teknologi farmasi meliputi sediaan solida, semisolida dan likuida. Serta proses pembuatan sediaan farmasi dalam skala laboratorium, skala pilot, dan skala produksi dalam pabrikan,

(3)

3

2. Sediaan Solida adalah Bentuk sediaan farmasi yang bersifat padat, termasuk didalamnya adalah tablet, kaplet, serbuk, pil dan kapsul

Sediaan semisolida adalah bentuk sediaan farmasi yang bersifat semipadat termasuk didalamnya adalah salep, cream, jelly dan suppositoria

Sediaan likuida adalah bentuk sediaan farmasi yang bersifat cair termasuk didalamnya adalah larutan, emulsi, dan suspensi.

D. Soal-soal

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknologi?

2. Sebutan kegunaan teknologi farmasi dalam pembuatan sediaan farmasi (obat) ?

3. Jelaskan apa yang dimaksud bentuk sediaan solida, semisolida dan likuida ?

4. Sebutkan contoh bentuk sediaan solida, semisolida dan likuida !

E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Lachman, Lieberman D. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(4)

4 BAB III A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan farmasi bentuk solida (padat).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : - Memahami tentang penyusunan formula sediaan

- Memahami cara pembuatan sediaan dalam skala laboratorium - Menjelaskan tentang evaluasi bentuk sediaan

C. Uraian Materi

1. Formula sediaan bisa merupakan suatu formula officinalis atau formula magistralis.

Formula officinalis yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standart.

Formula magistralis yaitu resep yang ditulis oleh dokter, dokter gigi, dokter hewan dan dokter spesialis

Formula sediaan tersusun dari bahan aktif dan bahan tambahan

2. Dalam penyusunan formula sediaan di dalam laboratorium harus selalu diperhatikan tentang karakteristik masing-masing bahan. Pemilihan bahan sebisa mungkin menghindari adanya bahan (obat) yang tidak tercampur atau bahan yang bisa menimbulkan interaksi obat antara bahan satu dengan bahan yang lain.

3. Evaluasi bentuk sediaan adalah salah satu bagian dari pengendalian mutu sediaan. Evaluasi bisa dilakukan disaat proses produksi berlangsung disebut dengan In Process Control (IPC), dan evaluasi disaat proses produksi telah berakhir disebut sebagi End Process Control (EPC).

D. Pertanyaan

- Apa yang dimaksud dengan formulasi ?

(5)

5 E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Depkes R.I. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Jakarta.

- Lachman, Lieberman D. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(6)

6

BAB IV A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan farmasi bentuk solida (padat).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : - Memahami tentang granul

- Menjelaskan skema metode pembuatan granul (granulasi)

- Memahami alat dan mesin yang digunakan untuk pembuatan granul C. Uraian Materi

1. Granul atau granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukurannya biasanya berkisar antara ayakan mesh 4-12.

(7)

7

Gambar 2. Granul Syarat Granul yang baik, adalah:

1. Bentuk spheris

2. Ukuran mengikuti distribusi normal dengan % partikel kasar dan % partikel halus (fines)

3. Ukuran sesuai dengan berat tablet 4. Homogen dan kompresibiltas baik 5. Mempunyai kelembaban tertentu

(8)

8

Tabel ukuran granul (Rawlins,E.A, 1977) Tablet weight

(mg)

Sieve number (meshesper inch) for

Punch diameter (mm)

Wet screening Dry screening

50 16 20 5-6,5 100 16 20 7 150 12 16 8 200 12 16 8,5 300 10 12 10,5 500 10 10 12 1000 8 8 16

2. Skema metode pembuatan granul (granulasi) : a. Granulasi Kering

Skema : Penimbangan

Pencampuran

Pengempaan (tekanan besar)

Slug / lempengan

Penghancuran

(9)

9 b. Granulasi Basah

Skema :

Penimbangan Pencampuran

Penambahan cairan pengikat

Pencampuran (pembuatan massa granul)

Pegayakan granul basah (6-12 mesh) Pengeringan granul 40-600 C

Pengayakan (14-20 mesh) GRANUL

3. Alat dan Mesin yang digunakan untuk pembuatan Granul a. Alat Pencampur (= Mixer) bahan granul (raw material)

- Cylindrical mixer, double cone mixer, cube mixer untuk mencampur komponen2 dengan : batch kecil, perbedaan densitas partikel kecil.

(10)

10

- V-mixer, Y-mixer untuk mencampur komponen2 dengan : batch besar, perbedaan densitas partikel besar

Gambar 4. Y-Mixer b. Granulasi Kering

- Alat heavy duty tableting machine adalah alat yang digunakan untuk mengubah massa tablet yang dikempa dengan tekanan menjadi slug. - Alat roller compactor masa tablet dikempa dengan tekanan yang besar

menjadi lempengan – lempengan.

(11)

11 c. Granulasi Basah

- Shear Granulator adalah alat yang digunakan untuk mengubah massa tablet menjadi granul basah

Gambar 6. Shear Granulator

- Fluized bed granulator adalah alat yang digunakan untuk mengubah masa tablet menjadi granul basah

Gambar 7. Fluized bed granulator

d. Alat pengering Granul

- Oven adalah alat yang banyak digunakan untuk mengeringkan granul basah menjadi granul kering dengan suhu yang sudah ditentukan

(12)

12

Gambar 8. Oven

- Fluized bed dryer adalah alat yang digunakan untuk mengubah masa granul basah menjadi granul dan sekaligus menjadikannya granul kering

(13)

13 Proses pengeringan granul :

- Suhunya tidak boleh terlalu panas - Kekeringan granul (kadar air) - Kelembaban granul

D. Pertanyaan

- Sebutkan definisi granul ?

- Sebutkan alat yang digunakan untuk mencampur bahan granul dengan hasil yang paling bagus !

E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Depkes R.I. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Jakarta. - Lachman, Lieberman D. 1989.

- Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(14)

14

BAB V A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan farmasi bentuk solida (padat).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : a. Menjelaskan metode pembuatan granul (granulasi)

b. Menjelaskan keuntungan metode granulasi basah dan kering C. Uraian Materi

1. Granulasi Basah

Granulasi Basah untuk pembuatan tablet dari zat aktif yang sifat alir dan kompresibilitasnya jelek dan tidak tahan terhadap tekanan yang besar tetapi stabil dalam kondisi panas dan atau lembab.

Bahan Pengikat lebih efektif dalam bentuk cairan karena jumlahnya relatif sedikit dibanding dalam keadaan kering yang kemudian ditambahkan air secara terpisah.

Baik tidaknya granul yang dihasilkan selain tergantung dari formula terutama bahan pengikatnya juga tergantung dari proses pencampuran massa padat dengan cairan pengikatnya.

Contoh bahan obat yang sering dibuat granul dengan metode granulasi basah adalah : Paracetamol

Skema :

Penimbangan Pencampuran

Penambahan cairan pengikat

(15)

15

Pegayakan granul basah (6-12 mesh)

Pengeringan granul 40-600 C

Pengayakan (14-20 mesh)

GRANUL Keuntungan granulasi basah :

a. Terbentuknya granul, sifat alir dan kompresibilitas massa tablet menjadi lebih baik sehingga mudah di tablet

b. Untuk zat dosis tinggi dengan sifat alir dan kompresibilitas jelek, dengan granulasi basah memrlukan relatif sedikit bahan pengikat dibanding dengan kempa langsung.

c. Mencegah segregasi campuran massa tablet yang sudah homogen d. Kelembaban granul bisa di atur

e. Kecepatan disolusi obat yang hidrofob dapat diperbaiki dengan memilih bahan pengikat yang tepat.

Kerugian granulasi basah:

a. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi b. Biaya cukup tinggi

c. Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini.

Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2. Granulasi Kering

Digunakan untuk pembuatan tablet dari zat aktif yang sifat alir dan kompresibilitasnya jelek dan sensitive terhadap panas atau kelembaban.

(16)

16

Bahan Pengikat diberikan dalam bentuk kering karena menghindari penggunaan larutan dan air sebagai pembasah.

Massa tablet dikempa menjadi slug atau lempengan untuk kemudian dihancurkan lagi menjadi granul sesuai yang diinginkan dengan mempersyaratkan ukurannya.

Contoh bahan obat yang sering dibuat granul dengan metode granulasi kering adalah : Amoxicillin

Skema : Penimbangan

Pencampuran

Pengempaan (tekanan besar)

Slug / lempengan

Penghancuran

Pengayakan GRANUL Keuntungan granulasi kering :

a. Peralatan lebih sedikit karena tidak mengguanakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu lama.

b. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab. c. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat. Kerugian granulasi kering:

a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug. b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.

c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.

(17)

17 D. Pertanyaan

- Sebutkan bahan obat yang sering dibuat granul dengan metode granulasi basah!

- Jelaskan yang dimaksud dengan pengayak mesh 14-20 ! E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Depkes R.I. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Jakarta.

- Lachman, Lieberman D. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(18)

18

BAB VI A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan farmasi bentuk solida (padat).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : a. Menjelaskan tentang evaluasi mutu granul

b. Memahami cara dan perhitungan evaluasi mutu granul C. Uraian Materi

Evaluasi Mutu Granul : a. Uji Sifat Alir Granul

Granul dimasukkan kedalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dicatat dengan stopwatch dari mulai dibukanya tutup bagian bawah hingga semua massa granul mengalir keluar dari alat dan timbunan granul digunakan untuk menghitung sudut istirahat (sudut diam), sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter rata-rata timbunan granul dan tinggi tumpukan (puncak) timbunan granul yang keluar dari mulut corong diukur.

Untuk 100 g granul waktu alir dipersyaratkan tidak boleh lebih dari 10 detik. Sudut diam tidak lebih dari 30 derajat

(_) = Sudut istirahat

Arc Tangen = Tinggi puncak granul jari-jari lingkaran h = tinggi puncak granul yang terbentuk

r = jari-jari kerucut granul yang terbentuk

Besar sudut istirahat Keterangan

<25 Sangat baik

25-30 Baik

30-40 Cukup

>40 Sangat sukar

(19)

19 b. Uji kompresibilitas

Timbang 100g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V). Perhitungan :

I = x 100% Keterangan :

I = Indeks kompresibilitas (%)

Vo = Volume granul sebelum dimampatkan (mL) V = Volume granul setelah dimampatkan (mL) Syarat = Tidak lebih dari 20%

Kompresibilitas (%) Sifat aliran

5-12 Sangat baik 12-18 Baik 18-23 Cukup 23-33 Kurang 33-38 Sangat kurang >38 Sangat buruk

c. Uji kerapuhan granul

Kerapuhan granul yaitu gambaran stabilitas fisis granul. Dapat diamati lewat ketahanannya terhadap adanya getaran dengan menempatkannya diatas ayakan bertingkat yang digetarkan.

Presentase kerapuhan granul = % d. Uji Daya serap granul

Daya serap granul berpengaruh pada waktu hancur tablet. Faktor yang mempengaruhi penetrasi adalah porositas tablet dimana tergantung kompresi dan kemampuan penyerapan air dari material yang dipakai. Bahan penghancur mulai berfungsi diantaranya melalui

(20)

20

proses pengembangan reaksi kimia maupun secara enzimatis setelah air masuk ke dalam tablet.

Berat air yang diserap oleh granul adalah berat rata-rata dari 3 kali replikasi yang dihitung setelah berat ampul yang ditimbang konstan. e. Uji Waktu Alir

Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu.

Untuk 100 g granul waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet

Besar laju alir (g/s) Sifat aliran

>10 Sangat baik

4-10 Baik

1,6-4 Sukar

<1,6 Sangat sukar

f. Uji kompaktibilitas

Untuk mengetahui kemampuan granul untuk saling melekat menjadi massa yang kompak, digunakan mesin tablet single punch dengan berbagai tekanan.

Kompaktibilitas digambarkan oleh kekerasan tablet yang dihasilkan. Hasil uji kompaktibilitas :

Skala Kekerasan tablet

0,5 4,005

1 Hancur sebelum diuji kekerasannya

1,5 14,37

2 27,75

(21)

21 D. Pertanyaan

- Berapa syarat yang diperbolehkan untuk sudut diam dari granul 100 gram yang diuji sifat alirnya?

- Jelaskan tahap-tahap pengujian kompaktibilitas granul !

E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Depkes R.I. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Jakarta.

- Lachman, Lieberman D. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(22)

22

BAB VII A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan Tablet.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : a. Memahami tentang tablet

b. Memahami tentang bahan penyusun tablet : zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur

c. Memahami alat dan mesin yang digunakan untuk pembuatan tablet C. Uraian Materi

1. Definisi tablet

Tablet adalah sediaan obat berbentuk bulat gepeng,kompak merupakan hasil kempaan zat aktif dengan atau tanpa bahan tambahan.

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi (USP 26, hal 2406).

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu dosis dari beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah partikel yang seragam (BP 2002).

Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.

Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan sebagainya.

Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari, mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenali orang.

Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna mungkin karena zat aktifnya memang berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja diberi

(23)

23

warna agar tampak lebih menarik, mencegah pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.

Pemberian etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet atau zat aktif yang dikandung, dan jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap tablet.

Gambar 10. Tablet

Kriteria Tablet

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan; 2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik; 4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan; 5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan; 6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7. Bebas dari kerusakan fisik;

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu; 10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

(24)

24 Keuntungan tablet

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan antara lain :

1. Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

2. Tablet merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.

3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah dibawa.

4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim.

5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet tidak segera terjadi.

7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.

8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.

9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

10. Bau, rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.

11. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

12. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil. 13. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.

14. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air. 15. Pemakaian oleh penderita lebih mudah.

(25)

25 Kerugian tablet

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis.

2. Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.

3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.

4. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia.

Syarat sediaan tablet secara umum harus : a. Aman (Safety)

Aman dari segi fisik meliputi bentuk, warna, rasa dan bau.

Aman dari benda asing yang menempel maupun yang ada didalam sediaan tablet.

Aman dari kandungan bahan kimia yang berbahaya b. Manjur (Efficacy)

Memberikan khasiat atau manfaat bagi penggunanya c. Acceptable

Dapat diterima dalam kondisi yang baik oleh setiap penggunanya diberbagai tempat

d. Berkualitas baik

(26)

26

2. Bahan penyusun tablet : zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur

a. Bahan Pengisi

Bahan pengisi berfungsi untuk membuat kecocokan berat tablet. Berat tablet yang acceptable > 70 mg

Bahan pengisi digunakan untuk formula tablet dengan obat berdosis kecil Bahan pengisi harus inert dan stabil

Berdasarkan kelarutannya bahan pengisi dibagi menjadi : 1. Pengisi yang larut

contoh ; Laktosa, Sukrosa, Mannitol, Sorbitol 2. Pengisi yang tidak larut

Contoh ; Ca-sulfat, Ca-carbonat, Ca-fosfat dibasa, amilum, mikrokristalin sellulosa.

Gambar 11. Laktosa

(27)

27 b. Bahan pengikat

Bahan pengikat berperan sebagai perekat untuk mengikat serbuk-serbuk komponen tablet menjadi granul.

Bahan pengikat juga membantu mengikat granul2 menjadi tablet dalam proses pengempaan

Jika bahan pengikat < maka granul rapuh

Jika bahan pengikat > maka granul yang terlalu keras.

Pada pembuatan tablet, bahan pengikat dapat ditambahkan melalui 2 cara tergantung dari metode pembuatannya

a. Metode kempa langsung = Granulasi kering

Bahan pengikat dimasukkan sebagai serbuknya (dalam keadaan kering) b. Metode Granulasi basah (digunakan cairan)

Bahan pengikat digunakan dalam bentuk larutan / mucilago.

Bahan pengikat akan lebih efektif dalam keadaan basah atau kering lalu ditambah cairannya

Contoh Bahan pengikat : - Gliserin

- PGA (Pulvis Gummi Arabici) - Mucilago

c. Bahan Penghancur

Bahan penghancur berfungsi untuk menghancurkan tablet bila tablet kontak dengan cairan.

Pecahnya tablet menjadi granul maka akan memperluas permukaan sehingga dapat mempercepat lepasnya zat aktif dari tablet. Bahan penghancur akan menghancurkan granul menjadi partikel-partikel. Bahan penghancur :

1. Golongan yang dapat memperbesar gaya kapiler, sehingga tablet dapat lebih cepat menarik cairan berair.

2. Golongan yang dapat mengembang bila kontak dengan air 3. Golongan yang dapat melepaskan gas

(28)

28 Contoh bahan penghancur :

- CMC Na (Carboxy Methyl Cellulose) - PVP (Poli Vinil Pirolidon)

- Na dodecyl sulfate

Gambar 13. CMC Na

(29)

29 d. Bahan pelicin

Bahan pelicin berfungsi sebagai anti gesekan yang terjadi pada waktu proses pentabletan. Oleh karena itu bahan pelicin ditambahkan ke massa tablet begitu akan dikempa.

Gesekan yang terjadi pada waktu proses pentabletan :

1. Gesekan antara tablet dengan dinding “punch” dan antara tablet dengan dinding “die”.

2. Gesekan antara dinding “die” dan dinding “punch”. 3. Gesekan antara partikel yang dikempa

Untuk mengantisipasi gesekan 1 dan 2 diperlukan bahan pelicin yang lebih dikenal dengan istilah “lubricant”

Untuk mengantisipasi gesekan 3 diperlukan bahan pelicin yang lebih dikenal dengan “glidant”.

“Lubricant” berfungsi :

1. Memudahkan tablet didorong ke atas,keluar dari “die” 2. Mencegah tablet melekat pada “punch”

3. Mencegah gesekan antara “die” dan “punch” Contoh lubricant :

Mg stearat Talkum

PEG (Poli Etilen Glikol ) 4000 PEG (Poli Etilen Glikol ) 6000 Amilum jagung

(30)

30

Gambar 15. PEG

Faktor penting yang perlu diperhatikan pada penggunaan lubricant : 1. Ukuran partikel (semua lubricant 80-100 mesh)

2. Lama pencampuran 3. Kadar

Faktor tersebut di atas akan mempengaruhi kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet

Glidant berfungsi memperbaiki sifat alir serbuk atau granul yang akan dikempa menjadi tablet, dengan demikian akan memperbaiki keseragaman bobot tablet. Efek glidant tergantung dari ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel glidant dan komponen lain serta kelembaban.

Contoh Glidant : - Talkum - Amilum

(31)

31

Gambar 16. Aerosil

Contoh bahan sebagai lubricant, glidant maupun anti adherent : - Mg stearat

- Talkum - Asam stearat - Tepung jagung

e. Bahan pewarna

Bahan Pewarna tidak memiliki efek terapi, tidak memperbaiki BA (Bioavailability) dan BE (Bioekivalensi).

Bahan Pewarna berfungsi untuk memudahkan identifikasi dan memperbaiki penampilan.

Bahan Pewarna dibagi menjadi :

a. Bahan pewarna yang larut (dyes) memberikan larutan jernih b. Bahan pewarna yang tidak larut (pigment/lake)

Contoh : amilum, amilum termodifikasi f. Bahan perasa dan aroma (Flavoring agents)

Fungsi : Memperbaiki rasa zat aktif yang akan dibuat tablet, terutama bila tablet chewable

(32)

32

3. Alat dan Mesin pada proses pentabletan

Untuk produksi tablet diperlukan mesin tablet. Mesin tablet sederhana disebut mesin tablet single punch.

Bagian mesin tablet yang mengubah massa tablet yang semula berupa campuran serbuk atau granul ke bentuk tablet adalah “punch” dan “die”. Mesin tablet single punch : jika selama proses pengempaan hanya menggunakan satu pasang “die” dan “punch”.

Mesin tablet rotary : jika selama proses pengempaan menggunakan lebih dari satu pasang “die” dan “punch”.

Ukuran “die” dan “punch” berbeda-beda, sehingga ukuran tablet yang dihasilkan akan berbeda pula tergantung “punch” dan “die” yang digunakan

(33)

33

Gambar 18. Mesin pencetak tablet rotary Sifat-sifat tablet tergantung dari formulasinya.

Formulasi tablet tergantung dari beberapa faktor : 1. Zat aktif

(sifat fisika-kimia, rute penggunaan obat) 2. Proses produksi

3. Cara tablet digunakan

(per oral, chewable, effervescent, trochisi, sub lingual) D. Pertanyaan

o Sebutkan contoh bahan pengisi !

o Sebutkan mesin yang digunakan untuk mencampur bahan pembuat tablet dengan hasil yang baik ?

o Apa nama bagian dari alat pencetak tablet yang mampu mengubah bentuk sediaan dari serbuk (granul) menjadi tablet ?

(34)

34 E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Depkes R.I. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Jakarta.

- Lachman, Lieberman D. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(35)

35

BAB VIII A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan Tablet.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : - Menjelaskan metode pembuatan tablet

C. Uraian Materi

Metode pembuatan tablet : 1. Kempa langsung

Semua komponen tablet (zat aktif, pengisi, pengikat, dan penghancur) harus memiliki kompresibilitas yang baik

Metode dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering, tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya.Tetapi hanya dapat digunakan pada kondisi dimana zat aktif maupun untuk eksipiennya memiliki aliran yang bagus, zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.

Cetak atau kempa langsung dilakukan jika:

a). Jumlah zat berkhasiat per tabletnya cukup untuk dicetak. b). Zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing). c). Zat khasiat berbentuk kristal yang bersifat free-flowing. d). Mempunyai kompresibilitas yang baik.

e). Mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati yang termodifikasi, misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4.

Keuntungan kempa langsung:

- Prosesnya lebih singkat, metode ini lebih singkat prosesnya karena tenaga dan mesin yang digunakan lebih sedikit.

(36)

36

- Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.

- Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melalui proses granulasi terlebih dahulu tetapi langsung menjadi partikel.

- Tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak perlu melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

- Hemat waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang digunakan. Kerugian kempa langsung:

- Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.

- Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung, karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkan pun semakin banyak dan mahal.

- Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien ynag digunakan harus bersifat mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik.

2. Granulasi kering

Digunakan untuk pembuatan tablet dari zat aktif yang sifat alir dan kompresibilitasnya jelek dan sensitive terhadap panas atau kelembaban. Granulasi kering/slugging/precompression, dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan.

(37)

37 Keuntungan granulasi kering :

 Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu lama.

 Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.

 Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh tidak terikat oleh pengikat.

Kerugian granulasi kering:

 Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.  Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.

 Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.

3. Granulasi basah

Metode ini biasanya untuk pembuatan tablet dari zat aktif yang sifat alir dan kompresibilitasnya jelek dan tidak tahan terhadap tekanan yang besar tetapi stabil dalam kondisi panas dan atau lembab. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Metode ini memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.

Tahapannya adalah sebagai berikut:

 Pengeringan bahan obat dan zat tambahan  Pencampuran serbuk gilingan

 Persiapan larutan pengikat

 Pencampuran larutan pengikat dan campuran serbuk hingga membentuk massa yang basah.

 Pengayak kasar dari massa yang basah menggunakan ayakan no 6-12.  Pengeringan granul basah dalam lemari pengering pada suhu 400-500 C

(tidak lebih dari 600 C)

(38)

38  Pencampuran bahan ayakan.  Tablet dikempa.

Keuntungan granulasi basah:

 Memeperoleh aliran yang baik  Meningkatkan kompresibilitas

 Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai  Mengontrol pelepasan

 Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses  Distribusi keseragaman kandungan

 Meningkatkan kecepatan disolusi Kerugian granulasi basah:

 Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi  Biaya cukup tinggi

 Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet kempa.

1. Tablet cetak

Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan.Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi.Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam system pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembap ditekandengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian.

Kepadatan tablet bergantung pada ikatan Kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak bergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.

(39)

39 2. Tablet kempa

Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegrant dan lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.

D. Pertanyaan

- Sebutkan contoh tablet yang dicetak dengan menggunakan metode kempa langsung!

- Jika zat aktif obat memiliki karakteristik aliran yang bagus,dosisnya kecil, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab, maka metode pembuatan tablet yang cocok adalah?

- Jelaskan alasan penggunaan suhu pengeringan 400-500 C (tidak lebih dari 600 C) untuk mengeringkan granul basah?

E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Depkes R.I. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Jakarta.

- Lachman, Lieberman D. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(40)

40

BAB IX A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami sediaan Tablet.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu : - Menjelaskan tentang evaluasi mutu tablet

- Memahami tentang kerusakan dan permasalahan pada tablet C. Uraian Materi

a. Evaluasi Mutu Tablet Tablet dikatakan baik jika :

1. Kuat dan tahan terhadap gesekan-gesekan yang terjadi pada waktu pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya.

Evaluasi :

a. Uji kekerasan tablet (FI III)

Kekuatan dan ketahanan tablet (kekerasan tablet) alatnya: Hardness tester Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras.

Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet.

(41)

41 Caranya :

Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet dengan cara sebuah tablet diletakkan diantara ruang penjepit kemudian dijepit dengan memutar alat penekan, sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup,tablet akan pecah dan dibaca penunjukan skala pada alat tersebut.

b. Uji kerapuhan (keregasan) tablet alatnya : friabilator (friability tester) Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.

Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating).

Caranya :

a. Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1 gram). b. Masukkan tablet ke dalam friability tester untuk diuji.

c. Putar alat tersebut selama 4 menit.

d. Keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan ditimbang kembali (W2 gram).

e. Kerapuhan tablet yang didapat

f. Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimum 0,8%.

(42)

42 2. Kadar obat terpenuhi

Farmakope Indonesia mencantumkan cara penentuan kadar obat dalam tablet. Persyaratan untuk kadar obat merupakan rentang nilai tertentu tergantung dari obatnya.

Penetapan kadar obat bisa menggunakan metode Titrimetri (Titrasi) atau menggunakan alat modern seperti Spektrofotometri, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Kromatografi Gas (KG), dan Potensiometri.

3. Memenuhi keseragaman ukuran Caranya :

Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya.

Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari11/3 kali tebal tablet.

4. Memenuhi keseragaman bobot maupun keseragaman kadar zat aktifnya Farmakope Indonesia mencantumkan cara penentuan keseragaman bobot tablet. Dilakukan dengan metode Gravimetri (penimbangan) terhadap 20 tablet masing-masing ditimbang bobotnya lalu dihitung rata-ratanya.

Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut (FI III): a. Timbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya.

b. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.

c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.

(43)

43 Bobot rata-rata

tablet

Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

<25 mg 26-150 mg 151-300 mg >300 mg A B 15 10 7,5 5 30 20 15 10

Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot cukup mewakili keseragaman kandungan.

Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragamn kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet (FI IV).

Keseragaman kadar zat aktif, dilakukan dengan cara dari 20 tablet ditentukan kadar zat aktif dalam masing-masing tablet, lalu dihitung Cvnya. Memenuhi syarat keseragaman kadar zat aktif bila CV lebih kecil atau sama dengan 5%.

5. Memenuhi ketersediaan hayati

Ketersediaan hayati dalam darah adalah kadar obat dalam darah si pengguna hasil dari proses absorbsi obat yang telah dilepaskan dari bentuk sediaan obat dan telah larut dalam cairan tubuh.

Kecepatan dan banyaknya obat yang dapat dilepaskan dari tablet, diantaranya ditentukan oleh waktu hancur tablet.

(44)

44 Evaluasi :

- Uji waktu hancur tablet, alatnya : disintegration tester

Gambar 20. disintegration tester Alat:

Tabung gelas panjang 80mm sampai 100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kassa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan searah ditengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam airbersuhu antara 360-380 C sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah, yaitu mulut keranjang tepat di bawah permukaan air.

Cara kerja:

Masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit.

Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kassa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut.

Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan salut selaput.

Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu per satu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas.

(45)

45 Waktu hancur tablet salut enterik:

Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas, namun air diganti dengan asam klorida (HCl) 0,006 N lebih kurang 250 ml. pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8, atur suhu antara 360 dan 380 C, celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit.

Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kassa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat di atas.

Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.

Untuk obat yang kelarutannya dalam air terbatas, uji disolusi akan lebih berarti daripada uji waktu hancur.

Cakram penuntun:

Terdiri atas cakram yang terbuat dari bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm, permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing lubang 10 mm dari titik pusat, pada tiap lubang terdapat kassa kawat tahan karat dengan diameter 0,445 mm yang dipasang tegak lurus dengan cincin penuntun yang dibuat dari kawat jenis sama dengan diameter 27 mm. Jarak cincin penuntun dengan permukaan atas cakram adalah 15 mm. Bobot cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 g dan tidak lebih dari 2,1 g.

Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.

(46)

46

Ketersediaan hayati juga ditentukan oleh kelarutan obat yang sudah terlepas dari tablet.

Farmakope Indonesia mencantumkan persyaratan waktu hancur tablet dan dissolusi beserta cara evaluasinya.

Evaluasi :

Uji disolusi, alatnya : dissolution tester

Dissolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut.

Caranya :

a. Siapkan alat dan bahan

b. Diisi bejana (vessel) dan alat disolusi dengan 900 ml air suling sebagai media atau media lain sesuai yang dipersyaratkan di metode masing-masing tablet

c. Diatur suhunya pada 370 C dan dimasukkan tablet lalu dijalankan motor penggerak dengan kecepatan 100 rpm

d. Diambil sebanyak 20 mL air dalam vessel setiap selang waktu 5, 10, 15, 20, dan 30 menit setelah pengocokan. Setiap selesai pengambilan segera diganti dengan 20 mL air

e. Ditentukan kadar zat aktif yang larut pada masing-masing sampel dengan metode titrasi, potensiometri, Spektrofotometri, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Kromatografi gas dll lalu dilakukan percobaan yang sama untuk suhu 400 C

(47)

47 5. Penampilan baik

Penampilan tablet akan menentukan acceptability , sehingga dalam massa tablet kemungkinan diperlukan bahan pewarna, perasa dan aroma.

Evaluasi : Uji Organoleptis meliputi bentuk, warna, rasa dan bau 6. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya

Selama penyimpanan sampai tablet digunakan, sifat tablet harus stabil supaya tablet tidak berubah penampilannya, agar tetap acceptable, aman dan manjur bila digunakan.

b. Kerusakan dan permasalahan pada tablet

1. Tablet ‘Binding’ di dalam die sehingga tablet sukar didorong ke atas, sehingga permukaan tablet menjadi besar

Binding: kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.

2. Tablet mengalami ‘picking’ (penempelan massa tablet pada permukaan punch yang terlokalisir) dan ‘sticking’ (penempelan massa tablet pada seluruh permukaan punch)

Sticking/picking: perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin kurang, atau massa basah.

Gambar 22. Sticking

3. Whiskering: terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.

(48)

48

Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol, sisi-sisiyang berlebih akan terlepas dan menghasilkan bubuk

4. Tablet mengalami ‘capping’ (lapisan atas dan bawah tablet membuka) dan laminating (tablet pecah berlapis-lapis)

Splitting/capping

Splitting. Lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.

Capping: membelahnya tablet di bagian atas.

Gambar 23. Capping Penyebabnya adalah:

a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang.

b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengaandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar.

c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang berada di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.

d. Formualnya tidak sesuai. e. Die dan punch tidak rata. 5. Permukaan tablet kasar 6. Tablet berbintik-bintik (Motling)

Mottling: terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.

(49)

49 7. Variasi bobot tablet kasar

8. Tablet rapuh (Crumbling)

Crumbling:tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

D. Pertanyaan

- Jika tablet tidak memenuhi spesifikasi salah satu uji mutu tablet, apakah tablet tersebut boleh di produksi secara masal?

- Berapa lama waktu yang diperlukan tablet untuk hancur?

- Jelaskan apa yang dimaksud dengan Bioavailability dan Bioekivalensi!

E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

- Depkes R.I. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Jakarta.

- Lachman, Lieberman D. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 1, 2 dan 3. Universitas Indonesia. Jakarta.

(50)

50

BAB X A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis Tablet.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami:

- Klasifikasi Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh - Klasifikasi Berdasarkan jenis bahan penyalut - Klasifikasi Berdasarkan cara pemakaian - Klasifikasi Berdasarkan cara kerja C. Uraian Materi

Jenis-Jenis tablet : 1. Tablet triturat

Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya slindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.

2. Tablet hipodermik

Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.

3. Tablet sublingual

Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin.

4. Tablet bukal

Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. 5. Tablet efervesen

Tablet efervesen dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran asam (asam sitrat, asam asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon

(51)

51

dioksida. Tablet disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembap dan pada etiket tertera informasi bahwa tablet ini tidak untuk ditelan.

6. Tablet kunyah (chewable)

Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut.

Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotic tertentu.

Dibuat dengan cara dikempa, pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol dan sukrosa sebagai bahan pengikat atau pengisi, serta mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.

a. Klasifikasi Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh 1. Bekerja lokal

Misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.

2. Bekerja sistemik

Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi : a. Yang bekerja short acting (jangka pendek);

dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan obat b. Yang bekerja long-acting (jangka panjang);

dalam satu hari cukup menelan satu tablet.

Tablet jangka panjang ini dapat dibedakan lagi menjadi : 1). Delayed action tablet (DAT)

Dalam tablet ini terjadi penundaan zat berkhasiat karena pembuatannya adalah sebagai berikut.

Sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok

(52)

52

kedua, demikian seterusnya, tergantung pada macam bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki.

Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.

2) Repeat action tablet (RAT)

Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.

b. Klasifikasi berdasarkan jenis bahan penyalut Tujuan penyalutan tablet :

a. Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.

b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak. c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.

d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya: tablet enterik yang pecah di usus.

Macam-macam tablet salut:

1. Tablet salut biasa/ salut gula (dragee)

Disalut dengan gula dari suspensi dalam air yang mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.

Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan yang lama dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet.

Tablet kompresi dengan lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan.

Kegunaan :

- Melindungi obat dari udara dan kelembapan - Memberi rasa

(53)

53 - Meningkatkan penampilan Kerugian :

- Pengolahan memerlukan waktu yang lama - Menambah berat dan ukuran tablet

Tahapan pembuatan salut gula: a. Penyalutan dasar (subcoating):

Jika tablet mengandung zat yang higroskopis, digunakan lebih dahulu salut penutup (sealing coat) agar air dari sirup salut-dasar tidak masuk ke dalam tablet.

Beberapa contoh bahan penyalut dasar: - Sirup salut dasar (subcoating syrup)

R/ Akasia 2,25% Gelatin 2,25% Sakarosa 57,25%

Aquadest 38,25% - Serbuk salut dasar (subcoating powder)

R/ Kalsium karbonat 35% Kaolin 16%

Talk 25%

Sakarosa 20%

Akasia 4% - Salut penutup (sealing coat)

R/ Shellac 40% Alkohol 60% b. Melicinkan (smoothing):

Yaitu proses pembasahan berganti-ganti dengan sirup pelicin (bolak-balik) dan pengeringan dari salut dasar tablet menjadi bulat dan licin.

(54)

54 Sirup pelicin (smoothing syrup):

R/ Sakarosa 60%

Aquadest 40% c. Pewarnaan (coloring)

Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampurkan pada sirup pelicin. d. Penyelesaian (finishing)

Proses pengeringan salut sirup yang terakhir dengan cara perlahan-lahan serta terkontrol. Panci penyalut diputar perlahan-lahan dengan tangan hingga terbentuk hasil akhir yang licin.

e. Pengilapan (polishing)

Merupakan tahap akhir, di sini digunakan lapisan tipis malam yang licin. Sebagai campuran lilin digunakan campuran pengilap (polishing mixture) yang telah dilarutkan dalam petroleum bensin, yang isinya, adalah:

R/ Bees wax 90% Canauba wax 10% 2. Tablet salut selaput (film coated tablet, fct)

Adalah Tablet kompresi disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.

Keuntungan :

- Lebih tahan lama

- Bahan yang digunakan sedikit - Selaput pecah di lambung-usus 3. Tablet salut kempa

Adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok.

Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain yang sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering dipergunakan untuk pengobatan secara berulang (repeat action).

(55)

55

4. Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau tablet lepas tunda

Yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.

Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur dilambung tapi di usus.

Tablet pindah melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus 5. Tablet lepas-lambat (sustained-release tablet)

Tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.

c. Klasifikasi berdasarkan cara pemakaian 1. Tablet biasa/tablet telan.

Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung.

2. Tablet kunyah (chewable tablet)

Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit. Contohnya tablet antasida. 3. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles)

Adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut.

Tablet ini dibuat dengan cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan/atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol) yang disebut pastiles, atau dengan cara kempa menggunakan bahan dasar gula yang disebut trochisi.

Diisap di dalam rongga mulut, digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotic, antiseptic, dan adstringensia.

(56)

56 4. Tablet larut (effervescent tablet).

Yaitu tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi atau kempa granul yang mengandung garam effervescent atau bahan lain yang mampu melepaskan gas karbon dioksida ketika bercampur dengan air Tablet disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembab dan pada etiket tertera informasi bahwa tablet ini tidak untuk ditelan.

Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin. 5. Tablet implant (pelet).

Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi hormone steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali.

Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan. 6. Tablet hipodermik (hypodermic tablet)

Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam air, digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptic dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).

7. Tablet bukal (buccal tablet)

Yaitu Tablet yang disisipkan di pipi, biasanya berbentuk datar, yang diabsorbsi melalui mukosa oral

Kegunaan :

- Untuk obat yang sedikit di absorbsi di saluran pencernaan dan dirusak oleh cairan lambung

- Melarut dengan perlahan 8. Tablet sublingual.

Yaitu Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut, menghasilkan rasa enak dalam rongga mulut seperti krim dari manitol yang berasa dan berwarna khusus dalam mulut.

Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotic tertentu.

Dibuat dengan cara dikempa pada umunya menggunakan manitol, sorbitol, dan sukrosa sebagai bahan pengikat atau pengisi, serta

(57)

57

mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan rasa

9. Tablet vagina (ovula).

Adalah tablet yang pemakaiannya melalui vagina, bentuk pipih, oval dengan salah satu ujungnya kecil.

Contoh : Sulfasetamid, Nystatin .

d. Klasifikasi tablet berdasarkan cara kerja 1. Tablet konvensional

Produk obat dirancang untuk melepaskan obatnya sesuai dengan on shet of action, duration of action yang telah ditentukan dan memberikan efek terapi yang konsentrasi dalam plasma darahnya masuk diatas Minimum Efectivity Concentration (MEC) dan dibawah Maximum Toxicity Concentration (MTC)

Contoh : Panadol (Glaxo Smithe Kline)

Gambar 24. Kurva Kadar Obat Dalam Plasma

2. Tablet Penglepasan terkendali

Produk obat dirancang untuk melepaskan obatnya secara perlahan-lahan supaya penglepasannya lebih lama dan dan memperpanjang kerja obat, biasanya 8 – 12 jam.

(58)

58

Obat tersebut dikenal dengan Tablet kerja controlled release, delayed release, sustained action, prolonged action, sustained release, prolonge release, timed release, slow release, extended action, extended release. Istilah penglepasan terkendali menunjukkan bahwa penglepasan obat dari bentuk sediaan terjadi sesuai dengan yang direncanakan (laju terkendali), dapat diramalkan (direncanakan) dan lebih lambat daripada biasanya.

Tujuan dari teknik penglepasan terkendali memiliki kelebihan : a. Aktivitas obat diperpanjang di siang dan malam hari b. Mampu untuk mengurangi terjadinya efek samping c. Mengurangi frekuensi pemberian obat

d. Meningkatkan kepatuhan pasien

e. Mampu membuat lebih rendah biaya harian bagi pasien karena lebih sedikit satuan dosis yang harus digunakan.

Bentuk sediaan yang menahan penglepasan obat frekuensi penggunaannya lebih sedikit daripada bentuk obat dengan bentuk sediaan biasa. Hal ini dipandang sebagai kelebhan yang membantu pasien lebih patuh menggunakna obat. Pasien yang diharuskan makan obat satu atau dua tablet sehari sukar lupa daripada harus makan obat 3 atau 4 kali sehari.

Contoh : Adalat OROS 3. Tablet kerja berulang

Beberapa tablet khusus dibuat sedemikian rupa supaya suatu dosis awal dari obatnya dlepaskan dari kulit tablet, sedang dosis kedua dari inti tablet yang antara keduanya dipisahkan oleh salut penyekat yang perlahan-lahan tembus air. Umunya salut penghalang ini dapat ditembus dan obat keluar masuk ke cairan tubuh setelah 4-6 jam tablet tersebut ditelan.

Tablet semacam ini memungkinkan penglepasan dua dosis obat dari sebuah tablet, sehingga mengurangi makan obat yang berulang kali. Tablet bentuk kerja berulang ini paling tepat untuk obat yang memiliki dosis rendah dan dipakai untuk keadaan kronik dan untuk obat yang

(59)

59

mempunyai pola absorbs biasa dengan laju absorpsi dan ekskresi yang layak kecepatannya.

Contoh sediaan : Repetabs (Schering) dan Chronotabs (Schering/White) 4. Tablet kerja diperlambat

Penglepasan obat dari bentuk sediannya dapat dengan sengaja diperlambat supaya obat dapat sampai pada usus mengingat beberapa alasan. Diantara beberapa alasan mungkin kenyataannya bahwa obat dirusak oleh cairan lambung atau dapat juga menimbulkan rangsangan (iritasi) yang berlebihan pada lambung atau obat yang menimbulkan rasa mual atau mungkin obat lebih baik diabsorbsi dalam usus daripada dalam lambung.

Tablet disalut sehingga tetap utuh dalam lambung dan baru memberikan obatnya pada usus, disebut salut enteric. Penyalutan ini mungkin terdIri dari bahan yang tergantung pada pH dan hancur dalam usus dimana suasananya kurang asam, atau mungkin juga salutan ini dikikis akibat lembap dan berdasarkan waktu yang sama dengan waktu yang dibutuhkan tablet untuk sampai di usus. Salutan lain yang mungkin rusak akibat kerja hidrolisis katalis suatu enzim dalam usus. Diantara banyak zat yang digunakan sebagai penyalut enteric tablet ialah lemak, asam lemak, lilin, shellac, selulosa asetat ftalat.

Contoh : Tablet aspirin salut enteric Ecotrin (Smith, Kline dan French)

D. Pertanyaan

- Apa yang dimaksud dengan tablet salut enterik?

- Sebutkan contoh tablet obat yang penggunaannya secara sublingual? - Sebutkan tahap penyalutan tablet dengan salut gula!

- Jelaskan apa yang dimaksud dengan tablet kerja berulang? - Jelaskan apa yang dimaksud dengan MEC dan MTC?

- Sebutkan contoh obat yang memiliki efek kerja diperlambat (sustained release)!

E. Pustaka

- Ansel, Howard C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Granul
Gambar 2. Granul  Syarat Granul yang  baik, adalah:
Tabel ukuran granul    (Rawlins,E.A, 1977)  Tablet weight
Gambar 3. Tumbling Mixer
+7

Referensi

Dokumen terkait

IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Widodo,2013). Sebagai obat luar,

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih.. bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai

Sedangkan menurut Farmakope Edisi IV, 1995 krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai atau sediaan setengah padat yang mempunyai

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.. Istilah ini secara tradisional

Sedangkan menurut Farmakope Edisi IV, 1995 krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.. Istilah ini secara tradisional

Menurut (Anonim, 1995) krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang