• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPPV jadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPPV jadi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV) BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV)

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Ve

Vertrtigigo o memerurupakpakan an kekeluluhahan n yayang ng seseriring ng didijujumpmpai ai dadalalam m prprakaktetek, k, yayang ng seseriringng digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa  pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan  pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.

nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.11

Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi   be

  berpurputar tar sehsehingingga ga menmenggangganggu ggu rasrasa a keskeseimeimbangbangan an sesseseoreorangang, , umuumumnymnya a disdisebabebabkan kan oleolehh gan

gangguagguan n padpada a sissistim tim keskeseimeimbanbangan. gan. BerBerbagbagai ai macmacam am defdefenienisi si ververtigtigo o dikdikemuemukakakakan n oleolehh  banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah  banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh   p

  penenderderitita a atatau au obobyeyek-k-obyobyek ek di di sesekikitatar r penpendederirita ta yayang ng bebersrsanangkugkutatan n dedengngan an kekelalaininanan keseimbangan.

keseimbangan.11

Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan tubuh. Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan tubuh. Bis

Bisa a berberupa upa trtraumauma, a, infinfelselsi, i, kegakeganasnasan, an, metmetaboaboliklik, , toktoksiksik, , vesveskulkuler er ataatau u autautoimoimun.un.sissistemtem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibuler (pusat dan perifer) dan non keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibuler (pusat dan perifer) dan non ves

vestitibulbuler er (vi(visuasual l [re[retintina, a, otootot t bolbola a matmata] a] dan dan somsomatoatokinkinetietik k [ku[kulilit, t, sensendi, di, otootot]t]). ). SisSistemtem ves

vestitibulbuler er sensentratral l terterletletak ak padpada a batbatang ang otaotak, k, serserebelebelum um dan dan serserebrebrum. um. SebSebalialiknyknya a sissistemtem vestibuler perifer meliputi labirin dan

(2)

Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan vertigo. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun   penderita merasakannya lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah,

sehingga penderita merasa khawatir akan timbul serangan lagi. Hal ini yang menyebabkan  penderita sangat berhati-hati dalam posisi tidurnya. Vertigo jenis ini sering berulang

kadang-kadang dapat sembuh dengan sendirinya. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan otolit.2,3,4

II.EPIDEMIOLOGI

Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer  yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada  perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun

yang tidak memiliki riwayat cedera kepala.5,6

III.ANATOMI DAN FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN

Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (Iabirin), terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang

(3)

dan labirin membran. Labirin membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir  menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi dari pada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior (inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus. 7,8,9,

Keseimbangan dan orientasi tubuh se¬seorang terhadap lingkungan di sekitarnya ter¬gantung pada input sensorik dari reseptor vesti¬buler di labirin, organ visual dan  proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga

menggam¬barkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.7

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang ber¬hubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan se¬luruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula. 7,8,9

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan   permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang

(4)

eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.7,9

Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi  biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat per-cepatan linier atau perper-cepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.8

Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.8

IV.ETIOLOGI

Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya usia.10

V.PATOFISIOLOGI

(5)

1. Teori Cupulolithiasis :

Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis  posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Hal ini

analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot ekstra ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada saat miring  partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa  pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak  secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dan nistagmus.3,4,6

2. Teori Canalithiasis

Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke  belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing

(6)

dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar  lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf  dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan “delay” (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar  dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan konsep kelelahan “fatigability” dari gejala pusing.3,4,6

VI.DIAGNOSIS A. Anamnesis

Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat  perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral,  bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti

dengan mual.6

B. Pemeriksaan fisis

Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada evaluasi neurologis normal.6 Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike dan Tes kalori.1,2,11

Dix-Hallpike. Cara melakukannya sebagai berikut:

Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik. Penderita didudukkan dekat bagian ujung

(7)

tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o – 40o,  penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul. Kepala diputar 

menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo,  posisi tersebut dipertahankan selama 10-15 detik. Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan. Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnya

Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah   provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus

menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.2

Tes kalori .

Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30 derajat C, sedangkan suhu air panas adalah 44 derajat C. volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan

(8)

atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk menghilangkan  pusingnya).7

VII. DIAGNOSIS BANDING

• Vestibular Neuritis

Vestibular neuritis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan  pendengaran.8

•Labirintitis

Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur  didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya. Labirintitis toksik    biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-¬struktur telinga dalam. Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat

(9)

menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya menyebabkan sklerosi labirin.8

• Penyakit Meniere

Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.

Patofisiologi : pembengkakan endolimfe akibat penyerapan endolimfe dalam skala media oleh striavaskularis terhambat.

Manifestasi klinis : vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15 menit sampai  beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai pengurnngan pendengaran, tinitus yang kadang

menetap, dan rasa penuh di dalam telinga. Serangan pertama hebat sekali, dapat disertai gejala vegetatif Serangan lanjutan lebih ringan meskipun frekuensinya bertambah.12

VIII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan utama pada BPPV adalah manuver untuk mereposisi debris yang terdapat pada utrikulus. Yang paling banyak digunakan adalah manuver seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah. Manuver mungkin diulangi jika pasien masih menunjukkan gejala-gejala. Bone vibrator bisa ditempatkan pada tulang mastoid selama manuver dilakukan untuk menghilangkan debris.6

Terlebih dulu , dengan orang duduk, kepala dibalik sekitar 45 ke sebelah kanan atau kiri, tergantung pada sisi pemicu vertigo. Orang kemudian berbaring dengan kepala bergantung di  balik pinggir meja periksa (tempat tidur). Akhirnya, kepala dan badan dibalik sampai hidung

(10)

menunjuk ke lantai. Orang kemudian duduk tegak tetapi menjaga kepala agar tetap dibelokkan sejauh mungkin. Satu kali orang lurus, kepala bisa menghadap ke depan. Kepala kemudian diubah ke arah yang lain dengan sudut yang sama. Kepala dibelokkan lebih jauh ke sebelah kiri, agar telinga sejajar dengan lantai.6,14

Penanganan BPPV di rumah :

1. Latihan Brandt Daroff 

Latihan Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati BPPV, biasanya digunakan jika  penanganan di praktek dokter gagal. Latihan ini 95% lebih berhasil dari pada penatalaksanaan di tempat praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set perhari selama 2 minggu. Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam 5 kali. Satu pengulangan yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi berbeda (membutuhkan waktu 2 menit). Jadwal latihan Brandt Daroff yang disarankan :

Waktu Latihan Durasi :

Pagi 5 kali pengulangan 10 menit Sore 5 kali pengulangan 10 menit Malam 5 kali pengulangan 10 menit

Mulai dengan posisi duduk kemudian berubah menjadi posisi baring miring pada satu sisi, dengan sudut kepala maju sekitar setengah. Tetap pada posisi baring miring selama 30 detik, atau sampai pusing di sisi kepala, kemudian kembali ke posisi duduk. Tetap pada keadaan ini selama 30 detik, dan kemudian dilanjutkan ke posisi berlawanan dan ikuti rute yang sama. Latihan ini

(11)

harus dilakukan selama 2 minggu, tiga kali sehari atau selama tiga minggu, dua kali sehari. Sekitar 30% pasien, BPPV dapat muncul kembali dalam 1 tahun.

2. Manuver Epley di rumah

Prosedur ini lebih efektif dari prosedur di ruangan, karena diulang setiap malam selama seminggu. Metode ini (untuk sisi kiri), seseorang menetap pada posisi supine selama 30 detik  dan pada posisi duduk tegak selama 1 menit. Dengan demikian siklus ini membutuhkan waktu 2 ½ menit. Pada dasarnya 3 siklus hanya mengutamakan untuk beranjak tidur, sangat baik  dilakukan pada malam hari daripada pagi atau siang hari, karena jika seseorang merasa pusing setelah latihan ini, dapat teratasi sendiri dengan tidur. Ada beberapa masalah yang timbul dengan metode lakukan sendiri. Jika diagnosis BPPV belum dikonfirmasi, seseorang dapat melakukan latihan ini untuk mengobati keadaan lain (seperti tumor otak atau stroke) dengan latihan posisi. Ini tidak berhasil dapat menunda penanganan yang tepat. Masalah kedua adalah Epley memerlukan pengetahuan dari sisi jelek. Komplikasi seperti perubahan ke kanal lain dapat terjadi selama maneuver Epley, yang lebih baik ditangani oleh dokter daripada dirumah. Akhirnya sering terjadi selama maneuver Epley, gejala neurologis dipicu ole kompresi pada arteri vertebralis.

Berdasarkan pendapat kami, lebih aman melakukan Epley di dokter daripada melakukan sendiri. Operasi dilakukan pada sedikit kasus pada pasien dengan BPPV berat. Pasien ini gagal berespon dengan manuver yang diberikan dan tidak terdapat kelainan patologi intrakranial pada  pemeriksaan radiologi. Gangguan BPPV disebabkan oleh respon stimulasi kanalis semisirkuler   posterior, nervus ampullaris, nervus vestibuler superior, atau cabang utama nervus vestibuler.

(12)

Oleh karena itu, terapi bedah tradisional dilakukan dengan transeksi langsung nervus vestibuler  dari fossa posterior atau fossa medialis dengan menjaga fungsi pendengaran.6

IX. PROGNOSIS

Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali  pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%. 4,5

DAFTAR PUSTAKA

1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin dunia kedokteran .html 2. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N, Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepa la & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2008. Hal. 104-9

3. Bojrab DI, Bhansali SA, Battista RA. Peripheral Vestibular Disorders. In: Jackler RK & Brackmann DE, Editor: Textbook of Neurotology. St. Louis, Missouri : Mosby. 1994. p 629-33 4. Li JC & Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview 5. Anonim. Si Penyebab Kepala Berputar. [online] 2009 [cited 2009 June 18th]. Available from : http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=23.

6. Johnson J & Lalwani AK. Vestibular Disorders. In : Lalwani AK, editor. Current Diagnosis & treatment in Otolaryngology- Head & Neck Surgery. New York : Mc Graw Hill Companies.

(13)

2004. p 761-5 7. sBashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Arsyad E, Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 94-101

8. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R, Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-45 9. Sherwood L. Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan. Dalam: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996. p 176-189 10. Hain TC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from : http://www .dizziness-and-balance.com/bppv.html 11. Furman JM, Cass SP. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. NEJM [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from : http://content.nejm.org/cgi/reprint/341/21/1590.pdf  12. Mansjoer a, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setowulan W. Penyakit Menierre. Dalam : KApita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001. Hal 93-94 13. Balasubramanian. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from :http://www.drtbalu.com/BPPV.html 14. Anonym. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from : http://www .medicastore.com.

15. Anonym. Vestibular System . [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from : http:www.Britanica Online Encyclopedia.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil-hasil yang diperoleh melalui penelitian ini menyimpulkan bahwa citra merek, kualitas produk serta harga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu book-tax differences sebagai variabel dependen dan variabel

Hubungan dalam organisasi tidak menjadi faktor stres karena dari wawancara diketahui bahwa keadaan organisasi baik- baik saja, hubungan dengan pimpinan dan rekan

a) Mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil trimester II dan trimester III, dimulai dari pengkajian, pemeriksaan umum, fisik, pemeriksaan

Berikut ini adalah hasil dari identifikasi makrobentos pada pengambilan sampel pertama (SP) dan sampel kedua (SK) yang dapat dilihat pada tabel 13 untuk sampel pertama

Pemasaran adalah merupakan fungsi pokok yang perlu diperhatikan dalam suatu perusahaan, karena kegiatan inilah yang akan mendatangkan keuntungan dari hasil barang

Abstraksi. Pernikahan merupakan hal yang sakral, karena berhubungan dengan suatu pilihan untuk membuat suatu keluarga dengan orang lain sebagai pasangan hidup. Namun