• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPIJM KOTA BITUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RPIJM KOTA BITUNG"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

102

Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman 7.1.1. Kondisi Eksisting

i. Data kondisi eksisting kawasan kumuh

Pada Tahun 2013 Kota Bitung pernah mendapat bantuan dari Kementrian Pekerjaan Umum terkait survey dan pembuatan profil kumuh. Akan tetapi hasil identifikasi profil kumuh yang dilakukan oleh konsultan pusat kementrian Pekerjaan Umum pada tahun 2013 kemarin saat ini belum bisa digunakan, dikarenakan validitas data tersebut diragukan, sebagaimana diskusi dengan pihak bappeda dan beberapa SKPD terkait, data tersebut tidak bisa digunakan karena begitu dilakukan peninjauan lapangan ada data profil yang tidak sesuai seperti perbedaan nama kelurahan ataupun kawasan dan deliniasi peta yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Sehingga disarankan untuk dilakukan validasi lagi terhadap profil kumuh yang ada tersebut, sambil menerima masukan terhadap beberapa lokasi yang seharusnya masuk namun tidak terdapat dalam profil tersebut.

Berikut ini profil permukiman kumuh yang telah dibuat pada tahun 2013 tersebut.

Tabel 7.1 Profil Kumuh Kota Bitung hasil update Tahun 2013

(2)

103

1) Kawasan kumuh GIRIAN BAWAH

Nama Kawasan : Girian Bawah

Kelurahan : Girian Bawah

Kecamatan : Girian

Kota : Bitung

Luas Kawasan (Ha) : 4,4

(3)

104

2) Kawasan kumuh GIRIAN INDAH

Nama Kawasan : Girian Indah

Kelurahan : Girian Indah

Kecamatan : Girian

Kota : Bitung

Luas Kawasan (Ha) : 14

(4)

105

3) Kawasan kumuh WANGURER

Nama Kawasan : Wangurer

Kelurahan : Wangurer

Kecamatan : Girian

Kota : Bitung

Luas Kawasan (Ha) : 2,1

(5)

106

4) Kawasan kumuh WANGURER UTARA

Nama Kawasan : Wangurer Utara

Kelurahan : Wangurer Utara

Kecamatan : Madidir

Kota : Bitung

Luas Kawasan (Ha) : 12,06

(6)

107

5) Kawasan kumuh BITUNG BARAT SATU

Nama Kawasan : Bitung Barat Satu

Kelurahan : Bitung Barat Satu

Kecamatan : Maesa

Kota : Bitung

Luas Kawasan (Ha) : 2,06

(7)

108

(8)
(9)

110

(10)

111

ii. Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman

Sebelum ditentukan kriteria dan indikator dalam penentuan kawasan kumuh prioritas penanganan, dikaji dahulu potensi dan masalah untuk masing-masing kawasan kumuh agar dapat lebih mengenal kawasan-kawasan kumuh tersebut. Kajian potensi dan masalah dibagi berdasarkan 7 (tujuh) indikator dalam penentuan kawasan permukiman kumuh, yaitu :

1. Bangunan 2. Jalan Lingkungan 3. Drainase lingkungan 4. Sanitasi lingkungan 5. Air bersih 6. Persampahan 7. Proteksi kebakaran

(11)

112 Adapun kajian potensi dan masalah Beserta Kondisi Eksisting Lokasi dapat dilihat pada peta-peta berikut :

(12)
(13)
(14)
(15)

116

7.2. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 7.2.1. Kondisi Eksisting

A. Sistem Perpipaan Kota Bitung

Berdasarkan realisasi produksi tahun 2013, sumber-sumber air PDAM terdiri dari air tanah 1,85%,mata air 49,20%,dan air permukaan 48,94%.Tabel di bawah ini menunjukkan rincian kapasitas sumber dankapasitas terpasangPDAM Duasudara Kota Bitung.

Tabel 7.3 Kapasitas Sumber PDAM Kota Bitung Tahun 2013

Sumber : PDAM Duasudara Kota Bitung

Daerah-daerah yang terjangkau oleh jaringan distribusi PDAM Duasudara Kota Bitung saat ini dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 7.4 Daerah Pelayanan

Sumber : PDAM Duasudara Kota Bitung

Sedangkan untuk posisi jumlah Sambungan Rumah (SR) pada data per Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel berikut:

(16)

117

Tabel 7.5 Posisi SR PDAM Duasudara Kota Bitung Tahun 2013

Sumber : Dokumen RiISPAM Kota Bitung

a) Unit Danowudu

➢ Sistem Air Baku

Sistem air baku unit Danowudu terdiri dari sumber mata air Danowudu 1, Danowudu 2 dan Danowudu 3. Lokasi sumber mata air Danowudu ini terletak di kelurahan Danowudu Kecamatan Ranowulu. Untuk kapasitas sumber, mata air Danowudu 1 memiliki kapasitas sumber sebesar 162,5 Liter/detik, mata air Danowudu 2 sebesar 13,9 Liter/detik dan mata air Danowudu 3 sebesar 8 Liter/detik.

(17)

118 ➢ Sistem Produksi

Mata air Danowudu I dengan kapasitas sumber 162,5 lt/dt dan kapasitas terpasang sebesar 135 lt/dt serta kapasitas produksi sebesar 59,4 lt/dt. Mata air ini berada pada elevasi 184 m diatas permukaan laut, sebagian dari airnya didistribusikan ke pemukiman terdekat ; sedangkan sisanya secara gravitasi dialirkan ke reservoar Donuwudu setelah melalui bak pelepas tekan, sedangkan sisanya akan bergabung dengan air baku dari mata air Danowudu II.

➢ Sistem transmisi dan distribusi

Air dari sumber mata air akan ditangkap dengan broncaptering untuk kemudian dialirkan secara gravitasi menuju reservoir Danowudu yang mempunyai kapasitas sebesar 1000 m3 dan 500 m3 yang terletak pada elevasi +93 dpl.

Air dari reservoir Danowudu setelah melalui bak pelepas tekan didistribusikan secara gravitasi dan pemompaan.

(18)

119 ➢ Sistem Pelayanan

Unit Danowudu ini melayani konsumen baik perumahan di bagian Barat Kota, Tengah dan Timur. Sebagian dari air tersebut selanjutnya masuk ke reservoar Madidir dengan kapasitas (2.750 m3) dengan elevasi + 44 dpl. Air dari reservoar ini sebagian digunakan untuk melayani pelabuhan dan bertemu dengan air dari reservoar Aer Tembaga, sedangkan sisanya melalui booster pump digunakan untuk melayani daerah yang memiliki elevasi relatif tinggi di bagian Timur Kota.

b) Unit Kumersot

➢ Sistem Air Baku

Sistem air baku unit Kumersot terdiri dari sumber mata air Kumersot 1 dan Kumersot 2. Lokasi sumber mata air Kumersot ini terletak di kelurahan Kumersot Kecamatan Ranowulu. Untuk kapasitas sumber, mata air Kumersot 1 memiliki kapasitas sumber sebesar 32,2 Liter/detik dan mata air Kumersot 2 sebesar 24 Liter/detik.

➢ Sistem Produksi

Mata air Kumersot I dengan kapasitas sumber sebesar 32,2 lt/dt dan kapasitas terpasang sebesar 30 lt/dt akan menghasilkan air sebesar 27,2 lt/dt serta mata air Kumersot II dengan kapasitas sumber sebesar 24 ltr/dtk dan terpasang 30 lt/dt dan kapasitas produksi sebesar 24 ltr/dtk.

(19)

120 ➢ Sistem Pelayanan

Unit Danowudu ini melayani konsumen di daerah kelurahan Kumersot dan kelurahan Karondoran. Sebagian masuk ke reservoir danowudu untuk dialirkan ke bagian barat, tengah dan timur kota.

c) Unit Air Ujang

➢ Sistem Air Baku

Unit air ujang dengan sumber mata air Air Ujang yang berlokasi di kelurahan Danowudu Kecamatan Ranowulu terletak di elevasi +70 dpl dengan titik koordinat X = 736720.00 m E dan titik korrdinat Y = 161511.00 m N. Kapasitas sumber yang ada di mata air Air Ujang ini sebesar 24 Liter/detik.

➢ Sistem Produksi

Unit Air Ujang mempunyai kapasitas terpasang sebesar 20 liter/detik dan kapasitas produksi juga berkisar pada 20 liter/detik.

➢ Sistem Pelayanan

Unit Air Ujang ini melayani untuk daerah kelurahan manembo-nembo dan kecamatan Girian.

d) Unit IPA Sungai Girian / Pinokalan

➢ Sistem Air Baku

Unit Pinokalan ini mengambil sumber air baku dari Sungai Girian dengan kapasitas sumber 200 Liter/detik dengan modul IPA 20 Liter/detik sebanyak 4 Unit dan modul IPA 30 liter/detik sebanyak 4 Unit. Lokasi IPA Pinokalan berada di Kelurahan Pinokalan kecamatan Ranowulu dengan elevasi +58 dpl dan letak titik koordinat X = 736280.00 m E serta letak koordinat Y = 159621.00 m N.

(20)

121 ➢ Sistem Produksi

Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Pinokalan yang memanfaatkan sungai Girian sebagai sumber air baku. Kapasitas sumber Sungai Girian adalah antara 500 – 1.000 liter/detik, sedang kapasitas terpasang untuk kedua IPA adalah 80 liter/detik dan kapasitas produksi masing-masing sebesar 18 liter/detik. Saat ini telah terpasang 2 unit IPA yang menghasilkan air sebanyak 20 lt/dt. Kedua alat ini dijalankan dengan waktu terbatas, yaitu kurang lebih 8 jam per hari untuk menekan biaya operasional yang cukup tinggi, baik listrik dan bahan kimia.

➢ Sistem Pelayanan

Pelayanan dari reservoar Manembo-nembo didistribusikan ke perumahan di kelurahan Manembo-nembo terutama yang memiliki level yang tinggi, seperti Asabri, Bhayangkari, Lembah Permai.

e) Sumur Bor Pateten

➢ Sistem Air Baku

Sumber air baku pada unit ini dengan menggunakan air tanah yang diambil dengan system bor (sumur bor). Sumur bor Pateten ini terletak di kelurahan Pateten Tinombola kecamatan Aertemabaga dengan titik elevasi +34 dpl. Adapun kapasitas sumber dari sumur bor ini sebesar 10,6 Liter/detik.

➢ Sistem Produksi

(21)

122 ➢ Sistem Pelayanan

Unit Sumur Bor Pateten dialirkan menuju reservoir Kakenturan untuk melayani daerah di kecamatan Aertembaga.

f) Unit Tendeki

➢ Sistem Air Baku

Unit Tendeki terdiri dari mata air Tendeki 1 dan mata air Tendeki 2. Sumber mata air ini terletak di kelurahan Tendeki Kecamatan Matuari dengan elevasi + 123 dpl. Kapasistas sumber dari mata air Tendeki 1 sebesar 4 liter/detik dan mata air Tendeki 2 sebesar 15 Liter/detik.

➢ Sistem Produksi

Kapasitas terpasang dari unit Tendeki ini adalah 3 liter/detik untuk mata air Tendeki 1 dan 15 liter/detik untuk mata air Tendeki 2. Sedangkan untuk kapasitas produksinya, ma Tendeki 1 sebesar 3 liter/detik dan ma Tendeki 2 sebesar 12 liter/detik.

➢ Sistem Pelayanan

Unit Tendeki melayani kelurahan Manembo-nembo Atas dan Pasar Sagerat.

g) Unit SPL Tendeki

➢ Sistem Air Baku

Unit ini menggunakan sumber air baku dari mata air yang kemudian diproses dalam system Saluran Pasir Lambat (SPL) atau Infiltrasi Galery (IG). Unit ini berlokasi di kelurahan Tendeki kecamatan Matuari dengan elevasi +126 dpl. SPL Tendeki ini mempunyai kapasitas sumber sebesar 50 liter/detik.

➢ Sistem Produksi

SPL Tendeki mempunyai kapasitas terpasang sebesar 30 liter/detik dan kisaran produksinya juga sekitar 30 liter/detik.

(22)

123 ➢ Sistem Pelayanan

Dari reservoir Tendeki, unit ini akan melayani daerah di sekitas kelurahan Tendeki.

h) Unit SPL Sagerat

➢ Sistem Air Baku

Unit ini menggunakan sumber air baku dari mata air yang kemudian diproses dalam system Saluran Pasir Lambat (SPL) atau Infiltrasi Galery (IG). Unit ini berlokasi di kelurahan Sagerat kecamatan Matuari dengan elevasi +154 dpl. SPL Sagerat ini mempunyai kapasitas sumber sebesar 30 liter/detik.

➢ Sistem Produksi

SPL Sagerat mempunyai kapasitas terpasang sebesar 30 liter/detik dan kisaran produksinya juga sekitar 37,5 liter/detik.

➢ Sistem Pelayanan

(23)

124

B. Sistem Non Perpipaan Kota Bitung

Selain sistem jaringan perpipaan baik PDAM maupun Non PDAM, pemenuhan kebutuhan air minum di Kota Bitung dilayani pula oleh sistem bukan jaringan perpipaan. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air minum melalui sistem bukan jaringan perpipaan dilakukan dengan cara mamanfaatkan air tanah dangkal (sumur gali/bor), air sungai atau mata air.

Sistem Jaringan Perpipaan Non PDAM

Sejak tahun 2006, melalui Dinas Pekerjaan Umum Kota Bitung telah dilaksanakan proyek penyediaan prasarana/sarana air minum yang pengelolaannya diserahkan langsung kepada masyarakat. Berikut adalah data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Bitung untuk jaringan perpipaan non-PDAM.

Selain pembangunan sarana air bersih seperti yang tercantum dalam gambar dibawah, berikut adalah pengelolaan air baku yang dikelola oleh desa yang tercantum pada Laporan Akhir Kajian Manajemen Pengelolaan Air Bersih Kota Bitung Tahun 2007:

1. Mata air Batu Putih Kecil di hutan lindung (samping hutan wisata Tangkoko – berjarak sekitar 1 kilometer dari kelurahan Batu Putih Bawah), dengan debit terukur 2,10 Liter/detik, dipakai oleh masyarakat kelurahan Batu Putih Bawah dan Batu Putih Atas. Pengambilan dengan bak pengumpul dan pipa diameter 100 mm, disalurkan ke kampong dan ada sambungan ke rumah-rumah.

2. Mata Air Pinasungkulan (Tasiam) dengan debit sekitar 25 Liter/detik, sudah dimanfaatkan sebagian oleh masyarakat kelurahan Pinasungkulan dengan instalasi perpipaan dan bak-bak pengumpul/distribusi. Instalasi terpasang sampai ke rumah-rumah. Namun saat ini pipa transmisi dari mata air ke kampong telah hancur oleh banjir yang terjadi bulan Januari 2007.

3. Mata Air Pinangunian dengan debit 0,76 Liter/detik, sudah dimanfaatkan oleh masyarakat kelurahan Pinangunian. Kondisi pipa sudah banyak yang rusak dan bak bocor.

4. Mata Air Tandurusa terdapat di lereng bukit di kelurahan Tandurusa. Mata air ini hanya kecil, namun sudah dimanfaatkan untuk mensuplai air bagi rumah-rumah penduduk yang terletak di lereng bukit di kelurahan Tandurusa yang tidak mendapat air dari Mata air Aer Prang dikarenakan tekanan yang kurang.

5. Suplai air dari Aerprang ke kelurahan Lirang di Pulau Lembeh dengan menggunakan kapal berkapasitas 5 m3, berasal dari Program Subsidi BBM.

6. Suplai air dari 3 buah sumur bor (total kapasitas 2 Liter/detik) di Kampung Unyil – Kelurahan Pateten III yang dibuat oleh Dinas PU dan Kimpraswil Kota Bitung pada tahun 2005 dan diserahkan untuk dikelola masyarakat.

(24)

125 7. Mata Air Dorbolaang di Pulau Lembeh dengan kapasitas rencana 1 Liter/detik) dipakai oleh masyarakat di kelurahan Dorbolang. Pengambilan dengan bronkaptering dan disalurkan ke kampung berupa 3 (tiga) unit Hidran Umum dan beberapa Kran Umum. 8. Mata Air Pancuran di Pulau Lembeh dengan kapasitas rencana 1,5 Liter/detik dipakai

oleh masyarakat di kelurahan Pancuran. Pengambilan dengan bronkaptering dan disalurkan ke kampung berupa 4 (empat) unit Hidran Umum.

9. Mata air Mawali di pulau Lembeh dengan kapasitas rencana 2 Liter/detik dipakai oleh masyarakat di kelurahan Mawali. Pengambilan dengan bronkaptering dan disalurkan ke kampung berupa 3 (tiga) unit Hidran Umum dan beberapa Kran Umum.

10. Mata air Batuwoka di pulau Lembeh dengan kapasitas rencana 1 Liter/detik dipakai oleh masyarakat di kelurahan Batuwoka (Gunung Woka). Pengambilan dengan bronkaptering dan disalurkan ke kampong berupa Hidran Umum.

11. Mata air Posokan di pulau Lembeh dengan kapasitas rencana 2 Liter/detik dipakai oleh masyarakat di kelurahan Posokan. Pengambilan dengan bronkaptering dan disalurkan ke kampong berupa 4 (empat) unit Hidran Umum. Ada pula mata air lain dari kelurahan Posokan yang digunakan untuk Kelurahan Motto (yang juga dibagi ke beberapa unit rumah di Kelurahan Posokan), dengan kapasitas rencana 1 L/detik dengan 7 unit Hidran Umum.

12. Mata air Kareko di pulau Lembeh dengan kapasitas rencana 1 L/det dipakai oleh masyarakat di kelurahan Kareko. Pengambilan dengan bronkaptering dan disalurkan ke kampong berupa 3 unit Hidran Umum.

13. Mata air Binuang di pulau Lembeh dengan kapasitas rencana 1 L/det (terukur 0,4 L/det) dipakai oleh masyarakat di Kelurahan Binuang. Pengambilan dengan bronkaptering dan disalurkan ke kampong berupa 6 unit Hidran Umum. Ada pula mata air lain dari kelurahan Binuang yang digunakan untuk kelurahan Nusu dengan kapasitas rencana 1 L/det (terukur 0,3 L/det – Agustus 2007) dengan 3 unit Hidran Umum.

(25)

126 Tabel 7.7 Cakupan Pelayanan Air Bersih DI Kecamatan Matuari

(26)

127 Tabel 7.9 Cakupan Pelayanan Air Bersih di Kecamatan Madidir

(27)

128 Tabel 7.11 Cakupan Pelayanan Air Bersih di Kecamatan Aertembaga

(28)

129 Tabel 7.12 Cakupan Pelayanan Air Bersih di Kecamatan Lembeh Utara

Cakupan Pelayan Air Bersih di Kecamatan Lembeh Selatan

Tingkat cakupan pelayanan tiap kecamatan di kota Bitung dengan pelayanan SPAM non PDAM dan BJP dapat juga dilihat pada gambar diagram berikut:

(29)

130

Tantangan Pengembangan PDAM 1. Perpipaan

Aspek Teknis

a. Tingkat kehilangan air yang cukup tinggi.

b. Kualitas air di unit pengolahan yang belum dapat diketahui secara akurat.

c. Sistem pengaliran pada daerah pelayanan masih ada yang tidak dapat terlayani 24 jam.

d. Terdapat daerah pelayanan yang sudah tidak dapat dijangkau oleh system pengaliran yang ada, sehingga terdapat pelanggan yang tidak dilayani.

➢ Aspek Manajemen

a. Rendahnya nilai ratio pegawai per 1000 pelanggan melebihi indicator yang ditetapkan.

b. Kurangnya tenaga professional sesuia bidang tugas dan keahlian.

c. Belum sempurnanya system komputerisasi untuk Sistem Informasi Manajemen.

Aspek Keuangan

a. Tidak dapat memenuhi kewajiban hutang jangka panjang.

b. Masalah piutang usaha rekening air yang cukup besar.

2. Non Perpipaan

Aspek Teknis

a. Perawatan dan pemeliharaan yang tidak dilakukan secara berkala.

b. Beberapa sumber yang digunakan belum teruji kualitasnya.

c. Belum dapat menjangkau masyrakat yang lebih banyak.

➢ Aspek Manajemen a. Tidak adanya pelatihan.

b. Pengelola belum terorganisir dengan baik.

➢ Aspek Manajemen

a. Tidak adanya pelatihan.

(30)

131 ➢ Aspek Keuangan

a. Masalah pembayaran belum ada pengaturan yang terencana.

c. Lebih besar biaya perawatan daripada para pelanggan yang membayar.

7.3. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) 7.3.1. Kondisi Eksisting

Pengelolaan limbah cair di Kota Bitung saat ini mayoritas dengan sistim drainase, yang pada akhirnya air limbah dialirkan ke daerah-daerah rendah atau ke cekungan/jurang untuk diresapkan tanpa dilakukan pengelolaan lebih lanjut. Perencanaan ke depan adalah mengalirkan air limbah dari drainase ke satu tempat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) secara terpusat sehingga output akhir air limbah bisa diresapkan dan tidak mencemari lingkungan serta sumber air minum.

Pengolahan limbah cair untuk rumah sakit dan industri yang karakter limbahnya berbeda dengan limbah rumah tangga dilakukan dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Operasional dan pemeliharaan diserahkan kepada pengusaha. Pengembangan program pengelolaan limbah cair kedepan akan lebih ditekankan pada kegiatan yang berbasis masyarakat (Community Based for Water Quality Improvement Programme).

Kedepan akan dikembangkan ke Sistim Sanimas (Sanitasi Masyarakat). Sanimas dan sistim sanitasi komunal dibangun khusus untuk masyarakat yang tinggal di permukiman padat dan dengan karakteristik daerah pasang surut air laut. Sistim ini direncanakan untuk mengolah limbah rumah tangga dengan sasaran utama masyarakat miskin di daerah perkotaan. Pengolahan limbah dilakukan berbasis pada masyarakat (SANIMAS – Sanitasi oleh Masyarakat) yaitu dengan mengolah limbah rumah tangga secara komunal yang kemudian disalurkan ke saluran drainase kota atau pipa pengolah air limbah/sistim off site. Kemudian Sistim Setempat/Individual (on site system). Sistim ini adalah merupakan sistim sanitasi secara individual dari limbah rumah tangga dengan menggunakan cubluk dan septiktank. Saat ini baru 12,04% saja masyarakat yang menggunakan tipe septiktank dan 67,45% yang menggunakan cubluk. Target pengembangan tipe septiktank adalah 50% dari masyarakat terutama yang tinggal di pedesaan karena sulit dijangkau dengan metode off site system dan dengan asumsi di desa ketersediaan lahan yang masih mencukupi.

Guna kelancaran penanganan pembuangan sistim on site, kedepan akan disediakan transportasi lumpur tinja untuk pengosongan tanki dengan menggunakan truk berkapasitas 2-4 atau 6 meter kubik atau menggunakan trailer untuk melayani penyedotan daerah padat dengan jalan relatif sempit. Selain itu akan digunakan sistim septictank komunal yaitu dengan menggabungkan pembuangan limbah rumah tangga secara bersama dari beberapa rumah. Sistim komunal ini

(31)

132 sangat baik bila diterapkan di daerah pemukiman baru dan di daerah yang belum padat penduduk, dengan pemikiran untuk jangka panjang dapat disambungkan dengan sistim Off Site.

Memang secara kelembagaan, Pemerintah Kabupaten Bitung selaku pemangku kepentingan menyadari pentingnya fungsi perencanaan hingga monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan air limbah domestik, hal ini diaplikasikan dalam Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) unit kerja terkait setingkat Seksi/Sub-Seksi.

Demi meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat, Rencana Program Pengembangan Sanitasi di Bitung dijabarkan dalam eksposisi sebagai berikut :

1) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.

2) Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Pemerintah Kota bitung telah membuat rencana program dan pengelolaan air limbah domestik dan telah tertuang ke dalam dokumen RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) untuk program kegiatan di tahun 2013. Memang dalam kegiatan pengelolaan air limbah domestik masih sebatas kegiatan non-fisik, artinya pembangunan prasarana dan sarana infrastruktur pengelolaan air limbah belum tersedia. Namun ke depan melihat pentingnya peran sanitasi dalam menjaga kesehatan manusia sebagai subjek maupun objek pembangunan, maka ketersediaan prasarana dan sarana infrastruktur air limbah domestik mutlak dibangun.

3) Peningkatan Pengelolaan Persampahan

Sampah Kawasan Perkotaan Bitung yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Santiago dengan luas 2 Ha (Rencana perluasan menjadi 6 Ha) berupa sampah organik dan anorganik yang mencapai rata-rata 60 M3/hari. Sampah tersebut berasal dari sampah domestik antara lain: perumahan Pemda, perkantoran, perumahan pengungsi, BTN, dll serta sampah domestik rumah sakit, puskesmas dan sekolah. Sampah non domestik seperti sampah fasilitas publik (taman, jalan, terminal, pelabuhan dan sebagainya), dan sampah perdagangan.

Pengelolaan persampahan melibatkan 3 (tiga) SKPD yang berperan secara kelembagaan yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Tata Perkotaan dan Pemadam Kebakaran

(32)

133

4) Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan

Drainase sebagai salah sarana penyehatan lingkungan permukiman harus senantiasa dijaga keberadaannya. Di banyak lokasi kondisi drainase belum tertangani dengan baik. Banyak drainase yang seharusnya merupakan saluran pembuangan air limbah dan air hujan, menjadi tempat pembuangan sampah sehingga mengakibatkan semakin bertambahnya daerah-daerah yang tergenang pada saat musim hujan.

Pembangunan rencana sistem drainase saat ini antara lain belum memadainya jaringan drainase baik dalam jumlah maupun kapasitas. Sistem drainase eksisting baru mencakup sebagian kecil dari daerah pelayanan dan sebagian besar berada di daerah pusat-pusat kegiatan saja. Dapat dikatakan banyak terdapat fungsi saluran drainase yang masih digunakan bersama-sama dengan sistem penyaluran air limbah baik domestik maupun non-domestik (sistem tercampur) sehingga terjadi penurunan kapasitas aliran pada saat musim hujan

➢ Area Beresiko Sanitasi

Penentuan area beresiko dilakukan melalui penilaian dengan metode pemberian skor berdasarkan data sekunder yang telah tersedia. Indikator-indikator yang digunakan untuk menentukan prioritas skoring merupakan juga hasil kesepakatan yang diambil antar SKPD dan studi EHRA.

Beberapa indikator yang digunakan untuk skoring dari data skunder adalah:

1. Sumber air

2. Air limbah domestik

3. Persampahan

4. Genangan air

5.Perilaku hidup bersih sehat

EHRA (Environmental Health Risk Assesment) atau Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan adalah studi singkat yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada kesehatan masyarakat.

Dalam banyak sisi, pengembangan study EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data. Perempuan atau Ibu yang dipilih sebagai responden EHRA adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

(33)

134 - Sumber Air

Dilihat dari hasil proses penetapan wilayah proiritas berdasarkan area beresiko dari 4 (empat) kluster, maka sumber air tercemar sebesar 96,5%, tingkat keamanan dari penggunaan sumber air yang tidak terlindungi sebesar 79,8%, dan tidak pernah mengalami kelangkaan air sebesar 70,6%.

Sub-Sektor Air Limbah Domestik

Pengelolaan Sanitasi Sub-Sektor Air Limbah Domestik masih belum terlaksana. Sistem terpusat (off site sysem) justru hanya menggunakan saluran drainase yang sebenarnya hanya berfungsi untuk mengalirkan pematusan air hujan ternyata digabungkan dengan air limbah dan pada akhirnya dialirkan ke daerah-daerah rendah, cekungan/jurang atau badan air/sungai bahkan ke laut. Sistem setempat (on site system) yang terdiri dari sistem individual dan komunal justru yang digunakan hanya sistem individual dengan menggunakan septiktank sebagai penampung air limbah. Penggunaan sistem setempat (on site system) ternyata tanpa didukung oleh pengelolaan yang baik mulai dari hulu sampa ke hilir. Mulai dari tidak adanya truk penyedot tinja sampai tidak adanya IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja. Penggunaan septiktank sebagai penampung limbah tinja tanpa pengelolaan lebih lanjut akan dapat mencemari kualitas air tanah.

(34)

135

7.3. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 7.3.1. Kondisi Eksisting

• Wilayah Kajian Sanitasi

Wilayah kajian sanitasi meliputi seluruh wilayah kota Bitung (69 Kelurahan) dan untuk studi EHRA terdiri atas 40 kelurahan dari total 69 kelurahan yang ada diseluruh wilayah kecamatan di Kota Bitung sbb :

Tabel 7.14 Wilayah Kajian Sanitasi Untuk Studi EHRA

NO KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BITUNG (WILAYAH KAJIAN) KELURAHAN WILAYAH STUDI EHRA KOTA BITUNG STRATA

I MATUARI

1 Sagerat 1

2 Sagerat Weru I 2

3 Sagerat Weru II Sagerat Weru II 1

4 Manembo Nembo Manembo Nembo 2

5 Manembo Nembo Tengah Manembo Nembo Tengah 1

6 Manembo Nembo Atas Manembo Nembo Atas 2

7 Tendeki Tendeki 1 8 Tanjung Merah 2 II RANOWULU 1 Danowudu 1 2 Pinokalan 1 3 Tewaan Tewaan 1 4 Apela I 2 5 Apela II Apela II 2 6 Kumeresot Kumeresot 1 7 Karondoran Karondoran 1 8 Duasudara Duasudara 1 9 Pinasungkulan Pinasungkulan 2 10 Batuputih Atas 2

11 Batuputih Bawah Batuputih Bawah 2

III GIRIAN

1 Girian Weru I 2

(35)

136

NO KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BITUNG (WILAYAH KAJIAN) KELURAHAN WILAYAH STUDI EHRA KOTA BITUNG STRATA

3 Girian Permai 2

4 Girian Indah Girian Indah 1

5 Girian Atas 3

6 Girian Bawah 3

7 Wangurer Wangurer 3

IV MADIDIR

1 Wangurer Barat 2

2 Wangurer Utara Wangurer Utara 2

3 Wangurer Timur Wangurer Timur 3

4 Paceda 2

5 Madidir Unet Madidir Unet 2

6 Madidir Ure 2

7 Madidir Weru Madidir Weru 2

8 Kadoodan Kadoodan 2

V MAESA

1 PAKADOODAN PAKADOODAN 2

2 BITUNG BARAT I BITUNG BARAT I 3

3 BITUNG BARAT II 3

4 BITUNG TENGAH 2

5 BITUNG TIMUR BITUNG TIMUR 2

6 KAKENTURAN I KAKENTURAN I 1

7 KAKENTURAN II 2

8 PATETEN III PATETEN III 2

VI AERTEMBAGA 1 Pateten I Pateten I 3 2 Pateten II 3 3 Winenet I Winenet I 3 4 Winenet II 4 5 Aertembaga 1 3 6 Aertembaga 2 3

(36)

137

NO KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BITUNG (WILAYAH KAJIAN) KELURAHAN WILAYAH STUDI EHRA KOTA BITUNG STRATA

7 Tandurusa Tandurusa 3

8 Makawidey 3

9 Pinangunian Pinangunian 2

10 Kasawari Kasawari 3

VII LEMBEH SELATAN

1 Papusungan 3

2 Batu Lubang Batu Lubang 3

3 Paudean 3

4 Pasir Panjang Pasir Panjang 4

5 Dorbolaang Dorbolaang 3

6 Pancuran Pancuran 4

7 Kelapa Dua Kelapa Dua 4

VIII LEMBEH UTARA

1 Pintu Kota 3

2 Batu Kota Batu Kota 4

3 Gunung Woka Gunung Woka 3

4 Kareko Kareko 4 5 Binuang 4 6 Nusu 4 7 Lirang Lirang 4 8 Motto Motto 4 9 Posokan 4 10 Mawali 3

(37)

138

PETA WILAYAH KAJIAN

(38)

139 • Tahapan Pengembangan Sanitasi

Arahan penetapan pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan :

1. Arah pengembangan kota yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kota Bitung dalam jangka panjang

2. Kepadatan penduduk kota Bitung 3. Kawasan beresiko sanitasi

4. Kondisi fisik wilayah (topografi) dan struktur tanah 5. Status perkotaan atau perdesaan

Arah pengembangan sektor sanitasi di Kota Bitung dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu;

1. Jangka Pendek

Arah pengembangan untuk jangka pendek ini akan difokuskan kepada kelurahan-kelurahan yang termasuk kategori perkotaan dan kelurahan-kelurahan yang berersiko sangat tinggi (resiko 4) berdasarkan hasil kajian di dalam Buku Putih Sanitasi :

2. Jangka Menengah

Arah pengembangan sanitasi Kota Bitung untuk jangka menengah difokuskan kepada kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam area berisiko 3 dan beberapa ibukota kecamatan

3. Jangka Panjang

Arah pengembangan sanitasi untuk Jangka Panjang akan difokuskan kepada kelurahan-kelurahan area beresiko 2 dan 1 :

(39)

140

Tabel 7.16 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten/Kota

(40)

Gambar

Tabel 7.1 Profil Kumuh Kota Bitung hasil update Tahun 2013
Tabel 7.3 Kapasitas Sumber PDAM Kota Bitung Tahun 2013
Tabel 7.6 Cakupan Pelayanan Air Besih di Kecamatan Girian
Tabel 7.8 Cakupan Pelayanan Air Bersih di Kecamatan Ranowulu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang ditulis oleh Muhamad Imam Fauzan (2013) yang berjudul Interpretasi Makna Mantra Dalam Cowongan. Penelitian ini berisi tentang mantra–mantra cowongan untuk

04 Pendaftar Melakukan Registrasi Keuangan Bagi pendaftar yang dinyatakan diterima diwajibkan untuk melakukan registrasi keuangan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan dalam

dari tahun 2005 sampai dengan 2014 Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda Dalam pengujian secara simultan,

dikembangkanlah perangkat pembelajaran fisika fluida berbasis lingkungan lahan basah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran

Usaha untuk menganalisis tersebut penulis lakukan melalui langkah-langkah berikut: (1) proses membaca secara cermat dan berulang-ulang (2) Mengidentifikasi data berupa

Ini berarti seorang anak dapat termotivasi untuk berusaha lebih keras agar mencapai prestasi seperti saudara kembarnya, tetapi ini juga dapat berarti bahwa salah satu dari

TBC adalah penyakit menular akibat kuman yang dapat menyerang semua bagian tubuh (IPD, 2001)1. TBC disebabkan oleh suatu kuman yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat oleh

Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian