• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krim - Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat Dalam Sediaan Krim Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krim - Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat Dalam Sediaan Krim Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada yaitu: tipe krim air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik.Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah Nipagin 0,12-0,18%, Nipasol 0,02-0,05% (Anief, 1999).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Dirjen POM, 1995).

(2)

5

minyak dalam air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal (Lachman, 1994).

Cream, adalah sediaan lunak, setengah padat atau tebal, sediaan cair untuk

dipakai pada kulit. Basis cream digunakan sebagai pelumas atau sebagai pelindung, tetapi biasanya ditambah obat didalamnya (Anief, 1984).

Krim minyak dalam air mempunyai air sebagai fase kontinu, dengan tetesan minyak sebagai fase disperse. Untuk krim air dalam minyak, berlaku sebaliknya. Bagian realtif lemak dan cairan mempengaruhi sifat reologi atau aliran suatu krim. Lebih cair konsistensinya maka lebih mudah mengoleskannya sehingga lebih mudah memakai krim ini (Polano, 1987).

(3)

6

Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Stabil b. Lunak

c. Mudah dipakai

d. Dasar krim yang cocok e. Terdistribusi merata

Fungsi krim adalah:

a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit

c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat berbahaya (Anief, 1999).

2.2 Kulit

(4)

7

sedangkan umumnya zat-zat lain tidak dapat. Kulit berfungsi sebagai termostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan berperan pula dalam mengatur tekanan darah (Lachman, 1994).

Obat kulit digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit. Gangguan fungsi struktur kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :

1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah, melepuh, dan gatal.

2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi antara 7-30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan sudah mempengaruhi daerah sekelilingnya.

3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal, keras dan retak-retak (Sartono, 1996).

Kulit terdiri bermacam-macam jarigan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat otot polos dan lemak. Kulit manusia terdiri dari lapisan yang berbeda :

a. Epidermis. b. Dermis.

c. Jaringan subkutan yang berlemak.

(5)

8 1. Stratum corneum (lapisan tanduk) 2. Stratum lucidum (lapisan rintangan) 3. Stratum granulosum (lapisan berbutir) 4. Stratum spinosum (lapisan sel duri) 5. Stratum germinavitum (lapisan sel basah)

Fungsi epidermis adalah untuk pelindung terhadap bakteri, iritasi kimia, alergi dan lain-lain. Meliputi stratum corneum ada lapisan film lipid teremulsi pH 4,5-6,5 disebut mantel asam dan merupakan film pelindung. Bila pH-nya berubah drastis pemasukan oleh bakteri dan macam-macam penyakit kulit akan meningkat. Stratum corneum merupakan perintang terhadap kehilangan air, beberapa lapis dari sel mati berkeratin sangat hidrofil, bila tercelupdalam air akan mengambang, hal ini menjaga permukaan kulit tetap halus dan lentur (Anief, 1984).

b. Dermis, terdiri anyaman kolagen dan elastin, mengandung pembuluh darah, pembuluh limphe, gelembung rambut, kelenjar lemak, kelenjar keringat, otot, serabut syaraf, dan korpus pacin

c. Jaringan subkutan berlemak, bekerja sebagai isolator panas. Absorpsi obat melalui kulit dapat:

a. Langsung menembus epidermis kulit

b. Di antara atau menembus sel stratum corneum

(6)

9 2.3 Obat Kulit

Efikasi kortikosteroid (corticosteroid) topikal terbukti luar biasa pada pengobatan termatosis inflamasi setelah dikenalkannya hydrocortisone pada tahun 1952.Setelah itu, perkembangan sejumlah besar analog menawarkan potensi pilihan, konsentrasi, serta vehikulum yang ekstensif. Efektivitas teraupetik dari koetikosteroid topikal ada dasarnya tergantung pada aktivitas antiinflamasi-nya. Efek-efek kortikosteroid antimitotik pada epidermis manusia menyebabkan timbulnya mekanisme kerja tambahan pada psoriasis dan penyakit kulit lainnya yang dihubungkan dengan meningkatnya pergantian sel (Katzung, 2004).

Kortikosteroid krim atau salep penting dalam penanganan berbagai

penyakit kulit primer, namun dalam mengatasi perasaan gatal pada kebanyakan penyakit sistemik, obat ini hanya kecil artinya. Agaknya kerja obat ini tidak hanya pada inhibisi protease (Walsh, 1997).

Penyakit alergi. Gejala penyakit yang dasarnya karena reaksi alergi, dapat diatasi dengan glukokortikoid sebagai obat tambahan di samping obat-obat primernya. Keadaan alergi tersebut antara lain: hay-fever, penyakit serum, urtikaria, dermatitis kontak, reaksi obat, edema angioneurotik, dan anafilaksis. Kadang-kadang pada reaksi yang gawat, misalnya anafilaksis dan edema, angioneurotik glotis, diperlukan pemberian adrenalin dengan segera (Tanu, 1980).

(7)

10

pemakaian topikal. Steroid 9α-fluorinasi deksametason dan betametason yang

kemudian dikembangkan tidak mempunyai keuntungan apapun atas hidrokortison. Tetapi triamsinolon dan fluosinolon, turunan asetonid steroid fluorinasi, mempunyai keuntungan jelas dalam terapi topikal. Juga beta metason tidak sangat aktif topikal, tetapi melekat rantai 5-karbon valerat ke posisi 17-hidroksil menghasilkan senyawa lebih dari 300 kali keaktifan hidrokortison untuk pemakaian topikal. Fluosinonid merupakan turunan 21-asetat fluosinolon asetonid, tambahan 21-asetat meningkat aktivitas topikal sekitar 5 kali lipat. Fluorinasi steroid tidak diperlukan untuk kekuatan tinggi, hidrokortison valerat dan butirat mempunyai aktivitas yang serupa dengan triamsinolon asetonid (Katzung, 2004).

2.3.1 Penggunaan Klinis

(8)

11

(eksfoliativa) kulit yang parah, seperti psoriasis eritrodermis, yang tampaknya hambatan penetrasinya berkurang (Katzung, 2004).

2.3.2 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja, glukokortikoid alamiah dan sintetik serta steroid antiinflamasi terikat pada reseptor intrasel yang spesifik setelah memasuki jaringan sasaran. Jadi kompleks makromolekul yang terbentuk ini diangkut ke dalam inti, tempat ia berinteraksi dengan unsur kromosom untuk mengubah ekspresi gen. Hormon ini mengubah pengaturan banyak proses sel, termasuk sintesis dan aktivitas enzim, permeabilitas membran, proses trasnpor dan struktur. (Katzung, 1989).

2.3.5 Efek Samping

Efek samping lokal kortikosteroid topikal meliputi berikut: atropi, yang mungkin tampil sebagai kulit yang tampak cekung, mengkilat, sering seperti kertas rokok yang keriput (Katzung, 1989).

2.4 Hidrokortison

Hidrokortison asetat (C23H32O6) digolongkan ke dalam obat antiinflamantori analgesic yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak (Anief, 1996).

(9)

12

sel epidermis. Kortikosteriod secara topikal dapat mengganggu pertahanan kulit alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan dengan obat antibiotika (Sartono, 1996).

2.4.1 Sifat Fisika Kimia

Rumus molekul : C21H30O5 Berat molekul : 362,47

Nama kimia : 11β, 17α, 21 – trihydroxypregn – 4 - ena – 3,20 – dion Nama lain : Cortisol

Pemerian : Serbuk hablur/kristal putih, tidak berbau, dan rasa pahit Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam eter, agak sukar larut

dalam aseton dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform (Dirjen POM,1995).

2.4.2 Uji Kualitatif Hidrokortison

a. Menggunakan metoda spektrofotometri

(10)

13

b. Menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi merupakan teknik pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna. Cara ini pertama sekali dipaparkan pada tahun 1903 oleh Michael Tswett. Dalam kromatografi, menggunakan dua fase yaitu fase tetap (fase diam atau stationary phase) dan fase gerak (mobile phase), pemisahan senyawa tergantung daripada gerakan dari dua fase ini. Menurut farmakope Indonesia Ed. IV, lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan. Larutan uji ditotolkan pada plat KLT diikuti dengan penotolan larutan baku. Maka noda larutan uji akan menunjukkan warna dan harga Rf yang sama dengan noda larutan baku.

2.4.3 Uji Kuantitatif Hidrokortison

(11)

14

Cepatnya perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang handal dan kolom yang efisien.

Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities), analisis senyawa-senyawa tidak menguap (non-volatil), penentuan

molekul-molekul netral, ionik, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam sejumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri (Rohman, 2007).

KCKT merupakan salah satu metode yang mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Cepat : untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit.

2. Daya pisahnya baik : kemampuan pelarut berinteraksi dengan fase diam dan fase gerak memberikan parameter pencapaian pemisahan yang dikehendaki. 3. Peka / detektor unik : detektor yang dipakai adalah UV 254 nm yang dapat

mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram.

4. Kolom dapat dipakai kembali tetapi mutunya turun. Laju penurunan mutunya bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut, dan jenis pelarut yang dipakai.

(12)

15

2.5 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

2.5.1 Prinsip

Suatu fase gerak cair dipompa di bawah tekanan melalui kolom baja yang mengandung partikel-partikel fase diam dengan diameter 3-10 um. Analit tersebut dimasukkan ke dalam bagian atas kolom melalui katup lengkung dan pemisahan suatu campuran berlansung sesuai dengan lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh komponennya di dalam fase diam. Perlu diperhatikan bahwa semua komponen di dalam campuran membutuhkan waktu yang kurang lebih sama dalam fase gerak agar dapat keluar dari kolom. Pemantauan eluen kolom dapat dilakukan dengan berbagai detektor (Watson, 2009).

Fase diam menggunakan silika gel, yang dalam molekulnya terdapat rantai oktadesil yang terikat secara kimia, ikatannya stabil terhadap hidrolisis dan mempunyai gabungan sifat hidrofilik dan hidrofobik, karena pada ujung rantai terdapat gugus eter silil dan alkil pada bagian tengah. Fase gerak merupakan campuran antara metanol atau asetonitril dengan air atau larutan dapar. Pada penggunaan fase gerak yang mengandung air, ikatan kimia fase diam mempunyai sifat seperti sistem terbalik (Sardjoko, 1993).

2.5.2 Ciri-ciri KCKT

(13)

16

fase diam supaya menghasilkan log k’ yang tinggi, dan juga jarak pH yang terbatas yaitu (2.0-8.0) (Sardjoko, 1993).

KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi, memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan, memurnikan senyawa dalam suatu campuran, memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran, kontrol kualitas, dan mengikuti jalannya reaksi sintetis (Rohman, 2007).

2.6 Cara Kerja KCKT

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Ukuran tujuan memilih kombinasi kondisi kromatografi yang terbaik, maka dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair (Rohman, 2007).

(14)

17 1. Tandon pelarut

Bahan tandon harus lembab terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga baja anti karat dan gelas menjadi pilihan. Baja anti karat jangan dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika tandon harus bertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung tandon harus lebih besar dari 500 ml di gunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir 1 – 2 ml / menit (Munson, 1991). 2. Pipa

Sifat pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembab, tahan tekanan dan mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai (Munson, 1991).

3. Pompa

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yag mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adala gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit (Munson, 1991).

4. Penyuntik / Sistem penyuntik Cuplikan

(15)

18

Pada saat pengisian terokan, terokan dialirkan melewati keluk dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk kolom. Presisi suntikan terokan dengan suntik keluk ini dapat mencapai RSD 0.1% (Munson, 1991).

5. Kolom

Kolom merupakan jantung kromatograf, kebersihan atau kegagalan analisis tergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk mamasang penyaring 2 μm dijalur antar penyuntik dan kolom, untuk

menahan partikel yang dibawa fase gerak atau terokan, hal ini dapat memperpanjang umur kolom. KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai (Munson, 1991).

Kolom dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Kolom analitik :

garis tengah dalam 2-6 mm. untuk kemasan makropartikel panjang kolom 50 - 100 cm, untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolomnya 10-30 cm. b. Kolom preparatif :

garis tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang 25-100 cm (Johnson,1991). 6. Detektor

(16)

19

nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai (Munson, 1991).

6. Penguat Sinyal

Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam otomatik yang sesuai, biasanya berupa suatu perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik ( Munson, 1991).

7. Perekam

Referensi

Dokumen terkait

senyawa yang tidak lagi merupakan radikal bebas. H H ber bersif sifat at lab labil il ka kare rena na ter terlet letak ak pa pada da at atom om karbon yang berdekatan

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran deskriptif tentang proses pemberdayaan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) peternak sapi perah Glagah I melalui

Gambar 5 menunjukkan hubungan kadar fluor dalam beningan yang diperoleh dari proses pengendapan dengan koagulan kombinasi Resin WWS 116 - Tawas kadar bervariasi pacta pH

Bonasari, maka perlu dilakukan penelitian mengenai cara meminimalkan tingkat kecacatan pada produk tahu dengan metode six sigma sehingga kecacatan pada produk yang

Sedangkan asumsi perhitungan keuangan pada budidaya pembesaran menggunakan benih kan yang berasal dari pendederan oleh pembudidaya lain dengan berat awal 200- 250 gram

1) Pengaruh modal bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap harga sahamnya. 2) Pengaruh kualitas kredit bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Contoh kritik sumber khususnya kritik Intern yang digunakan dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Pasang Surut Australia-Indonesia Pada Masa John Howard Tahun