• Tidak ada hasil yang ditemukan

FARMASETIKA DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FARMASETIKA DASAR"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

UNGUENTA

(Ointment)

Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat

m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com

(2)

Referensi

• Syamsuni, 2006, Ilmu Resep, Penerbit: Buku Kedokteran EGC UI, Jakarta

• Zaman-Joenoes, 2003, Ars Prescribendi: Resep yang Rasional, Edisi Kedua, Penerbit: Airlangga University Press, Surabaya. • Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Penerbit: UGM Press,

Yogyakarta

• Lestari, 2000, Seni Menulis Resep, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

• Ansel, 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit UI Press, Jakarta

(3)

Thanks to

• Yulianto, S.Farm., Apt

• Siti Zahlia, S.Farm., Apt

(4)

Pendahuluan

• Salep yaitu sediaan setengah padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu.

• Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %.

• Syarat utama salep yaitu bahan yang terkandung harus terbagi rata atau terdispersi homogen

(5)

Faktor Penentu Pemilihan

Sediaan Obat Dalam Bentuk Salep

1. Sifat Bahan Obat dan Bahan dasarnya

2. Kondisi Penderita

(6)

Penggolongan Salep (1)

Menurut konsistensi:

a. Unguenta : konsistensi spt mentega, mudah dioleskan.

b. Cream : banyak mgd air, mudah diserap kulit, dan dalam bentuk emulsi (minyak dalam air).

c. Pasta : mgd lebih dari 50 % zat padat (serbuk)

d. Cerata : salep berlemak mgd persentase tinggi lilin. e. Jelly : salep yang lebih halus, umumnya cair dan

(7)

Menurut efek terapi

a. Salep Epidermik : dgunakan pd permukaan kulit,

efek lokal, bahan obat tidak diabsorbsi.

b.Salep endodermik : obatnya menembus ke

dalam dan diabsorbsi sebagian.

c. Salep diadermik : obatnya menembus kedalam

melalui kulit, diabsorbsi seluruhnya.

(8)

Menurut dasar salepnya

a. Salep hydropobic : salep dg dasar berlemak.

b. Salep hydrophillic : salep yang kuat menarik

air.

(9)

Komposisi Salep

• Zat berkhasiat

• Vehikulum atau dasar salep

• Zat pengawet

(10)

Syarat Dasar Salep

• Tidak menghambat penyembuhan

• Sensitivitas rendah

• Baik penampilanya

• Non iritan

• Inert

• Stabil dalam penyimpanan

• Bercampur baik dengan obatnya

• Dapat melepaskan obat

(11)

Dasar salep :

1.Hidrokarbon.

Contoh: vaselin album, vaselin flavum, cera album, cera flavum, parafin liquidum, parafin solidum.

2.Absorpsi

Contoh: adeps lanae, lanolinum. 3.Tercuci air

Contoh: vanishing cream, emulsifying wax. 4.Larut air

(12)

Ketentuan Pembuatan Salep

(Van Duin)

1. Peraturan salep pertama : zat-zat yg larut dlm

campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dg pemanasan.

2. Peraturan salep kedua : bahan-bahan yg larut dlm air jika tdk ada peraturan lain dilarutkan dlm air.

3. Peraturan salep ketiga : bahan yang sukar larut dlm lemak & air harus diserbuk terlebih dahulu

kemudiaan diayak dg pengayak No.60

4. Peraturan salep keempat : salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campuran harus digerus sampai dingin.

(13)

Metode Pembuatan Salep

1. Pencampuran

2. Peleburan

(14)

PENGGUNAAN SALEP

1. Anti puritik (menghilangkan gatal) ex: mentol, camphor, phenol

2. Keratoplastik (menebalkan lapisan tanduk) ex: as. Sal 1-2% 3. Keratolitik (melunakkan lapisan tanduk) ex: resorsinol

4. Emolient (melunakkan lapisan kulit) ex: cold cream

5. Anti parasitic (menghilangkan parasit) ex: benzyl benzoat 6. Anti eksem : hidrocortison

7. Anti bakteri anti fungi : vioform

8. Protektif ( melindungi kulit terhadap kelembaban udara dan zat kimia) ex: ZnO

(15)

HOMOGENITAS : dioleskan pada sekeping kaca / bahan transparan lain yang cocok menunjukkan susunan yang homogen.

(16)

KRIM

(17)

Krim

• Krim adalah sediaan dalam bentuk setengah

padat berupa emulsi yang mengandung satu

atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi

dalam bahan yang sesuai (mengandung air

tidak kurang ari 60%).

(18)

Tipe Krim

(19)

Bahan

• Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan

dengan jenis dan sifat krim

• Bahan pengawet pada umumnya metil

paraben dan propil paraben

(20)
(21)

Gel

• Gel merupakan sediaan semipadat yang terdiri

atas suspensi yang dibuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik

(22)
(23)

SEDIAAN LARUTAN

Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat

m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com

(24)

Referensi

• Syamsuni, 2006, Ilmu Resep, Penerbit: Buku Kedokteran EGC UI, Jakarta

• Zaman-Joenoes, 2003, Ars Prescribendi: Resep yang

Rasional, Edisi Kedua, Penerbit: Airlangga University

Press, Surabaya.

• Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Penerbit: UGM Press, Yogyakarta

• Lestari, 2000, Seni Menulis Resep, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

• Ansel, 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit UI Press, Jakarta

(25)

Sediaan Larutan (Solution)

• Solutio adalah sediaan cair yang

mengandung satu atau lebih zat/bahan kimia

yang terlarut

• Sediaan larutan berdasarkan cara

penggunaan secara umum terbagi 2, yaitu:

1.Sediaan Larutan Enteral (Oral)

(26)

Larutan Enteral (Oral)

• Larutan oral yaitu sediaan cair oral, mengandung satu/ lebih zat dengan atau tanpa zat tambahan yang larut dalam air atau campuran cosolvent-air

• Beberapa larutan oral: 1. Potio 2. Mixtura 3. Elixir 4. Sirup 5. Saturatio 6. Guttae

(27)

Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan Kerugian

1. Campuran lebih homogen 2. Dosis dapat disesuaikan 3. Kerja obat lebih cepat

dibanding tablet (khusus oral) 4. Modifikasi lebih mudah

5. Tampilan dapat dibuat menarik

1. Volume bentuk larutan lebih besar

2. Terdapat beberapa obat yang tidak stabil dalam bentuk

larutan

3. Biaya pembuatan lebih mahal dibanding tablet

4. Sering bermasalah dalam hal stabilitas

5. Rasa obat dalam larutan lebih jelas (khusus oral)

(28)

Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat terlarut disebut solut, solvent yg biasa dipakai :

1. Air untuk macam-macam garam.

2. Spiritus untuk kamfer, iodium, menthol.

3. Gliserin, misalnya unyuk tannin, zat samak, borax, fenol.

4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor, sublimat. 5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan mentol.

6. Parafin liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.

(29)

Potio

• Potiones (obat minum) adalah solutio yg

dimaksudkan untuk pemakaian dalam

(peroral), dapat berbentuk larutan, emulsi,

dan suspensi.

(30)

Mixtura (1)

• Mixtura merupakan campuran beberapa

cairan yang di dalamnya terlarut beberapa

bahan padat

• Syarat: homogen, tidak boleh ada

(31)

Mixtura (2)

Mixtura sederhana contohnya

1.Campuran HCl dengan air (Acidum

Hydrochloridum dilutum)

2.Campuran alkohol dengan air (Spiritus

(32)

Elixir

• Elixir adalah larutan obat dalam air yang

mengandung sekitar 20% gula dan sampai

8% alkohol

• Pada elixir dapat pula ditambahkan

gliserol, sorbitol, propilenglikol. Sedangkan

untuk pengganti gula biasa digunakan

sirup gula.

(33)

• Sirup yaitu sediaan cair berupa larutan yang mengandung saccharosa (gula).

• Menurut Zaman-Joenoes (2003), terdapat 2 macam sirup yaitu :

1.Sirup korigens

Contoh sirupus simplex, sirupus aurantii, sirupus rubi idaei

2.Sirup obat

Contoh: Sirupus thymi, dll

(34)

Pembuatan

• Pada pembuatan elixir dan sirup terdapat

2 metode umum yang dapat dipakai yaitu:

1.Metode pemanasan

(35)

• Saturatio : sediaan larutan oral yang dibuat dg

mereaksikan asam & basa sehingga larutan membentuk CO2 yang jenuh.

• Hal yang perlu diperhatikan 1. Bahan aktif yang dibuat 2. Dosis

3. Wadah

4. Penyimpanan

(36)

• Cara pembuatan :

1. Komponen basa dilarutkan dalan 2/3 bag air yg tersedia, NaHCO3 digerus tuang masuk botol.

2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yg tersedia

3. 2/3 bag asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dg sampagne knop shg gas yg terjadi tertahan. • Gas dimaksudkan : mempercepat penyerapan obat,

menjaga stabilitas obat, sbg penyegar.

(37)

• Guttae / tetes / drop : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain

dimaksudkan untuk obat dalam.

• Digunakan dg cara meneteskan menggunakan penetes baku yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam FI.

• Obat dapat diteteskan ke dalam makanan, minuman atau mulut langsung.

(38)

Larutan Parenteral

• Larutan topikal : larutan yg biasanya mgd air tp bisa jg mgd pelarut lain seperti etanol, ditujukan untuk pemakaian luar.

• Beberapa contohnya: 1. Collyrium (cuci mata) 2. Guttae Opthalmicae 3. Gargarisma (colutoria) 4. Litus oris 5. Guttae Oris 6. Guttae Nasaleas 7. Injectiones

(39)
(40)

Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat

m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com

(41)

DEFINISI

• Emulsi : Sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain, dalam bentuk tetesan kecil (FI ed IV).

• Emulsi menurut Zaman-Joenoes (2003) yaitu sediaan homogen yang mengandung minyak atau lemak yang terdispersi dalam vehikulum, distabilkan dengan

(42)

1. KOMPONEN DASAR

Fase dispers / fase internal / fase diskontinue

Fase kontinue / fase eksternal / fase

Emulgator

2. KOMPONEN TAMBAHAN

Bahan yang ditambahkan untuk memperoleh hasil yang lebih baik : corigen saporis, odoris, colouris, preservatif, anti oksidan.

(43)

Berdasarkan zat cair yang berfungsi sbg fase internal maupun eksternal:

1.Emulsi Type O/W 2.Emulsi Type W/O

(44)

1. Obat dalam atau per oral (O/W).

2. Obat luar (O/W atau W/O)

3. Obat Suntik

(45)

TEORI TERBENTUKNYA EMULSI

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension) 2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge) 3. Teori Interparsial Film

(46)

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

• Permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan

tegangan.

• Tegangan yang terjadi pada air akan berkurang

dengan penambahan senyawa anorganik tertentu

• Penambahan emulgator akan menghilangkan

tegangan permukaan.

(47)

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)

• Setiap molekul emulgator dibagi 2

kelompok

a. Kelompok hidrofilik b. Kelompok lipofilik

• Emulgator seolah-olah menjadi tali

pengikat antara minyak dan air dan membuat suatu kesetimbangan.

• Setiap jenis emulgator memiliki harga

keseimbangan (HLB : Hidrofil Lipofil Balance)

(48)

1/4/2012 9

Nonionic

 Polyoxyethylene glycol esters

 Monostearate

C17H35COO(CH2OCH2)nH

 Sorbitan fatty acid esters

 Sorbitan fatty acids

 Sorbitan monopalmitate  Span 40

 Comes as series -> different chain lengths

 Polyoxyethylene sorbitan fatty acid esters

 polyoxyethylene sorbitan monopalmitate  Tween 40

(49)

1/4/2012 10

(50)

1/4/2012 11

(51)

1/4/2012 12

(52)

1/4/2012 13

HLB Values: Examples

(53)

3. Teori Interparsial Film

Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, shg terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel dispers.

Usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung terhalang (stabil).

Syarat emulgatornya

a. Dapat membentuk lap film kuat tapi lunak

b. Jumlahnya cukup untuk menutup permukaan fase dispers

c. Dapat membentuk lap film dengan cepat d. Menutup permukaan partikel dg segera.

(54)

4. Teori Electric double Layer (Lapisan Listrik Rangkap)

• Apabila minyak terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dg minyak akan

bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya

mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya.

• “Seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan” • Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari

partikel minyak yang akan mengadakan

(55)

BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR) 1. Emulgator Alam .

a. Dari tumbuhan : Gom arab, Tragacant, Agar-agar, Chondrus, emulgator lain – pektin,

metilselulose.

b. Dari hewan : Kuning telur, adeps lanae.

c. Dari tanah mineral : Magnesium aluminium silikat, Bentonit.

2. Emulgator Buatan. a. Tween 20, 40, 60, 80 b. Span 20, 40, 80.

(56)

CARA PEMBUATAN EMULSI

1. Metode Gom Kering (kontinental) :

Gom + Minyak, kemudian + Air ad terbentuk

corpus emulsi. Baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode Gom Basah (Inggris) :

Zat pengemulsi + air sehingga terbentuk mucilago, kemudian pelan-pelan minyak ditambahka nuntuk membentuk emulsi setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

ALAT YANG DIPERGUNAKAN DALAM PEMBUATAN EMULSI

• Skala apotek: Mortir & Stamper, Botol

• Skala Industri: Mixer double jacket, Homogeniser,

(57)

CARA MEMBEDAKAN EMULSI

1. Dengan pengenceran. 2. Dengan kertas saring.

3. Dengan Zat warna (Sudan III & Metilen blue)

Zat warna akan rata dlm emulsi jika zat tsb larut dlm fase ekternalnya (mikroskop)

Emuls + Sudan III warna merah emuls W/O, sudan larut dalam minyak.

Emuls + Metilen Blue warna biru emuls O/W, metilen blue larut air.

4. Metode fluorecensi.

tipe O/W, jika diamati di mikroskop tdk berpendar tipe W/O, jika dibawah mikroskop berpendar.

(58)

KESTABILAN EMULSI

1. Creaming : emulsi terpisah menjadi 2 bagian, dimana salah satu mengandung fase dispers lebih banyak drpd lapisan lain. Sifatnya reversible, dengan

penggojokan perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2. Cracking / Breaking : pecahnya emulsi karena film yang melapisi partikel rusak dan butir minyak

menyatu kembali. Sifatnya irreversible, hal ini terjadi karena :

Peristiwa kimia : Penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus.

Peristiwa Fisika : Pemanasan, Penyaringan, Pendinginan, Pengadukan.

3. Inversi : perubahan tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya.

(59)
(60)

SUSPENSI

Farmasetika

Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA

Univ. Lambung Mangkurat

m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com

(61)

Referensi

• Ansel H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan Oleh Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

• Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. • Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

• Joenoes, N.Z. 2008. Ars Prescribendi Resep yang Rasional

Edisi 2. Airlangga University Press, Surabaya.

• Lestari, 2000, Seni Menulis Resep, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

• Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran,

(62)

Definisi

Suspensi

• Sediaan cair yang mengandung partikel padat

tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV).

• Sediaan yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi

terdispersi dalam cairan/ vehikulum

(Zaman-Joenoes, 2003).

(63)

Keuntungan

• Bahan obat yang tidak larut dapat bekerja

sebagai depo

• Sebagai alternatif sediaan, pada zat aktif

yang tidak stabil dalam bentuk sirup

• Rasa dapat tertutupi

• Memiliki absorpsi lebih cepat

dibandingkan kapsul/tablet/pil

• Mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk

anak

(64)

Penggolongan (1)

• Menurut FI IV, suspensi terbagi atas 2

jenis, yaitu:

1. Suspensi non-konstitusi (siap pakai),

contoh: Suspensi kloramfenikol

2. Suspensi konstitusi (perlu

pengenceran), contoh: Suspensi

injeksi

(65)

Suspensi dapat juga digolongkan

berdasarkan penggunaannya, yaitu:

1. Suspensi oral

2. Suspensi topikal

3. Suspensi tetes telinga

4. Suspensi tetes mata

5. Suspensi injeksi

(66)

Komponen Suspensi (1)

Komponen yang terdapat dalam sediaan

suspensi, yaitu:

1. Zat aktif

2. Suspending agent

3. Zat tambahan

(67)

Komponen Suspensi (2)

Zat aktif

• Pada umumnya zat aktif yang

digunakan merupakan zat aktif yang

sukar larut dalam air

• Zat aktif yang stabilitasnya rendah

dalam sediaan elixir atau sirup

• Inkompatibilitas zat aktif terhadap zat

tambahan harus diperhatikan

(68)

Komponen Suspensi (3)

Suspending Agent

Penggunaan suspending agent bertujuan untuk • Mendispersikan zat aktif

• Meningkatkan viskositas

• Memperlambat proses pengendapan • Menstabilkan suspensi

Secara umum suspending agent terbagi 2, yaitu

• Pensuspensi alam : acasia, chondrus, tragacant, algin, bentonit.

• Pensuspensi sintetis : derivat selulosa (karboksi metil selulose, hodroksi metil selulose), golongan organik polimer (carbophol)

(69)

Komponen Suspensi (4)

Zat Tambahan

• Bahan pembasah

• Pemanis

• Pewarna

• Pembau

• Pembawa

(70)

Metode Pembuatan

Terdapat 2 metode pembuatan suspensi,

yaitu:

1.Metode Pengendapan

2.Metode Dispersi

(71)

Prinsip Pembuatan

Zat aktif + Pembawa (Susp Agent) Medium dispersi + zat tambahan (pewarna, pengawet, perasa)

Campurkan dengan pengadukan cepat

(72)

Prosedur Pembuatan

Pemanis + Pengawet + Aqua purificanta 90-95oC (Larutan II)

Suspending + Aqua purificanta suhu 90-95oC , diamkan 30-60 menit (Larutan I) AlOH + Pengawet + Aqua purificanta 90-95oC (Larutan III) MgOH + Pengawet + Aqua purificanta 90-95oC (Larutan IV) Campurkan larutan I + larutan II + larutan III + larutan IV sampai homogen

Ad kan dengan aqua purificata dingin sampai 480 ml

(73)

Stabilitas Suspensi

Menurut Anief (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi yaitu: 1. Ukuran partikel

2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas) 3. Tolak menolak antar partikel, karena adanya

muatan listrik

(74)

Hukum Stokes

d² (∆ - ∆ס) g V = --- 18 η Keterangan : V : kecepatan aliran

d : diameter dari partikel : BJ dari partikel

∆ס : BJ cairan g : gravitasi

(75)

Sistem Pembentukan Suspensi

DEFLOKULASI FLOKULASI

Partikel suspensi terpisah satu dg yang lain

Partikel mrpk agregat bebas

Sedimentasi lambat, terpisah, ukuran partikel minimal

Sedimentasi terjadi cepat Sedimen terbentuk lambat Sedimen terbentuk cepat Terbentuk cake sukar terdispersi

kembali.

Tidak terbentuk cake yang keras & padat, mudah terdispersi

Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Ada endapan & cairan atas berkabut.

Wujud suspensi kurang

menyenangkan, sedimentasi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

(76)

Hal Penting

Beberapa hal harus diperhatikan dari pembuatan maupun penggunaan suspensi, diantaranya:

• Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal

• Suspensi konstitusi harus mengandung zat antimikroba

• Penambahan zat pengental dapat dilakukan, namun suspensi tidak boleh terlalu kental • Suspensi harus dikocok sebelum digunakan

• Suspensi harus disimpan di dalam wadah tertutup rapat

(77)
(78)

Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat

m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com

(79)

 Galenika merupakan proses produksi sediaan obat dari bahan nabati (atau hewani)

 Sediaan Galenika yaitu sediaan obat dari bahan nabati yang siap diproses lebih lanjut melalui  teknologi formulasi menjadi produk

(80)

Pembuatan sediaan galenika memiliki beberapa tujuan diantaranya:

1. Memisahkan obat yg terkandung dlam

simplisia dr bag lain yang tdk bermanfaat. 2. Membuat suatu sediaan yg sederhana

mudah dipakai.

3. Agar obat yg terkandung dalam sediaan itu stabil dlm penyimpanan yang lama.

(81)

Secara singkat prinsip pembuatan sediaan galenika melalui 2 tahapan, yaitu:

1. Bagian tumbuhan yang mengandung obat

diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati 2. Dari simplisia yang didapat maka bahan obat

yang ada di dalamnya diambil (disari) dan diolah menjadi bentuk sediaan

(82)

1. Maserasi : merendam simplisia dalam cairan penyari

pada suhu biasa ( 15 – 25 °C)

2. Digerasi : merendam simplisia dalam cairan penyari

pada suhu 35 – 45 °C

3. Perkolasi : penarikan sari dengan suatu alat yang

disebut perkolator, suhu yang diguanakan 15 – 25 °C

4. Infundasi : menyari simplisia nabati dengan air pada

suhu 90 ° selama 15 menit.(30 menit = decocta)

5. Memasak : menyari dengan suhu mendidih.

Cairan penyari yang biasa digunakan : air, etanol, gliserin, eter, hexane, aceton, chloroform, dll.

(83)

Sediaan galenika menurut Anief (2004) dapat

digolongkan berdasarkan cara pembuatannya, yaitu:

1. Aqua aromatica 2. Extracta 3. Tincturae 4. Infusa 5. Sirupi 6. Spiritus Aromatici 7. Vina

(84)

 Air Aromatik menurut FI III yaitu larutan jenuh minyak atsiri dalam air.

 Definisi lain yaitu Larutan jenuh mengandung air atau zat-zat beraroma dlm air.

 Berguna memberikan aroma pada obat-obatan.  Contoh : aq. Foeniculi, aq. Menthae Piperitae,

(85)

Cara Pembuatan:

 Minyak atsiri dilarutkan dalam etanol 60 ml + air sedikit demi sedikit ad 100 ml

 Tambah talkum 500 mg, kocok, diamkan beberapa jam

(86)

 Air aromatik merupakan cairan jernih atau agak keruh

 Bau dan rasa yang tidak menyimpang dari bau dan rasa dari minyak atsiri

 Sebelum digunakan kocok dahulu

 Penyimpanan di wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dan di tempat sejuk

(87)

 Merupakan sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara sesuai.

 Tujuan pembuatan ekstrak yaitu agar zat berkhasiat di simplisia dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan

(88)

 Extrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.

 Extract berdasar konsistensi terbagi 3, yaitu: 1. Extractum Liquidum (Colae, Stramoni)

2. Extractum Spissum (hyosciami, belladonae) 3. Extractum Siccum (Aloe, Opii)

(89)

 Sediaan cair yang dibuat dg jalan maserasi atau perkolasi simplisia nabati/ hewani dg cara

melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi

(90)

 Sediaan cair yang dibuat dg jalan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 ° selama 15 menit

 Contoh: infus daun sirih, kulit kina, temulawak, daun sena.

(91)

 Sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa 64-66,9%.

 Sakarosa yang terkandung dalam sirup galenika berasal dari alam langsung.

 Contoh: Aurantii compositus sirupus (kulit jeruk), Ipecacuanhae sirupus, Sennae Sirupus, Thymi Sirupus, Rhei Sirupus.

(92)

 Dibuat dengan maserasi sejumlah simplisia dengan campuran sejumlah etanol-air selama 24 jam, selanjutnya maserat didestilasi.

 Syarat: jernih, tidak berwarna, harus beraroma.  Spiritus aromaticus: maserasi 24 jam Majoranae

herba, cinnamomi cortex, myristicae semen, caryophyllum dan Coriandri Fructus dengan etanol-air. Lalu destilasi hingga diperoleh

(93)

 Menurut Farmakope Belanda, vinum adalah anggur dari spanyol yang diknal dengan

anggur Sherry mengandung etanol tidak kurang dari 18%.

 Cinchonae Vinum: maserasi 2 bagian serbuk kina dan 80 bagian anggur, larutkan ke

dalamnya 20 bagian sakarosa, biarkan 6 hari pada tempat sejuk, lalu saring.

(94)
(95)

Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat

m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com

(96)

 Aerosol yaitu sediaan yang

dikemas di bawah tekanan,

mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada sistem katup yang sesuai ditekan (FI IV)

 Aerosol yaitu bentuk sediaan yang

diberi tekanan, mengandung satu atau lebih bahan berkhasiat yang bila diaktifkan memancarkan

butiran-butiran cairan dan atau bahan padat dalam media gas (Ansel, 2008)

(97)

Beberapa keuntungan dari aerosol, yaitu:  Mudah pemakaiannya

 Bahaya kontaminasi dapat diminimalisir

 Efek yang didapat lebih cepat dibanding oral  Ketepatan dosis dan efektivitas obat dapat

dicapai secara optimal

 Terhindar dari pengaruh oksigen, cahaya, dan kelembapan udara

(98)

Kerugian sediaan aerosol, diantaranya:  Harga relatif mahal

 Tidak semua obat dapat dibuat sediaan aerosol  Perlu teknologi canggih dalam formulasinya  Perlu edukasi terhadap pasien yang akan

(99)

 Perlu dipertimbangkan tentang kestabilan produk dan efektifitas pengobatan

 Pembeda dengan sediaan lain yaitu aerosol memiliki ketergantungan yang tinggi pada fungsi wadah terutama katup yang dipasang, dibandingkan komponen tambahan (propelan).

(100)

 Produk aerosol dapat dirancang untuk

mendorong ke luar isinya dalam bentuk kabut halus, kasar, semprotan basah atau kering,

busa stabil, dan busa yang mudah pecah.  Pemilihan bentuk fisik aerosol yang

dikeluarkan tergantung tujuan penggunaan produk tersebut

(101)

Penggunaan aerosol diantaranya:

1. Partikel < 6 mikron akan mencapai bronkiolus respiratorius

2. Partikel < 2 mikron akan mencapai duktus alveolus dan alveoli

3. Partikel 20 – 60 mikron akan mencapai ditrakea dan bronkiolus

(102)

Secara umum aerosol terdiri atas 3 komponen, yaitu: 1. Zat aktif

2. Bahan tambahan (antioksidan, pelarut) 3. Pendorong/propelan

(103)

 Propelan merupakan bahan yang berfungsi untuk

menghasilkan tekanan dalam sistem sehingga dapat mendorong bahan keluar dari wadah

 Bentuk wujud propelan berupa gas-cair

(trikloromonofluorometan, diklorodifluorometan, difluoroetan)

 Propelan memiliki tekanan yang besar dibanding

udara luar

 Per 1 Januari 2009 di USA, setiap aerosol sediaan

farmasi harus menggunakan hidrofluoroalkana.

Penggunaan CFC (chlorofluorocarbon) sudah tidak dianjurkan

(104)

 Zat aktif + pendorong dalam wadah aerosol maka keseimbangan akan terbentuk, bagian bawah cair dan atas gas

 Fase gas menimbulkan tekanan kesemua arah yang menyebabkan cairan akan terdorong

keluar ketika tabung ditekan

 Ketika disemprotkan dan berada di udara terbuka maka pendorong segera menguap karena penurunan tekanan

(105)

 Sistem dua fase  Sistem tiga fase

(106)

Terdiri atas fase pertama yaitu fase cair dari

zat aktif dan propelan cair, pada fase yang

kedua yaitu fase gas dari propelan

 Zat aktif akan terlarut di dalam propelan dengan bantuan pelarut pembantu (etanol, propilenglikol, dan PEG)

(107)

 Apabila zat berkhasiat tidak mungkin dilarutkan dalam propelan maka zat aktif tersebut harus

diemulsikan atau disuspensikan hingga diperoleh sistem tiga fase

 Pada sistem tiga fase, untuk fase pertama berupa

emulsi atau suspensi zat aktif, fase kedua

propelan bentuk gas, dan fase ketiga propelan bentuk cair

(108)

Penandaan pada etiket sangat penting untuk diperhatikan, diantaranya:

1. Peringatan: isi dibawah tekanan

2. Wadah jangan dilubangi atau dibakar

3. Hindari panas dan jangan disimpan pada suhu diatas 50°C

4. Hindarkan dari jangkauan dari anak

(109)
(110)

 Menurut Farmakope, inhalasi adalah sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui

hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan.

 Inhalasi adalah obat yang diberikan lewat nasal atau lewat alat pernafasan mulut (Ansel, 2008).

(111)

 Pemberian obat inhalasi dimaksudkan agar obat dapat segera diabsorpsi dan menimbulkan efek yang cepat

 Apabila mengandung zat yang tidak larut maka pada etiket harus tertera “Kocok Dahulu”

(112)

TERIMAKASIH

&

SELAMAT MENEMPUH

UJIAN AKHIR SEMESTER

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan pendekatan yang berbeda dari metode di atas, PATRIQUIN (1973) telah menggunakan beberapa assosiasi parameter statistik dengan padang lamun untuk perhitungan kecepatan

PENGERTIAN Simbol merupakan tanda peringatan yang ditempatkan pada sampul berkas rekam medis, sedangkan singkatan merupakan rangkaian huruf yangdigunakan untuk mempersingkat

Rancangan Pembangunan Lima Tahun(Pelita) adalah salah satu program besarnya untuk mewujudkan itu. Tahapan yang dijalani orde baru adalah merumuskan dan menjadikan

senyawa yang tidak lagi merupakan radikal bebas. H H ber bersif sifat at lab labil il ka kare rena na ter terlet letak ak pa pada da at atom om karbon yang berdekatan

Gambar 5 menunjukkan hubungan kadar fluor dalam beningan yang diperoleh dari proses pengendapan dengan koagulan kombinasi Resin WWS 116 - Tawas kadar bervariasi pacta pH

1) Pengaruh modal bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap harga sahamnya. 2) Pengaruh kualitas kredit bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Contoh kritik sumber khususnya kritik Intern yang digunakan dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Pasang Surut Australia-Indonesia Pada Masa John Howard Tahun