• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGGUNAAN LABEL HARGA YANG TIDAK SESUAI DENGAN REAL HARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGGUNAAN LABEL HARGA YANG TIDAK SESUAI DENGAN REAL HARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN REAL HARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM

EKONOMI SYARIAH

(Studi Kasus di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan

Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh:

SRI WAHYUNI

NPM. 1502090097

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441 H/2020 M

(2)

PENGGUNAAN LABEL HARGA YANG TIDAK SESUAI DENGAN REAL HARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Kasus di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo

Kabupaten Lampung Tengah)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh: SRI WAHYUNI NPM. 1502090097

Pembimbing I : Dr. H. Azmi Siradjuddin, Lc.,M.Hum Pembimbing II : Eka Yuliastuti, M.H

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441 H /2020 M

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

PENGGUNAAN LABEL HARGA YANG TIDAK SESUAI DENGAN REAL HARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Kasus di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo

Kabupaten Lampung Tengah) Oleh:

Sri Wahyuni

Kata Kunci: penggunaan label harga, hukum ekonomi syariah

Label Price atau Price Tag adalah harga suatu yang tertera di depan barang, ada 2 macam label price yaitu label price regular dan label price promo. Label

price berguna untuk mempermudah pelanggan dalam melihat harga, pelanggan

hanya tinggal melihat barang dan di bawah pas di tempel di rak nya ada harga nya, jadi pelanggan tidak perlu bertanya lagi kepada penjaga toko jika ingin membeli barang yang dibutuhkan.

Penelitian ini bertujuan untuk penggunaan label harga yang tidak sesuai dengan real harga dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara (interview) terhadap pengelola, karyawan dan para konsumen Multi Mart Desa Simbarwaringin. Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen yang berasal dari data Multi Mart Desa Simbarwaringin. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan kongkrit kemudian dari fakta yang khusus dan kongkrit tersebut di tarik secara generalisasi yang mempunyai sifat umum.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan label harga yang tidak sesuai dengan real harga dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah adalah penggunaan label harga sudah ada yang sesuai dengan ketentuan, namun ada pula kesalahan atau kelalaian pihak pengelola Multi Mart Desa Simbarwaringin dalam menggunakan label harga pada barang yang tidak sesuai ketika konsumen membayar di kasir. Kelalaian tersebut terjadi karena kurangnya pengecekan harga barang oleh karyawan maupun pengelola. Sehingga menyebabkan kerugian pada pihak konsumen. Label sebagai alat penyampai informasi, sudah selayaknya informasi yang termuat pada label harus secara jujur dan tidak merugikan. Penetapan harga dalam Hukum Ekonomi Syariah harus memenuhi unsur keadilan. Adanya suatu harga yang adil telah menjadi pegangan yang mendasar pada transaksi yang tercermin dalam prinsip Hukum Ekonomi Syariah terhadap keadilan yang menyeluruh. Konsep dasar pada harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Penetapan harga yang tidak adil, yang mengandung unsur kedzaliman adalah haram.

(7)
(8)

MOTTO

























Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

(Q.S. Al Israa : 35)1

1

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya dan ucapan Alhamdulillahirobbil’alamin, peneliti mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Paikun dan Ibu Katinem yang telah mengasuh, membimbing, mendidik dan membesarkanku serta senantiasa mendo’akan ku demi keberhasilanku.

2. Kakak-kakakku Nyanirah, Pujianto, Suratno, dan Wiwin Khusnul Aini yang ikut memotivasi dan mendo’akan keberhasilanku.

3. Ahmad Anwar, S.E yang telah memeberi semangat dan motivasi demi keberhasilanku.

4. Dosen Pembimbing Bapak Dr. H. Azmi Siradjuddin, Lc.,M.Hum., Selaku Pembimbing I, dan Ibu Eka Yuliastuti, M.H. selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho dan inayah-Nya serta membrikan kekuatan dan kesabaran, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya hingga yang setulus-tulusnya. Tanpa mengecilkan arti bantuan dan partisipasi pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro. 2. Bapak H. Husnul Fatarib, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Bapak Dr. H. Azmi Siradjuddin, Lc.,M.Hum., selaku selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan yang sangat bermanfaat kepada peneliti. 4. Ibu Eka Yuliastuti, M.H., selaku penguji I dalam sidang munaqosyah yang

telah memberikan arahan guna terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Nety Hermawati, S.H.,M.A.,M.H, selaku Penguji I dalam sidang munaqosyah yang telah memberikan arahan guna terselesaikannya skripsi ini.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Penelitian Relevan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Label Harga ... 15

1. Pengertian Label Harga ... 15

2. Fungsi Label Harga ... 17

(13)

4. Label dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia ... 19

B. Harga dalam Hukum Ekonomi Syariah ... 22

1. Pengertian Harga... 22

2. Manajemen Penetapan Harga Menurut Hukum Ekonomi Syariah ... 28

3. Faktor-Faktor dan Tujuan Penetapan Harga ... 28

C. Perlindungan Konsumen ... 33

1. Pengertian Perlindungan Konsumen ... 33

2. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha ... 36

3. Dasar Hukum ... 38

4. Asas Hukum Perlindungan Konsumen ... 40

5. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sifat Penelitian ... 50

B. Sumber Data ... 51

C. Teknik Pengumpulan Data ... 52

D. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Gambaran Umum Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah ... 56 2. Penggunaan Label Harga yang tidak sesuai dengan Real Harga

(14)

di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo

Kabupaten Lampung Tengah ... 57 B. Penggunaan Label Harga Yang Tidak Sesuai Dengan Real Harga di Multi

Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Perspektif Hukum Ekonomi Syariah ... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Bimbingan Skripsi 2. Out Line

3. APD

4. Surat Pra Survey 5. Surat Izin Research 6. Surat Tugas

7. Surat Keterangan Bebas Pustaka 8. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi 9. Dokumentasi

(16)
(17)

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu persoalan cukup mendesak yang dihadapi umat adalah membanjirnya produk makanan dan minuman olahan, obat-obatan, serta kosmetik. Sejalan dengan ajaran Islam, umat Islam menghendaki agar produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan kesucianya. Menurut ajaran Islam, mengkonsumsi yang halal, suci dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya wajib. Konsep kehalalan di kehidupan masyarakat Indonesia sudah diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Halal diperuntukkan bagi sesuatu yang baik dan bersih untuk dimakan atau untuk dikonsumsi oleh manusia menurut syariat Islam. Lawan halal adalah haram yaitu tidak dibenarkan atau dilarang menurut ajaran Islam. Halal atau tidak merupakan suatu keamanan pangan yang sangat mendasar bagi umat islam. Konsumen Islam cenderung memilih produk yang telah dinyatakan halal daripada produk yang belum dinyatakan halal oleh lembaga yang berwenang.

Selain label halal, persoalan konsumen dalam memilih produk adalah harga itu sendiri. Harga juga merupakan salah satu faktor konsumen untuk menentukan keputusan pembelian pada produk. Dimana harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau

(18)

menggunakan produk atau jasa tersebut. Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian sangatlah penting, kerena dengan tingkat harga yang ditetapkan oleh perusahaan dapat menjadi tolak ukur akan permintaan suatu produk. Penetapan harga yang salah atas suatu produk dapat mengakibatkan jumlah penjualan pada suatu produk tidak dapat maksimal yang mengakibatkan penjualan menurun dan pangsa pasarnya berkurang. Oleh sebab itu, dalam penetapan harga perusahaan harus dapat menentukan harga penjualan sesuai dengan pangsa pasar yang dituju agar penjualan produk dan pangsa pasar semakin meninggkat.

Label harga menurut bahasa terbagi menjadi dua kata yaitu label dan harga. Pengertian label berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 berarti setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau bagian kemasan pangan. Sedangkan harga adalah jumlah uang yang telah disepakati oleh calon pembeli dan penjual untuk ditukar dengan barang atau jasa dalam transaksi bisnis normal. Jadi dapat disimpulkan label harga adalah suatu keterangan yang berbentuk gambar, tulisan, atau kombinasi keduanya yang ada pada bagian produk dan di dalamnya membawa informasi atas suatu nilai produk barang atau jasa.

Harga merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan

(19)

atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja. Walaupun penetapan harga merupakan persoalan penting, masih banyak perusahaan yang kurang sempurna dalam menangani permasalahan penetapan harga tersebut. Karena menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat keuntungan, serta share pasar yang dapat dicapai oleh perusahaan.

Penentuan harga dalam Islam dibebaskan berdasarkan persetujuan khalayak masyarakat. Rasulullah SAW sangat menghargai harga yang terjadi, karena mekanisme pasar yang bebas dan menyuruh masyarakat muslim untuk mematuhi peraturan ini. Rasulullah SAW menolak untuk membuat kebijakan penetapan harga manakala tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik. Sepanjang kenaikan terjadi karena kekuatan permintaan dan penawaran yang murni dan wajar, yang tidak dipaksa atau tekanan pihak tertentu (tekanan monopolistik dan monopsonistik). Semakna dengan suka sama suka adalah sama-sama merelakan keadaan masing-masing yang diketahui oleh orang lain, berarti produsen dan konsumen mengetahui secara langsung kelebihan dan kelemahan dari barang yang ada di pasar, maka menjadikan semua pihak mendapatkan kepuasan.

Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya. Harga

(20)

adalah bagian penting yang tidak terpisahkan dari the marketing mix. Karena juga tidak dapat dipisahkan dari ketiga komponen the marketing mix yang lain yaitu produk, distribusi dan promosi penjualan. Oleh karena itu dalam menyusun strategi harga perusahaan tidak dapat mengabaikan kebijaksanaan pemasaran jangka pendek dan menengah yang telah digariskan maupun strategi produk, distribusi dan promosi penjualan. Disamping itu seperti halnya bauran pemasaran strategi harga perlu memperhitungkan persepsi konsumen sasaran kepada siapa strategi itu ditujukan dan perkembangan lingkungan bisnis.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa Pasal 1 ayat 9 label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya yang disertakan pada barang, dimasukan kedalam, ditempelkan/melekat pada barang, tercetak pada barang, dan/atau merupakan bagian kemasan barang.2

Sebagaimana peraturan menteri perdagangan tersebut, dapat dipahami bahwa label merupakan keterangan mengenai barang, harga, gambar, tulisan yang berisi informasi tentang barang maupun pelaku usaha yang melekat pada barang.

Label Price atau Price Tag adalah harga suatu yang tertera di depan barang, ada 2 macam label price yaitu label price regular dan label price promo. Label price berguna untuk mempermudah pelanggan dalam melihat harga, pelanggan hanya tinggal melihat barang dan di bawah pas di tempel di rak nya ada harga nya, jadi pelanggan tidak perlu bertanya lagi kepada penjaga toko jika ingin membeli barang yang dibutuhkan.3

2

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa

3

Anonimus, Label Price, diunduh dalam website https://brainly.co.id/tugas/21421795, tanggal 22 September 2019

(21)

Label merupakan salah satu bagian dari produk berupa keterangan baik gambar maupun kata-kata yang berfungsi sebagai sumber informasi produk dan penjual. Label umumnya berisi informasi berupa nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk dan keterangan legalitas.

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penggunaan label harga dalam jual beli akan mempermudah para konsumen dalam mengetahui harga barang yang akan dibeli. Konsumen akan memutuskan membeli atau membatalkan pembelian setelah mengetahui harga barang yang sesungguhnya. Banyak dari konsumen yang memutuskan membeli barang setelah mengetahui harga barang murah atau mahal dengan melihat harga pada label harga yang melekat pada barang. Dengan menggunakan label harga, konsumen tidak perlu lagi bertanya kepada karyawan hanya untuk mengetahui harga barang yang sebenarnya.4

Selain itu dari hasil wawancara dengan karyawan, dapat diketahui bahwa jual beli dengan menggunakan label harga dinilai sangat efektif tanpa harus melakukan tawar menawar, konsumen sudah mengetahui harga dari barang yang akan dibeli. Karyawan dan pengelola dalam penggunaan label harga harus teliti, karena barang yang akan di perjualbelikan sangat banyak. Oleh karena itu, baik pengelola maupun karyawan mendapat pekerjaan tambahan yakni harus selalu mengecek harga-harga barang yang melekat

4

Wawancara dengan Rudi Ardiyanto selaku pengelola Multi Mart Desa Simbarwaringin (tanggal 21 September 2019)

(22)

pada label harga. Hal tersebut merupakan upaya pengelola dan karyawan agar konsumen tidak kecewa dan tidak mengandung unsur penipuan.5

Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen yakni Sri Lestari dapat diketahui bahwa penggunaan label harga akan mempermudah konsumen dalam mengetahui harga barang yang akan dibeli. Jika barang yang akan dibeli tidak memiliki label harga, maka konsumen akan bertanya-tanya kepada para pekerja. Hal tersebut menyulitkan para konsumen karena konsumen harus mencari pekerja untuk menanyakan harga barang yang akan dibeli. Selain itu, penggunaan label harga di Multi Mart ada yang tidak sesuai dengan harga yang sebenarnya ketika membayar dikasir. Pada kasus ini, harga yang tertera pada label harga yang melekat pada barang berbeda dengan harga yang ada di nota pembayaran. Hal tersebut dapat merugikan konsumen, karena konsumen merasa tertipu dengan label harga tersebut. Oleh karena itu, jual beli tanpa adanya ijab qabul dengan menggunakan label harga, sangat rentan terjadi penipuan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.6

Selain wawancara dengan Sri Lestari, peneliti juga mewawancarai konsumen lain yakni Ibu Tanti. Dari wawancara dengan Ibu Tanti, dapat diketahui bahwa jual beli menggunakan label harga dapat memudahkan konsumen mengetahui harga dari barang yang akan dibeli tanpa harus bertanya langsung pada karyawan atau pengelola langsung. Dengan melihat label harga, konsumen sudah mengetahui harga yang akan dibayar dikasir.

5

Wawancara dengan Devi selaku Karyawan Multi Mart Desa Simbarwaringin (tanggal 04 November 2019)

6

Wawancara dengan Sri Lestari selaku konsumen Multi Mart Desa Simbarwaringin (tanggal 21 September 2019)

(23)

Namun, jual beli dengan menggunakan label harga ini rentan terhadap kelalaian pengusaha, bahkan ada pengusaha yang sengaja menempelkan label harga yang murah pada barang dan memikat keinginan konsumen untuk membeli barang tersebut, ternyata setelah konsumen membayar dikasir, harga yang tertera pada label bukanlah harga sebenarnya. Ketika konsumen bertanya kepada kasir, kasir hanya menjawab “mungkin harga pada label belum diperbaharui”. Pada akhirnya, konsumen hanya dapat menerima alasan tersebut dan merasa kecewa dengan alasan yang diberikan oleh karyawan tersebut.7

Berkaitan dengan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “PENGGUNAAN LABEL HARGA YANG TIDAK SESUAI DENGAN REAL HARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Kasus di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimanakah penggunaan label harga yang tidak sesuai dengan real harga dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah?”

7

Wawancara dengan Tanti selaku konsumen Multi Mart Desa Simbarwaringin (tanggal 04 November 2019)

(24)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan label harga yang tidak sesuai dengan real harga dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah di Multi Mart Desa Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Secara teoretis

1) Menambah khazanah keilmuan yang dapat berguna bagi pengembangan ilmu hukum Islam dalam bidang yang berkaitan dengan muamalah atau hukum ekonomi syari’ah.

2) Sebagai acuan penelitian serupa di masa yang akan datang dan dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai perkembangan zaman. b. Secara praktis

1) Untuk memenuhi persyaratan dalam memperolah gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syari’ah IAIN Metro.

2) Memberikan masukan pemikiran kepada pihak yang terkait langsung dengan objek penelitian maupun masyarakat luas dalam rangka memperbaiki sistem dalam penggunaan label harga agar sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan hukum Islam.

(25)

D. Penelitian Relevan

Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji dalam proposal. Penelitian ini mengemukakan dan menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti sebelumnya.8 Untuk itu, penelitian relevan terhadap hasil kajian terdahulu perlu dilakukan dalam penelitian ini, sehingga dapat ditentukan dimana posisi penelitian yang akan dilakukan berada.

Sebagaimana penjelasan tersebut, peneliti mengutip skripsi, jurnal, maupun artikel yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti sehingga akan terlihat dari sisi mana peneliti dalam membuat karya ilmiah. Selain itu, akan terlihat suatu perbedaan yang dicapai oleh masing-masing pihak. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan ialah sebagai berikut:

No. Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. M. Agung Nugroho Tinjauan Hukum Islam Terhadap Selisih Harga yang Terjadi di Alfamart

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa selisih harga yang terjadi di Alfamart Ngaliyan disebabkan karena kelalaian karyawan dan data harga yang bermasalah dari

8

Zuhairi et.al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Revisi, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro, 2015), h.46

(26)

Ngaliyan Semarang”.9

kantor pusat yang mengakibatkan akad tersebut menjadi tidak sah atau akadnya

fashid, jual-beli gharar memang dilarang dalam Islam, namun tidak semua gharar menjadi sebab pengharaman. Seperti selisih harga yang terjadi di Alfamart Ngaliyan memang ditemukan unsur ghararnya yakni dalam akad, namun unsur ghararnya tidak menjadikan jual-beli ini dilarang, karena unsur gharar yang ada pada jual beli ini ringan termasuk gharar yang diperbolehkan dan yang terpenting dalam jualbeli diantara keduanya saling ridlo tidak ada paksaan

2. Ahmad Syarifuddin

Jual beli tanpa

label harga

perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan jual beli tanpa label harga di kota Palangka Raya menggunakan mekanisme mesan di awal setelah itu makan dan bayar di akhir dengan sistem penentuan harga berdasarkan menu dan

9

M. Agung Nugroho, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Selisih Harga yang Terjadi di

Alfamart Ngaliyan Semarang”, Skripsi, Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015.

(27)

Hukum Islam

(Studi pada

Rumah Makan di Kota Palangka Raya)”.10

besar kecilnya ikan. Faktor yang melatarbelakangi tidak dicantumkannya label harga dalam jual beli pada rumah makan yakni fluktuasi harga, faktor kebiasaan, dan tidak adanya aturan hukum. Dalam tinjauan Undang-Undang Perlindungan Konsumen jual beli tanpa label harga secara eksplisit tidak diatur pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Namun secara penafsiran analogis, penegasan bagi pelaku usaha untuk memberikan informasi secara benar, jelas dan jujur dan dalam hal ini informasi harga termaktub pada pasal 7 undang-undang no. 8 Tahun 1999. Adapun dalam tinjauan hukum Islam jual beli tanpa label harga secara akad melanggar syarat sah yakni mengandung unsur jahalah, ikraḥ, dan dharār sehingga jual belinya dikatakan

10

Ahmad Syarifuddin, “Jual beli tanpa label harga perspektif Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam (Studi pada Rumah Makan di Kota Palangka Raya)”,

Skripsi, IAIN Palangka Raya, 2017. Diunduh dalam website http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/1072/

(28)

fasid. Oleh sebab itu, tidak adanya informasi harga dalam praktik jual beli tersebut harus di sadd az-zari’ah.

3. Tri Widodo Pengaruh

Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Indomie (Studi Kasus Mahasiswa universitas Muhammadiyah Surakarta)”.11

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang dilakukan, label halal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian terhadap produk indomie ditunjukkan dengan tingkat signifikan 0.001 < 0.05. Hasil penelitian uji t menunjukkan harga produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk, ditunjukkan dengan tingkat signifikan 0.004 < 0.05. Hasil uji F menunjukkan bahwa labelisasi halal dan harga menpunyai hubungan dan secara serentak (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian produk indomie. Pengaruh label halal dan harga dengan keputusan membeli produk indomie

11

Tri Widodo, “Pengaruh Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen Pada Produk Indomie (Studi Kasus Mahasiswa universitas Muhammadiyah Surakarta”, Skripsi, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015. Diunduh dalam

(29)

melalui uji koefisien (Adjusted R2) dengan nilai sebesar 0.318 atau 31.8%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa labelisasi halal dan harga adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelian konsumen keputusan.

Hasil penelitian-penelitian sebelumnya dapat diketahui persamaan dan perbedaan yang akan diteliti oleh peneliti.

1. Persamaan

Penelitian-penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama melakukan penelitian mengenai jual beli. 2. Perbedaan, perbedaan pada masing-masing penelitian yaitu:

a. Pada penelitian pertama lebih difokuskan kepada selisih harga yang terjadi di Alfamart yang disebabkan karena kelalaian karyawan dan data harga yang bermasalah dari kantor pusat.

b. Pada penelitian kedua, lebih difokuskan pada Jual beli tanpa label harga perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam menggunakan mekanisme mesan di awal setelah itu makan dan bayar di akhir dengan sistem penentuan harga berdasarkan menu.

c. Pada penelitian ketiga lebih difokuskan pada Pengaruh label halal dan harga dengan keputusan membeli produk indomie.

(30)

Pada penelitian yang akan peneliti lakukan yakni lebih difokuskan kepada jual beli dengan menggunakan label harga dimana label harga yang digunakan berbeda ketika melakukan pembayaran dikasir.

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Label Harga

1. Pengertian Label Harga

Dalam bisnis yang sangat ketat merek menduduki peranan besar terutama dengan penilaian konsumen terhadap kualitas atau mutu produk, sehingga merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Begitu pula dengan harga, harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Keputusan membeli suatu produk sepenuhnya ada pada diri konsumen karena pasar menyediakan berbagai pilihan produk dan merek yang beragam. Konsumen bebas memilih berbagai produk dengan mengggunakan berbagai kriteria yang sesuai dengan kebutuhan, selera, daya beli, mutu yang baik, dan harga yang lebih murah.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa Pasal 1 ayat 9 label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya yang disertakan pada barang, dimasukan kedalam, ditempelkan/melekat pada barang, tercetak pada barang, dan/atau merupakan bagian kemasan barang.12

12

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa

(32)

Sebagaimana peraturan menteri perdagangan tersebut, dapat dipahami bahwa label merupakan keterangan mengenai barang, harga, gambar, tulisan yang berisi informasi tentang barang maupun pelaku usaha yang melekat pada barang.

Label Price atau Price Tag adalah harga suatu yang tertera di depan barang, ada 2 macam label price yaitu label price regular dan label price promo. Label price berguna untuk mempermudah pelanggan dalam melihat harga, pelanggan hanya tinggal melihat barang dan di bawah pas di tempel di rak nya ada harga nya, jadi pelanggan tidak perlu bertanya lagi kepada penjaga toko jika ingin membeli barang yang dibutuhkan.13

Label merupakan salah satu bagian dari produk berupa keterangan baik gambar maupun kata-kata yang berfungsi sebagai sumber informasi produk dan penjual. Label umumnya berisi informasi berupa nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk dan keterangan legalitas.

Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga merupakan sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar oleh konsumen untuk membeli dan menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.14

Sebagaimana penjelasan tersebut, harga menjadi patokan bagi konsumen untuk membeli produk dan sekaligus pada saat yang sama untuk menentukan berapa besar keuntungan yang diperoleh dalam

13

ANONIMUS, LABEL PRICE, DIUNDUH DALAM WEBSITE

HTTPS://BRAINLY.CO.ID/TUGAS/21421795, TANGGAL 22SEPTEMBER 14

(33)

berdagang. Selain itu, kompensasi dari harga yang setara menjadi poin penting dalam hal menetapkan harga.

2. Fungsi Label Harga

Fungsi label adalah sebagai berikut: a. Label mengidentifikasi produk atau merek b. Label menentukan kelas produk

c. Label menggambarkan beberapa hal mengenai produk (siapa pembuatnya, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana menggunakannya, dan bagaimana menggunakan secara aman.

d. Label mempromosikan produk lewat aneka gambar yang menarik. Pemberian label dipengaruhi oleh penetapan, yaitu:

1) Harga unit (unit princing) untuk menyatakan harga per unit dari ukuran standar.

2) Tanggal kadaluarsa (open dating) untuk menyatakan berapa lama produklayakdikonsumsi.

3) Label keterangan gizi (nutritional labeling) untuk menyatakan nilai gizi dalam produk.

Penggunaan label dalam Al Qur’an sebagai berikut:



































Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti

(34)

langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S Albaqarah : 168)15

Tafsir ayat bahwa Setelah Allah Swt. menjelaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia dan bahwa hanya Dialah yang menciptakan segalanya, maka Allah SWT menjelaskan bahwa Dialah yang memberi rezeki semua makhluk-Nya. Untuk itu Allah SWT menyebutkan sebagai pemberi karunia kepada mereka, bahwa Dia memperbolehkan mereka makan dari semua apa yang ada di bumi, yaitu yang dihalalkan bagi mereka lagi baik dan tidak membahayakan tubuh serta akal mereka, sebagai karunia dari Allah SWT Allah melarang mereka mengikuti langkah-langkah setan, yakni jalan-jalan dan sepak terjang yang digunakan untuk menyesatkan para pengikutnya, seperti mengharamkan

bahirah (hewan unta bahirah), saibah (hewan unta saibah), wasilah

(hewan unta wasilah), dan lain sebagainya yang dihiaskan oleh setan terhadap mereka dalam masa Jahiliah.16

3. Manfaat Label Harga bagi Konsumen dan Pelaku Usaha

a. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan.

b. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal-hal yang kasat mata atau tak diketahui secara fisik.

15

Q.S Albaqarah (2) : 168

16

Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir

Jilid 2, Terj. M. Abdul Ghofar, Abdurrahim Mu’thi, dan Abu Ihsan Al Atsari (Bogor: Pustaka

(35)

c. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang optimum.

d. Sarana periklanan bagi produsen. e. Memberi rasa aman bagi konsumen.

Mengingat label adalah alat penyampai informasi, sudah selayaknya informasi yang termuat pada label adalah sebenar-benarnya dan tidak menyesatkan. Hanya saja, mengingat label juga berfungsi sebagai iklan, disamping sudah menjadi sifat manusia untuk mudah jatuh dalam kekhilafan dengan berbuat kecurangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, maka perlu dibuat rambu-rambu yang mengatur. Dengan adanya rambu-rambu ini diharapkan fungsi label dalam memberi rasa aman pada konsumen dapat tercapai.

4. Label dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa Pasal 1 ayat (1) Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh Konsumen. (2) Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh Konsumen.17

17

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa

(36)

Pasal 1 ayat (3) Barang Beredar dan/atau Jasa adalah Barang dan/atau Jasa yang ditujukan untuk ditawarkan, dipromosikan, diiklankan, diperdagangkan di pasar rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan dan/atau sarana perdagangan lainnya, untuk dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Konsumen termasuk yang disimpan di dalam gudang atau tempat penyimpanan lainnya yang berada di wilayah Republik Indonesia, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor.18

Pasal 1 ayat (9) Label adalah setiap keterangan mengenai Barang yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang Barang dan keterangan Pelaku Usaha serta informasi lainnya yang disertakan pada Barang, dimasukan kedalam, ditempelkan/melekat pada Barang, tercetak pada Barang, dan/atau merupakan bagian kemasan Barang. (13) cara menjual adalah kegiatan atau upaya Pelaku Usaha untuk menawarkan, mempromosikan dan mengildankan Barang Beredar dan/atau Jasa kepada Konsumen, dengan maksud untuk menjual dan memperoleh imbalan.19

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35/M-Dag/Per/7/2013 Tahun 2013 tentang Pencantuman Harga Barang Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan Pasal 2 ayat (1) Pada dasarnya setiap pelaku usaha yang memperdagangkan barang secara eceran dan/atau jasa kepada konsumen wajib mencantumkan harga barang atau tarif jasa

18

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa

19

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa

(37)

secara jelas, mudah dibaca dan mudah dilihat. Akan tetapi, kewajiban ini tidak berlaku bagi pelaku usaha mikro.20

Pasal 3 ayat (1) harga barang tersebut harus dilekatkan/ ditempelkan pada barang atau kemasan, disertakan, dan/atau ditempatkan dekat dengan barang serta dilengkapi jumlah satuan atau jumlah tertentu. Jika barang yang diperdagangkan dikenakan pajak dan/atau biaya-biaya lainnya, pencantuman harga harus memuat informasi harga barang sudah termasuk atau belum termasuk pajak dan/atau biaya-biaya lainnya.21

Harga yang dicantumkan harus dalam rupiah, dengan menggunakan mata uang dan nominal Rupiah yang berlaku. Jika harga barang memuat pecahan nominal rupiah yang tidak beredar, pelaku usaha dapat membulatkan harga barang dengan memperhatikan nominal rupiah yang beredar. Pembulatan diinformasikan kepada konsumen pada saat transaksi pembayaran.

Pasal 9 ayat (1) Jika pelaku usaha memperdagangkan barang secara eceran dengan tidak mencantumkan harga barang secara jelas, mudah dibaca dan mudah dilihat atau tidak menetapkan harga barang dengan rupiah, maka pelaku usaha tersebut dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha di bidang perdagangan oleh pejabat yang berwenang. Pencabutan izin usaha di bidang perdagangan tersebut dilakukan setelah diberikan peringatan secara tertulis sebanyak 3

20

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35/M-Dag/Per/7/2013 Tahun 2013 tentang Pencantuman Harga Barang Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan

21

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35/M-Dag/Per/7/2013 Tahun 2013 tentang Pencantuman Harga Barang Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan

(38)

(tiga) kali dalam tenggang waktu masing-masing peringatan paling lama 1 (satu) bulan. Pasal 7 ayat (2) jika terdapat perbedaan antara harga barang yang dicantumkan dengan harga atau tarif yang dikenakan pada saat pembayaran, yang berlaku adalah harga atau tarif yang terendah.22

B. Harga dalam Hukum Ekonomi Syariah 1. Pengertian Harga

Hukum Ekonomi Syariah merupakan ajaran atau aturan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan mengenai penetapan harga merupakan praktek yang tidak diperbolehkan oleh syariat islam. Pemerintah maupun otoritas ekonomi tidak mempunyai hak dan wewenang untuk menentukan harga tetap, kecuali pemerintah telah menyediakan para pedagang jumlah yang cukup untuk dijual dengan menggunakan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah tersebut.

Harga merupakan salah satu strategi pemasaran. Penentuan harga yang tepat dapat meningkatkan faktor-faktor keunggulan bersaing secara keseluruhan. Harga yang ditetapkan oleh pesaing harus dipantau secara terus menerus agar tetap dijalur yang seimbang dengan para pesaing yang sama sesuai dengan harga yang terbentuk pada rata-rata industri sejenis.23

Sebagaimana penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa harga yang tepat ditentukan berdasarkan perencanaan dan strategi yang disusun. Dalam penentuan harga harus selalu mempertimbangkan harga yang

22

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35/M-Dag/Per/7/2013 Tahun 2013 tentang Pencantuman Harga Barang Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan

23

Freddy Rangkuti, Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis Dan Analisis

(39)

diterapkan oleh pesaing, dan perhitungan seluruh biaya yang dikeluarkan ditambah dengan keuntungan tertentu yang diinginkan.

Harga adalah kesepakatan nilai yang menjadi persyaratan bagi pertukaran dalam sebuah transakasi pembelian. Harga dapat juga diartikan dengan sesuatu yang harus dikeluarkan pembeli untuk menerima produk. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Secara sederhana harga dapat diartikan sebagai jumlah (satuan moneter) dan atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu untuk mendapatkan suatu produk.24

Sebagaimana pengertian harga di atas, harga merupakan persyaratan bagi pertukaran transaksi pembelian. Harga merupakan unsur yang memberikan pendapatan dan keuntungan bagi suatu perusahaan atau organisasi. Harga dapat diartikan memiliki nilai tertentu untuk mendapatkan produk tertentu.

2. Manajemen Penetapan Harga Menurut Hukum Ekonomi Syariah

Penetapan harga disebut dengan tas’ir, nilai syari’at mengajak seorang muslim untuk menerapkan konsep tas’ir (penetapan harga) dalam kehidupan ekonomi, menetapkan harga sesuai dengan nilai yang terkandung dalam komoditas yang dijadikan objek transaksi, serta dapat dijangkau oleh masyarakat. Dengan adanya tas’ir, maka akan menghilangkan beban ekonomi yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, menghilangkan praktek penipuan, serta memungkinkan ekonomi dapat berjalan dengan mudah dan penuh dengan kerelaan hati.25

24

Arief Adi Satria, “Pengaruh Harga, Promosi, Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Perusahaan A-36” PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis, Volume 2, Nomor 1, April 2017, h. 46

25

Abdul Sami Al-Mishri, Pilar-Pilar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2006, h.95.

(40)

Menurut para ulama Fiqh dalam kondisi apapun penetapan atau pematokan harga yang dilakukan oleh pihak pemerintah merupakan suatu kezaliman. Karena melonjaknya harga di pengaruhi oleh tingginya permintaan maupun faktor alam dan segala bentuk campur tangan pemerintah mengenai penetapan harga tidak di perbolehkan. Jika pemerintah ikut campur tangan dalam penetapan harga ini berarti pemerintah telah berbuat zalim kepada para pihak yang melakukan jual beli yang mengakibatkan rusaknya mekanisme pasar yang sehat.26

Jelas bahwa tidak dibenarkan adanya intervensi atau kontrol manusia dalam penentuan harga itu. Sehingga akan menghambat sistem alami pasar yang dikenal dengan istilah supply and demand. Ibnu Taimiyah memiliki konsepsi dalam masalah penetapan harga ia membedakan pada dua keadaan yakni penetapan harga yang adil dan penetapan harga yang tidak adil atau haram menurut hukum. penetapan harga yang tidak adil jika penetapan harga itu mengandung kezaliman terhadap masyarakat dengan cara memaksa mereka tanpa hak untuk menjual barang dagangannya dengan harga yang tidak disukai atau melarang mereka terhadap apa yang dibolehkan Allah terhadap mereka semua itu adalah haram.

Keadaan seperti ini terjadi ketika naiknya harga akibat kompetisi kekuatan pasar yang bebas di akibatkan oleh supply dan naiknya permintaan. Memaksa pedagang dalam keadaan seperti ini untuk menjual

26

(41)

barang dagangan mereka dengan harga tertentu adalah pemaksaan. sedangkan penetapan harga yang dibolehkan bahkan diwajibkan adalah penetapan harga ketika terjadi kenaikan harga yang sangat tinggi dan disebabkan oleh ulah spekulan.

Ulama fiqih membagi harga yang berlaku secara aktual di pasar menjadi dua macam yaitu harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah, dan harga suatu komoditas yang ditetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan modal dan keuntungan wajar bagi pedagang ataupun produsen serta melihat keadaan ekonomi riil dan daya beli masyarakat.27

Sebagaimana penjelasan tersebut, para ulama membagi harga menjadi dua yaitu harga yang berlaku secara alami dan harga yang diberikan atas dasar kebijakan dari pemerintah. Harga yang diberikan adalah harga yang wajar yakni dengan mempertimbangkan harga modal dan keuntungan secara wajar bagi para pedagang maupun produsen.

28

Artinya: “Dari Anas bin Malik, ia berkata: Orang-orang berkata, Wahai Rasulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami. Lalu Rosulullah SAW bersabda, sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta. (HR. Abu Dawud).29

27

Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema Insani, 2003), h. 94

28

Imam Hafidz Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, Cet.2, (Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif, 2007), h. 479

29

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid 4, terjemahan Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h. 156.

(42)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa haram bagi penguasa untuk menentukan harga barang-barang karena hal itu adalah sumber kedzaliman. Masyarakat bebas untuk melakukan transaksi dan pembatasan terhadap mereka bertentangan dengan kebebasan ini. Pemeliharaan maslahah pembeli tidak lebih utama daripada pemeliharaan maslahah penjual. Apabila keduanya saling berhadapan, maka kedua belah pihak harus diberi kesempatan untuk melakukan ijtihad tentang maslahah keduanya. Pewajiban pemilik barang untuk menjual dengan harga yang tidak diridhainya bertentangan dengan ketetapan Allah SWT.

Sebagaimana penjelasan hadis tersebut, pasar merupakan hukum alam (sunatullah) yang harus dijunjung tinggi. Tak seorangpun secara individual dapat mempengaruhi pasar, sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah menjadi ketentuan Allah. Pelanggaran terhadap harga pasar, misalnya penetapan harga dengan cara dan karena alasan yang tidak tepat, merupakan suatu ketidakadilan yang akan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Sebaliknya, dinyatakan bahwa penjual yang menjual dagangannya dengan harga pasar adalah laksana orang yang berjuang di jalan Allah, sementara yang menetapkan sendiri termasuk sebuah perbuatan ingkar kepada Allah.

Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor dominan yang menjadi landasan hukum menurut kesepakatan para ulama fiqh adalah

(43)

Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari para pedagang, tetapi karena memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai dengan hukum ekonomi apabila stok terbatas, maka wajar barang tersebut naik. Oleh sebab itu, dalam keadaan demikian Rasulullah saw tidak mau campur tangan membatasi harga komoditas tersebut.

Dasar dari pengembangan ekonomi mikro tidak akan pernah lepas dari permasalahan penetapan harga yang dilatarbelakangi dari suatu proses mekanisme pasar. Sedangkan mekanisme pasar sendiri terbentuk karena adanya perpaduan antara teori permintaan dan teori penawaran yang menjadi dasar dari pembentukan ilmu ekonomi yang lebih luas.

Harga tidak bergantung pada permintaan saja, tetapi juga bergantung pada kekuatan penawaran. Oleh sebab itu, peningkatan ataupun penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan peningkatan atau penurunan permintaan. Keberadaan yang bersamaan antara melimpahnya barang dan tingginya harga serta kelangkaan barang dan harga rendah.30

Penawaran sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Bila setiap transaksi sudah sesuai dengan aturan, maka kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah. Islam mengatur agar persaingan di pasar dapat dilakukakan dengan adil, Islam menyatakam bahwa setiap bentuk perdagangan yang menimbulkan ketidakadilan dilarang,

30

Adiwarman A. Karim., Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, , 2001), h. 160.

(44)

Segala bentuk konsep harga yang terjadi dalam transaksi jual beli diperbolehkan dalam ajaran Islam. Selama tidak ada dalil yang melarangnya, dan selama harga tersebut terjadi atas dasar keadilan dan suka sama suka antara penjual dan pembeli. Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak yang akad.31

Sebagaimana pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa harga merupakan sesuatu kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang/jasa di mana kesepakatan tersebut diridai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah direlakan oleh kedua belah pihak dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang/jasa yang ditawarkan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli.

3. Faktor-Faktor dan Tujuan Penetapan Harga

Adanya suatu harga yang adil telah menjadi pegangan yang mendasar pada transaksi yang tercermin dalam prinsip ekonomi Syariah terhadap keadilan yang menyeluruh. Konsep dasar pada harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Karenanya harga harus lah mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya, penjual mendapatkan keuntungan dan pembeli memperoleh manfaat yang setara dengan harga yang dikeluarkan.

Dalam penetapan harga yang harus diperhatikan adalah faktor yang mempengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung:

31

(45)

a. Faktor yang secara langsung adalah harga bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, peraturan pemerintah, dan faktor lainnya. b. Faktor yang tidak langsung namun erat dengan penetapan harga adalah antara lain yaitu harga produk sejenis yang djual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap hubungan antara produk subtitusi dan produk komplementer, serta potongan untuk para penyalur dan konsumen.32

Faktor-faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan pada penentuan harga seperti mempertimbangkan politik pada pemasaran dengan melihat pada barang, sistem distribusi dan program promosinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus diperhitungkan dalam penetapan harga yaitu:

a. Faktor Lingkungan Internal

Dalam faktor lingkungan internal terdapat beberapa faktor mendasar yang mempengaruhi perusahaan dalam menentukan harga dari setiap produk yang dihasilkan, seperti:

1) Tujuan pemasaran perusahaan, sebagai faktor utama yang menentukan harga adalah tujuan perusahaan itu sendiri misalnya memaksimalkan laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam kualitas, mengatasi persaingan, dan melaksanakan tanggung jawab sosial bagi masyarakat.

32

(46)

2) Strategi bauran pemasaran, karena harga merupakan salah satu elemen dalam bauran pemasaran, maka dalam menentukan harga sebaiknya dikoordinasikan lebih lanjut dengan elemen pemasaran lainnya seperti : produk, tempat, promosi, biaya, dan organisasi.

b. Faktor Lingkungan Eksternal

Faktor yang perlu diperhatikan dengan seksama oleh perusahaan dalam penetapan harga dari setiap produk yang diproduksi yaitu faktor lingkungan eksternal, karena dalam fakor ini terdapat dua faktor utama yaitu:

1) Sifat pasar dan permintaan

Pihak yang ditugaskan untuk bertanggung jawab dalam penetapan harga hendaknya memperhatikan dan memahami dengan baik sifat suatu pasar dan permintaan pasar yang dihadapi atas produk yang dihasilkan. apakah pasar tersbut termasuk dalam pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, oligopoli dan sebagainya. 2) Persaingan

Aspek persaingan merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian yang intensif dari pihak penting di perusahaan mengenai keputusan dalam penetapan harga. Michael Porter mengatakan ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh terhadap persaingan suatu industri, yaitu:

(47)

b) Produk subtitusi c) Pelanggan d) Pemasok

e) Ancaman pendatang baru

Dilihat dari beberapa persaingan di atas sangat diperlukan berbagai informasi sebagai dasar untuk menganalisis karakteristik persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan pada masa sekarang dan yang akan datang, meliputi:

a) Jumlah perusahaan dalam industri

b) Ukuran relatif setiap anggota dalam industri c) Diferensiasi produk

d) Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan 3) Unsur-unsur lingkungan lainnya

Selain kedua faktor tersebut, maka perusahaan juga perlu memperhatikan dan mempertimbangkan faktor lainnya seperti, kondisi ekonomi suatu negara karena terdapat berbagai fenomena dapat mempengaruhi arus perekonomian secara endemik seperti inflasi, serangan bom, resensi maupun tingkat bunga bank. Dan juga peraturan dan kebijakan pemerintah terhadap sosial lainnya. Pihak yang ditugaskan untuk bertanggung jawab dalam penetapan harga hendaknya memperhatikan dan memahami dengan baik sifat suatu pasar dan permintaan pasar yang dihadapi atas produk yang dihasilkan. apakah pasar tersbut termasuk dalam pasar persaingan sempurna, pasar

(48)

monopoli, oligopoli dan sebagainya. Terdapat 4 macam tujuan penetapan harga yaitu:

a. Tujuan yang berorientasi pada laba b. Tujuan yang berorientasi pada volume c. Tujuan yang berorientasi pada citra d. Tujuan Stabilisasi harga.33

Sebagaimana tujuan tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan dari penetapan harga ialah pertama berorientasi pada laba, dimana badan usaha atau organisasi ketika menetapkan harga haruslah mendapatkan keuntungan. Tetapi walaupun orientasinya kepada laba, badan usaha tidak dibolehkan mengambil keuntungan secara berlebihan.

Tujuan yang berorientasi pada volume yaitu harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan. Tujuan yang berorientasi pada citra adalah Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.

Tujuan stabilisasi harga adalah pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi.

33

Verina H. Secapramana, “Model dalam Strategi Penetapan Harga”, Unitas, Vol. 9 No. 1, September 2000-Februari 2001, h. 33

(49)

Islam membolehkan bahkan mewajibkan untuk melakukan intervensi harga dalam rangka melindungi hak pembeli dan penjual, ada beberapa faktor yang memberikan intervensi harga antara lain :

a. Intervensi harga mencegah terjadinya ikhtikar

b. Intervensi harga melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas karena pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas sedangkan penjual mewakili kelompok yang lebih kecil

c. Intervensi harga menyangkut kepentingan masyarakat yaitu untuk melindungi penjual dalam hal profit margin atau keuntungan dan pembeli dalam hal purchasing power Jika harga tidak ditetapkan ketika penjual menjual dengan harga yang tinggi dapat merugikan pembeli

C. Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Jual beli termasuk perjanjian konsesuil yaitu suatu perjanjian yang sah, mengikat atau mempunyai kekuatan hukum pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur pokok (esentialia) yaitu barang dan harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tidak bergerak. Transaksi elektronik merupakan sebuah proses pembelian dan penjualan secara elektronik atas barang atau jasa dan informasi. Pemanfaatan media transaksi elektronik dalam dunia perdagangan sangat membawa dampak pada masyarakat internasional pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya.

(50)

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut. Kunci pokok perlindungan hukum bagi konsumen adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha saling membutuhkan. Produksi tidak ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan atau mempergunakannya dan produk.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa Pasal 1 ayat (4) Konsumen adalah setiap orang pemakai Barang Beredar dan/atau Jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. (5) Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.34

34

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa

(51)

Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), menyatakan mengenai pengertian konsumen yaitu bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.35

Undang-undang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 mengindikasikan bahwa perlindungan konsumen merupakan segala bentuk upaya pemerintah untuk menjamin kepastian hukum untuk melindungi konsumen. Tujuan dari Undang-undang Perlindungan Konsumen adalah untuk melindungi kepentingan konsumenketika bertransaksi yang sekaligus dapat menjadi acuan pelaku usaha untuk dapat meningkatkan mutu produk yang dijualnya.36

Konsumen juga dapat seorang individu maupun organisasi, yang masing-masing memiliki peran yang berbeda, juga bisa berperan sebagai,

influencer, initiator, buyer, payer ataupun user, semuanya bergantung

pada produk apa yang akan dibeli oleh konsumen. Selain itu, konsumen merupakan bagian dari hukum atau aturan perlindungan konsumen yang memuat asas-asas, aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang bersifat

35

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

36

(52)

mengatur dan memiliki sifat yang memberikan perlindungan bagi konsumen.37

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa konsumen merupakan pihak yang menggunakan atau memanfaatkan baik barang maupun jasa, untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan oranglain. Sedangkan perlindungan konsumen merupakan upaya pemerintah untuk menjamin atau melindungi konsumen.

2. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha

Produsen sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer profesional, yaitu setiap orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian, produsen tidak hanya diartikan sebagai pihak pembuat pabrik yang menghasilkan produk saja, tetapi juga mereka yang terkait dengan penyampaian/ peredaran produk hingga sampai ke tangan konsumen. Dengan perkataan lain, dalam konteks perlindungan konsumen produsen dapat diartikan secara luas.

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 3 bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang di dirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri

37

Widi Nugrahaningsih, dan Mira Erlinawati “Implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap Bisnis Online”, Jurnal Serambi Hukum, Vol. 11 No. 01 Februari -Juli2017, 29

(53)

maupun bersama-bersama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.38

Sebagai penyelenggara kegiatan usaha, pelaku usaha adalah pihak yang bertanggung jawab atas akibat-akibat negatif berupa kerugian yang ditimbulkan oleh usahanya terhadap pihak ketiga, yaitu konsumen, sama dengan produsen.

Konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha yaitu setiap orang yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau diperjual belikan lagi.

Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2 bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk di perdagangkan.39

Sebagaimana yang disebutkan dalam penjelasan Pasal 1 angka 2 tersebut bahwa konsumen yang dimaksud adalah konsumen akhir yang dikenal dalam kepustakaan ekonomi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua orang adalah konsumen karena membutuhkan barang dan jasa untuk mempertahankan hidupnya sendiri, keluarganya, ataupun memelihara/merawat harta bendanya.

38

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

39

(54)

3. Dasar Hukum

Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen sebenarnya telah mengatur hak dan kewajiban pelaku usaha serta larangan-larangan yang bertujuan untuk memberi perlindungan terhadap konsumen. Selain itu Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen.

Beberapa hak konsumen yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih serta mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur; d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

(55)

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.40

Selain haknya yang sebagaimana disebutkan di atas, konsumen juga memiliki beberapa kewajiban yang diatur dalam Pasal 5, dalam hal ini supaya konsumen tidak mendapatkan kerugian karena ketidak hati-hatiannya sendiri. Kewajiban tersebut di antaranya adalah:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.41

Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam pasal 7 mengatur mengenai berbagai kewajiban yang harus di penuhi pelaku usaha, ketika menawarkan dan menjual suatu produk, yakni:

a. Memiliki itikad baik saat menjalankan usahanya.

b. Memberikan informasi yang sebenarnya, jelas, serta jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa serta memberikan kejelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan atas produk yang di jualnya.

40

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

41

(56)

c. Tidak diskriminatif, sehingga dapat memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur.

d. Memberikan jaminan berupa mutu barang dan jasa yang diproduksinya berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa yang berlaku.

e. Memperbolehkan konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang serta memberikan garansi atas barang yang dibuat atau diperdagangkan.

f. Memberikan kompensasi berupa ganti rugi atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan.

g. Memberikan kompensasi atau ganti rugi berupa penggantian barang apabila barang atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan yang ditawarkan.42

4. Asas Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum Konsumen merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup. Sedangkan Hukum Perlindungan Konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau

42

(57)

kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen.43

Asas hukum adalah kecenderungan yang memberikan suatu penilaian yang bersifat etis terhadap hukum. Asas hukum bukanlah norma hukum yang konkrit, melainkan sebagai dasar umum atau petunjuk bagi hukum yang berlaku. Asas hukum mengandung tuntutan etis, merupakan jembatan antara peraturan dan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakat.

Ada lima asas perlindungan konsumen dalam Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:

a. Asas manfaat. b. Asas keadilan. c. Asas keseimbangan.

d. Asas keamanan dan keselamatan. e. Asas kepastian hukum.

Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakkan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak lain atau sebaliknya, tetapi adalah untuk memberikan kepada masing-masing pihak, produsen dan

43

Gambar

Foto Bersama dengan Para Penguji

Referensi

Dokumen terkait

OCB dan kualitas layanan berdasar penelitian yang telah dilakukan oleh penulis didapat hasil yang menyatakan bahwa hubungan antara variabel OCB dan kualitas layanan adalah

kandungan kalori lebih rendah dari lemak lain, (%) yang minimal disimpan sebagai lemak, dan (3) memberikan kontribusi untuk meningkatkan metabolisme untuk membakar lebih

Salah satu teknologi yang berbasis komputer untuk mendukung perencanaan wilayah pertanian dan perkebunan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) dimana sistem ini

Bab II, dalam bab ini dijelaskan tentang manajemen produksi dalam perspektif ekonomi Islam, yang berisi tentang teori-teori yang berhubungan yang akan diteliti, yaitu

7 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi , (Bandung: Rosdakarya, 1996), hlm.. masalah atau persoalan yang dikemukakan. Kemampuan retorika dalam melibatkan emosi dan rasio

Peristiwa ini sesuai dengan metode salting in dimana metode ini dilakukan dengan menambahkan garam yang tidak jenuh atau pada konsentrasi rendah sehingga

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada sampel yang diteliti, tidak ditemukan adanya perbedaan persepsi etis yang nyata antara pelaku akuntansi perempuan dan laki-laki

Beberapa tahun yang lalu, pelayanan jasa dimonopoli oleh PT POS Indonesia sendiri. Sehingga setiap masyarakat mengenal dan tidak bisa lepas dari jasa PT. Misalnya saja