• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengaturan Beban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Pengaturan Beban"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATU

PENGATU RAN BRAN B EBAEBA N DN D I I PT. PT. PLN PLN (Pe(Persrseero) P3ro) P3B JB AB JB A PBPB JAW

JAWA TIMA TIM URUR

4.1

4.1 Pengendalian OperasiPengendalian Operasi

Pada Area Pengaturan Beban PLN terdapat beberapa aturan baku Pada Area Pengaturan Beban PLN terdapat beberapa aturan baku  pelaksanaan

 pelaksanaan kerja. kerja. Acuan-acuan Acuan-acuan ini ini menjadi menjadi pedoman pedoman mutlak mutlak bagibagi karyawan-karyawati dalam melaksanaakan pekerjaan. Salah satu acuan karyawan-karyawati dalam melaksanaakan pekerjaan. Salah satu acuan yang ada adalah tentang pengendalain operasi, hal ini menjadi begitu yang ada adalah tentang pengendalain operasi, hal ini menjadi begitu  penting

 penting mengingat ini mengingat ini memiliki kaitan memiliki kaitan erat erat terhadap terhadap ketersediaan listrikketersediaan listrik dia daerah Jawa-Bali.

dia daerah Jawa-Bali. 4.1.1.

4.1.1. Tujuan pengendalian operasiTujuan pengendalian operasi

Tujuan pengendalian operasi sistem tenaga yaitu mengatur Tujuan pengendalian operasi sistem tenaga yaitu mengatur operasi sistem pembangkitan dan sistem penyaluran secara rasional dan operasi sistem pembangkitan dan sistem penyaluran secara rasional dan ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan, sehingga ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan, sehingga  penggunaan

 penggunaan tenaga tenaga listrik listrik dapat dapat mencapai mencapai daya daya guna guna dan dan hasil hasil gunaguna yang semaksimal mungkin

yang semaksimal mungkin 4.1.2.

4.1.2. Kriteria Penyediaan Tenaga ListrikKriteria Penyediaan Tenaga Listrik Dalam memenuhi

Dalam memenuhi  perubahan  perubahan fluktuasi fluktuasi beban beban dalamdalam menyediakan tenaga listrzik harus memenuhi 3 faktor yang saling menyediakan tenaga listrzik harus memenuhi 3 faktor yang saling  berkaitan satu sam

 berkaitan satu samu lainnya yaitu:u lainnya yaitu: a.

a. Ekonomis / MurahEkonomis / Murah

Biaya operasi (fuel cost) dari unit pembangkit yang Biaya operasi (fuel cost) dari unit pembangkit yang bermacam-macam jenis harus semurah mungkin

macam jenis harus semurah mungkin  b.

 b. MutuMutu

Tolok Ukurnya Adalah Tegangan & Frekuensi Tolok Ukurnya Adalah Tegangan & Frekuensi c.

c. KeandalanKeandalan

Tolok ukurnya kontinyuitas pasokan daya Tolok ukurnya kontinyuitas pasokan daya 4.1.3.

4.1.3. Sasaran Pengendalian Operasi SistemSasaran Pengendalian Operasi Sistem

Dalam melakukan pengendalian operasi sistem PLN memiliki Dalam melakukan pengendalian operasi sistem PLN memiliki  beberapa sasaran utam

(2)

a.

a. Memenuhi kebutuhan tenaga listrik para pelanggan setiap saatMemenuhi kebutuhan tenaga listrik para pelanggan setiap saat  b.

 b. Mengatur pembagian beban masing-masing pembangkit setiapMengatur pembagian beban masing-masing pembangkit setiap saat sehingga dicapai biaya produksi yang ekonomis

saat sehingga dicapai biaya produksi yang ekonomis c.

c. Mengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup setiapMengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup setiap saat sehingga keandalan dapat dipertahankan

saat sehingga keandalan dapat dipertahankan 4.1.4.

4.1.4. Kondisi OperasiKondisi Operasi A.

A. Kondisi normal :Seluruh konsumen dapat dilayani, kendalaKondisi normal :Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi teratasi dan sekuriti sistem dapat dipenuhi:

operasi teratasi dan sekuriti sistem dapat dipenuhi: a.

a. Konfigurasi jariKonfigurasi jaringan ditetapkan sedemlkian rupangan ditetapkan sedemlkian rupa sehingga andal, memenuhi kriteria keamanan N

sehingga andal, memenuhi kriteria keamanan N  –  –  1. 1.  b.

 b. Mutu terpenuhi dalam hal ini balk Frekuensi maupunMutu terpenuhi dalam hal ini balk Frekuensi maupun tegangan sesuai nominal yang ditentukan.

tegangan sesuai nominal yang ditentukan. c.

c. Tidak teljadi penyimpangan yang signifikan dariTidak teljadi penyimpangan yang signifikan dari rencana operasi harian (kendala operasi, beban dan rencana operasi harian (kendala operasi, beban dan sekuriti terpenuhi)

sekuriti terpenuhi) B.

B. Kondisi siaga : Seluruh konsumen dapat dilayani, namun sistemKondisi siaga : Seluruh konsumen dapat dilayani, namun sistem kekurangan cadangan operasi, aninya cadangan tidak sebesar kekurangan cadangan operasi, aninya cadangan tidak sebesar  pembangkit terbesa

 pembangkit terbesar, tidak memenuhi kriteria ker, tidak memenuhi kriteria keamanan N - 1.amanan N - 1. C.

C. Kondisi darurat :Sistem tenaga listrik tidak normal, sebagianKondisi darurat :Sistem tenaga listrik tidak normal, sebagian konsumen tidak dapat terlayani.Ketidaknormalan dapat terjadi konsumen tidak dapat terlayani.Ketidaknormalan dapat terjadi  pada

 pada sisi sisi pembangkitan pembangkitan ataupun ataupun sistem sistem pe-nyaluran, pe-nyaluran, kendalakendala operasi tidak dapat dipenuhi.

operasi tidak dapat dipenuhi. D.

D. Kondisi pemulihan : Peralihan kondisi, dari “Darurat” menjadiKondisi pemulihan : Peralihan kondisi, dari “Darurat” menjadi “Siaga” maupun “Normal”

“Siaga” maupun “Normal” 4.1.5.

4.1.5. Wewenang OperasiWewenang Operasi A.

A. Dispatcher BOPS P3B :Dispatcher BOPS P3B : a.

a. Pembangkit yang tersambung ke sistem 500 kVPembangkit yang tersambung ke sistem 500 kV  b.

 b. SUTET & GITET 500 kSUTET & GITET 500 k c.

c. Pembangkit yang tersambung ke sistem I50 kV denganPembangkit yang tersambung ke sistem I50 kV dengan kapasitas 3 50 MW, mempengaruhi frekuensi STL. perintah kapasitas 3 50 MW, mempengaruhi frekuensi STL. perintah

(3)

a.

a. Memenuhi kebutuhan tenaga listrik para pelanggan setiap saatMemenuhi kebutuhan tenaga listrik para pelanggan setiap saat  b.

 b. Mengatur pembagian beban masing-masing pembangkit setiapMengatur pembagian beban masing-masing pembangkit setiap saat sehingga dicapai biaya produksi yang ekonomis

saat sehingga dicapai biaya produksi yang ekonomis c.

c. Mengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup setiapMengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup setiap saat sehingga keandalan dapat dipertahankan

saat sehingga keandalan dapat dipertahankan 4.1.4.

4.1.4. Kondisi OperasiKondisi Operasi A.

A. Kondisi normal :Seluruh konsumen dapat dilayani, kendalaKondisi normal :Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi teratasi dan sekuriti sistem dapat dipenuhi:

operasi teratasi dan sekuriti sistem dapat dipenuhi: a.

a. Konfigurasi jariKonfigurasi jaringan ditetapkan sedemlkian rupangan ditetapkan sedemlkian rupa sehingga andal, memenuhi kriteria keamanan N

sehingga andal, memenuhi kriteria keamanan N  –  –  1. 1.  b.

 b. Mutu terpenuhi dalam hal ini balk Frekuensi maupunMutu terpenuhi dalam hal ini balk Frekuensi maupun tegangan sesuai nominal yang ditentukan.

tegangan sesuai nominal yang ditentukan. c.

c. Tidak teljadi penyimpangan yang signifikan dariTidak teljadi penyimpangan yang signifikan dari rencana operasi harian (kendala operasi, beban dan rencana operasi harian (kendala operasi, beban dan sekuriti terpenuhi)

sekuriti terpenuhi) B.

B. Kondisi siaga : Seluruh konsumen dapat dilayani, namun sistemKondisi siaga : Seluruh konsumen dapat dilayani, namun sistem kekurangan cadangan operasi, aninya cadangan tidak sebesar kekurangan cadangan operasi, aninya cadangan tidak sebesar  pembangkit terbesa

 pembangkit terbesar, tidak memenuhi kriteria ker, tidak memenuhi kriteria keamanan N - 1.amanan N - 1. C.

C. Kondisi darurat :Sistem tenaga listrik tidak normal, sebagianKondisi darurat :Sistem tenaga listrik tidak normal, sebagian konsumen tidak dapat terlayani.Ketidaknormalan dapat terjadi konsumen tidak dapat terlayani.Ketidaknormalan dapat terjadi  pada

 pada sisi sisi pembangkitan pembangkitan ataupun ataupun sistem sistem pe-nyaluran, pe-nyaluran, kendalakendala operasi tidak dapat dipenuhi.

operasi tidak dapat dipenuhi. D.

D. Kondisi pemulihan : Peralihan kondisi, dari “Darurat” menjadiKondisi pemulihan : Peralihan kondisi, dari “Darurat” menjadi “Siaga” maupun “Normal”

“Siaga” maupun “Normal” 4.1.5.

4.1.5. Wewenang OperasiWewenang Operasi A.

A. Dispatcher BOPS P3B :Dispatcher BOPS P3B : a.

a. Pembangkit yang tersambung ke sistem 500 kVPembangkit yang tersambung ke sistem 500 kV  b.

 b. SUTET & GITET 500 kSUTET & GITET 500 k c.

c. Pembangkit yang tersambung ke sistem I50 kV denganPembangkit yang tersambung ke sistem I50 kV dengan kapasitas 3 50 MW, mempengaruhi frekuensi STL. perintah kapasitas 3 50 MW, mempengaruhi frekuensi STL. perintah

(4)

start, naik turun pembangkit di perintah RCC, alas start, naik turun pembangkit di perintah RCC, alas  permintaan JCC.

 permintaan JCC. B.

B. Dispatcher RegionDispatcher Region a.

a. Pembangkit yang tersambung ke sistem 150 kV, denganPembangkit yang tersambung ke sistem 150 kV, dengan kapasitas kecil

kapasitas kecil  b.

 b. SUTT/GI 150 kV, 70 kV dan 30 kVSUTT/GI 150 kV, 70 kV dan 30 kV C.

C. Dispatcher DCCDispatcher DCC

Rel 20 kV dan Penyulang 20 kV Rel 20 kV dan Penyulang 20 kV 4.1.6.

4.1.6. Jenis OperasiJenis Operasi A.

A. Operasi Jaringan Tertutup (Looping)Operasi Jaringan Tertutup (Looping) Dengan konfigurasi ini diha

Dengan konfigurasi ini diharapkan keandalan pasokan tenagarapkan keandalan pasokan tenaga listrik lebih terjamin, sepanjang lqiteria sekuriti N-1 terpenuhi. listrik lebih terjamin, sepanjang lqiteria sekuriti N-1 terpenuhi. B.

B. Operasi SplitingOperasi Spliting

Pola ini digunakan untuk menghindari gangguan berantai Pola ini digunakan untuk menghindari gangguan berantai (cascade) dan untuk menghindari pengoperasian intstalasi pada (cascade) dan untuk menghindari pengoperasian intstalasi pada level arus hubung singkat yang lebih tinggi. Pola ini cocok level arus hubung singkat yang lebih tinggi. Pola ini cocok untukjaringan dengan kriteria sekuriti N-I sudah tidak ter-penuhi untukjaringan dengan kriteria sekuriti N-I sudah tidak ter-penuhi lagi.

lagi. C.

C. Operasi Radial (Satu Arah)Operasi Radial (Satu Arah)

Keandalannya rendah karena pasokan hanya dari satu arah saja. Keandalannya rendah karena pasokan hanya dari satu arah saja. Tingkat keandalannya tergantung dari double sirkuit yang Tingkat keandalannya tergantung dari double sirkuit yang l1>§rbeban masing-masing < 50 % (memenuhi kriteria sekuriti l1>§rbeban masing-masing < 50 % (memenuhi kriteria sekuriti N-4.1.7.

4.1.7. Strategi Pengaturan FrekuensiStrategi Pengaturan Frekuensi

Daya aktif (MW) berhubungan erat dengan frekuensi (Hz). Jika Daya aktif (MW) berhubungan erat dengan frekuensi (Hz). Jika daya aktif yang dibangkitkan sama dengan kebutuhan konsumen maka daya aktif yang dibangkitkan sama dengan kebutuhan konsumen maka frekuensi sama dengan 50 Hz, kondisi normal unit pembangkit frekuensi sama dengan 50 Hz, kondisi normal unit pembangkit  beroperasi free gov

 beroperasi free govemor dan beberapa unit emor dan beberapa unit pembangkit besar dengpembangkit besar denganan  pengaturan load f

(5)

4.1.8. Kesetimbangan Pembangkitan Dan Beban A. Frekuensi system ± 50 HZ

Menunjukkan keseimbangan sesaat antara daya nyata (MW)  pembangkitan dengan daya nyata (MW) dikonsumsi beban,  bernilai nominal (= 50 Hz) pada saat daya nyata pembangkitan

= daya nyata konsumsi beban. B. Frekuensi system > 50 HZ

Bemilai nominal di atas 50 Hz, pada saat daya nyata  pembangkitan lebih besar dari daya nyata konsumsi beban, untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangldtan dikurangi

C. Frekuensi system < 50 HZ

Bernilai nominal di bawah 50 Hz, pada saat daya nyata  pembangkitan lebih kecil dari daya nyata konsumsi beban, untuk mengembalikan ke 50 H2, daya nyata pembangkitan ditambah

4.1.8.1 Pengaturan Frekuensi

Meskipun Beban Konsumen Selalu Berubah-Ubah, Frekuensi Sistem Harus Tetap Dipertahankan Pada Nominal 50 Hz, denganToleransi +/- 0, 2 Hz.

 Langkah pengendalian menjaga frekuensi pada keadaan nominal 50 Hz:

a. Pengaturan primer dari unit pebangkit yang beroperasi free Governor

 b. Pengaturan sekunder oleh program load frequency control c. (LFC).

d. Pengaturan pembebanan unit pembangkit secara manual (Load Follower).

(6)

4.1.8.2 Pengaturan Tegangan

Tegangan sistemharus diupayakan dalam batasan yang diijinkan : +/- 5% untuk tegangan 500 kV dan +5% atau -10% untuk tegangan 150/70/20 kV Komponen pengaturan tegangan yaitu:

A. Pengaturan MVAR (daya reaktif) Pembangkit

Saat sistem kelebihan daya reaktif yang ditandai dengan tingginya tegangan sistem (diatas nominal), maka pembangkit dapat dioperasikan dengan modus menyerap daya reaktif (leading power factor), Saat sistem kekurangan daya reaktif yang ditandai dengan rendahnya tegangan sistem maka pembangkit dapat dioperasikan dcngan modus membangkitkan daya reaktif (lagging power factor).

B. Pengaturan Reaktor

Reaktor mempunyai sifat menyerap MVAR sesuai dengan kemampuannya,oleh karena itu reaktor dapat digunakan untuk  pengaturan tegangan. Sistem jawa bali mempunyai reaktor

500kV dan 66 kV. C. Pengaturan Capasitor

Capasitor mempunyai sifat membangkitkan MVAR sesuai dengan kemampuannya,oleh karena itu capasitor dapat digunakan untuk pengaturan tegangan.

D. Tap Stagering IBT

IBT dioperasikan dengan kondisi tap yang berbeda, pada kondisi tersebut IBT dapat menyerap MVAR.

E. Modus Operasi sirkit tunggal

Pengaturan tegangan bersifat lokal, maka pengaturan tegangan dengan. Modus operasi sirkit tunggal pada sirkit ganda SUTET 500 kV atau SUTT 150 kV dilakukan dilokasi bertegangan tinggi.

4.1.8.3 Working Permit

Prosedur yang harus dilakukan sebelum pekerjaan  pemeliharaan jaringan harus mempersiapkan working permit.

(7)

Tujuan working permit  yaitu :

1. Mengetahui penanggungjawab pekerjaan 2. Mengetahui urutan manuver

3. Mengetahui Peflafiggung jawab manuver jaringan 4. Mengurangi timbulnya kesalahan pd saat manuver 4.1.9. Dispatching

Di Spatching atau Pengaturan Beban adalah suatu “tatacara” untuk mengoperaslkan sistem tenaga listrik. Dan di dalam PLN dilaksanakan oleh tim dispatcher yang mengawasi sistem secara realtime 24 jam. Tatacara tersebut meliputi :

a. Perencanaan

- Study aliran daya (load flow) - Study hubung singkat

- Economic Load Dispatch

- Maintenance scheduling unit pembangkit  b. Pelaksanaan / Operasi Real Time

Perlengakpan :

- Konfigurasi jaringan sistem tenaga listrik  - Rencana operasi harian

- SCADA

- SOP Pemulihan (recovery) - Logsheet

c. Analisa dan Evaluasi

Pembuatan statistik sebagai input bagi perencanaan 4.1.9.1 Tugas Pokok Dispatcher

Mengatasi penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari Rencana Operasi Harian. Penyimpangan dapat terjadi antara lain karena gangguan sistem (gngguan partial dan gangguan total / black out) Dalam kasus gangguan total, proses pemulihannya harus dilakukan secara bertahap, sebagai berikut :

(8)

a. Black Stan Unit Pembangkit

 b. Pengiriman tegangan (back feeding) ke Unit Pembangkit / Gardu Induk

c. Pemulihan sistem jaringan tenaga listrik dengan melakukan  pembebanan Gardu Induk secara bertahap sesuai dengan

kemampuan unit pembangkit yang telah beroperasi.

d. Keberhasilan di dalam mengasut (start) unit pembangkit sepenuhnya bergantung kepada Enjinir dan Operator Unit Pembangkitan.

e. Pengiriman tegangan ke unit pembangkit (untuk keperluan start) dan pemulihan sistem dengan melakukan langkah-langkah pembebanan secara bertahap sehingga membentuk subsistem kecil dan kemudian dirangkai dengan subsistem kecil lainnya hingga membentuk sistem interkoneksi utuh seperti sediakala, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Dispatcher yang dibantu pelaksanaannya oleh operator gardu induk.

4.1.9.2 Peran Dispatcher

a. Petugas pelaksana operasi “real time“ yang mampu menjaga mutu dan keandalan operasi sistem tenaga listrik.  b. Berperan melaksanakan rencana operasi harian (ROH) dan

mampu mengatasi penyimpangannya. 4.1.9.3 Alur Komunikasi

Alur komunikasi operasi sistem Jawa-Bali seperti pada diagram alur dibawah ini,

(9)

Gambar 4.1 Alur Komunikasi Dispatcher 4.2 Perencanaan Dan Strategi Operasi

4.2.1 Perencanaan Operasi

Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek luas. khususnya karena menyangkut biaya yang tidak sedikit serta menyangkut penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat sehingga menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karenanya operasi sismmtenaga listrik memerlukan manajemen yang baik. Mengingat hal-hal tersebut maka untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik diperlukan perencanaan yang baik apalagi kalau diingat bahwa operasi sistem tenaga listrik menelan biaya yang tidak sedikit. Oleh karenanya perlu dibuat Rencana Operasi terlebih dahulu sebelum suatu sistem akan dioperasikan. Rencana Operasi ini selanjutnya dipakai sebagai Pedoman untuk meng-operasikan sistem tenaga listrik.

Rencana Operasi adalah suatu rencana mengenai bagaimana suatu sistem tenaga listrik akan diopemsikan untuk kunm waktu tertentu. Tergantung kepada masalah yang harus dipersiapkan maka ada bebarapa macam rencana operasi, yaitu :

JCC DISPATCHER RCC DISPATCHER GI/ PL 500 KV OPERATOR RCC DISPATCHER RCC DISPATCHER

(10)

A. Rencana Tahunan

Masalah-masalah yang penyelesaiannya memerlukan waktu kira-kira satu tahun dicakup dalam rencana ini, misalnya rencana  pemeliharaan unit-unit pembangkit yang memerlukan persiapan satu sebelmnnya karena pengadaan suku cadangnya memerlukan waktu satu tahun. Di lain pihak pemeliharaan unit-unit pem- bangkit sistem tenaga listrik perlu dikoordinir agar unit- unit yang tidak mengalami pemeliharaan dan siap operasi menyediakan daya bagi beban. Rencana Operasi juga meliputi  perencanaan alokasi energi yang akan dalam satu tahun dalam setiap Pusat Listrik dalam rencana pemeliharaan unit  pembangkit tersebut beban tahunan, beroperasinya unit-unit  pembangkit perkiraan hujan atau perkiraan produksi PLTA dalam tahun yang bersangkutan. Alokasi energi yang akan diproduksi Pusat Listrik Termis berarti pula alokasi biaya bahan  bakar yang merupakan biaya terbesar dalam Perusahaan Listrik  pada umumnya demikian pula halnya pada Pemsahaan Umum Listrik Negara (PLN) Rencana pemeliharaan unit-unit  pembangkit sesungguhnya merupakan bagian dari rencana  pemeliharaan peralatan secara keseluruhan dan biaya  pemeliharaan unit-unit pembangkit menelan biaya terbesar dari  biaya pemeliharaan peralatan PLN. Dari uraian diatas kiranya  jelas bahwa rencana operasi tahunan merupakan bahan utama  bagi penyusunan rencana anggaran biaya tahunan suatu  perusahaan listrik.

B. Rencana Triwulan

Rencana operasi triwulan merupakan peninjauan kembali Rencana Operasi Tahunan dengan horison waktu tiga bulan ke depan. Hal-hal yang direncanakan dalam Rencana Operasi Tahunan tetapi ternyata setelah waktu berjalan tidak cocok dengan kenyataan perlu dikoreksi dalam Rencana Operasi Triwulan. Misalnya unit pembangkit baru yang diperkirakan dapat beroperasi triwulan ke dua dari Rencana Tahunan ternyata

(11)

menjelang triwulan kedua diperkirakan belum dapat beroperasi dalam triwulan kedua. Maka sehubungan dengan hal ini perlu dilakukan koreksi –  koreksi terhadap Rencana Operasi Tahunan dalam menyusun Rencana Operasi Triwulan.

C. Rencana Bulanan

Selain merupakan koreksi terhadap Rencana Triwulanan untuk horison waktu satu bulan ke depan, Rencana Operasi Bulanan mulai mengandung rencana yang menyangkut langkah-langkah operasionil dalam sistem, sedangkan Rencana Operasi Tahunan dan Triwulanan.lebih banyak mengandung hal-hal yang bersifat manajerial. Hal-hal yang bersifat operasionil yang dicakup dalam Rencana Operasi Bulanan adalah:

a. Peninjauan atas jam kerja unit-unit pembangkit yang bersifat  peaking unitterutama dalam kaitannya dengan rencana  pemeliharaan. Hal ini diperlukan untuk membuat jadwal

operasi unit-unit pembangkit yang bersangkutan

 b. Alokasi Produksi pusat-pusat Listrik Tennis dalam kaitannya dengan pemesanan bahan bakar kepada perusahaan Bahan Bakar

D. Rencana Mingguan

Dalam Rencana Operasi Mingguan tidak ada lagi hal-hai yang bersifat manajerial karena masalah~masalah manajerial tidak mungkin diselesaikan dalam Jangka semmggu. Rencana Operasi mengandung rencana mengenai langkah-langkah operasional yang akan dilakukan untuk jangka waktu satuminggu yang akan datang dengan memperhatikan  pengarahan yang tercakup dalam rencana bulanan dan mempertimbangkan perkiraan atas hal- hal yang bersifat tidak menentu untuk jangka waktu satu minggu yang akan dating. Hal-hal yang bersifat tidak menentu adalah jumlah air yang akan diterima PLTA-PLTA (pada musim hujan) serta beban untuk 168 jam ( satu minggu) yang akan datang. Rencana Operasi mingguan berisi jadwal operasi serta pem-bebanan unit-unit

(12)

 pembangkit untuk 168 jam yang akan datang atas dasar  pertimbangan ekonomis (pembebanan yang optimum) dengan memperhatikan berbagai kendala operasionil seperti beban minimum dan maksimum dari unit pembangkit serta masalah aliran daya dan tegangan dalam jaringan.

E. Rencana Harian

Rencana Operasi Harian merupakan koreksi dari Rencana. Operasi Mingguan untuk disesuaikan dengan kondisi yang mutakhir dalam sistem tenaga listrik Rencana Operasi Harian merupakan pedoman pelaksanaan Operasi Real Time.

4.2.2.Tujuan Operasi Sistem

Mengatur operasi sistem pembangkitan dan penyaluran Jawa-Bali secara rasional dan ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan,sehingga penggunaan tenaga listrik se Jawa Bali dapat mencapai daya gunadan hasil guna yang semaksimal mungkin, sesuai dengan SK Nomor032/DIR/1981 tanggal 30 Maret 1981 dan SK Nomor 028/DIR/1987 tanggal lApril 1987. Dari SK Direksi PLN tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tujuan operasi sistem, yaitu:

a. Ekonomi

Optimasi pengoperasian tenaga listrik tanpa melanggar  batasan keamanan dan mum

 b. Sekuriti

Kemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang tidak direncanakan,tanpa mengakibatkan pemadaman

c. Mutu

Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan operasiTerpenuhi

(13)

Gambar 4.2 Bagan tujuan operasi sistem tenaga listrik 4.2.2.1 Ruang Lingkup Operasi Sistem

Ruang lingkup operasi sistem meliputi : a. Rencana Operasi Tahunan

 b. Rencana Operasi Bulanan c. Rencana Operasi Mingguan d. Rencana Operasi Harian

e. Pengendalian Operasi Real Time 4.2.2.2 Strategi Tujuan Ekonomi

Pengoperasian sistem tenaga listrik secara efisnen tanpa melanggar batasan keamanan dan mutu, efisien pengertian biaya operasi yang rendah, dan dititik beratkan pada biaya sistem  pembangkitan, dalam hal ini adalah biaya bahan bakar, untuk

memperoleh  biaya bahan bakar yang efisien maka  diawali dengan penyusunan strategi pembuatan ROT

4.2.2.3 Strategi Tujuan Keandalan

Kemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang direncanakan,tanpa mengakibatkan pemadaman. Grid Code atura operasi menyebutkan bahwa :“Aturan Oper asi ini menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang berlaku untuk menjamin agar keandalan dan efisiensi operasi Sistem Jawa-Madur-Bali dapat dipertahankan pada suatu tingkat ter-tentu”.Skema OLS,  target yang menjadi tujuan adalah

(14)

meng-subsistem selalu direncanakan untuk mengatur aliran daya sebagai upaya mengoptimalkan keseimbangan antara pasokan dan beban, selain itu juga untuk mengatasi apabila breaking-capacity PMT terpasang terlampaui, Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana yang dapat menimbulkan ancaman terhadap keandalan maka dispatcher akan selalu mengambil langkah  pengamanan.

4.2.2.4 Strategi Tujuan Mutu

Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan operasi terpenuhi.Grid Code dalam aturan operasi (OC 1.6) menyebutkan keadaan OperasiSistem yang berhasil / memuas-kan dalam keadaan baik apabila:

• Frekuensi dalam batas operasi normal (50 w 0,2 Hz),penyimpangan dalam waktu singkat (50 ± 0,5 Hz),selarna kondisi gangguan,boleh berada pada 47.5 Hz dan 52.0 Hz

• Tegangan di Gardu Induk berada dalam batas yang ditetapkan dalam Aturan Penyambungan (CC 2.0). Batas- batas menjarnin bahwa tegangan berada dalam kisaran yang ditetapkan sepanjang pengatur tegangan jaringan distribusi dan peralatan pemasok daya reaktif bekerja dengan balk. Operasi pada batas-batas tegangan ini diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya voltage collapse dan masalah stabilitas dinamik Sistem.

• Tingkat pembebanan jaringan transmisi dipertahankan dalam  baths yang ditetapkan melalui studi analisis stabilitas steady state dan transient untuk semua gangguan yang potensial (credible outage);

• Tingkat pembebanan arus di semua peralatan jaringan transmisi dan gardu induk (transformator dan switchgear) dalam batas rating normal untuk semua single contingency gangguan peralatan

(15)

• Konfigurasi Sistem sedemikian rupa sehingga semua PMT di jaringan transmisi mampu memutus arus gangguan yang mungkin terjadi dan mengisolir peralatan yang terganggu. 4.2.3 Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik

Siklus operasi sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut : 4.2.3.1. Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang meliputi RUKN, RUPTL, RKAP dan rencana jangka panjang serta kebijakan pemerintah. Pada dasarnya perencanaan jangka panjang merupakan  perencanaan sistem tenaga listrik yang bertugas untuk merencanakan infrastruktur, perencanaan energi, kebijakan energy dan strategi jangka panjang.

4.2.3.2 Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek masuk dalam perencanaan operasi yaitu mulai dari tahunan sampai dengan perencanaan harian. Fungsi dari perencanaan operasi adalah merencanakan operasi sistem meliputi rencana pembangkitan dan rencana  penyaluranagar pada saat operasi real time, pengendali operasi dapatmengendalikan sistem tenaga listrik dengan baik ditandai dengan tercapainya tujuan operasi sistem tenaga listrik yang aman,ekonomis dan andal.

4.2.3.3 Operasi Real Time

Operasi real time bertugas untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik untuk mencapai tujuan Operasi STL. Hasil operasi dituangkan dalam laporan operasi (logsheet),Isi laporan operasi meliputi : Realisasi daya / energi, pemakaian bahan bakar, tegangan, aliran daya, pelaksanaan manual loadshedding dan lain-lain.

(16)

4.2.3.4. Evaluasi Operasi

Evaluasi operasi berfungsi untuk mengevaluasi pelaksana-an operasi, mempelajari kendala kendala ypelaksana-ang ada ypelaksana-ang selanjutnya output dari evaluasi operasi digunakan sebagai dasar dalam merencanakan sistem tenaga listrik dan perencana-an operasi sistem.

Gambar 4.3 Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik 4.2.4 Pola Operasi Splitting Dan Looping Sub Sistem

4.2.4.1 Pola Operasi Splitting

Pada Operas splitting ini terjadi proses pemisahan sistem-sistem dalam skala besar menjadi sub sistem-sistem yang lebih kecil. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengaturan dan monitoring aliran daya yang didistribusikan serta bertujuan untuk menghindari gangguan saat terjadinya hubung singkat. Proses  splitting ini tidak serta merta dapat dilakukan, namun harus memenuhi beberapa syarat, yaitu aliran daya pada sistem yang akan di split harus sekecil mungkin sehingga, pada saat sistem telah terpisah sistem, maka tidak akan terjadi overload  Input : RUKN, RUPTL,RKA P, Renc IP, Grid Code kebijakan Perencanaan Operasi Perencanaan Operasi Realisasi Evaluasi

(17)

Gambar 4.4 Splitting 1 sistem menjadi 2 subsistem 4.2.4.2 Pola Operasi Looping

Pada operasi looping ini terjadi proses penggabungan dua sistem menjadi sebuah sistem besar. Contoh Operasi looping adalah saat memindahkan beban pada Gardu Induk ke subsistem lain. Syarat untuk dapat melakukan operasi looping adalah tegangan dan sudut daya pada titik yang akan dilakukan looping harus sama atau hampir mendekati

(18)

4.2.5 Rekonfigurasi Subsistem

Rekonfigurasi Subsistem bertujuan untuk melakukan pengaturan level hubung singkat dan pengaturan aliran daya. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

a. Pengaturan level hubung singkat

Level hubung singkat pada subsistem ini dipengaruhi oleh besar sumber yang dialirkan dari pembangkit dan besarnya impedansi yang diterima oleh subsistem. Apabila level hubung singkat telah melebihi kapasitas dari peralatan yang ada maka upaya yang harus dilakukan adalah mengganti peralatan tersebut dengan kapasitas yang lebih tinggi dari sebelumnya dan melakukan rekonfigurasi subsistem. Misalnya dengan cara memisahkan IBT yang dioperasikan pararel sehingga menjadi subsistem yang radial.

 b. Pengaturan aliran daya

Pengaturan daya ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga  peralatan dari arus atau beban berlebih. Pengaturan aliran daya ini sering dilaksanakan pada saat melakukan pekerjaan penyaluran maupun pembangkitan.

4.2.6 Neraca Daya Balance

Konsep utama dari kesetimbangan daya adalah daya yang dihasilkan paling tidak harus sesuai dengan kebutuhan beban dari konsumen dalam waktu bersamaan, Dalam upaya mempertahankan keandalan sistem dan kualitas frekuensi, maka aliran daya dari  pembangkit yang masuk pada sistem, minimum sebesar beban

ditambah dengan cadangan putar. Cadangan putar merupakan  besarnya kapasitas pembangkit yang sudah masuk kedalam sistem dan tidak dibebebani, sehingga setiap saat dapat digunakan saat terjadi kenaikan beban secara tiba-tiba.

Kebijakan besar cadangan putar ini tidak memiliki standart baku karena besarnya tergantung dari seberapa tinggi tingkat keandalan yang diharapkan. Seperti pada sistem Jawa-Bali ysng menetapkan

(19)

 besarnya cadangan putar sebesar unit yang masuk kedalam grid. Karena unit terbesar saat ini adalah PLTU Tanjung Jati 660 MW, maka besarnya cadangan operasi ditetapkan sebesar 660 MW. Kebijakan besar cadangan putar ini berlaku secara real-time, artinya meskipun dalam kondisi defisit, sistem harus tetap disediakan cadangan putar. Strategi yang diterapkan untuk menyediakan cedangan putar adalah dengan pelepasan beban (pemadaman) sehingga sistem masih beroperasi. Tabel 4.1 terlihat besar cadangan  putar yang disediakan.

(20)

4.2.7 Pola Operasi Sistem tenaga Listrik Pada Hari Libur

Siklus Operasi tenaga listrik secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh rutinitas manusia. Rutintas dan perilaku ini pada umumnya akan mengalami pengulangan sehingga akan berpengaruh langsung terhadap konsumsi tenaga listrik. Pengulangan aktifitas setiap harinya ini akan menimbulkan pola konsumsi tenaga listrik. Pola konsumsi tenaga listrik inilah yang nantinya akan diguanakan sebagai perencanaan pembangkitan dan penyaluran listrik tiap harinya. Pada hari libur konsusmsi tenaga listrik juga mengalami  penurunan drastic hal ini diakibatkan beberapa fasilitas public maupun  proses produksi pabrik juga berhenti.

4.2.8 Skema Pengamanan Sistem

Untuk menjaga sistem agar tidak mengalami gangguan total, maka perlu dilakukan upaya pengamanan sistem dengan cara menyusun skema pengamanan sistem, antara lain :

a. Brown Out

 b. Load Curtailment

c. Manual Load Shedding d. Load Shedding UFR e. Island Operation f. Host Load

g. Pelepasan Beban

Contoh skema pengamanan sistem Jawa-Bali dapat dilihat pada gambar 4.6 yang menjelaskan urutan skema pengamanan dalam 7 tahapan pokok.

(21)

Gambar 4.6 Tingkat Frekuensi Sistem Jawa Bali a. Brown Out

Brown out dilakukan dengan menurunkan kualitas tegangan sistem pada rentang normal operasi. Brown out dapat dilaksanakan bila tidak sedang terjadi ekskursi tegangan sistem. Brown out dilaksanakan pada saat :

 Frekuensi sistem dibawah nominal karena sistem kekurangan daya

 Beban sebuah instalasi (trafo dan penghantar radial) elah mencapai nilai nominalnya dan diperkirakan beban masih akan naik.

 b. Load Curtailment

Permintaan distribusi ke pelanggannya untuksecara sukarela menggurangi pemakaian beban pada saat sistem mengalami kondisi deficit

c. Manual Load Shedding

Pelepasan beban secara manual dalam rangka mengatasi kondisi deficit sistem. Lokasi dari beban yang akan dilepas ini sudah ditetapkan melalui kesepakatan bersama antara pengatur beban

(22)

dengan distribusi dan lokasinya bisa dipenyulang atau trafo.Manual Load Shedding dilakukan untuk :

 Mengurangi beban sistem karena sistem dalam kondisi defisit.

 Mengurangi beban subsistem karena sistem penyaluran dikhawatirkan overload.

d. Load Shedding UFR

Load Shedding UFR ini dilaksanakan apabila terjadi penurunan frekuensi dan menyentuh setting rele yang disebabkan hilangnya  pasokan daya sistem. Pelepasan beban dilakukan seketikan dan secara otomatis menggunakan relay UFR. Untuk pengamanan sistem, skema pelepasan beban dapat dilaksanakan dalam :

 Pelepasan beban secara bertahap dengan UFR

Rele ini bekerja bila terjadi penurunan frekuensi sampai  batas yang telah ditentukan. Agar beban yang dilepas tidak terlalu besar maka dilakukan pelepasan beban secara bertahap. Contoh, untuk sistem Jawa-Bali pada rentang 49.00 Hz s.d 48.30 Hz dibagi dalam 7 tahap  pelepasan beban.

 Pelepasan beban dengan rele df/dt

Rele ini bekerja apabila terjadi penurunan frekuensi secara tiba-tiba dengan kecuraman yang tinggi sehingga slope-nya telah mencapai settingrele yang ditetapkan. Kecuraman penurunan frekuensi tinggi tersebut bisa terjadi pada saat sejumlah pembangkit besar keluar secara bersamaan.

c. Island Operation

Adalah pola pengamanan sistem dengan memisahkan unit  pembangkit dari sistem tenaga listrik secara otomatis hanya dengan memikul beban disekitarnya sesuai kemampuan unit  pembangkit ababila sistem mengalami gangguan. Ini dilakukan dengan cara membuka beberapa PMT di gardu induk tertentu secara otomatis menggunakan UFR, sehingga terbentuk suatu

(23)

sistem yang terisolasi dari sistem interkoneksi.  Island Operation  bertujuan untuk menghindarkan sistem dari blackout aau padam

total. Karena apabila sistem bertahan dalam beberapa subsistem (island kecil), maka untuk melakukan penormalan akan lebih cepat dan mudah.

d. Host Load

Host Load adalah strategi pengamanan sistem yang terakhir yaitu dengan mempertahankan generator untuk tetap beroperasi beban dirinya sendiri yaitu untuk peralatan bantu. Apabila strategi host load berhasil, diharapkan pemulihan sistem menjadi lebih cepat karena tidak perlu starting generator.

e. Pelepasan Beban

Metode pelepasan beban seperti Manual Load Shedding, Load Shedding UFR Island Operation maupun OLS sama-sama  bertujuan untuk menjaga keamanan sistem maupun mencegah terjadinya pemadaman yang meluas atau bahkan pemadaman total, sehingga biaya kerugian dapat diperkecil baik itu disisi PLN maupun disisi konsumen. Oleh karena itu peran serta konsumen sangat dibutuhkan untuk memaklumi terjadinya pemadaman  beban akibat bekerjanya pola pengaman tersebut demi

keberlangsungan pasokan listrik Jawa-Bali. 4.2.9 Strategi Operasi Sistem

Berdasarkan analisa kendala, ketahanan sistem, pola beban konsumen dll, maka dibuatlah strategi dalam melakukan operasi sistem sebagai berikut :

a. Mengutamakan keamanan dan keandalan.

 b. Menyiapkan cadangan seketika dan panas merata serta memadai.

c. Membebani unit-unit pembangkit pada daerah operasional yang aman.

d. Meminimalkan transfer daya antar subsistem unutk menjaga keamanan.

(24)

e. Memaksimalkan peran pembangkit untuk pengaturan frekuensi dan tegangan.

f. Melaksanakan rekonfigurasi jaringan untuk pengaturan tegangan.

g. Menambahkan unit shutdown akibat beban lebih rendah berdasarkan urutan prioritas

h. Tidak mengizinkan melakukan pekerjaan pemeliharaan kecuali untuk perbaikan gangguan selama periode siaga 4.3 Fasilitas Operasi

4.3.1. Sistem SCADA Pada APB Jawa Timur

Dalam memantau informasi-informasi sistem tenaga listrik, pada mulanya Dispatcher mengambil informasi secara langsung kepada Operator Gardu Induk atau Pusat Pembangkit secara berkala melalui sarana-sarana telekomunikasi seperti radio komunikasi dan telepon untuk mendapatkan informasi mengenai data-data yang sangat  penting.

Dalam sistem tenaga listrik modern semakin banyak GI dan Pusat Tenaga Listrik yang beroperasi, maka cara pengambilan informasi seperti cara di atas sudah tidak memadai lagi. Masalah tersebut di atas yang kemudian mendorong PLN untuk membangun suatu pusat pengontrol (Area Control Center / ACC) yang dilengkapi dengan peralatan komputer yang disebut SCADA ( Supervisory Control And Data Acquisition). Pemasangan sistem tersebut selesai  pada tahun 1986 dan mulai beroperasi pada bulan Januari 1987. Maksud dari SCADA yaitu pengawasan, pengontrolan dan  pengumpulan data.

Sistem SCADA di APB Jawa Timur terdiri Master Station (MS), Remote Terminal Unit (RTU) dan Saluran Komunikasi antar Master Station dan RTU.

(25)

4.3.1.1. Master Station

Master Station merupakan pusat pengawasan atau inti pada suatu sistem SCADA. Sebagai komponen dari sistem SCADA Master Station bertugas :

1. Melakukan dialog dengan RTU di GI atau Pusat Pembangkit listrik yang berada dalam wewenangnya. Master Station memerintahkan operasi kepada RTU dan kemudian RTU melaporkan operasi yang dilakukannya ke Master Station.

2. Mengolah secara real time setiap informasi yang diberikan oleh RTU.

3. Memberi tanggapan terhadap interupskinterupsi yang datang dari RTU.

Tujuan SCADA adalah menjaga agar operasi sistem tenaga listrik dapat bekerja dengan baik dengan tingkat keandalan yang tinggi, dengan tetap menjaga kualitas dan ekonomis. Komponen-komponen Master Station adalah :

a. Front End 

Front End merupakan komputer yang mengatur atau menangani komunikasi dengan RTU. Front End ini juga menggunakan konfigurasi ganda, yaitu A dan B.

b. Tesselator Console Computer

Tessetator merupakan komputer yang mengatur dan menangani MMI (Man Machine Interface) yaitu berupa tampilan  pada layar VDU, printer hard copy, fungsi-fungsi kontrol keyboard

dan fungsi antarmuka Operator dengan sistem SCADA. c. Terminal Server

Terminal server mengatur dan menangani printer-printer Facit, Logger dan mimic board kontroler. Selain itu juga menangani stasiun pencatat cuaca.

d. Operator Keyboard Console (3 unit)

Operator keyboard console berupa papan-papan keyboard yang memungkinkan regu pelaksana operasi (Dispatcher) untuk memasukkan perintah dan kontrol, meminta dan menerima data,

(26)

mengaaktifkan peralatan atau mematikan peralatan dan menukar fungsi peralatan, dalam rangka mengoperasikan sistem tenaga listrik. Keyboard yang ada pada tiap unit terdiri dari 3 macam keyboard, yaitu:

a. Alpha Numeric Keyboard, berfungsi seperti keyboard pada komputer PC

 b. Function Keyboard, berfungsi untuk memasukkan perintah dan kontrol operasi sistem tenaga.

c. Station Keyboard, untuk melihat status dari gardu-Gardu induk yang berada di bawah wewenang Master Station. e. Visual Display Unit Mitsubhisi (VDU)

VDU merupakan layar VDU/monitor yang dipakai sebagai tampilan-tampilan grafis yang berupa diagram satu garis untuk melihat secara detail jaringan Pusat Pembangkit listrik maupun GI. Pada VDU ini dapat dilihat status dari pemutus tenaga (PMT),  pemisah (PMS) dan besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus , frekuensi, daya di seluruh Gardu Induk atau Pusat Pembangkit listrik yang dalam wewenang sistem SCADA.

 f. Printer Logger LA 120 dan Facid 3500

Adalah alat pencatat untuk mencetak status dari seluruh kegiatan RTU yang berada dalam wewenangnya dan juga dapat mencetak skema / diagram dari yang ditampilkan pada unit  penampil (VDU) sesuai yang dikehendaki.

 g. Hard Copy Facid (printer)

Di dalam ruang kontrol terdapat pula 2 buah Hard Copy. Hard copy adalah alat yang digunakan untuk mencetak atau meng-copy semua yang dapat ditampilkan pada sernua unit penampil atau VDU sesuai dengan yang dikehendaki Dispatcher. Yang diantaranya yaitu gambaregambar konfigurasi Gardu Induk-Gardu Induk /Pusat-Pusat Pembangkit dapat juga untuk mencetak status / kejadian dalam sistem yang berupa keluar atau masuknya PMT dan PMS.

(27)

h. Switchover Computer

Yaitu alat pemindah otomatis jika komputer yang sedang  beroperasi (on line) mengalami suatu gangguan, maka tugasnya

secara otomatis akan digantikan oleh komputer yang stand by. i. Pen Recorder

Yaitu untuk mencatat besaran-besaran ukur dalam bentuk grafik dari gulungan kertas yang berjalan dalam fungsi waktu. Besaran yang diukur adalah MW, MVAR, Hz dari beberapa Unit Pembangkit Listrik atau GI tertentu.

 j. Mimic Board

Mimic Board adalah diagram satu garis dari jaringan sistem tenaga dalam kendali Master Station yang ditampilkan ke dalam  bentuk peta dinding yang besar untuk menunjukkan keadaan Gardu Induk, arah dan besarnya aliran daya (MW dan VAR) serta status dari pemutus daya (PMT / circuit breaker) dan pemisah (PMS I disconnecting switch) serta tegangan bus.

Pada Mimic board tertera diagram pembangkit, trafo, PMT, PMS dan jaringan transmisinya sesuai kondisi saat itu. Informasi-informasi yang dapat diperoleh lewat mimic board adalah :

a. Indikator alarm GI dan Pusat Pembangkit listrik Jika ada alarm maka lampu indikator A akan menyala.

 b. Indikator keadaan transmisi data Jika ada RTU atau peralatan transmisi data mengalami gangguan sehingga data tidak sampai terkirim ke Master Station, maka lampu indikator B akan menyala.

c. Indikator PMT dan PMS pada trafo, saluran dan antar bus Lampu merah menyala berarti posisi masuk/tertutup. Lampu hijau menyala berarti posisi lepas/terbuka. Lampu merah menyala berkedip berarti posisi masuk tetapi perlu  pemeriksaan lebih lanjut Lampu hijau menyala berkedip  berarti posisi keluar tetapi perlu pemeriksaan lebih lanjut.

(28)

d. Indikator garis beban pada pertengahan feeder antara 2 GI atau Pusat Pembangkit listrik. Lampu merah (garis merah)  berarti aliran daya aktif (MW) Lampu kuning (garis kuning)  berarti aliran daya reaktif (MVAR).

Gambar 4.7 Ruangan Master Station di APB Jawa Timur 4.3.1.2. RTU (Remote Terminal Unit)

RTU adalah bagian dari SCADA, yang terdiri dari perangkat tranduser dan juga card-card yang mendukung untuk proses dalam menyampaikan informasi pada control center. RTU berada pada setiap gardu induk atau pusat pembangkit yang masuk dalam sistem tenaga listrik. Unit remote juga dilengkapi dengan modem sehingga unit tersebut dapat menerima pesan dari Master Station dan mengirim sinyal balik ke Master Station yang menunjukkan bahwa  pesan telah diterima dan sudah melakukan operasi yang telah

ditentukan oleh Master Station. Relay-relay yang terletak dalam RTU digunakan untuk membuka atau menutup sirkuit dari peralatan yang dikontrol sesuai perintah dui Master Station, dan RTU bisa merasakan bahwa operasi telah selesai dilakukan dan kemudian RTU bisa mengirim sinyal balik ke Master Station yang menunjukkan bahwa operasi telah dilakukan. Di APB Jawa Timur sendiri terdapat banyak RTU yang tersebar di seluruh GI yang ada di Jawa Timur

(29)

Fungsi dari RTU dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Telesignaling 

 berfungsi untuk mengetahui status indikasi dari peralatan tenaga listrik. Telesignal adalah posisi atau status (indikasi) dari perlatan Gardu Induk (seperti PMT,PMS Rel,PMS Line ,PMS Tanah) dan sinyal --sinyal alarm.

Telesignal sendiri dibagi menjadi dua yaitu :

1. Telesignal Double (Telesignal double mempunyai dua status yaitu Buka/Tutup (Open/Close) sebagai contoh status PMT, PMS Rel, PMS Line , PMS Tanah.

2. Telesignal Single (Telesignal single mempunyai status tunggal sebagai contoh sinyal-sinyal alarm).

Gambar 4.8 modul Telesignaling pada RTU EPC 3200 GIS Waru

2. Telemetering,

Berfungsi untuk mengetahui besaran-besaran listrik pada  peralatan tenaga listrik, seperti besaran tegangan, daya aktip, daya

reaktip, arus dan frekuensi.

Telemetering melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem tenaga listrik pada seluruh bagian system lalu menampilkannya pada  pusat kontrol. Desain-desain yang dapat diukur yaitu tegangan arus  bus bar, daya aktif dan reaktif unit pembangkit, daya aktif dan reaktif trafo IBT 500/150/ trafo 150/20 KV, daya aktif dan reaktif  penghantar / penyulang, frekuensi system.

(30)

Gambar 4.9 modul Telemetering pada RTU E.PC 3200 G1S Warn

3. Telecontroling,

Berfungsi untuk meneruskan perintah dari pusat pengatur keperalatan tenaga listrik. Telecontrol memberikan perintah untuk rnerubah keadaan dari peralatan Gardu Induk ( sebagai contoh Posisilindikasi PMT, PMS Red ).

Gambar 4.10 modul Telecontroling pada RTU EPC 3200 GIS Waru

(31)

4.4 Peta Jaringan Sistem Jawa Timur

Gambar 4.11 di bawah merupakan gambar peta jaringan sistem Jawa Timur. Setiap jaringan memiliki warna yang berbeda. Perbedaan warna tersebut menunjukkan tipe jaringan. Perbedaan tipe setiap jaringan dibagi menjadi empat warna. Pertama, warna biru yaitu jaringan 500 kV. Wilayah yang terlewati jaringan 500 kV yaitu Paiton, Grati, Krian, dan lain-lain. Kedua, warna merah yaitu jaringan 150 kV. Wilayah yang terlewati jaringan 150 kV contohnya yaitu Tuban, Bangkalan, dan Sampang. Ketiga, warna kuning yaitu jaringan 70 kV. Wilayah yang terlewati jaringan 70 kV contohnya yaitu Blitar, Pare, dan Pandaan. Keempat, warna hitam yaitu jaringan 20 kV. Wilayah yang terlewati  jaringan 20 kV contohnya yaitu Tulungagung, Turen, dan Nganjuk.

(32)

4.5 Konfigurasi M aster Station Pada APB Jatim

Konfigurasi Master Station dibedakan menjadi 5 level berdasarkan tingkatan perangkat keras, perangkat lunak, dan lingkup supervisi sistem kelistrikan. Penggunaan level pada suatu Master Station  bergantung pada kondisi kelistrikan pada suatu daerah, kondisi dari daerah yang menjadi  jangkauan dari Master Station tersebut. Pembagian dari level nya adalah

seperti berikut ini :

a. Konfigurasi Master Station level  1

Konfigurasi  Master station level   1 terdapat pada gambar 4.12 yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher & engineer  (1 set)

2. Server SCADA, data historikal, sub sistem komunikasi (1 set redundant )

3. GPS (1 set redundant )

4. Projection multimedia (1 set)

5. Switch 10/100 Mbps Ethernet  LAN 6. Switch 100 megabit Ethernet  LAN 7. Printer  laser hitam putih (1 buah) 8. Printer  laser berwarna (1 buah)

9. Gateway atau Router+Firewall  (1 set)

(33)

 b. Konfigurasi Master Station level  2

Konfigurasi  Master station level   2 terdapat pada gambar 4.13 yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set)

2. Workstation engineer & update database  (1 set) 3. Server SCADA dan data historikal (1 set redundant ) 4. GPS (1 set redundant )

5. Projection multimedia (1 set)

6. Switch 10/100 Mbps Ethernet  LAN

7. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant ) 8. Switch 100 megabit Ethernet LAN

9. Workstation di luar control center  10. Static display

11. Printer  laser hitam putih (1 buah) 12. Printer  laser berwarna (1 buah)

13. Gateway atau Router+Firewall  (1 set) 14. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)

15. Offline database server  (1 set)

(34)

c. Konfigurasi Master Station level  3

Konfigurasi  Master station level   3 terdapat pada gambar 4.14 yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set)

2. Workstation enjiner & update database  (1 set) 3. Server  SCADA dan EMS (1 set  redundant ) 4. GPS (1 set redundant )

5. Server  data historikal dan update database (1 set redundant ) 6. Projection multimedia (1 set)

7. Switch 10/100 Mbps Ethernet  LAN

8. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant ) 9. Switch 100 megabit Ethernet  LAN

10. Workstation di luar control center  11. Static display

12. Printer  laser hitam putih (1 buah) 13. Printer  laser berwarna (1 buah)

14. Gateway atau Router+Firewall  (1 set) 15. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)

16. Offline database server  (1 set)

(35)

d. Konfigurasi Master Station level  4

Konfigurasi  Master station level   3 terdapat pada gambar 4.15 yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set)

2. Workstation engineer & update database (1 set) 3. Server  SCADA (1 set redundant )

4. GPS (1 set redundant )

5. Server EMS (1 set redundant )

6. Server  data historikal dan update database (1 set redundant ) 7. Projection multimedia (1 set)

8. Server controller  (1 set) 9. Layar tayang

10. Switch Gigabit Ethernet  LAN

11. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant ) 12. Switch 100 Megabit Ethernet  LAN

13. Workstation di luar control center  14. Static display

15. Printer  laser hitam putih (1 buah) 16. Printer  laser berwarna (1 buah)

17. Gateway atau Router+Firewall  (1 set) 18. Server  frekuensi (1 set)

19. Monitoring  frekuensi (2 set) 20. Kinerja SCADA, Operasi (1 set) 21. Offline database server  (1 set)

(36)

e. Konfigurasi Master Station level 5

Konfigurasi  Master station level   3 terdapat pada gambar 4.15 yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set) dan Workstation supervisor  (1 set) 2. Workstation engineer & update database  (2 set)

3. Workstation DTS (2 set)

4. Server  SCADA (1 set redundant ) 5. GPS (1 set redundant )

6. Server  EMS (1 set redundant )

7. Server data historikal dan update database (1 set redundant ) 8. Server  DTS (1 set redundant )

9. Projection multimedia (2 set) 10. Server controller  (1 set) 11. Layar tayang

12. Switch Gigabit Ethernet  LAN

13. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant ) 14. Switch 100 Megabit Ethernet  LAN

15. Workstation di luar control center  16. Static display

17. Printer  laser hitam putih (1 buah) 18. Printer  laser berwarna (1 buah)

19. Gateway atau Router+Firewall  (1 set) 20. Server  frekuensi (1 set)

Gambar

Gambar 4.1  Alur Komunikasi Dispatcher
Gambar 4.2  Bagan tujuan operasi sistem tenaga listrik
Gambar 4.3  Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik
Gambar 4.5  Looping 2 subsistem menjadi 1 sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Sistem Pemrosesan Transaksi ATM yang digunakan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Sibolga..

Penelitian yang berjudul “Sifat Kimia, Organoleptik dan Mikroorganisme Dodol Susu dengan Penambahan Ekstrak Pegagan yang Bervariasi” ini dilaksanakan sejak bulan

Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System) untuk menentukan letak lokasi penelitian, bor tanah untuk mengambil sampel tanah,

ini,dapat tersajikan menu yang disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang diperlukan untuk memonitor pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, yaitu dimulai dari Rencana

Penataan Bandar Udara Hasanuddin mencakup areal di sisi darat (landside area) dan di sisi udara (airside area). Permukiman Sudiang terletak di Kecamatan Biringkanaya, Kota

Para idola dunia ini menggelar konser dan juga jumpa penggemar yang tentu saja bisa dihadiri oleh siapa pun yang berada di Thailand?. Ini bukan kali pertama para bintang

Untuk mendapatkan informasi tentang semua jenis alat tradisional yang ada di Indonesia perlu dirancang suatu aplikasi dengan basis multimedia interaktif sehingga pengguna

Prvo će se opisati projektiranje same šake u Solidworks software-u, potom pogonski sustav koji se sastoji od elektromagnetskog ventila i pneumatskih mišića, te