• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID

N/A
N/A
Reza Pratama Saputra

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID

Judul:

KRIM

DISUSUN OLEH :

NURLITA JULIANTI (0220006)

PONNY NUR BONITA (0220007) REZA PRATAMA S

(0220009)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BOGOR HUSADA 2023

(2)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan di dunia farmasi ini sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pengobatan masyarakat yang semakin meningkat. Pengembangan bentuk sediaan obat yang lebih bervariasi juga memberikan keuntungan bagi pasien dalam mengonsumsi obat, terutama bagi mereka yang memiliki kesulitan dalam menelan atau meminum obat dalam bentuk tablet atau kapsul. Selain itu, perkembangan sains dan teknologi juga memungkinkan para ahli farmasi untuk mengembangkan obat-obatan yang lebih efektif dan aman, dengan dosis yang tepat dan efek samping yang minimal. Hal ini sangat penting dalam memberikan pengobatan yang optimal bagi pasien. (Tanto 2020)

Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk kebutuhan manusia dengan tujuan mencapai efek farmakoterapi, dosis yang sesuai untuk konsumsi masyarakat. Selain itu, sediaan semi padat untuk penggunaan luar seperti salep, krim, gel, pasta, dan supositoria diberikan secara rektal. Keunggulan sediaan semi padat ini adalah nyaman, mudah dibawa, mudah digunakan, mudah diserap. Juga untuk melindungi kulit. (Tanto 2020)

Sediaan semi-solid atau semi padat farmasi adalah produk topikal yang ditujukan untuk aplikasi pada kulit atau membran mukosa untuk mencapai efek lokal dan kadang-kadang efek sistemik. Sediaan semisolid yang digunakan pada kulit umumnya berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, seperti krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet dll. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari sifat aliran bahan dan deformasi benda padat. Prinsip-prinsip rheologi dalam bidang farmasi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet dll. (Bilqisti 2021).

Dalam pembuatan sediaan krim semi-solid dapat menggunakan teknik pelelehan dengan basis berupa vanishing cream. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa dan dipakai serta mudah pada pengabsorbsiannya.

Selain itu juga prinsip rheologi digunakan untuk karakterisasi produk dari sediaan farmasi sebagai penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch (Bilqisti 2021).

(3)

Pada praktikum kali ini dilakukan formulasi krim dengan zat aktif sulfadiazin. sulfadiazine merupakan obat yang digunakan untuk merawat dan memulihkan infeksi luka dari penggunanya dan luka bakar tubuh. Sediaan krim sebelum digunakan harus dilakukan pengujian untuk menentukan stabilitas dan kualitas krim sehingga menjamin hasil akhir yang berkhasiat juga menghasilkan efek terapi pada setiap penggunaan.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mampu melakukan tahap preformulasi sediaan krim sulfadiazin

b. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan krim sulfadiazin

c. Mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan krim untuk penggunaan obat luar dengan formula krim sulfadiazin

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi krim

Krim adalah sediaan semi-solid kental yang berbentuk emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien (pelembab) atau pemberian obat melalui vaginal.

Krim mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim dapat dibuat dari beberapa jenis bahan penyusun, seperti basis hidrofilik, basis lipofilik, dan basis amfifilik.(Bahtiar 2017)

Krim termasuk ke dalam jenis sediaan farmasi semi-solid (setengah padat) bersama dengan salep dan pasta. Salep merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Pasta merupakan sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar digunakan sebagai antiseptikum atau pelindung kulit. (Bilqisti 2021) 2.2 Penggolongan krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air dari asam lemak rantai panjang atau alkohol atau dispersi mikrokristalin berair, dapat dicuci dengan air, dimaksudkan untuk penggunaan kosmetik dan estetika. Krim juga dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina.

Ada 2 jenis krim yaitu krim jenis minyak dalam air (M/A) dan krim jenis air dalam minyak (A/M). Pemilihan emulsifier harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang diinginkan. Krim tipe A/M menggunakan sabun polivalen, Span, Adeps Lanae, Kolesterol dan Cera. Sebagai gantinya, krim tipe M/A menggunakan sabun monobasa seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat, dan amonium stearat. Selain itu, tween, sodium lauryl sulfate, kuning telur, gelatin, kasein, CMC dan emulygidum juga digunakan.

Stabilitas krim terganggu/rusak ketika sistem pencampuran terganggu, terutama karena perubahan suhu dan komposisi, perubahan fase yang berlebihan atau pengemulsi yang tidak tercampur.(Bahtiar 2017)

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika pengencer yang sesuai diketahui dan dilakukan dalam kondisi aseptik. Krim encer harus digunakan

(5)

dalam waktu 1 bulan. Methylparaben (Nipagin) dengan konsentrasi 0,12- 0,18% atau propylparaben (Nipazol) dengan konsentrasi 0,02-0,05% biasanya digunakan sebagai pengawet pada krim. Krim disimpan dalam wadah atau tabung yang tertutup rapat di tempat yang sejuk, labelnya juga harus bertuliskan "Obat luar". Ada 2 jenis krim, yaitu:

1. Jenis krim M/A atau O/W

Vanishing Cream adalah kosmetik yang digunakan untuk membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Krim Pudar Krim M/a (vanishing krim) yang dioleskan melalui kulit menghilang tanpa bekas.

Dalam produksi krim o/a, pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak amfifilik) sering digunakan, yang sebagian besar merupakan alkohol rantai panjang, walaupun pada beberapa produk kosmetik penggunaan asam lemak lebih populer. Contoh: vanishing krim Sebagai pelembab, ia meninggalkan lapisan / lapisan berminyak pada kulit.

2. Jenis krim A/M atau W/O

Krim lemak mengandung pengemulsi W/O khusus seperti adeps lanae, wool alkohol atau ester asam lemak dengan dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan pengemulsi yang berbeda. Jika pengemulsi salah, fase inversi dapat terjadi. Contoh:

Krim dingin atau Cold Cream adalah produk kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa sejuk dan nyaman pada kulit, krim pembersih dengan warna putih dan tanpa butiran. Krim dingin mengandung minyak mineral dalam jumlah besar.

Krim sulfadiazine adalah krim topikal yang digunakan untuk mengobati luka bakar. Silver sulfadiazine adalah jenis sulfadiazine yang biasa digunakan dalam krim perawatan luka bakar. Dipercaya memiliki kemampuan untuk menghambat peran fibroblas dalam proses penyembuhan luka. Krim silver sulfadiazine tersedia di Indonesia sebagai krim topikal dengan kekuatan 1%. Krim harus dioleskan untuk membersihkan luka bakar dengan ketebalan +1,6 mm (samirana 2020).

(6)

2.3 Basis krim

Basis krim adalah bagian terbesar dari bentuk sediaan krim. Basis krim berfungsi untuk memperlambat absorpsi obat menembus epidermis dan permukaan mukosa. Basis krim juga mempengaruhi efektivitas obat yang dibawanya karena jumlahnya yang besar dibandingkan dengan obat yang terkandung di dalamnya. Sediaan krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Krim berupa cairan kental atau emulsi setengah padat dan dapat berupa tipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Tipe krim ada yang A/M dan ada yang M/A. Krim tipe A/M adalah krim berminyak, sedangkan krim tipe M/A adalah krim berair. Krim tipe A/M sulit dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas. Krim tipe A/M juga mudah pecah karena formula yang tidak pas, mudah kering, dan mudah rusak karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan. Krim tipe M/A lebih mudah menyebar secara merata serta lebih mudah untuk dibersihkan daripada bentuk salep. (Pharmacy care 2022)

Bahan-bahan penyusun krim meliputi zat berkhasiat, minyak, air, pengemulsi, dan bahan pengemulsi. Zat pengemulsi harus mempunyai kualitas tertentu, seperti dapat bercampur dengan bahan lain, tidak mengganggu stabilitas obat, tidak toksis, berbau lemah, berasa dan berwarna lemah. Beberapa zat pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim adalah trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat, ammonium stearat, sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol, cera, emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, polisorbat, PEG, tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, dan cmc. (Danoza 2015)

(7)

2.3 Preformulasi

A. Sulfadiazin

Sulfadiazin (Farmakope Indonesia edisi III hal. 579) Nama resmi : SULFADIAZINUM

Nama lain : Sulfadiazina Rumus Molekul : C10H10N4O2S Struktur Kimia :

Berat Molekul : 250,27

Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan atau putih agak merah jambu, hampir tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) p dan dalam aseton p, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida

R/ sulfadiazin 3%

Nipagin 0.1%

Parfum melati q.s

Basis cream 100%

Cleansing cream

Tiap 10 gram mengandung

Asam streat 145

Trietanolamin 15

Lemak bulu domba 30

Parrafin cair 250

Aquades 550

Nipagin q.s

(8)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya Kegunaan : zat aktif, Antibakteri

B. Nipagin

Struktur :C8H8O3

Struktur Kimia :

Berat Molekul :152,15

Pemerian : Serbuk hablur berwarna putih hampir tidak berbau dan

tidak mempunyai rasa

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton.

Mudah larut dalam eter dan dalam larutan

alkalihidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jenuh

Stabilitias : Stabil dalam wadh tertutup baik, kering dan sejuk Inkompatibilitas : Aktivitas akan berkurang dengan adanya surfaktan non ionik seperti polisorbat 80 sebagai akibat dari aktivitas misel.

Adanya propilenglikol 10% dapat mencegah interaksi tersebut

Fungsi : Zat pengawet,

C. Asam Stearat ( Farmakope Indonesia III : 57-58)

Pemerian : Zat padat, keras, mengkilat, menunjukkan susunan hablur putih atau kuning pucat mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 30 bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P.

Khasiat : Zat tambahan emulsifying agent.

(9)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Incompatibilitas : Inkompatible dengan oksigen

D. Trietanolamin

Nama lain : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin, tris(hidroksi)etilamin.

Berat molekul : 149,19 Titik didih : 335oC Titik lebur : 20-21oC

Pemerian : Cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat.

Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent.

Kegunaan lain yaitusebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada konsentrasi 2-4%.

Kelarutan : Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam kloroform, larut dalam24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk larutan aqueous0,1 N.

Stabilitas : Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena paparan cahaya danudara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutuprapat.

Inkompatibilitas : Trietanolamin bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristal dan ester. Dengan asam lemak konsentrasi tinggi

membentuk garam yang larut air dan mempunyai karakteristik seperti sabun.Dapat terjadi perubahan warna dan presipitasi dengan adanya garam dari logam-logam berat.

E. Lemak bulu domba Rumus Molekul : C48H69NO2 Berat Molekul : 756,0646 Rumus Struktur :

(10)

Sinonim : Lemak Bulu Domba, Lanolin, Cera Lanae, Lanolina Lanolin Anhidrat, Protalan Anhidrat, Purified Lanolin, Refined Wool Fat, Agnolin, Alapurin, Argowax, Lanesin,

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya; agak sukar larut dalam etanol dingin; lebih larut dalam etanol panas; mudah larut dalam eter dan dalam kloroform.

Fungsi : basis salep dan dapat digunakan sebagai zat hidrofobik untuk membuat krim dan salep tipe air dalam minyak.

Inkompatibilitas : Lanolin mengandung prooksidan yang berpengaruh terhadap stabilitas beberapa zat aktif dari obat.

F. Parrafin Cair

Pemerian : tidak berwarna, hampir tidak mempunyai rasa,hampir tidak berbau, cairan kental, transparan, tidak berflouresensi

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P

Stabilitas :- Mengalami oksidasi ketika dipanaskan dan saat terkena cahaya - Reaksi oksidasi membentuk senyawa peroksida yang akan merubahkatalis untuk reaksi oksidasi selanjutnya.

- Hasil oksidasi berupa aldehid dan asam organik yang akan merubah rasaserta bau

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bahan yang dapat mengoksidasi (oksidatorkuat)

Kegunaan : basis krim

(11)

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat

a. Batang pengaduk b. Cawan porselen c. Gelas ukur d. Mortir stamfer e. Penjepit kayu

f. Peralatan Evaluasi sediaan g. Spatel logam

h. Stopwatch i. Waterbath 3.2. Bahan

a. Asam stearat b. Aquadest

c. Lemak bulu domba d. Nipagin

e. Parfum melati f. Paraffin cair g. Sulfadiazin 3.3. Cara kerja

Formulasi II

Menyiapkan alat dan bahan

Timbang semua bahan yang dibutuhkan

Masukkan sulfadiazin dan nipagin ke dalam mortir aduk ad homogeny

(12)

Membuat basis cream: bahan basis krim (Asam Stearat, TEA, Lemak Bulu Domba, Paraffin cair) masukkan ke dalam cawan porselen penguap lebur di atas waterbath aduk ad homogeny dan ad melebur semuanya

Masukkan basis krim ke dalam mortir yang berisi zat aktif (sulfadiazin dan nipagin) aduk ad homogeny tambahkan parfum melati 0,02 gram aduk ad homogen sampai terbentuk krim.

Masukkan ke dalam pot salep/krim dan lakukan evaluasi

(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dalam praktikum kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan krim.

Krim yang dihasilkan berbentuk setengah padat, berwarna putih, dan berbau harum. Bau wangi dihasilkan dari pemakaian parfum melati. Hasil krim dimasukkan kedalam pot lalu diberi etiket warna biru.

4.2. Perhitungan bahan Formulasi II: dibuat 10 gr 1. Sulfadiazin: 3

100x10gr=0,3gram 2. Nipagin: 0,1

100x10gr=0,1gram

Formulasi standar untuk basis krim berdasarkan FOI hal 17 Tiap 10 g mengandung:

3. As. Stearate: 145

1000x10gr=1,45gr+10 %=1,595gram 4. Trietanolamin: 15

1000x10gr=0,15gr+10 %=0,165gram 5. Lemak bulu domba: 30

1000x10gr=0,3gr+10 %=0,33gram 6. Paraffin cair: 250

1000 x10gr=2,5gr+10 %=2,75gram 7. Aquadest: 550

1000x10gr=5,5gr=5,5ml+10 %=6,05ml

4.3. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dibuat sediaan krim yang ditujukan untuk penggunaan secara topical. hasil krim yang diinginkan yaitu sediaan mudah dicuci dengan air, tidak lengket dan bahan aktif (obat) yang terkandung dalam sediaan ini mudah diabsorpsi oleh kulit. Sediaan krim ini mengandung sulfadiazine sebagai zat aktif

(14)

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar rata pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Kemenkes RI, 2014)

Krim sulfadiazine merupakan gold standard terapi topikal pada luka bakar. Obat sulfadiazine sering dipakai dalam bentuk krim. Krim ini sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman digunakan

Bahan yang digunakan dalam formulasi krim ini adalah sulfadiazine, asam stearat, lemak bulu domba, Paraffinn cair, nipagin, Triethanolamine, parfum melati dan aquadest. sulfadiazin yang berfungsi sebagai zat aktif dalam sediaan krim ini memiliki bakteriostatik dan digunakan secara topikal untuk pengobatan penyakit kulit. Sulfadiazine juga bisa digunakan untukpengobatan luka bakar dan efektif terhadap semua kuman.

Dalam formulasi ini asam stearate, lemak bulu domba, trietanolamin (TEA) dan paraffin cair digunakan sebagai basis krim (fase minyak). Asam stearat dan Trietanolamin (TEA) juga berfungsi sebagai pengemulsi. Parfum melati digunakan sebagai corigen ordoris yaitu zat tambahan yang berfungsi memperbaiki bau dan nipagin digunakan sebagai bahan pengawet untuk mencegah tumbuhnya mikroba dalam sediaan krim.

Praktikum diawali dengan penimbangan dan pengukuran bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan krim sulfadiazin. Selanjutnya fase minyak yang terdiri dari asam stearate, lemak bulu domba, paraffin cair dan trietanolamin (TEA) di dalam cawan petri dilebur diatas penangas air dengan suhu 70°C. Selanjutnya diaduk konstan hingga terbentuk fase minyak yang homogen. Pengadukan konstan bertujuan agar campuran dapat tercampur homogen.

Setelah fase minyak melebur sempurna, kemudian dituangkan ke dalam mortir. Kemudian aquadest ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak yang telah diletakkan di dalam mortir. Selanjutnya diaduk secara konstan hingga terbentuk emulsi. Ketika suhu campuran kira-kira sudah

(15)

mencapai 40oC, selanjutnya sulfadiazin sebagai zat aktif dan nipagin yang sebelumnya sudah digerus dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam campuran fase minyak dengan metode lavigasi setelah konsistensi krim mulai mengeras atau memadat. Kemudian diaduk konstan hingga membentuk emulsi yang stabil.

Krim sulfadiazine kemudian dimasukkan ke dalam pot krim, diberi etiket dan dimasukkan kedalam kemasan kotak. Krim harus disimpan pada tempat yang sejuk dan terhindardari sinar matahari. karena suhu, kelembaban dan tempat penyimpanan krim akan mempengaruhi sifat fisikokimia zat yang terkandung dalam krim dan dapat menyebabkan krim menjadi tidak stabil.

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila sistem campurannya terganggu.

Selanjutnya uji evaluasi sediaan krim yang akan dilakukan adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, uji daya proteksi dan uji tipe krim. Tetapi pada praktikum kali ini belum dilakukan uji evaluasi sediaan krim karena keterbatasan waktu ptaktikum dan akan dilakukan uji pada praktikum selanjutnya

(16)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

a. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar b. Formulasi yang digunakan pada praktikum kalj ini yaitu sulfadiazine

sebagai zat aktif. Asam stearat, lemak bulu domba, Paraffin cair dan Triethanolamine digunakan sebagai basis salep, nipagin sebagai pengawet dan parfum melati sebagai corigen ordoris

c. Pengerjaan dilakukan dengan cara asam stearate, lemak bulu domba, paraffin cair dan TEA di dalam cawan petri dilebur diatas penangas air, kemudian diaduk konstan hingga terbentuk fase minyak yang homogen. selanjutnya sulfadiazin dan nipagin yang sebelumnya sudah digerus dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam campuran fase minyak lalu diaduk hingga membentuk emulsi yang stabil.

d. Dalam praktikum kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan krim.

Krim yang dihasilkan berbentuk setengah padat, berwarna putih, dan berbau harum.

5.2. Saran

a. Sebaiknya pada saat penambahan aquadest dilakukan secara perlahan- lahan agar tekstur krim yang dihasilkan tidak cair

b. Dilakukan uji evaluasi sediaan krim

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Akmal. 2017. "Materi Sediaan Krim (Cream) Farmasi”

https://biofar.id/krim/ diakses pada 19 maret 2023

Bilqisti, Kanzabila K. Annisa, Zahira. Nurul, Fauziah R. Kirana, Fayruz S. Salsabi l, Ghaliya. Audry, Rahma D. Natashya Parameswari. Alya, Puteri A. Husna, Muharram A. Devani, Olivia Winardi. 2021. “Aplikasi Reologi Pada Wujud Quasi-solid (Semi Solid)

Danoza, Ferzio. Adlina, Hafidzoh Nur. Arini, Haifa Fauziah. 2015. LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI & FORMULASI SEDIAAN NON STERIL PEMBUATAN SEDIAAN SEMI SOLID (KRIM) https://haifafzrpharmacist.wordpress.com/2015/06/07/formulasi- cream/

diakses pada 29 maret 2023

Pharmacy care. 2022. Penggolongan dan Pembuatan Sediaan Krim https://www.mipa-farmasi.com/2020/07/sediaan-krim.html diakses 29 maret 2023

Samirana, P. O. Et Al. Formulasi Sediaan Krim Anti Luka Bakar Dari Ekstrak Air Daging Daun Aloe Vera. Jurnal Kimia (Journal of Chemistry), [S.l.], p. 37-42, feb. 2020. ISSN 2599- 2740.

Tanto, Mas. 2020. “sejarah farmasi”

https://www.asaldansejarah45.com/2020/09/lengkap-sejarah-farmasi.html diakses pada 29 maret 2023

(19)

Keterangan Nurlita = bab 1,2 Reza = bab 3,4,5

Referensi

Dokumen terkait

IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Widodo,2013). Sebagai obat luar,

Sedangkan menurut Farmakope Edisi IV, 1995 krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.Krim mempunyai

Menurut FI edisi IV krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Secara tradisional

Krim adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung

Sedangkan menurut Farmakope Edisi IV, 1995 krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

Menurut (Anonim, 1995) krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai