• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. bersumber pada aspek, fragmen atau pada dimensi sosialnya. Di sisi lain, perubahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. bersumber pada aspek, fragmen atau pada dimensi sosialnya. Di sisi lain, perubahan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Persoalan pokok dari penelitian ini adalah fenomena perubahan sosial. perubahan sosial pada umumnya bisa berasal dari berbagai sumber, baik yang bersumber pada aspek, fragmen atau pada dimensi sosialnya. Di sisi lain, perubahan sosial tidak bisa dilepaskan dari sebuah pandangan bahwa masyarakat tidak berada dalam kondisi yang statis yang berarti bahwa semua realitas sosial senantiasa berubah dengan derajat kekecepatan, intensitas dan tempo yang berbeda-beda. selain itu, proses perubahan sosial berperan pada berbagai tingkat kehidupan sosial baik dalam skala mikro, mezzo maupun makro.

Penelitian ini dilakukan mengacu pada beberapa asumsi dasar yang muncul terkait motif dari hadirnya TKA-TPA di Kotagede. Selain itu rumusan masalah dalam penelitian ini juga difokuskan pada perubahan apa saja yang terjadi dalam dinamika perkembangan pengajian anak dan TKA-TPA di Kotagede. Keduanya menjadi bagian penting dalam penelitian ini sebagai landasan untuk memberikan gambaran bentuk dan pola perubahan sosial yang terjadi di Kotagede melalui fenomena keberadaan pengajian anak dan TKA-TPA di Kotagede.

Terdapat beberapa fakta dan temuan penting yang peneliti temukan selama proses penelitian lapangan. Temuan-temuan tersebut secara garis besar memberikan gambaran perbedaan bentuk dan perubahan yang terjadi pada dua lembaga tersebut. Perbedaan dan perubahan tersebut terbagi dalam lima aspek: Pertama, konteks

(2)

2

kemunculan. Kedua, aspek tata kelola. Ketiga, proses regenerasi. Keempat, kurikulum dan kelima, adalah aspek relasi sosial. kelimanya merupakan temuan penting yang kemudian dijadikan sebagai dasar analisis.

Secara ringkas, kelima temuan lapangan tersebut menjelaskan bagaimana proses perubahan sosial tersebut berlangsung. Pertama, dari segi aspek konteks kemunculan. fenomena kemunculan TKA-TPA merupakan sebuah skema pelembagaan yang terulang. Antara pengajian anak dan TKA-TPA mempunyai sebuah tipologi yang sama, keduanya sama-sama berusaha untuk menjawab kebutuhan namun dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Kemunculan pengajian anak merupakan bentuk respon akan kondisi dan sistem yang tidak mendukung, disisi lain kemunculan TKA-TPA merupakan sebuah respon dalam menjawab tantangan perubahan zaman. Keduanya mempertahankan eksistensinya menggunakan sebuah alat berupa wadah bersama yang menghubungkan antara satu unit dengan unit lainnya yaitu FOKOPA (yang masih eksis untuk saat ini) pada pengajian anak dan BADKO pada TKA-TPA.

Kedua, aspek tata kelola. Tatakelola yang dimaksud disini berupa sumber pendanaan yang didapat oleh kedua lembaga tersebut. Kedua lembaga tersebut mempunyai mekanisme memperoleh sumber pendanaan yang berbeda. Sumber pendanaan pada pengajian anak bersumber dari donatur yang berasal dari lingkungan sekitar lokasi pengajian anak tersebut berada, sedangkan TKA-TPA sebagian besar bersumber dari SPP yang ditanggung oleh para santri meskipun terdapat juga donatur namun hanya sebagian kecil.

(3)

3

Ketiga, proses regenerasi. Pada pengajian anak, regenerasi diartikan dalam sebuah mekanisme yang tertutp dan bersifat alami sebagai sebuah kejadian yang terus menerus terjadi, dimana proses pertukaran dilandaskan pada moralitas, sedangkan pada TKA-TPA regenerasi diartikan dalam sebuah mekanisme dan pola rekrutmen yang prosedural dan terbuka dimana proses pertukaran cenderung megarah kepada bentuk hubungan timbal balik transaksional.

Keempat, kurikulum. Dengan pola kelembagaan yang berbeda, keduanya mempunyai materi pembelajaran yang berbeda pula. Pada pengajian anak kegiatan dan aktivitas mengaji berjalan begitu saja tanpa adanya sebuah kurikulum dan materi yang akan disampaikan, setiap kegiatan mengalir sesuai kemauan para pengasuh maupun anak didik itu sendiri. Sedangkan TKA-TPA telah mempunyai standart kegiatan belajar mengajar yang lebih professional dan tertata dengan adanya kurikulum dan kalender pendidikan sebagai landasan berkegiatan.

Kelima, relasi sosial. interaksi sosial yang terjadi pada pengajian anak cenderung mengarah pada sebuah pola hubungan paguyuban yang didasarkan pada

bentuk-bentuk hubungan ketetanggaan.sedangkan TKA-TPA dalam aspek

keikutsertaan anak didik maupun sutadz-ustadzah yang mengajar di dalamnya lebih heterogen dimana sebagian besar ustadz-ustadzah maupun peserta didik berasal dari luar lingkungan TKA-TPA tersebut. Kecenderungan yang terjadi pada TKA-TPA dimana pola interaksi sosial dan hubungan sosial antara satu dengan yang lainya lebih terbatas dan bersifat patembayan.

(4)

4

Berdasarkan serangkaian kegiatan analisis data dari temuan di lapangan yang diperoleh melalui tahap observasi dan wawancara mendalam yang peneliti lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa: “Munculnya TKA-TPA dalam lingkungan pengajian anak di Kotagede merupakan sebuah bentuk dari revitalisasi lembaga pengajian anak. Revitalisasi ini berupa perubahan fundamental dalam proses regenerasi yang tadinya membentuk pola resiprositas umum (moralitas) kemudian bergeser menjadi pola resiprositas negatif (transaksional). Perubahan kelembagaan dan pola resiprositas tersebut secara tidak langsung berimplikasi pula pada bentuk hubungan sosial yang tadinya bersifat paguyuban mulai bergeser pada bentuik hubungan sosial yang bersifat patembayan”.

B. Saran

Saran akademik, pada penelitian ini didasarkan pada dua isu yang secara umum berkaitan dengan penelitian . Pertama persoalan metode (pendekatan sejarah) dan kedua terkait isu yang diteliti yaitu perubahan sosial di Kotagede. Salah satu kesulitan penelitian yang menggunakan metode sejarah sebagai framing dalam merekontruksi sejarah adalah untuk menemukan sumber sejarah, terutama pelaku sejarah. Kasus pada penelitian ini dimana sumber sejarah yaitu para pelaku sejarah awal terbentuknya salah satuk kelompok pengajian anak Kotagede, yaitu PPKS yang muncul pada tahun 60an sangat sulit ditemui lebih dikarenakan faktor usia.

Sebagai saran untuk penelititan-penelitian selanjutnya yang berbasis pada metode sejarah, proses merekonstruksi sejarah yang bisa saja terhambat dengan persoalan tersebut, bisa didekati menggunakan sumber sejarah yang lainnya baik

(5)

5

yang bersumber dari catatan-catatan sejarah para pelaku sejarah, maupun saksi sejarah yang secara tidak langsung mengetahui peristiwa sejarah baik itu yang bersumber dari orang-orang terdekat para pelaku sejarah maupun orang-orang umum yang mengetahui peristiwa tersebut.

Isu perubahan sosial, dalam kajian ilmu sosial, menjadi salah satu metode untuk melihat kemana arah dinamika sosial sebuah masyarakat, atau dalam hal tertentu perubahan sosial menjadi sebuah tujuan dari adanya rekayasa sosial melalaui berbagai bentuk kebijakan maupun program. Dalam konteks lokal Kotagede, kajian perubahan sosial bisa dilihat dari berbagai fenomena yang kemudian bisa dijadikan penelitian-penelitian selanjutnya diantaranya: status Kotagede yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi sebagai Kawasan Cagar Budaya, masuknya berbagai komunitas keagamaan seperti NU dan Majlis Mujahidin dan lain sebagainya.

Secara praksis. Keberadaan Pengajian anak dan TKA-TPA di Kotagede merupakan sebuah realita, realita dimana masyarakat Kotagede sedang mengalami proses perubahan sosial. Melalui dua lembaga tersebut dapat dilihat bagaimana bentuk perubahannya. Namun perlu disadari, keberadaan kedua lembaga tersebut sudah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sosial masyarakat Kotagede. Meskipun demikian, diketahui bahwa keduanya tidak saling bersinergi, oleh karenanya, kedepan di Kotagede harus ada sinergi antara pengajian anak dengan TKA-TPA, dari keduanya minimal terjalin komunikasi antara FOKOPA sebagai forum dari pengajian anak (yang saat ini ada) dan BADKO sebagai wadah dari TKA-TPA. keduanya harus bertemu dan berembug apa yang terbaik untuk Kotagede.

(6)

6

Disadari atau tidak perlahan namun pasti dalam dinamika sosial yang terjadi pasti akan muncul sebuah tantangan baru. Dan kedua lembaga tersebut harus mampu melihat kemana arah perubahan tersebut, bagamana cara merespon perubahan tersebut dan apa langkah solutifnya.

Berbicara tentang konsep kaderisasi, salah satu kecenderungan yang muncul saat ini adalah, terkesan proses kaderisasi yang terjadi dalam TKA-TPA mandeg ketika program TKA-TPA telah selesai. Artinya bahwa terdapat pola yang lepas ketika TKA-TPA selesai dilakukan. Diperlukan sebuah wadah untuk menampung para santri-santri TKA-TPA yang sudah lulus dari TKA-TPA sehingga tidak terkesan lepas begitu saja. Dan ini perlu mendapat perhatian dari para aktivis TKA-TPA bagaimana merespon kecenderungan ini. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah bertemu dengan pengajian anak yang ada di setiap kampung, berfikir bersama bagaimana hal tersebut mampu dijadikan peluang kembali melembagakan pengajian anak diluar bulan ramadhan, tentu saja dengan berbagai bentuk kelembagaan dan sekema yang sesuai dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi.

Salah satu skema kelembagaan yang dapat diterapkan dan mengakomodir kedua bentuk tersebut adalah pengajian anak menjadi grand designe kelembagaan yang di dalamnya terdapat salah satu divisi, bagian ataupun departemen yang membidangi TKA-TPA dimana bidang tersebut tetap berada dalam kordinasi BADKO (kurikulum, metode dan lain sebagainya yang dirasa cocok) namun secara keseluruhan berada dalam sistem pengajian anak, sehingga ketika seorang santri telah selesai dalam TKA-TPA mereka masih terikat dalam sebuah ikatan pengajian anak

(7)

7

dimana anak maupun remaja mampu menjadikanya sebagai bagian dari proses aktualisasi diri.

Tentu hal ini tidak bisa dilakukan tanpa dukungan dari berbagai pihak, diantaranya adalah para pengurus kampung. Pengurus kampung baik itu ditingkat RT maupun RW, pimpinan Ranting Muhammadiyah, para takmir masjid, langgar dan mushola dan tentunya masyarakat harus bersama nyengkuyung keberadaan lembaga tersebut sehingga keberadaanya menjadi bagian penting dalam sebuah tradisi kaderisasi yang terdapat di Kotagede.

Referensi

Dokumen terkait

Dari peristiwa pergantian status Provinsi Aceh sebagai Daerah Istimewa yang kemudian ditambah lagi dengan status Otonomi Khusus dan kemudian diganti lagi bahkan dicabut status

8) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, 9) Fasilitas lain yang memberikan manfaat (Waluyo, 2004). 2) Ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan

Pakaian kerja yang disediakan oleh perusahaan memberikan rasa aman dan nyaman selama saya bekerja. Universitas

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang nyata terhadap keberhasilan jantanisasi benih ikan cupang dengan penambahan tepung testis

First is KRS (study plan card) and KHS (study result card) via online. This service has been given since the announcement of lecture schedule, students enter what courses

Keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk ataupun jasa merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pemasar, karena

Memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan kepada masalah semula. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) mendiskripsikan latar kehidupan dari Iwan Simatupang, 2) mendiskripsikan struktur naskah drama Bulan Bujur Sangkar karya Iwan