1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan teknologi komputer, informasi dan komunikasi yang lebih dikenal dengan sebutan teknologi informasi (TI) sudah berlangsung lama dan berkembang sangat pesat diberbagai bidang pada umumnya dan khususnya di bidang perpustakaan. Penggunaan komputer di perpustakaan ini menjadi awal dari perkembangan perpustakaan digital. Keinginan manusia untuk mengembangkan perpustakaan digital ini dimulai oleh Vannevar Bush yang pada tahun 1945 sudah menulis artikel berjudul As We May Think tentang memex (baca: mi.meks)
machine yaitu mesin yang memberikan stimulasi awal bagi aplikasi komputer
untuk temu kembali informasi (information retrieval) (Harter, 1996). Upaya Vannever Bush ini kemudian ditindaklanjuti oleh Douglas Engelbart tahun 1968 yang mengembangkan hypertext dan mouse, kemudian Ted Nelson tahun 1974 melanjutkan tentang hypertext dan Xanadu Project tentang jaringan raksasa serta Tim Berners-Lee tahun 1989 tentang jaringan global world wide web. Sebelumnya J.C.R. Licklider pada tahun 1960-an sudah mempelajari bagaimana teknologi komputer akan mengubah perpustakaan dengan menulis buku berjudul
Libraries of the Future pada tahun 1965 dan Kenneth Dowlin tahun 1984
menulis buku berjudul The Electronic Library yang menggambarkan ciri perpustakaan elektronik (Pendit et al, 2007).
Di Indonesia TI baru mulai berkembang sekitar tahun 1990-an, bahkan untuk pembangunan perpustakaan digital nasional (PDN) secara resmi Perpustakaan Nasional RI baru memulai pada tahun anggaran 2008 (Supriyanto, 2008). Sudarsono (1994) yang dikutip oleh Sastraatmadja (2003) menyatakan bahwa TI akan sangat berperan dan akan menjadi tulang punggung karya dokumentasi maupun jasa informasi, sehingga antisipasi perkembangan TI harus menjadi perhatian para pengelola perpustakaan dan informasi. Pernyataan Sudarsono tersebut mengacu pada hasil kongres ke-44 International Federation of
Information and Documentation (FID) di Helsinki pada tahun 1988, bahwa
hypermedia. Dengan perangkat itu pencarian, penanganan dan penggabungan
informasi berupa teks, suara dan gambar sudah dimungkinkan.
Saat ini ternyata TI sudah sangat mempengaruhi penyelenggaraan perpustakaan. Menurut Supriadi (2009) perkembangan bidang TI sangat pesat, yang ditandai dengan perkembangan perangkat dan sistem komputer, intranet dan internet. Perkembangan tersebut memungkinkan aliran data dan informasi dapat diperoleh secara lebih cepat dan mampu menampilkan lebih banyak keragaman koleksi serta dengan tampilan yang menarik, bahkan mengakibatkan ledakan informasi (information explosion), sebagaimana pernyataaan Stoke (1994) dalam Hasugian dan Rabita (2005) bahwa ketersediaan infrastruktur informasi global memaksa perpustakaan untuk harus memanfaatkan TI agar bisa menangani ledakan informasi. Selanjutnya menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) kehadiran personal computer (PC), internet dan Word Wide Web (WWW) memungkinkan terciptanya perpustakaan digital.
Sejalan dengan perkembangan TI yang sangat pesat, yang memungkinkan aliran data dan informasi diperoleh secara lebih cepat, beragam dan menarik serta dalam format digital, bahkan menimbulkan ledakan informasi, berdampak nyata pada perubahan sikap dan perilaku masyarakat pengguna informasi dalam pencarian informasi. Hal ini merupakan tuntutan kebutuhan dan kepuasaan pengguna dalam pencarian informasi dan ini terlihat dari intensitas pengguna melakukan penelusuran lewat komputer, baik melalui jalur online maupun offline, sehingga pemanfaatan informasi dari sumber-sumber manual seperti katalog tercetak, bibliografi, indeks, buku-buku cenderung semakin menurun (Maksum dan Darmawiredja, 2007). Sebelumnya Sweetland (2002) dalam Harmawan (2008) sudah menyatakan bahwa mayoritas pengguna perpustakaan lebih senang menggunakan ”electronic format” daripada teks secara konvensional (printed
materials), khususnya untuk koleksi jurnal.
Pesatnya kemajuan TI di bidang perpustakaan terutama untuk temu kembali informasi, ledakan informasi dan tuntutan kebutuhan informasi serta kepuasan penggunanya harus mampu diiringi dengan pesatnya kemajuan perpustakaan itu sendiri sebagai salah satu penyedia dan penyimpan informasi. Kedudukan perpustakaan menjadi sangat strategis dalam kecepatan dan ketepatan
perpustakaan merespon kecepatan perkembangan dan globalisasi informasi dan pengetahuan.
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Rufaidah (2007) sebagaimana pernyataannya bahwa perpustakaan sebagai sebagai salah satu penyedia dan penyimpan informasi dan pengetahuan (information provider and knowledge
repository) harus dapat mengimbangi bahkan mengantinsipasinya. Selain itu
Rufaidah berpendapat, bila sebelumnya fungsi perpustakaan lebih berfokus pada penyediaan informasi dalam bentuk fisik, seperti dokumen tercetak, maka pada era teknologi informasi perpustakaan dituntut untuk mampu menyediakan sumber-sumber informasi dalam bentuk terekam yang dioperasikan secara elektronis.
Salah satu strateginya adalah dengan mengembangkan perpustakaan digital berbasis web atau berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sebagaimana pendapat Pudjiono (2006) bahwa salah satu strategi mengembangkan perpustakaan adalah dengan information and communication
technology based (ICT base). Sastraatmadja (2003) bahkan menyimpulkan bahwa pengadaan sarana digital library mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan daya saing pelayanan jasa informasi pada perpustakaan, sehingga cakupan layanan perpustakaan dan informasi lebih luas lagi jangkauannya.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TI, ledakan informasi, tuntutan masyarakat penggunanya dan dalam upaya peningkatan daya saing pelayanan jasa informasi maka Perpustakaan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan (Jurluhkan) Bogor perlu menjawab tantangan tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban lembaga dalam mendukung visi, misi lembaga induknya. Hal ini senada dengan pernyataan Seminar (2004) dalam Sutarsyah et.al. (2008) bahwa perpustakaan perlu menjawab tantangan global yang bertumpu pada keunggulan manajemen dan layanan modern untuk mendukung visi, misi dan program pembangunan.
STP Jurluhkan Bogor merupakan perguruan tinggi kedinasan yang bertujuan menyiapkan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, professional, berkualitas dan memenuhi kebutuhan tenaga ahli di bidang perikanan yang berwawasan
bisnis, dengan penguasaan teknis dan manajerial yang mampu secara mandiri mengelola dan mengembangkan usaha perikanan secara berkelanjutan.
Jurluhkan Bogor merupakan salah dari empat jurusan yang ada di STP Jakarta. Karena lokasinya yang berada di Bogor, maka Jurlukan Bogor memiliki Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tersendiri, sehingga dengan demikian memiliki kewenangan mengatur administrasi keuangannya secara mandiri. Wacananya diwaktu yang akan datang STP Jurluhkan Bogor akan berdiri sendiri menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan Perikanan (STPKan) Bogor. Saat ini STP berada dibawah lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia.
Perpustakaan sebagai salah satu unsur penunjang di STP Jurluhkan Bogor berdiri bersamaan dengan kelahiran lembaga induknya yaitu pada tahun 1958. Perpustakaan tersebut bertugas memberikan pelayanan terbaik dalam penyediaan, penyimpanan dan pelayanan informasi serta sebagai mitra dosen dan taruna (mahasiswa), berkepentingan untuk dapat memberdayakan sumber pengetahuan yang dimiliki (knowledge resources) dengan menggali potensi yang dimiliki lembaganya.
Perpustakaan STP Jurluhkan lebih cenderung ke jenis perpustakaan khusus. Hal tersebut terlihat dari pengembangan koleksi dokumen yang dimilikinya, walaupun meliputi berbagai bidang ilmu, tetapi yang dominan adalah ilmu pengetahuan terapan mengenai ilmu perikanan. Selain itu dokumen-dokumen andalan yang dimiliki Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor adalah laporan praktek akhir (PA) berupa Karya Ilmiah Praktek Akhir (KIPA) beserta proposalnya yang merupakan karya akhir mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Penyuluhan Perikanan (SSt.Pi). Koleksi dokumen andalan lainnya adalah proposal dan laporan praktek kerja lapangan (PKL) serta jurnal perikanan dan publikasi ilmiah perikanan lainnya yang diterbitkan oleh instansi-instansi lingkup KKP RI. Terbitan ini dapat dikatagorikan sebagai terbitan muatan lokal (local content).
Mengimbangi dan mengantisipasi perkembangan sistem informasi berbasis TI yang sangat pesat, ledakan informasi, perubahan sikap dan perilaku masyarakat pengguna informasi dalam pencarian informasi, perlu dilakukan studi kelayakan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan STP
Jurluhkan Bogor. Studi kelayakan diperlukan juga agar perpustakaan dapat mengimbangi dan mengantisipasi meningkatkan daya saing pelayanan jasa informasi pada perpustakaan serta dalam rangka memberdayakan sumber daya pengetahuan yang dimiliki.
1.2 Perumusan Masalah
Tahap pertama dalam proses pengembangan sistem perpustakaan digital adalah tahap investigasi sistem. Tahap investigasi sistem dalam pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web membutuhkan kajian awal yang disebut studi kelayakan (feasibility study), yaitu kegiatan awal yang akan mengkaji kelayakan berbagai kondisi permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web tersebut. Diantara permasalahan yang mendasari pengembangannya adalah perlunya dukungan dari beberapa elemen dasar (basic elements) dengan kondisi ideal atau kondisi standar. Elemen dasar adalah salah satu komponen dari elemen utama pengembangan perpustakaan digital berbasis web, sedangkan elemen utama adalah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis
web tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah menilai kondisi obyektif elemen dasar perpustakaan digital yang dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dan membandingkannya dengan kondisi elemen dasar ideal atau standar perpustakaan digital berbasis web yang berpedoman kepada elemen dasar (basic elements) grand design perpustakaan digital Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian (Deptan, 2006).
Mengetahui kondisi obyektif elemen dasar yang dimiliki perpustakaan STP jurluhkan Bogor dan membandingkannya dengan kondisi elemen dasar standar perpustakaan Pustaka Bogor, maka diharapkan dapat memberi gambaran seberapa besar tingkat kelayakan Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam membangun perpustakaan digital basis web. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
rekomendasi bagi Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor yang dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan sistem perpustakaan digital berbasis web.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan:
a. Menilai kondisi obyektif elemen dasar perpustakan digital yang dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dan membandingkannya dengan kondisi elemen dasar ideal atau standar perpustakaan digital.
b. Mengetahui seberapa besar tingkat kelayakan elemen dasar yang dimiliki Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam pengembangan perpustakaan digital berbasis web.
c. Mendefinisikan kebutuhan elemen dasar pengembangan sistem perpustakaan digital minimal yang harus dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka pengembangan perpustakaan digital.
d. Memformulasikan saran dan rekomendasi yang dapat disampaikan kepada Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan tersebut.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi mengenai kelayakan elemen dasar yang harus dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan tersebut.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian adalah:
a. Penelitian dilaksanakan di Perpustakaan perpustakaan STP Jurluhkan Bogor. b. Penelitian dilakukan terhadap salah satu elemen utama pengembangan
perpustakaan digital berbasis web, yaitu elemen dasar (basic elements) pengembangan perpustakaan digital berbasis web, yang terdiri atas SDM, koleksi, infrastruktur, SOP, anggaran dan manajemen.
c. Penelitian membahas tingkat kelayakan elemen dasar perpustakaan digital berbasis web, yaitu kelayakan SDM, kelayakan koleksi, kelayakan infrastruktur, kelayakan SOP dan kelayakan anggaran serta kelayakan manajemen
d. Penelitian memformulasikan dan merekomendasikan kondisi standar elemen dasar perpustakaan digital berbasis web.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Perpustakaan
Salah satu strategi untuk pengembangan perpustakaan adalah melalui pengembangkan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT
base), hal ini sesuai dengan perkembangan dunia perpustakaan bahwa
perkembangan mutakhir di bidang perpustakaan adalah perpustakaan digital. Wahono (2006) berpendapat bahwa perkembangan dunia perpustakaan dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog. Perkembangan mutakhir adalah perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet).
Sementara itu Pendit et. al. (2007) berpendapat mengenai perkembangan perpustakaan berdasarkan keragaman sumberdaya informasinya sebagaimana tertera pada Tabel 1, bahwa teknologi cetak hanya cocok untul teks dan foto, teknologi analog hanya tepat untuk audio-visual, teknologi digital cocok untuk segala jenis persepsi manusia: teks, foto, suara, dan gambar hidup (multimedia).
Tabel 1 Perkembangan Perpustakaan Menurut Keragaman Sumberdaya Informasi
Perpustakaan Biasa Perpustakaan Multiple Media Perpustakaan Hybrida Perpustakaan Multimedia Digital Koleksinya
semata-mata bahan tercetak, berupa buku, jurnal, surat kabar, peta dan sebagainya. Koleksinya sama dengan perpustakaan biasa, ditambah media analog dan elektronik. Koleksinya sama dengan perpustakaan multiple media, ditambah bahan digital yang interaktif
Koleksinya semua digital, bersifat interaktif, dan dapat merupakan
perpustakaan tanpa lokasi fisik (virtual) Teknologi cetak Analog Elektronik Analog Digital Multimedia Digital
Istilah perpustakaan digital itu sendiri digunakan sekitar tahun 1994 sebagaimana diuraikan Harter (1997) dalam Chisenga (2003), penggunaan istilah perpustakaan digital secara relatif dapat ditelusuri dalam tahun 1994 melalui
pembentukan Digital Libraries Initiative (DLI) yang didanai bersama oleh National Science Foundation, Advanced Research Projects Agency dan National Aeronautics and Space Administration di Amerika. Menurut Rusbridge (1998)
perpustakaan digital ini, ternyata ada perbedaan antara perpustakaan digital yang dikembangkan di Amerika Serikat dengan Inggris. Perbedaan terdapat dalam hal pendekatan yang diterapkan di dalam membangunnya. Pendekatan bergaya Amerika Serikat langsung memisahkan proyek perpustakaan digital dalam inisiatif tersendiri, yakni melalui Digital Library Initiatives (DLI). Sebaliknya, pendekatan bergaya Inggris mengembangkan perpustakaan digital secara bertahap (incremental change). Pentahapan ini diawali dari perpustakaan hibrida yang merupakan pengembangan dari konsep perpustakaan elektronik (eLib)
2.2 Pengertian Perpustakaan Digital
Ada beberapa pengertian yang perlu diketahui dalam memahami konsep perpustakaan digital antara lain: sistem perpustakaan digital, definisi perpustakaan digital, tujuan perpustakaan digital dan kelebihan perpustakaan digital.
2.2.1 Sistem Perpustakaan Digital
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,1988), sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, metode, dan sebagainya. Pengertian lain sistem adalah berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi (Tofik, 2012).
Pengertian lainnya menurut Neuschel (2012) sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Esensinya sistem terdiri dari komponen-komponen dalam sistem dan fungsi-fungsi teknologi di dalamnya. Komponen-komponen tersebut mencakup: perangkat keras, perangkat lunak, prosedur-prosedur, perangkat manusia dan informasi, sedangkan fungsi-fungsi teknologi di dalamnya adalah: input, process, output,
storage, communication.
Adapun Subrata (2009) menyatakan sistem perpustakaan digital adalah penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan
dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital, atau secara sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital.
2.2.2 Definisi Perpustakaan Digital
Ada banyak definisi perpustakaan digital berdasarkan pendapat para ahli, organisasi maupun lembaga, berikut beberapa definisi yang dirumuskan oleh para ahli, organisasi maupun lembaga tersebut. Surachman (2010) berpendapat bahwa: “Perpustakaan digital adalah organisasi yang melakukan kegiatan memilih, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan koleksi digital dengan tujuan untuk melestarikan, menjaga, dan terutama mendistribusikan kepada pengguna sehingga pengguna secara mudah, tepat dan luas dapat mengakses ke dalam data dan sumber informasi digital tersebut, sehingga mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan. Selain itu organisasi juga membuat dan merancang jaringan dan kerjasama dengan memanfaatkan infrastruktur yang mendukung sehingga terjadi proses knowledge-sharing yang lebih baik, cepat, tepat, dan luas”.
Santoso (2003) dalam Sutarsyah at.al. (2008) berpendapat perpustakaan digital adalah perpustakaan yang memiliki sejumlah sumber informasi dalam format digital yang dapat diakses melalui jaringan. Dengan kata lain bahwa sebuah perpustakaan menjadi perpustakaan digital ketika mayoritas sumberdayanya ada dalam bentuk elektronik. Berdasarkan konsep teknologi informasi, maka konsep perpustakaan digital mengarah ke kumpulan jasa (collection of services) yang bersifat digital.
Menurut Wahono (2006) perpustakan digital adalah suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Sedangkan Witten dan Bainbridge (2003) berpendapat bahwa perpustakaan digital adalah suatu kumpulan informasi yang terorganisir, koleksi yang berfokus pada objek digital, termasuk teks, video, dan audio, bersama dengan metode untuk akses dan temu kembali informasi, dan metode untuk seleksi, organisasi, dan pemeliharaan koleksi.
Digital Library Federation (DLF,1998) di Amerika Serikat menyatakan
bahwa perpustakaan digital merupakan suatu organisasi yang menyediakan sumber-sumber informasi, termasuk staf-staf ahli, untuk memilih, menyusun, menawarkan akses intelektual, menterjemahkan, mendistribusikan, memelihara integritas koleksi-koleksi dari pekerjaan-pekerjaan digital sehingga mereka
tersedia secara cepat dan ekonomis untuk digunakan atau dimanfaatkan oleh komunitas tertentu atau kumpulan komunitas.
International Conference of Digital Library (2004) dalam Purtini (2010),
menyatakan bahwa konsep Perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks) berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendapat, menyimpan, memformat, menelusur atau mendapatkan kembali, dan mereproduksi informasi nonteks. Sistem informasi modern kini dapat menyajikan informasi secara elektronik dan memanipulasi secara otomatis dalam kecepatan tinggi.
The Association of Research Libraries (ARL,1995) mendefinisikan
perpustakaan digital sebagai berikut:
a. Perpustakaan digital bukanlah kesatuan tunggal.
b. Perpustakaan digital memerlukan teknologi untuk dapat menghubungkan ke berbagai sumberdaya.
c. Hubungan antara berbagai perpustakaan digital dan layanan informasi bagi pemakai bersifat transparan.
d. Akses universal terhadap perpustakaan digital dan layanan informasi merupakan suatu tujuan.
e. Koleksi-koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada wakil dokumen; koleksi meluas sampai artefak digital yang tidak dapat diwakili atau didistribusikan dalam format tercetak.
Menurut Chisenga (2003) berdasarkan berbagai definisi dan sejumlah besar literatur yang tersedia seseorang bisa mendapatkan indikasi fitur perpustakaan digital, yaitu antara lain:
a. Perpustakaan digital adalah organisasi dengan tujuan tertentu atau berbagai tujuan. Kebanyakan tujuan proyek perpustakaan digital ini adalah untuk menghasilkan, mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur informasi dalam format digital, dan membuatnya tersedia untuk kelompok pengguna untuk pencarian, temu kembali dan pengolahan melalui jaringan komunikasi.
b. Perpustakaan digital memiliki berbagai fungsi dan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan objektif dari organisasi. Ini termasuk memilih sumber daya, koleksi, akses terhadap sumber daya, mendistribusikan sumber daya dan sebagainya. Fungsi-fungsi dan proses-proses ini dilakukan oleh kombinasi sumber daya manusia dan sumber daya teknologi.
c. Perpustakaan digital terdiri koleksi digital. Perpustakaan digital menyimpan bahan dalam elektronik format. Ini termasuk pengganti dokumen seperti catatan bibliografi (metadata) dan indeks selain teks lengkap dokumen, file audio, video, dan gambar beberapa di antaranya tidak dapat diwakili atau didistribusikan dalam format cetak.
d. Perpustakaan digital pasti melayani masyarakat. Perpustakaan digital melayani pengguna, dan kebutuhan informasi dari masyarakat atau masyarakat menentukan isi informasi dan layanan perpustakaan digital.
e. Perpustakaan digital yang diakses oleh pengguna melalui antarmuka yang
user-friendly.
2.2.3 Tujuan Perpustakaan Digital
Tujuan utama pengembangan perpustakaan digital menurut Pustaka Departemen Pertanian Republik Indonesia (Deptan, 2006) adalah bahwa pembangunan sistem perpustakaan digital bertujuan untuk:
a. Mempermudah dan mempercepat proses temu balik informasi (information
retrieval).
b. Mempermudah proses pertukaran dan pengiriman informasi (information
exchange) antar instansi yang membutuhkan informasi tersebut.
c. Terkelolanya sistem informasi perpustakaan terutama data hasil penelitian melalui pemanfaatan database offline.
d. Meningkatnya infomation sharing dengan lembaga dunia (misal: FAO,
FFTC, AGLINET).
e. Terkelolanya informasi di Pustaka Data Center.
f. Terbangunnya database INDONESIANA dan information sharing lingkup litbang.
Adapun menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI, 2010), tujuan pembangunan Perpustakaan Digital Nasional adalah:
a. Meningkatkan akses ke sumberdaya informasi tersedia dan layanan perpustakaan yang diselenggarakan oleh seluruh perpustakaan yang tergabung dalam jaringan (resource sharing).
b. Mempromosikan pemahaman dan kesadaran antar budaya dalam lingkup nasional, menyediakan sumber belajar, mendorong ketersediaan bahan pustaka dan informasi yang mengandung nilai budaya setempat (local
content)
c. Melestarikan sumber informasi tentang Indonesia;
d. Mendukung penelitian ilmiah melalui pemanfaatan akses Internet.
Sedangkan tujuan perpustakaan digital menurut Association of Research
Libraries (ARL, 1995), adalah sebagai berikut:
a. Untuk melancarkan pengembangan yang sistematis tentang: cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
b. Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor.
c. Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi.
d. Untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pendidikan.
e. Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting.
2.2.4 Kelebihan Perpustakaan Digital.
Perpustakaan digital mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan perpustakan konvensional sebagaimana diuraikan Subrata (2009) keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah pertama: long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun. Kedua, akses yang mudah karena pengguna tidak perlu mencari di katalog dengan waktu yang lama. Ketiga, murah (cost efective), mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan membeli buku. Keempat, mencegah plagiat dan duplikasi. Perpustakaan digital lebih aman dengan penyimpanan koleksi perpustakaan dalam format PDF. Kelima, publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.
Menurut Saleh (2010), kelebihan perpustakaan digital dibandingkan dengan perpustakaan konvensional antara lain: menghemat ruangan, akses ganda
(multiple acces), tidak dibatasi ruang dan waktu, koleksi dapat berbentuk
multimedia dan biaya murah.
2.3 Pengembangan Perpustakaan Digital Berbasis Web.
Salah satu strategi untuk pengembangan perpustakaan adalah melalui pengembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT
base) salah satunya yaitu pengembangan perpustakaan digital berbasis web.
Dalam pengembangan perpustakaan digital berbasis web banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain dasar pengembangan perpustakaan digital, komponen utama pengembangan perpustakaan digital, metode utama pengembangan perpustakaan digital dan elemen utama pengembangan perpustakaan digital.
2.3.1 Dasar Pengembangan Perpustakaan Digital
Disamping didasari oleh pesatnya perkembangan sistem informasi berbasis TI, ledakan informasi, sikap dan perilaku masyarakat pengguna informasi dan dalam upaya peningkatan daya saing pelayanan jasa informasi pada perpustakaan serta dalam rangka pemberdayaan sumber daya pengetahuan yang dimiliki, ada
beberapa motif lainnya yang mendasari pengembangan perpustakaan digital. Purtini (2010) menyatakan bahwa motif-motif yang mendasari pengembangan perpustakaan digital adalah:
a. Pada perpustakaan konvensional, akses terhadap dokumen terbatas pada kedekatan fisik. Pengguna harus datang untuk mendapat dokumen yang diinginkan, atau melalui jasa pos. Untuk mengatasi keterbatasan ini perpustakaan digital diharap mampu untuk menyediakan akses cepat terhadap katalog dan bibliografi serta isi buku, jurnal, dan koleksi perpustakan lainnya secara lengkap.
b. Melalui komponen manajemen database, penyimpanan teks, sistem telusur, dan tampilan dokumen elektronik, sistem perpustakaan digital diharapkan mampu mencari database koleksi yang mengandung karakter tertentu, baik sebagai kata maupun sebagai bagian kata. Di perpustakaan konvensional penelusuran seperti ini tidak mungkin dilakukan.
c. Untuk menyederhanakan perawatan dan kontrol harian atas koleksi perpustakaan.
d. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan tugas-tugas staf tertentu, misalnya menaruh terbitan baru di rak, mengembalikan buku yang selesai dipinjam ke rak, dan lain-lain.
e. Untuk mengurangi penggunaan ruangan yang semakin terbatas dan mahal.
2.3.2 Komponen Utama Pengembangan Perpustakaan digital
National Information Standards Organization (NISO, 2007) dalam
karyanya berjudul: A Framework of Guidance for Building Good Digital
Collections menguraikan komponen-komponen utama yang diperlukan sebagai
standar pengembangan perpustakaan digital. Ada empat jenis kriteria yang harus menjadi perhatian, yaitu:
a. Collection (organized groups of object), dengan prinsip-prinsip pengembangannya sebagai berikut:
a) Diwujudkan berdasarkan pada kebijakan pengembangan koleksi yang jelas.
b) Koleksi sebaiknya dideskripsikan. c) Dipelihara sepanjang waktu.
d) Tersedia secara luas.
e) Menghormati hak atas kekayaan intelektual. f) Memiliki mekanisme.
g) Koleksi interoperable.
h) Terintegrasi dengan alur kerja yang ada dalam institusi. i) Berkelanjutan sepanjang waktu.
b. Object (digital materials) prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman:
a) Eksis dalam format yang mendukung penggunaan yang diinginkan. b) Bisa dipelihara dimana obyek tidak akan menimbulkan rintangan dan
dapat diakses setiap saat.
c) Bermakna dan berguna di luar konteks lokal, mudah dipindahkan, bisa digunakan kembali, dan dapat dipertukarkan.
d) Ditandai dengan identifier yang tetap dan bersifat unik. e) Dapat diautentifikasi.
f) Memiliki metadata berkaitan.
c. Metadata (information about objects and collection), prinsip-prinsip yang
dapat digunakan:
a) Metadata sesuai dengan standar komunitas. b) Mendukung interoperability.
c) Menggunakan authority control dan standar konten
d) Mencakup tentang pernyataan tentang syarat- syarat penggunaan obyek digital.
e) Mendukung pemeliharaan dan preservasi jangka panjang terhadap obyek dalam koleksi.
d. Initiatives (programs or project to create and manage collections),
prinsip-prinsip yang dapat diterapkan:
a) Memiliki desain dasar dan komponen perencanaan.
b) Memiliki staf yang sesuai dengan keahlian yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
c) Mengikuti best practices untuk manajemen proyek. d) Memiliki komponen evaluasi.
e) Memasarkan dan menyebarluaskan informasi tentang proses dan hasil proyek kepada pemangku kepentingan.
2.3.3 Metode Utama Pengembangan Perpustakaan digital
Cleveland (1998) dalam Occasional Paper 8 berjudul Digital Libraries:
Definitions, Issues and Challenges yang diterbitkan International Federation of Library of Associations and Institutions (IFLA) menyatakan bahwa membangun
koleksi digital dapat dilakukan dengan tiga metode utama yakni:
a. Digitization, merupakan proses konversi koleksi berbentuk cetak, analog atau
media lain seperti buku, artikel jurnal, foto, lukisan, bentuk mikro ke dalam bentuk elektronik atau digital.
b. Acquisition of original digital works, maksudnya adalah mengadakan baik
melalui metode membeli atau berlangganan karya digital asli dari penerbit atau peneliti dalam bentuk misalnya jurnal elektronik (e-journal), buku elektronik (e-book) dan basis data online seperti Ebsco, Proquest, dan
Science Direct.
c. Acces to external materials, maksudnya adalah perpustakaan harus
mempunyai semacam jaringan ke sumber lain yang tidak tersedia secara lokal yang disediakan melalui website, koleksi perpustakaan lain atau
server-server milik penerbit-penerbit.
Lebih jauh Cleveland (1998) menyatakan beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi perpustakaan untuk melakukan digitasi koleksinya adalah: a. Kekuatan koleksi
Kekuatan koleksi sebuah perpustakaan menjadi pertimbangan bagi perpustakaan itu sendiri untuk melakukan ekspansi ke dalam format digital. b. Keunikan koleksi
Apabila perpustakaan hanya mempunyai satu salinan koleksi atau koleksi langka, maka perlu dipikirkan untuk melakukan digitasi terhadap koleksi tersebut. Biasanya koleksi-koleksi yang bernilai sejarah, kuno, langka dan tidak dapat ditemukan di tempat lain menjadi pertimbangan bagi perpustakaan untuk melakukan digitasi.
c. Prioritas bagi komunitas penggguna
Kebutuhan komunitas juga menjadi prioritas tersendiri bagi perpustakaan untuk melakukan digitasi koleksinya. Misal adanya kebutuhan kurikulum dari
universitas yang mewajibkan adanya sumber-sumber informasi digital yang diakses oleh mahasiswa melalui perpustakaan.
d. Kemampuan staf
Perpustakaan juga harus dapat mempertimbangkan bagaimana kemampuan staf dalam melakukan manajemen koleksi digital, mulai dari penguasaan terhadap teknologi informasi, bagaimana teknis dan prosedur digitasi, hingga bagaimana melakukan pengelolaan dan perawatan koleksi digital hasil digitasi. Hal ini perlu sebagai jaminan kesinambungan pengelolaan dan perancangan koleksi digital di perpustakaan tersebut.
2.3.4 Elemen Utama Perpustakaan Digital
Dalam Executive Summary Grand Design Perpustakaan Digital Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian (2006) proses pelaksanaan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web mencakup beberapa elemen utama yang harus menjadi perhatian. Elemen utama tersebut sangat menentukan keberhasilan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis
web.
Elemen utama tersebut terdiri atas (a) sarana media, (b) fungsi/jenis layanan (c) sistem pendukung dan (d) hubungan dengan instansi lain serta (e) elemen dasar dan (f) operasi pemeliharaan. Hubungan antar elemen utama pembentuk perpustakaan digital berbasis web tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Elemen dasar (basic element) sebagai salah satu elemen utama pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web, terdiri dari: (a) Sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, (b) koleksi yang lengkap dan berkualitas, (c) infrastruktur yang compatible, (d) standard operational procedure (SOP) yang lengkap, (e) anggaran yang cukup dan (f) manajemen yang modern.
Gambar 1 Diagram Model Perpustakaan Digital (Sumber: Executive Summary Grand Design Perpustakaan Digital PUSTAKA Litbang Deptan, 2006).
2.4 Elemen Dasar (basic elements) Perpustakaan Digital
Sebagai salah satu elemen utama perpustakaan digital, elemen dasar berarti bagian dasar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) disebutkan bahwa elemen dasar mengandung pengertian bagian yang penting atau yang dibutuhkan dari keseluruhan yang lebih besar.
Elemen dasar perpustakaan digital berarti bagian terpenting yang paling dibutuhkan dalam pengembangan perpustakaan digital berbasis web.
Sebagaimana diuraikan diatas menurut perpustakaan model yang dikembangkan oleh perpustakaan digital Pustaka Bogor elemen dasar tersebut terdiri atas:
a. SDM b. Koleksi c. Infrastruktur d. SOP e. Manajemen f. Anggaran
2.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Komponen pertama elemen dasar perpustakaan digital adalah SDM yang merupakan salah-satu elemen terpenting dalam pengembangan perpustakaan digital. Menurut Nawawi (2001) dalam Sudayat (2009) ada tiga pengertian SDM yaitu:
a. SDM adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
b. SDM adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
c. SDM adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi. Optimalisasi pengembangan perpustakaan digital membutuhkan SDM
perpustakaan digital yang professional, yaitu SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan mengelola perpustakaan digital. Menurut Maksum dan Darmawiredja (2007) pengelolaan Perpustakaan Model memerlukan SDM yang memiliki keahlian di bidang manajemen informasi dan dalam pengelolaan TIK. Jumlah tenaga perpustakaan yang dibutuhkan untuk satu perpustakaan model minimum empat orang, yang akan bertugas sebagai kepala, pelaksana teknis dan pelaksana layanan perpustakaan. Pendidikan formal yang diperlukan adalah bidang perpustakaan minimum D3 untuk tingkat terampil dan S1 untuk tingkat ahli. Untuk spesialisasi lain diperlukan pengalaman mengelola perpustakaan minimum lima tahun. Melalui program pelatihan SDM perpustakaan model harus memiliki kemampuan:
b. Mendigitasi dokumen c. Mengelola jaringan
d. Memahami instalasi dan konfigurasi perangkat lunak e. Memahami sistem perangkat lunak
f. Memahami perawatan perangkat keras g. Membangun dan mengelola Web h. Memahami multimedia
Menurut Chisenga (2003) SDM yang tersedia untuk perpustakaan digital harus memiliki syarat keterampilan yang memadai, terdiri dari: hardware
specialists, network administrators, database administrators, programmers, content developers, information managers (librarians). Sedangkan menurut
Achmad (2006) disamping kompetensi manajerial, untuk membangun perpustakaan digital dibutuhkan keterampilan teknis kompetensi TI, yaitu:
a. Kemampuan dalam penggunaan komputer (computer literacy) b. Kemampuan dalam menguasai basis data (database management)
c. Kemampuan dalam penguasaan peralatan TI (tools and technology skills) d. Kemampuan dalam penguasaan jaringan (computer network)
Adapun menurut Sulistyo-Basuki (2006) ada tiga kompetensi yang diperlukan pengembangan perpustakaan digital, yaitu kompetensi keilmuan, kompetensi bahasa dan kompetensi teknologi informasi (TIK). Kompetensi TIK mencakup kemampuan dalam:
a. Kompetensi dasar TIK
b. Kompetensi olah kata (word processing) c. Kompetensi surat elektronik (e-mail) d. Kompetensi internet dan intranet e. Kompetensi grafik
f. Kompetensi penyajian g. Kompetensi penerbitan
h. Kompetensi manajemen proyek dan lembar elektronik (spreadsheet) i. Kompetensi pangkalan data
j. Kompetensi pemeliharaan sistem (system maintenance)
k. Kompetensi desain dan pengembangan aplikasi dalam lingkungan web l. Kompetensi analisis sistem dan pemrograman.
Selanjutnya menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pengelolaan perpustakaan digital adalah:
a. Database Administrator (DBA), yaitu mempunyai kemampuan dan
tanggungjawab terhadap kelancaran basisdata, mekanisme backup agar data selalu aman dan recovery jika terjadi kerusakan data.
b. Network Administrator yaitu mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
terhadap kelancaran operasional jaringan komputer.
c. System Administrator yaitu mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
terhadap kelancaran sistem komputer dan pengaturan siapa saja yang berhak mengakses sistem.
d. Web Master yaitu mempunyai kemampuan dan tanggung jawab terhadap
kelancaran agar website beserta seluruh halaman yang ada didalamnya tetap beroperasi sehingga bisa diakses oleh pengguna.
e. Web Designer/Content Developer yaitu mempunyai kemampuan dan
tanggung jawab dalam merancang tampilan dan sekaligus mengatur isi
website.
Lebih jauh Australian National Training Authorithy (ANTA) dari Council of
Australian University Directors of Information Technology (CAUDIT, 2001),
Pusat Penelitian Antar Universitas Bidang Mikroelektronika (PPAUME) dari Institut Teknologi Bandung (2000) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2000) menyatakan kompetensi dasar standar (standard core
competency) yang harus dimiliki semua kategori lapangan pekerjaan bidang
teknologi informasi (TI), yaitu:
a. Kemampuan mengoperasikan perangkat keras (ANTA: ICAITU005B) b. Mengakses internet (ANTA: ICPMM63bA)
Sedangkan kompetensi per kategori pekerjaan adalah: a. SDM pengelola komponen countainers yaitu sebagai:
a) Network Administrator yang mempunyai tanggungjawab terhadap
kelancaran operasional jaringan komputer, dengan kompetensi: - Menghubungkan perangkat keras (ANTA: ICAITSO14B)
- Administer dan melakukan konfigurasi sistem operasi yang
- Mencari sumber kesalahan di jaringan dan memperbaikinya (ANTA: ICAITS122A)
- Mengelola network security (ANTA: ICAITS123A)
- Monitor dan administer network security (ANTA: ICAITS124A) - Memahami routing.
b) System Administrator yaitu mempunyai tanggung jawab terhadap
kelancaran sistem komputer dan pengaturan siapa saja yang berhak mengakses sistem serta kompetensi sesuai standar, dengan kompetensi:
- Menghubungkan perangkat keras (ANTA: ICAITSO14B) - Melakukan instalasi Microsoft Windows
- Melakukan instalasi Linux, memasang dan mengkonfigurasi e-mail server, ftp server, web server
- Memahami routing yaitu proses untuk memilih jalur yang harus dilalui oleh paket data.
c) Web Developer/Programer yaitu mempunyai tanggung jawab terhadap
kelancaran agar website beserta seluruh halaman yang ada di dalamnya tetap beroperasi sehingga bisa diakses oleh pengguna, dengan kompetensi:
- Membuat halaman web dengan multimedia (ANTA: ICAMM65DA) - Cammon Gateway Interface Programing.
b) SDM pengelola komponen contents yaitu:
a) Database Administrator (DBA), yaitu mempunyai kemampuan dan
tanggung jawab terhadap kelancaran basisdata, mekanisme backup agar data selalu aman dan recovery jika terjadi kerusakan data, dengan kompetensi :
- Memonitor dan administer sebuah database (ANTA: ICAITS125A) b) Web Designer/Content Developer, yaitu mempunyai kemampuan dan
tanggung jawab dalam merancang tampilan dan sekaligus mengatur isi
website dengan konpetensi:
- Kemampuan menangkap digital image (ANTA: ICPMM21CA) - Membuat halaman web dengan multimedia (ANTA: ICPMM65DA)
Terakhir yang bisa dianggap sebagai salah satu yang paling utama dari kualitas SDM perpustakan digital berbasis web adalah memiliki sertifikat kompetensi SDM bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sertifikat kompetensi TIK tersebut dapat dimiliki melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) telekomunikasi, multimedia dan informatika (Telematika).
LSP Telematika dibentuk oleh pemerintah yang harus dilaksanakan oleh komunitas Telematika dan bersifat independen serta professional. LSP bertugas menyelenggarakan standarisasi kompetensi kerja, menyiapkan materi uji serta mengakreditasi unit-unit tempat uji kompetensi dan menerbitkan Sertifikat Kompetensi TIK. Kegiatan kerjanya merujuk kepada Sertifikat ISO 17024.
Materi uji kompetensi LSP Telematika disusun berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang disahkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Penyusun SKKNI merupakan ahli telematika yang berasal dari Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Pendidikan, Kementerian Ristek dan beberapa perusahaan TI di Indonesia (LSP Telematika, 2012)
2.4.2 Koleksi
Elemen dasar kedua perpustakaan digital adalah koleksi digital, Maksum dan Darmawiredja (2007) menyatakan koleksi perpustakaan diutamakan dalam format digital baik untuk offline maupun online, sedangkan koleksi tercetak lebih diutamakan buku-buku tentang formula (standar) dan rujukan. Menurut Hartinah (2009) obyek digital yang mengisi perpustakaan digital sangat bervariasi meliputi teks, grafik, gambar, audio-video, program-program komputer, sedangkan Makarim dan Prastyo (2007) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya digital (digital resources) adalah koleksi-koleksi digital yang dimiliki, antara lain; lagu-lagu berformat MP3, film yang diputar dengan VCD/DVD player,
ringtone pada handphone, foto digital, e-mail dan dokumen softcopy suatu tulisan.
Surachman (2008) menyatakan bahwa koleksi digital dapat dipahami sebagai koleksi informasi dalam bentuk elektronik atau digital yang mungkin terdapat juga dalam koleksi cetak, yang dapat diakses secara luas menggunakan media komputer dan sejenisnya. Koleksi digital tersebut dapat berupa buku elektronik,
jurnal elektronik, database online atau statistik elektronik, sedangkan Pendit et.al. (2007) menyatakan secara garis besar ada empat sumberdaya informasi yaitu: a. Bahan dan sumber full text, termasuk di sini jurnal elektronik, koleksi digital
yang bersifat terbuka (open acces), buku elektronik, surat kabar elektronik, dan tesis serta disertasi digital.
b. Sumber daya metadata, termasuk perangkat lunak digital berbentuk katalog, indeks dan abstrak, atau sumber daya yang menyediakan informasi tentang informasi lainnya.
c. Bahan-bahan multimedia digital. d. Aneka situs di internet
2.4.3 Infrastruktur
Sebagai elemen dasar ketiga infrastruktur mempunyai beberapa pengertian di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) infrastruktur disebut prasarana, yaitu: segala yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses. Pengertian infrastruktur sebenarnya mencakup sarana-sarana teknologis yang berwujud fisik seperti: jaringan kabel, perangkat keras, dan bangunan-bangunan. Infrastruktur non fisik seperti struktur sosial budaya, cara kerja dan aspirasi masyarakat tempat infrastruktur itu berada, tersedia dari (PNRI, 2010). Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) berpendapat bahwa dalam pengembangan perpustakaan digital perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan komputer adalah sebagai elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital (lihat Gambar 2).
Gambar 2 Infrastruktur Ideal Perpustakaan Digital (Sumber:Modifikasi Infrstruktur Perpustakaan, Ruldeviyani dan Sucahyo, 2007)
2.4.3.1 Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras dalam sistem komputer adalah semua elemen fisik dalam komputer, seperti rangkaian terpadu (integrated circuit) kabel dan terminal (Downing dan Covington, 1990). Menurut Maksum dan Darmawiredja (2007) komponen perangkat keras berbasis TI yang diperlukan adalah:
a. Komponen input, yaitu perangkat keras yang digunakan untuk data entri informasi (keyboard, mouse, scanner).
b. Komponen output, adalah perangkat keras yang diperlukan untuk menampilkan data informasi melalui intranet dan internet (monitor, printer). c. Komponen pengolah untuk melakukan pengolahan dan eksekusi intruksi
(processor, motherboard).
d. Komponen memori untuk menyimpan data dan intruksi dalam bentuk elektronik digital (harddisk).
Perangkat keras lainnya yang diperlukan adalah perangkat untuk membangun jaringan intranet dan internet, yaitu perangkat untuk akses katalog, akses online serta server. Lebih rinci Maksum (2009) mengatakan hardware minimal yang diperlukan untuk mengembangkan perpustakaan digital adalah: 4 unit PC, 1 unit server, 1 unit hub, 1 unit router, 1 unit printer, 1 unit UPS, kabel konektor, instalasi listrik, instalasi jaringan, 1 unit kamera digital.
Dalam sebuah paket perpustakaan digital hardware yang dibutuhkan adalah PC dengan spesifikasi processor multicore processor minimal speed 2.2 GHz, memori 2 GB DDR2 SDRAM, hard drive 160 GB SATA-II 7200 RPM,
networking ethernet 10/100/1000 Mbps dan monitor LCD 15 (Berkatindo
Nusantara, 2010), selain itu saluran telepon dan modem (Pardosi, 2001), scanner (Suryandari,2007) dan komputer server.
Menurut pendapat Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) untuk pencapaian kinerja yang maksimum, sebuah perpustakaan digital bisa saja mempunyai beberapa server yang masing-masing mempunyai tugas pokok dan fungsi yang khusus sebagai berikut:
a. Web server, yaitu server yang akan melayani permintaan-permintaan layanan web page dari para pengguna internet.
b. Database server, yaitu jantung sebuah perpustakaan digital karena di sinilah
keseluruhan koleksi disimpan;
c. FTP server, yaitu untuk melakukan kirim/terima berkas melalui jaringan
komputer;
d. Mail server, yaitu server yang melayani segala sesuatu yang berhubungan
e. Printer server, yaitu untuk menerima permintaan-permintaan pencetakan,
mengatur antriannya, dan memprosesnya;
f. Proxy server, yaitu untuk pengaturan keamanan penggunaan internet dari
pemakai-pemakai yang tidak berhak dan juga dapat digunakan untuk membatasi ke situs-situs yang tidak diperkenankan.
2.4.3.2 Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak dalam sistem komputer adalah merupakan kumpulan program yang akan memberitahu komputer apa yang harus dilakukan. Perangkat keras yang membentuk sistem komputer tidak berarti tanpa adanya instruksi yang memberitahukan apa yang harus dilakukannya (Downing dan Covington 1990). Demikian pula pendapat Maksum (2007) software mencakup sekumpulan aturan atau panduan untuk kelangsungan aktivitas sistem informasi, program aplikasi komputer, program pengembangan dan program sistem operasi (operating
system).
Menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) sebuah perpustakaan digital paling tidak memerlukan dua perangkat lunak utama yaitu perangkat lunak untuk penyimpanan koleksi dan perangkat lunak untuk pencarian koleksi. Untuk penyimpanan koleksi, dibutuhkan sebuah sistem manajemen basis data yang bisa mendukung proses penambahan, pengubahan, penghapusan termasuk juga pencarian koleksi secara cepat. Oracle, Microsoft SQL server, dan IBM DB2 adalah basis data yang bersifat proprietary dan MySQL dan postgreSQL adalah basis data yang bersifat open source. Manajemen basis data tersebut dalam sebuah perpustakaan digital dapat dijakankan dilingkungan sistem operasi windows yaitu sistem operasi komputer yang bersifat proprietary atau sistem operasi unix/linux yaitu sistem operasi komputer yang bersifat open source ataupun berbagai variasinya atau sistem operasi lainnya
Untuk pencarian koleksi umumnya melalui internet, yaitu menggunakan web
browser dengan cara mengakses situs web yang menyediakan koleksi yang
dibutuhkan. Web browser adalah software yang digunakan untuk menampilkan halaman-halaman website yang ada di internet. Web browser yang popular adalah
interface yang popular antara lain Slims, GDL, Igloo dan Mysipisis. Sementara
itu diantara bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk membangunnya mulai dari Java, Perl, python, ASP ataupun PHP. Perangkat lunak berikutnya adalah untuk web server, yaitu software yang memberikan layanan data yang berfungsi menerima permintaan HTTP dari klien yang dikenal dengan browser
web dan mengirimkan kembali hasilnya dalam bentuk halaman-halaman web yang
umumnya berbentuk dokumen HTML (World Friend, 2010).
Salah satu web server yang paling banyak digunakan adalah web server Apache. Web server ini salah satunya dapat diperoleh dengan menginstal perangkat lunak XAMPP yaitu tool yang menyediakan paket perangkat lunak ke dalam satu buah paket. Dengan menginstall XAMPP maka tidak perlu lagi melakukan instalasi dan konfigurasi web server Apache, MySQL dan PHP secara manual. XAMPP akan menginstallasi dan mengkonfigurasikannya secara otomatis (Julie, 2010)
Fungsi Apache, MySQL dan PHP adalah:
a. Apache, merupakan aplikasi web server. Tugas utamanya adalah menghasilkan halaman web yang benar kepada user.
b. MySQL, merupakan database server. MySQL dapat digunakan untuk membuat dan mengelola database beserta isinya, termasuk menambahkan, mengubah dan menghapus data yang berada dalam database.
c. PHP, merupakan bahasa pemrograman web yaitu bahasa pemrograman untuk membuat web yang bersifat server-side scripting yang memungkinkan membuat halaman web yang bersifat dinamis.
2.4.3.3 Jaringan Komputer (computer netware)
Jaringan komputer merupakan gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi. Gabungan teknologi ini melahirkan pengolahan data yang dapat didistribusikan, mencakup pemakaian database, software aplikasi dan peralatan hardware secara bersamaan (Sopandi, 2008). Sedangkan Maksum dan Darmawiredja (2007) berpendapat bahwa jaringan (netware) merupakan unit telekomunikasi yang terdiri atas media, aliran data (data flow), topologi dan aturan, keamanan serta zona telekomunikasi yang diperlukan untuk mengakses informasi yang tersimpan dalam server untuk mempermudah dan mempercepat
para pengguna memperoleh informasi. Pola pengembangannya meliputi aktivitas input, proses dan output.
Untuk mengoptimalkan tujuan tersebut suatu perpustakaan digital memerlukan jaringan komputer (Gambar 3), baik jaringan lokal
(LAN/intranet/ektranet), maupun jaringan global (internet) sebagaimana pendapat
Pudjiono (2006), setelah memiliki koleksi digital, PC dan software maka diperlukan jaringan intranet minimal 100 Mbps dan internet (layanan global) minimal 128 Kbps. Selain dari itu kehadiran komputer personal (PC), Internet dan Word Wide Web (WWW) memungkinkan terciptanya perpustakaan digital (Ruldeviyani dan Sucahyo, 2007).
a. LAN
Jaringan wilayah lokal ( local area network atau biasa disingkat LAN) adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil; seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini, kebanyakan LAN berbasis pada teknologi IEEE 802.3 Ethernet menggunakan perangkat switch, yang mempunyai kecepatan transfer data 10, 100, atau 1000 Mbps. Selain teknologi Ethernet, saat ini teknologi 802.11b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN. Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa disebut hotspot, (PSB-SMA, 2010]
b. Intranet dan Ekstranet
Intranet adalah sebuah jaringan komputer berbasis protokol TCP/IP seperti internet, hanya saja digunakan dalam internal perpustakaan. Antar intranet dapat saling berkomunikasi dengan yang lainnya melalui sambungan internet yang memberikan tulang punggung komunikasi jarak jauh.
Gambar 3 Diagram Model Jaringan Perpustakan (sumber: Perpustakaan Model Pustaka Bogor)
Jika sebuah perpustakaan mengekspos sebagian dari internal jaringannya ke komunitas di luar, hal ini disebut ekstranet. Perpustakaan dapat melakukan pemblokiran akses ke intranet melalui router dan pengaturan akses ke intranet dengan meletakan firewall (Purbo, 2010).
c. Internet
Internet (Interconnected Network) merupakan jaringan global yang menghubungkan komputer yang satu dengan lainnya diseluruh dunia (oleh alat pengatur lalu lintas data, yang dinamakan routers) meskipun beda sistem operasi dan mesin. Dengan Internet, komputer dapat saling terhubung untuk berkomunikasi, berbagi dan memperoleh informasi. Internet sebenarnya adalah suatu sistem global jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar internet protokol (TCP/IP) (Wijaya, 2012)
Menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) sesuai dengan kepanjangannya, Internet terdiri dari sekumpulan jaringan komputer milik perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa masing-masing jaringan komputer yang terhubung dan dikelola secara independen. Dengan adanya internet memungkinkan data digital di satu tempat bisa diakses dengan mudah dan cepat dari tempat lain.
d. World Wide Web (WWW)
WWW atau sering disebut sebagai web adalah dokumen-dokumen internet yang disimpan di server-server yang terdapat diseluruh dunia. Dokumen web tersebut dibuat dengan menggunakan format hypertext dan hypermadia, yaitu
Hypertext Markup Languange (HTML). HTML mempunyai kemampuan untuk
menghubungkan (link) sebuah dokumen dengan dokumen yang lain. Halaman-halaman web yang dibuat menggunakan HTML digunakan untuk menyimpan informasi. Informasi yang disajikan dalam bentuk grafis (dalam format GIF, JPG, PNG), suara (dalam format AU, WAV), dan objek multimedia lainnya (seperti MIDI, Shockwave, Quicktime Movie, 3D World). Web dapat diakses oleh perangkat lunak web client yang disebut browser. Browser dapat membaca halaman-halaman web yang tersimpan dalam web server atau sering tersimpan dalam web server atau yang disebut URL (Sugiono, 2009)
2.4.4 Standard Operation Procedure (SOP)
Elemen dasar ke empat adalah SOP, yang diperlukan diberbagai bidang kegiatan termasuk kegiatan pengembangan perpustakaan digital. SOP diperlukan
agar proses operasional kegiatan berlangsung secara teratur. Proses yang sudah berlangsung teratur dapat tetap berjalan walaupun orang yang bertanggung jawab pada proses tersebut tidak hadir, karena perannya dapat digantikan orang lain.
SOP merupakan suatu rangkaian instruksi tertulis yang mendokumentasikan
kegiatan atau proses rutin yang terdapat pada suatu bidang kegiatan. Menurut Mustafa dan Yulia (2005) SOP atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah prosedur baku mutu adalah suatu panduan tertulis dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di suatu lembaga untuk menjamin standar mutu hasil pekerjaan. Sedangkan Aries dan Saleh, (2004) mendefinisikan SOP sebagai dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. Dengan adanya SOP, maka standar mutu layanan yang akan dihasilkan oleh suatu pekerjaan dapat diukur sebelumnya. Demikian juga mutu layanan yang diharapkan diberikan kepada pengguna dapat ditentukan. Selanjutnya dengan SOP akan mudah melaksanakan pekerjaan, karena ada pedoman yang diikuti dan kontrol terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah.
Perpustakaan digital yang koleksinya berformat digital tersimpan dalam suatu komputer server harus dapat diakses dengan komputer secara cepat dan mudah melalui jaringan komputer. Oleh karena itu maka SOP sangat diperlukan untuk menjalankan operasional sebuah perpustakaan digital agar memberikan manfaat lebih bagi pengguna dan yang menjalankan tugas-tugas sebagai pustakawan. Dalam grand design perpustakaan digital Pustaka Litbangtan, pembuatan SOP terdiri dari:
a) SOP untuk digitalisasi bahan perpustakaan
b) SOP untuk penanganan dokumen digital
c) SOP untuk sistem layanan perpustakaan digital
d) SOP untuk pemeliharaan jaringan
e) SOP untuk pemeliharaan web
Biasanya SOP disusun berbentuk modul-modul, setiap kegiatan dibuat SOP yang berdiri sendiri atau ada keterkaitan dengan modul lainnya. Modul kegiatan perpustakaan terdiri dari nomor kode modul, judul modul, cakupan, tujuan, standar yang digunakan, tahapan kegiatan, alur kerja dalam bentuk diagram, serta
formulir-formulir yang mungkin digunakan dan biaya atau keterangan lain yang diperlukan terkait langsung dengan isi modul tersebut (Mustafa dan Yulia, 2005). Contoh SOP yang diperlukan dalam pengembangan perpustakaan digital antara lain SOP digitalisasi bahan perpustakaan dan penanganan dokumen digital (Lampiran 1 s.d 2)
2.4.5 Manajemen
Elemen dasar kelima adalah manajemen yang secara umum adalah merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dalam Daryono, 2008). Oleh karena itu, apabila proses dan sistem perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan tidak baik, maka proses manajemen secara keseluruhan tidak lancar, dan proses pencapaian tujuan akan terganggu dan mengalami kegagalan.
Berdasarkan Standard National Information Standards Organisation (NISO, 2007) pengembangan koleksi digital sebaiknya berpedoman pada kriteria four
core types of entities sebagaimana diuraikan dalam komponen utama
pengembangan perpustakaan digital tersebut diatas, yaitu: a. Collection (organized groups of object)
b. Object (digital materials)
c. Metadata (information about objects and collections)
d. Initiatives (program or projects to create and manage collection)
Adapun manajemen perpustakaan digital menurut Arif (2003) adalah penerapan teknologi informasi (TI) sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Manajemen pengembangan perpustakaan digital tersebut antara lain melalui proses digitization sebagaimana menurut Suryandari (2007) manajemen perpustakaan di era digital salah satunya dibatasi pada proses digitalisasi.
Selanjutnya menurut Cleveland (1998) dari IFLA sebagaimana diuraikan diatas, selain proses digitization membangun koleksi digital dapat dilakukan dengan metoda lainnya yaitu Acquisition of original digital works dan Acces to
external materials. Proses digitalisasi (digitization ) menurut Suryandari (2007)
adalah proses yang mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Proses tersebut (Gambar 4) dibedakan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Scanning, yaitu proses memindai dokumen dari bentuk cetak dan
mengubahnya ke dalam bentuk berkas digital. Berkas yang dihasilkan adalah berkas PDF. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah canon IR2200. b. Editing, adalah proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara
memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya, dengan software adobe acrobat, termasuk proses OCR (Optical
Character Recognition). Proses OCR adalah sebuah proses yang mengubah
gambar menjadi teks.
c. Uploading, adalah proses pengisian (input) metadata dan meng-upload berkas
dokumen tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF yang berisi full text karya tulis dari mulai halaman judul hingga lampiran, yang telah melalui proses editing.
Dibagian akhir diagram pada Gambar 4 terdapat dua server, yaitu : sebuah
server yang terhubung ke intranet dan server yang terhubung ke intranet, server
pertama berisi seluruh metadata dan full text karya akhir yang dapat diakses oleh seluruh pengguna di dalam Local Area Network (LAN). Sedangkan server yang kedua adalah yang terhubung ke internet, berisi metadata dan abstrak karya akhir tersebut.
Sedangkan menurut Rufaidah (2007) pengolahan mencakup proses
digitalisasi, pembuatan metadata dan uploading. Pembuatan metadata untuk
keperluan penelusuran berbasis web dan uploading adalah memindahkan data atau dokumen ke server web untuk akses dokumen digital melalui jaringan internet, sedangkan penyimpanan dokumen digital di server lokal untuk akses di perpustakaan setempat atau penyimpanan di CD-ROM. Proses terakhir pendistribusian dokumen yaitu proses penyebarluasan hasil penyimpanan dokumen ke masyarakat pengguna sesuai bentuk penyimpanannya. Proses lainnya adalah konversi dilakukan jika dokumen sudah dalam bentuk softcopy untuk menyamakan format dan mengatur penamaan file.
Gambar 4 Alur Kerja Digitalisasi (Sumber: Modifikasi Alur Kerja Digitalisasi Suryandari,2007)
2.4.6 Anggaran
Elemen dasar keenam adalah anggaran, yaitu rencana penjatahan sumber daya yang dinyatakan dengan angka, biasanya dalam satuan uang (Depdikbud, 1988). Secara garis besar anggaran yang diperlukan dalam pengembangan perpustakaan digital terbagi dua yaitu anggaran untuk investasi awal dan
operasional. Besarnya anggaran yang diperlukan tergantung faktor-faktor pendukung perpustakaan digital yang tersedia dalam sebuah perpustakaan.
Siregar (1999) menyatakan bahwa penyediaan layanan digital memerlukan pendanaan baik untuk investasi awal maupun operasionalnya. Dana investasi digunakan untuk perangkat keras dan lunak, dana operasional antara lain digunakan untuk proses digitalisasi. Besarnya biaya yang diperlukan tergantung pada berbagai faktor diantaranya infrastruktur dan prasarana yang tersedia, jumlah terminal layanan akses yang akan disediakan, jenis server yang akan digunakan dan tenaga pengembang yang tersedia.
Sementara itu Suryandari (2007) berdasarkan hasil pengalaman lapangan membedakan struktur pembiayaan proses digitalisasi pada jumlah anggaran yang tersedia menjadi perpustakaan besar, menengah dan kecil, dengan rincian sebagai berikut:
a. Perpustakaan besar memiliki dana sekitar Rp 57.000.000 (lima puluh tujuh juta rupiah) untuk investasi awal, yaitu biaya peralatan dan jasa yang sifatnya tidak rutin dan Rp 4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk biaya operasional proses digitalisasi 400 tesis per bulan (total 1.600 tesis/4 bulan). b. Perpustakaan menengah memiliki dana sekitar Rp 30.000.000 (tiga puluh juta
rupiah) untuk investasi awal, yaitu biaya peralatan dan jasa yang sifatnya tidak rutin dan Rp 3.000.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) untuk biaya operasional proses digitalisasi 400 tesis per bulan (total 1.600 tesis/4 bulan). c. Perpustakaan kecil memiliki dana sekitar Rp 11.000.000 (sebelas juta rupiah)
untuk investasi awal, yaitu biaya peralatan dan jasa yang sifatnya tidak rutin dan Rp 400.000 (empat ratus ribu rupiah) per bulan untuk biaya operasional proses digitalisasi (400 tesis/4 bulan).
Struktur pembiayaan digitalisasi tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu biaya rutin (bulanan) dan biaya investasi (tidak rutin, dikeluarkan hanya satu kali pada saat proyek akan dimulai). Rincian anggaran dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai 11. Sementara itu di Pustaka Bogor selain anggaran pembiayaan investasi dan operasional proses digitization anggaran terbesar lainnya adalah anggaran operasional acquisition of original digital work yaitu pengadaan karya digital asli (born digital).