ANTENA WIDEBAND MIKROSTRIP SLOT
ARRAY 8 ELEMEN
Iskandar Fitri1
ABSTRACT
Mikrostrip slot antenna is one of techniques in design of microstrip antenna that has a potential for wider bandwidth. The bandwidth in antennas system generally is defined as a range between low
frequency (f1) and high frequency (f2) referring to VSWR ≤ 2 or return loss RL = -10 dB, which is
formulated as BW = f2 – f1. In one side use of single radiating elements (slot) in microstrip antenna is
limited for wider bandwidth. In another side, the antenna with configuration of multi radiating elements or array configuration can be alternative of widening bandwidth of microstrip antenna. In array configuration is needed an impedance network for feeding line system. For simplifying its network impedance is proposed of a matching technique with multi tuning stubs. In this research had been designed an array microstrip slot antenna with 8 rectangular elements. The antenna has an operation frequency ranging from 5.5 GHz to 40.9 GHz or bandwidth impedance h of 35.4 GHz.
ABSTRAK
Antena Slot Mikrostrip (ASM) merupakan salah satu jenis perancangan antena mikrostrip yang berpotensi untuk memperlebar bandwidth. Bandwidth pada sistem antena umumnya didefinisikan sebagai
jarak antara frekuensi rendah (f1) dan frekuensi tinggi (f2) terhadap nilai VSWR ≤ 2 atau nilai return loss
RL = -10 dB yang diformulasikan sebagai BW = f2 – f1. Dis satu sisi penggunaan elemen peradiasi (slot)
tunggal dalam antena mikrostrip sangat terbatas untuk memperlebar bandwidth. Disisi lain, antena dengan konfigurasi multi elemen peradiasi atau array dapat dijadikan sebagai alternatif dalam memperlebar bandwidth antena mikrostrip.r Dalam konfigurasi array dibutuhkan jaringan impedansi untuk sistem saluran pencatunya. Untuk menyederhanakan desain jaringan impedansinya maka diusulkan teknik penyesuaian dengan multi tuning stub. Pada penelitian ini dilakukan perancangan antena mikrostrip slot array 8 elemen persegiempat. Antena ini mempunyai cakupan kerja frekuensi dari 5.5 GHz sampai 40.9 GHz atau impedansi bandwidth sebesar 35.4 GHz.
1
1. PENDAHULUAN
Saat ini kebutuhan pasar
telekomunikasi mengarah pada
penyaluran informasi dalam kapasitas besar. Sehingga diperlukan perangkat komunikasi yang bekerja dengan bandwidth yang sangat lebar atau
wideband. Untuk menunjang kebutuhan
tersebut diperlukan antena yang mempunyai karakteristik wideband. Bila mengacu dari definisi ITU bahwa penggunaan frekuensi radio dengan bandwidth lebih besar atau sama dengan 1 MHz merupakan kategori wideband. Lebar bandwidth tersebut khususnya untuk aplikasi sistem gelombang mikro (ITU, 2044).
Dalam rekomendasinya ITU telah menjabarkan kebutuhan bandwidth untuk kasus wideband ke dalam beberapa alokasi frekuensi yaitu (ITU, 2004) – (Ministry of Economic Development of New Zealand, 2005); banwidth 10 MHz untuk jarak frekuensi dari 30 MHz sampai 10 GHz, 50 MHz untuk 1 GHz sampai 3 GHz, 100 Mhz untuk 3 GHz sampai 10 GHz, 250 MHz untuk 10 GHz sampai 15 GHz, dan 500 MHz untuk jarak frekuensi diatas 15 GHz. Terdapat beberapa alokasi sistem komunikasi gelombang mikro yang memerlukan bandwidth yang sangat lebar seperti fixed-satellite service (FSS) yang menempati beberapa alokasi frekuensi (3.4 – 4.2 GHz, 5.725 – 6.726 GHz, 7.25 – 7.75 GHz, 7.9 – 8.84 GHz, 10,7 – 12.75 GHz, 12.75 – 13,25 GHz, dan 13.75 – 14.8 GHz), Broadcasting-satellite service (11.7-12.75 GHz), aeronautical telemetry (3 – 16 GHz), sistem bergerak IMT-2000 (1.885 – 2.025 GHz, 2.110 – 2.2 GHz, 1.98 – 2.010 GHz, dan 2.17 – 2.2 GHz).
Aplikasi lain yang membutuhkan bandwidth yang sangat lebar yaitu teknologi ultrawideband (UWB). Di sebagian negara (Ministry of Economic
Development of New Zealand, 2005)
terdapat beberapa alternatif alokasi frekuensi untuk aplikasi ultrawideband
seperti Amerika dan Eropa
mengalokasikan untuk sistem radar pencitraan dengan band frekuensi dibawah 900 MHz, 1.9 – 10.6 GHz dan 3.1 – 10.6 GHz. Kedua untuk vehicular
radar system pada 22 – 29 GHz, 24 – 24.25 GHz dan 23.6 – 24 GHz. Ketiga untuk aplikasi pada sistem komunikasi tanpa kabel yang beroperasi pada 3.1 – 10.6 GHz. Dilain pihak, Infocomm
Development Authority (IDA), sebuah badan regulasi spektrum Singapura menetapkan alokasi frekuensi UWB pada 2.2 – 10.6 GHz.
Sehingga masih besar kemungkinan penggunaan spektrum frekuensi untuk aplikasi UWB dari 0.3 GHz sampai 100 GHz di beberapa negara lainnya. Sehingga saat ini mencuat istilah
multi-wideband. Konsep multi-wideband
ditemukan dalam perancangan antena ditujukan agar satu antena dapat diaplikasikan pada banyak sistem
komunikasi pita-lebar yang
menggunakan alokasi frekuensi yang berbeda-beda seperti yang telah dicontohkan pada paragaf diatas. Untuk
menunjang teknologi tersebut
dibutuhkan antena yang mempunyai karakteristik yang dapat menerima frekuensi yang lebar (wideband) dan sekaligus ringkas untuk mendukung komunikasi bergerak. Salah satu jenis antena yang dapat menunjang teknologi tersebut dengan beberapa keuntungan adalah antena mikrostrip. Jenis antena ini memiliki beberapa keunggulan
terutama pada rancangan antenanya yang tipis, kecil, ringan dan dapat diterapkan ke dalam Microwave Integrated Circuit (MICs).
Salah satu teknik perancangan dalam antenna mikrostrip adalah slot lebar (wide slot) atau dikenal dengan istilah microstrip slot antenna (MSA).
Beberapa penelitian dengan
menggunakan MSA baik dengan slot sempit maupun slot lebar untuk
meningkatkan bandwidth telah
dilakukan. Dimana antena-antena mikrostrip slot dengan menggunakan elemen peradiasi tunggal telah diperoleh dengan lebar bandwidth yang bervariasi dari 0.7 GHz sampai lebar bandwidth 8.8 GHz (Akhavan, 1995) – (Klem, 2005). Jika antena mikrostrip slot dirancang dalam konfigurasi array diperoleh lebar bandwidth sebesar 14 GHz (Waterhouse, 2002). Tetapi sejauh yang penulis ketahui belum ada penelitian pada MSA untuk konfigurasi array yang dicatu secara gandeng elektromagnetik dengan menggunakan jaringan impedansi multi tuning stub untuk antena wideband.
Pada penelitian ini diusulkan suatu teknik baru untuk meningkatkan bandwidth pada antena mikrostrip dengan konfigurasi array menggunakan 8 elemen peradiasi slot. Teknik
perancangan yang diusulkan
menggunakan jaringan impedansi multi
tuning stub yang dicatukan ke setiap slot secara kopel elektromagnetik (electromagnetic coupled). Bentuk elemen peradiasi yang diujikan adalah persegi-empat. Penelitian ini merupakan
pengembangan dari penelitian
sebelumnya yang menggunakan 2 elemen (Fitri, 2005) dan 4 elemen (Fitri, 2006), (Fitri, 2006) dengan teknik yang sama.
2. ANTENA SLOT MIKROSTRIP
Bentuk celah (slot) pada antena mikrostrip merupakan bagian alternatif dari fungsi elemen peradiasi. Struktur antena mikrostrip terdiri dari dua elemen konduktor yang dicetak pada substrat. Elemen peradiasi dapat dieksitasi oleh saluran transmisi koaksial, saluran mikrostrip, atau kopling elektromagnetik. Pada antena mikrostrip celah (slot) meliputi suatu slot yang memotong pada bidang tanah dengan saluran mikrostrip, sehingga slot akan tegak lurus dengan konduktor pada saluran mikrostrip. Bentuk antena mikrostrip slot tunggal dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Geometri Antena Celah (slot) Tunggal
Mikrostrip slot antena meliputi suatu slot yang berada didalam bidang groundplane dan tegak lurus terhadap saluran mikrostrip, medan radiasi dihasilkan oleh saluran pencatu
terhadap slot yang berada pada bidang
groundplane dan bisa di lihat pada Gambar 1a. Mengacu pada Gambar 1b, frekuensi kerja antena slot mikrostrip (MSA) ditentukan oleh panjang slot Lr
yang diformulasikan pada persamaan (1) (Garg, 2001). S S r L L = −∆ 2 λ ...(1)
(
)
(
0)
48 . 0 0 835 . 0 0 / ln 2 91 . 1 0617 . 0 / 344 . 1 / 621 . 0 ln 24 . 0 194 . 1λ
ε
ε
λ
ε
ε
λ
λ
h h W W r r r r s + − − + − − = ...(2)dimana
λ
S merupakan panjanggelombang pada slot dan
0 0 = c f
λ
merupakan panjang gelombang di ruang bebas dengan frekuensi kerja yang diinginkan. ∆LS diberikan pada persamaan (3) merupakan panjang ekivalen yang dihubungkan dengan nilai induktansi pada ujung slot. Dimana h merupakan tebal substrat dan
W adalah lebar slot yang ditentukan menggunakan persamaan (4) (Balanis, 1997). Lebar slot ditetukan berdasarkan nilai permitivitas relatif
ε
rdan frekuensi operasi fr . Untuk menentukan nilaipermitivitas relatif efektif dengan menggunakan persamaan (5).
(
)
(
)
+ − + + = ∆ 8 . 0 258 , 0 264 . 0 3 . 0 412 . 0 h W h W h L eff eff r r Sε
ε
...(3) 1 2 2 + = r r f c Wε
...(4) 2 2416 . 0 4516 . 0 ) 1 ( ' 2 ) 1 ( 1 2 1 + + − − + = r r r r f f e r Hε
ε
ε
ε
ε
……(5)2.1. Mekanisme Peningkatan Band-width pada MSA
Mekanisme kopling dapat
diinduksikan secara kapasitif dan induktif. Dalam kasus MSA kopling diinduksikan secara induktif yang diberikan dari saluran catu ke slot (Garg, 2001). Posisi saluran transmisi berada dibawah lempengan antena dan berhimpitan (posisi overlap), mulai dari pinggir lempengan sampai sejauh ls
menuju ujung terbuka (open end circuit) dari saluran seperti terlihat pada Gambar 1b. Medan pinggir yang terbentuk dari sirkit ujung terbuka saluran ini menghasilkan suatu mekanisme kopling utama kepada antena (slot). Lempengan antena ini disebut mengalami efek pengkopelan secara elektromagnetik. Semakin besar efek kopling yang terjadi, akan menurunkan faktor kualitas rangkaian. Semakin menurunnya faktor kualitas rangkaian, semakin meningkatnya bandwidth antena.
Efek kopling dikontrol oleh dua faktor utama, yaitu jarak penyisipan saluran dibawah elemen peradiasi dan lebar elemen peradiasi yang sebatas pada lebar Wm. Dimana kopling simetris
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Struktur antena slot yang dicatu saluran mikrostrip, (b) rangkaian ekivalen antena slot.
terhadap pusat elemen peradiasi dan penurunan lebar elemen peradiasi akan menaikan kopling. Dengan membuat bercabang dua pada ujung saluran catu akan menambah efek kopling dua kali lebih kuat pada elemen peradiasi. Hal ini dijelaskan karena pada kedua cabang tersebut menghasilkan efek kopling dua kali lebih kuat dan pada akhirnya akan meningkatkan bandwidth (Sze & Wong, 2000).
Untuk memahami mekanisme
pelebaran bandwidth pada antena slot mikrostrip yang dicatu secara kopel elektromagnetik dapat dijabarkan dengan pemodelan rangkaiannya. Oleh Akhavan dan Syahkal dimodelkan rangkaian ekivalen antena slot sempit dengan pencatuan saluran mikrostrip tunggal (Akhavan & Syahkal, 1995). Dari acuan tersebut dilakukan modifikasi pemodelan rangkaian ekivalen antena slot lebar yang dicatu dengan saluran mikrostrip seperi terlihat pada Gambar 2.
Rangkaian antena slot diasumsikan kopel secara magnetik terhadap rangkaian ekivalen saluran catu. Dimana kopel magnetik sebagai transformator antara rangkaian saluran mikrostrip dan rangkaian antena. Pada Gambar 2a, lm
merupakan panjang saluran mikrostrip dimana arus yang mengalir memberikan kontribusi terhadap kerapatan daya magnet menuju slot. Panjang slot LS dan
lebar slot WS merupakan fungsi dari
frekuensi kerja dari antena slot. Sebagai fungsi impedansi karakteristik saluran catu mikrostrip diwakili dengan lebar
Wm. Rangkaian ekivalen untuk antena
slot dan saluran pencatunya
diperlihatkan dalam Gambar 2b. Antena slot terdiri dari rangkaian-tertutup yang paralel dengan konduktansi Gs, mewakili
daya yang diradiasikan dari slot. Sehingga Ys= Gs+jBs merupakan
admitansi pada masukan rangkaian ekivalen antena slot. Pada sisi saluran mikrostrip terdapat Gm yang merupakan
radiasi dari ujung saluran terbuka pada saluran mikrostrip. Sehingga Ym=Gm+jBm
merupakan admitansi pada masukan ujung terbuka stub mikrostrip.
Pada sisi transformer terdapat mutual induktansi antara L1 sebagai
lilitan primer dan L2 sebagai lilitan
sekunder. Induktansi L1 terhubung
dengan panjang saluran mikrostrip lm
dan L2 terhubung dengan lebar slot yang
terbatas hanya pada lebar Wm. Sehingga
nilai induktansi bersama L1 dan L2 dapat
diperoleh menggunakan induktansi per satuan unit panjang dari saluran mikrostrip dan slot. Induktansi bersama
M dapat ditentukan dengan formulasi seperti pada persamaan (6) (Akhavan & Syahkal, 1995).
c Z
M =
ε
eff ... (6) Dimana Z merupakan impedansi karakteristik dari saluran mikrostrip danεeff adalah konstanta dielektrik efektif dari substrat. Nilai c adalah kecepatan cahaya. Sehingga Zs adalah nilai impedansi dans eff
ε
konstanta dielektrik efektif pada spot. Sedangkan Zm hádala nilai impedansi danm eff
ε
adalah konstanta dielektrik efektif pada saluran mikrostrip. Sehingga nilai induktansi bersama dapat ditentukan dengan mengubah panjang dan lebar saluran mikrostrip.Dengan kata lain transformator tersebut merupakan suatu rangkaian tala (tuned circuit) yang mengubah dari level impedansi rendah ke impedansi yang lebih tinggi. Sehingga rangkaian tala tersebut berfungsi sebagai jaringan impedansi penyesuaian antara resistansi sumber dan beban. Rangkaian tala pada
kasus antenna slot mikrostrip merupakan rangkaian paralel RLC yang beresonansi bila sudut fasa φ sama dengan nol. Hal ini berarti reaktansi induktif XL sama
dengan reaktansi kapasitif XC. Sehingga
frekuensi resonansi dapat diperoleh seperti pada persamaan (9).
C L r r ω ω = 1 ...(7) LC r 1 = ω ... (8) LC fr π 2 1 = ... (9)
Dari persamaan (7) sampai (9) menjelaskan bahwa pada saat resonansi impedansi rangkaian adalah resistif murni. Sedangkan induktansi L dan kapasitansi C dapat disetel untuk membawa rangkaian tersebut ke dalam keadaan resonansi dengan frekuensi yang diinginkan. Untuk rangkaian tala paralel nilai impedansi diberikan pada persamaan (10) (Bilkent University 2004).
( )
] / ) 1 /[( ) /( ) / 1 / 1 ( 2 2 1 R L j LC L j LCR L j R LR j L j C j R ZPω
ω
ω
ω
ω
ω
ω
ω
ω
+ − = − + = + + = − ... (10) Pada saat beresonansi dengan nilai frekuensi seperti pada persamaan (9), impedansi komplek pada persamaan (10) menjadi,
... (11) Penggunaan yang paling luas dari rangkaian tala ialah sebagai suatu filter yang selektif untuk suatu lebar frekuensi
tertentu. Pengaruh dari rangkaian tala paralel pada suatu sinyal frekuensi tergatung pada berapa dekat sinyal tersebut dari frekuensi resonansinya. Selain itu juga tergantung pada suatu karakteristik rangkaian yang disebut selektivitas. Dimana selektivitas itu merupakan fungsi dari faktor Q atau faktor kualitas dari rangkaian yang dirumuskan dalam persamaan (12).
L R Q 0 ω = ... (12)
Impedansi rangkaian tala paralel pada persamaan (10), jika dengan harga Q persamaan tersebut menjadi,
)] / -/ ( 1 /[ ) (
ω
R jQω
ω
0ω
0ω
ZP = + ... (13) Dimana pada saatω
=ω
0, impedansi rangkaian paralel ZP(ω
) mencapai maksimum pada ZP(ω
)=R dan sebaliknya jika terjadi selisih dariω
0maka ZP(
ω
) akan menuju nilaiminimum. Pada bagian nyata dan imajiner dari impedansi rangkaian paralel [ZP
( )
ω
=RP( )
ω
+ jXP( )
ω
],ketika RP
( )
ω
mencapai R yang dinormalkan pada saat resonansi, XP( )
ω
menjadi nol. Terdapat dua nilai frekuensi
1
ω
danω
2, sehingga nilai impedansi( )
R(
j)
ZP
ω
1 = /1− dan( )
R(
j)
ZP
ω
2 = /1+ . RP( )
ω
menjadi R/2untuk kedua nilai impedansi, sehingga
( )
1 R/2XP
ω
= dan XP( )
ω
2 =−R/2. Kedua frekuensi tersebut dengan nilai faktor kualitas Q dapat dirumuskan pada persamaan (14), dimana rentang dari kedua frekuensi tersebut diformulasikan pada persamaan (15). ) 2 /( ) 4 1 ( ) 2 ( 2 1/2 0 0 1 , 2ω
Q Qω
Qω
=± + + ... (14) Q / 0 1 2ω
ω
ω
− = ... (15) Untuk rangkaian-rangkaiangelombang mikro selektifivitas diukur menurut lebar-bidang (bandwidth) frekuensi terhadap nilai -3 dB. Namun dalam kasus impedansi penyesuaian diberikan dengan nilai VSWR = 2 atau ekivalen dengan nilai return loss sebesar -9.54 dB. Sehingga pada kasus antena bandwidth didefinisikan sebagai nilai frekuensi rendah f1 dan frekuensi tinggi
f2 terhadap nilai -9.54 dB. Dimana nilai
f1 dan f2 telah dijabarkan dalam (Roddy
& Coolen, 1990). Sehingga bandwidth
dapat dijabarkan menggunakan
formulasi seperti pada persamaan (16).
Q f f f BW = − = r 1 2 ... (16)
Dari persamaan (16) menunjukan betapa pentingnya faktor Q dalam menentukan selektivitas, dimana faktor
Q yang rendah akan menghasilkan suatu bandwidth yang lebar demikian juga sebaliknya. Sehingga dengan membuat dua kali lipat jumlah saluran catu mikrostrip yang disisipkan dibawah slot antena, akan meningkatkan efek kopling induktif dua kalinya. Meningkatnya efek kopling akan menurunkan faktor kualitas
Q rangkaian tala. Semakin rendah faktor kualitas Q dari rangkaian akan membuat bandwidth semakin lebar.
3. PERANCANGAN ANTENA
Perancangan antena mikrostrip slot segiempat delapan slot disimulasikan dengan piranti lunak Microwave Office
2002. Antena mikrostrip ini
R R L j L j ZP ] / ) 0 /[( ) ( 0 0 0 = + =
ω
ω
ω
menggunakan satu substrate dengan dua lapisan konduktor. Lapisan atas berfungsi sebagai elemen peradiasi dan lapisan bawah sebagai saluran pencatu dengan nilai enclosure 30/82 pada dimensi x dan 30/82 dimensi y serta mempunyai konstanta dielektrik substrat ( εr ) sebesar 3,2 dan konduktivitas sebesar 5,88 x 107 S/m serta impedansi masukan sebesar 50 ohm. Tebal substrat dari bahan yang digunakan sebesar 1.52 mm.
Dalam piranti lunak Microwave
Office 2002 diperoleh lebar bandwidth dan parameter-parameter antena yang diinginkan. Geometri Antena Hasil Perancangan terlihat pada gambar 3 ( L11
= L12 = L13 = L14 = L15 = L16 = L17 = L18 = 1.097 mm, L21 = L22 = L23 = L24 = L25 = L26 = L27 = L28= 2.926 mm, L31 = L32 = L33 = L34 = L35 = L36 = L37 = L38 = 0.731 mm, S1 = S2 = S3 = S4 = S5 = S6 = S7 = S8= 4.390 mm, W1 = W2 = W3 = W4 = W5 = W6 = W7 = W8 = W9= 4.024 mm, ds1 = 1.463 mm, ds2 = ds3 = ds4 = ds5 = ds6 = ds7 = ds8= ds9 = 0.365 mm).
Gambar itu merupakan antenna
mikrostrip slot array menggunakan delapan elemen dimana masing-masing elemen dicatu oleh saluran mikrostrip berbentuk seperti garpu. Model sistem
pencatuan dalam antenna ini
menggunakan konfigurasi saluran catu paralel. Untuk menyesuaikan impedansi antara saluran masuk dan empat elemen slot digunakan tuning stub pada setiap cabang saluran. Dengan kata lain sistem jaringan impedansi pada antenna ini menggunakan teknik multi tuning stub. Stub pendek tersebut berfungsi sebagai penyesuai impedansi di setiap cabang pembagi pada sistem pencatuan. Geometri antenna ini terdiri dari lebar slot ( W1,W2,W3,W4, W5, W6, W7, W8),
panjang slot (L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, L8)
Tuning stub bentuk garpu pada setiap slot terdiri dari panjang stub (l31 – l38),
dua cabang stub dengan panjang yang sama (l21 – l28), dan jarak antara pusat
saluran kedua cabang (l11 – l18). Untuk
setiap cabang pembagi pada sistem pencatuan masing-masing diberikan stub pendek dengan panjang stub ls (ls1, ls2,
ls3, ls4, ls5, ls6, ls7, ls8, ls9) dan jarak ds
(ds1, ds2, ds3, ds4, ds5, ds6, ds7, ds8, ds9).
4. HASIL SIMULASI DAN ANALISA
4.1. Lebar Bandwidth Terhadap Perubahan Geometri Antena
Pada Bagian ini dilakukan perubahan terhadap geometri antena mikrostrip slot segiempat delapan radiator untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mendapatkan lebar pita yang optimal dilakukan dengan cara merubah-rubah geometri panjang slot serta geometri saluran catu berbentuk garpu meliputi lebar garpu, panjang garpu dan jarak garpu dengan pinggir slot.
Untuk mendapatkan frekuensi yang diinginkan dilakukan perubahan jarak antara Stub dengan sumber pencatu.
Perubahan-perubahan tersebut
mempengaruhi frekuensi kerja dan lebar
bandwith, untuk lebih jelasnya mengenai perubahan-perubahan yang telah disimulasikan maka penjelasan dibahas perubahan tersebut secara bertahap dalam sub bab ini.
Perubahan geometri pada garpu dibagi menjadi tiga bagian yaitu lebar garpu (L1), panjang garpu ( L2 ) dan jarak
garpu dengan pinggir slot (L3).
Perubahan-perubahan dilakukan secara urut, untuk lebih jelasnya mengenai perubahan-perubahan tersebut dibahas berikut ini.
4.1.1. Variasi perubahan jarak antara pusat saluran kedua cabang (l11 – l18) terhadap bandwidth
Perubahan yang dilakukan terhadap jarak antara pusat saluran kedua cabang atau disebut sebagai lebar garpu dibagi menjadi delapan bagian yaitu l11, l12, l13,
,l14, l15, l16, l17 dan l18 (Gambar 4).
Dibawah ini diperlihatkan hasil simulasi terhadap lebar garpu secara serempak dimana masing-masing lebar garpu dilakukan pergeseran sebanyak lima kemungkinan.
Efek variasi lebar garpu berpengaruh terhadap perubahan lebar pita. Seperti terlihat pada Gambar 4 bahwa antena mikrostrip hasil perancangan akan mengalami variasi lebar-pita. Jika l11, l12,
l13, ,l14, l15, l16, l17 dan l18 digeser sebesar
0.365 mm maka bandwidth antena mikrostrip akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.01 Ghz, sebaliknya jika l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17 dan l18
sebesar 1.097 mm maka akan mengalami penyempitan lebar-pita sebesar 0.01 Ghz. Jika l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17 dan
l18 sebesar 1.463 mm terjadi
penyempitan lebar-pita sebesar 0.2125 Ghz, dan jika l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17
dan l18 sebesar 1.829 mm maka
lebar-pita akan menyempit sebesar 0.1864 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 4 perubahan geometri yang terjadi pada lebar garpu antena mikrostrip delapan slot segiempat ternyata tidak terlalu mempengaruhi lebar-pita frekuensi antena mikrostrip hasil perancangan secara signifikan.
4.1.2. Variasi perubahan dua cabang stub dengan panjang yang sama
(l21 – l28) terhadap bandwidth
Pada bagian ini juga dilakukan hal sama seperti sebelumnya bahwa dua cabang stub dengan panjang yang sama atau panjang garpu dibagi atas l21, l22, l23,
Gambar 4. Grafik perubahan lebar garpu (l11
– l18) secara serempak terhadap bandwidth
pada antena mikrostrip delapan slot array
Gambar 5. Grafik perubahan panjang garpu
(l21 – l28) secara serempak terhadap
bandwidth pada antena mikrostrip delapan slot array.
masing-masing panjang garpu
pergeseran sebanyak lima kali. Efek variasi panjang garpu memberikan variasi lebar-pita seperti terlihat pada Gambar 5.
Jika l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan l28
sebesar 1.463 mm akan terjadi penyempitan lebar-pita antena sebesar 0.0806 Ghz, pada saat L12, L22, L32, L42,
L52, L62, L72, dan L82 1.829 mm terjadi
penyempitan lebar pita sebesar 0.7912 Ghz. Jika l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan
l28 sebesar 2.195 mm terjadi
penyempitan sebesar 0.7241 Ghz, dan pada saat l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan
l28 sebesar 2.560 mm terjadi
penyempitan sebesar 0.0038 Ghz. Kemudian untuk l21, l22, l23, l24, l25, l26,
l27, dan l28 sebesar 2.926 mm maka
antena mikrostrip hasil perancangan akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.713 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 5, perubahan geometri panjang garpu antena ini ternyata tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan lebar-pita frekuensi antena mikrostrip hasil perancangan.
4.1.3. Variasi perubahan panjang stub (l31 – l38) terhadap bandwidth
Pada perubahan panjang stub dibagi menjadi delapan bagian yaitu l31, l32, l33,
l34, l35, l36, l37,dan l38. Perubahan tersebut
dilakukan secara berurut dengan sampel pergeseran sebanyak lima kali. Efek perubahan l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37, dan
l38 berpengaruh terhadap perubahan
lebar-pita. Seperti terlihat pada Gambar 6 bahwa antena ini mengalami variasi lebar-pita. Dari hasil simulasi l31, l32, l33,
l34, l35, l36, l37,dan l38 lebih besar dari
lebar-pita, sebaliknya jika l31, l32, l33, l34,
l35, l36, l37,dan l38 lebih kecil dari 1.097
mm maka perolehan lebar-pita akan mengalami penyempitan. Pada saat l31,
l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 sebesar
1.463 mm terjadi pelebaran lebar-pita sebesar 0.0333 Ghz. Pada saat l31, l32,
l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 sebesar 1.829
mm maka lebar-pita sebesar 0.0261 Ghz. Lalu jika l31, l32, l33, l34, l35, l36,
l37,dan l38 sebesar 2.560 mm terjadi
pelebaran sebesar 0.3764 Ghz. Kemu dian pada saat l31, l32, l33, l34, l35, l36,
l37,dan l38 sebesar 0.731 mm lebar-pita
yang diperoleh menyempit sebesar 0.0041 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 6 bahwa perubahan yang terjadi pada panjang stub tidak terlalu mempengaruhi lebar-pita antena mikrostrip hasil perancangan secara signifikan.
4.1.4. Perubahan Panjang Slot Mi-krostrip
Dibawah ini diperlihatkan hasil simulasi perubahan terhadap panjang radiator yang dibagi menjadi delapan bagian yaitu L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8,
perubahan dilakukan secara berurut dan diambil sebanyak lima sample perubahan. Dari hasil simulasi terhadap
L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7,dan L8 secara
serempak terlihat dalam Gambar 7 bahwa perancangan antena mikrostrip menghasilkan variasi lebar-pita. Dari hasil simulasi diketahui jika L1, L2, L3,
L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 4.39 mm
maka antena mikrostrip hasil
perancangan akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.0164 Ghz. Jika L1,
L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 5.853
mm maka mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.0252 Ghz. Jika L1, L2, L3,
L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 6.951 mm
Gambar 6. Grafik perubahan panjang garpu
(l31 – l38) secara serempak terhadap
bandwidth pada antena mikrostrip delapan slot array
Gambar 7. Grafik perubahan panjang slot
(L1-8) secara serempak terhadap bandwidth
Gambar 8. Grafik perubahan jarak stub
(ds1-9) secara serempak terhadap bandwidth
pada antena mikrostrip delapan slot array
antena akan melebar sebesar 0.0203 Ghz, pada saat L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7,
dan L8 sebesar 7.682 mm antena melebar
sebesar 0.0184 Ghz dan pada saat L1,
L2, L3, L4, L5, L6, L7,dan L8 sebesar 8.414
mm antena mikrostrip hasil perancangan akan melebar sebesar 0.0164 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 7, perubahan yang terjadi pada panjang radiator secara serempak ternyata tidak terlalu mempengaruhi lebar-pita antena mikrostrip slot segiempat hasil perancangan secara signifikan.
4.1.5. Variasi perubahan jarak stub
(ds1, ds2, ds3, ds4, ds5, ds6, ds7, ds8,
ds9) terhadap bandwidth
Pergeseran pada stub utama dimana
ds2, ds3, ds4, ds5, ds6, ds7, ds8, dan ds9
konstan (1.463), ds1 diubah-ubah. Jika
ds1 0.365 mm maka antena mikrostrip
hasil perancangan akan mengalami penyempitan lebar-pita sebesar 0.1733 Ghz, jika ds1 1.097 mm lebar-pita antena
hasil perancangan akan menyempit sebesar 0.022 Ghz. Tetapi jika ds1
1.663 mm maka antena hasil
perancangan akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.01 Ghz, jika ds1
1.829 mm maka antena akan mengalami
Gambar 9. Hasil simulasi bandwidth antena mikrostrip delapan slot array
Grafik Pergeseran Stub Tak Serem pak Terhadap Bandw idth
0 5 10 15 20 25 30 35 40 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 0.365 1.097 1.663 1.829 2.56
Perubahan Pergeseran Stub (m m)
B a n d w id th ( G h z )
0 -1 0 -20 -30 -40 -50 -60 -7 0 -80 -90 -100 -110 -120 -1 30 -140 -1 50 -160 -1 70 18 0 1 7 0 1 60 1 50 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 0 -1 0 -2 0 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -150 -160 -1701 80 1 70 1 6 0 1 50 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Pola Radiasi Mag Max 2 Mag Min 0 0.5 Per Div | PPC_EPhi[50,1]| samsung2 | PPC_ETheta [0,1]| samsung2 - 0 1 0 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -1 30 -140 -1 50 -160 -1 7018 0 1 7 0 1 60 1 50 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 2 0 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 0 -1 0 -2 0 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -1 30 -1 40 -150 -1 60 -1701 8 0 1 70 16 0 15 0 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2
Frekuensi 6.3 Ghz Frekuensi 8.3 Ghz Frekuensi 10.3 Ghz Frekuensi 12.3 Ghz
0 -1 0 -2 0 -3 0 -4 0 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -1 50 -1 60 -1701 8 0 1 7 0 16 0 15 0 1 40 13 0 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 - 0 1 0 -2 0 -3 0 -4 0 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -1 50 -1 60 -1701 8 0 1 7 0 16 0 15 0 1 40 13 0 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 -1 0 0 -2 0 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -1 40 -1 50 -1 60 -1701 80 1 70 16 0 15 0 1 40 130 120 11 0 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Pola Radiasi Mag Max 3 Mag Min 0 1 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 0 -1 0 -2 0 -3 0 -4 0 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -1 50 -1 60 -1 701 8 0 1 7 0 16 0 15 0 1 40 13 0 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2
Frekuensi 14.3 Ghz Frekuensi 16.3 Ghz Frekuensi 18.3 Ghz Frekuensi 20.3 Ghz
0 -10 -2 0 -3 0 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -1 50 -1 60 -170 1 8 0 1 7 0 16 0 1 5 0 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 0 -1 0 -2 0 -3 0 -40 -50 -60 -7 0 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -150 -160 -1 70 18 0 17 0 1 60 1 50 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 - 0 1 0 -2 0 -3 0 -40 -50 -60 -7 0 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -150 -160 -1 7018 0 17 0 1 60 1 50 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 3 0 2 0 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 0 -1 0 -2 0 -3 0 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -150 -160 -170 18 0 1 70 1 6 0 1 50 14 0 1 30 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2
Frekeunsi 22.3 Ghz Frekuensi 24.3 Ghz Frekeunsi 26.3 Ghz Frekuensi 28.3 Ghz
0 -1 0 -2 0 -3 0 -40 -50 -60 -7 0 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -150 -160 -1701 80 1 70 1 6 0 1 50 14 0 13 0 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 0 -1 0 -20 -30 -4 0 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -1 40 -150 -160 -1 701 8 0 1 7 0 1 6 0 1 5 0 14 0 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 2 0 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 - 0 1 0 -2 0 -3 0 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -1 50 -160 -1701 8 0 1 7 0 16 0 1 50 1 40 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 0 -1 0 -2 0 -3 0 -40 -50 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -140 -1 50 -160 -1701 8 0 1 7 0 16 0 1 50 1 40 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2
Frekuensi 30.3 Ghz Frekuensi 32.3 Ghz Frekuensi 34.3 Ghz Frekuensi 36.3 Ghz
0 -10 -2 0 -3 0 -40 -5 0 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -1 40 -1 50 -1 60 -170 1 8 0 1 7 0 16 0 1 5 0 14 0 13 0 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 - 0 10 -2 0 -3 0 -40 -5 0 -60 -70 -80 -90 -100 -110 -120 -130 -1 40 -1 50 -1 60 -170 1 8 0 1 7 0 16 0 1 5 0 14 0 13 0 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 Pola Radiasi Mag Max 2.5 Mag Min 0 0.5 Per Div |PPC_EPhi[50,1]| samsung2 |PPC_ETheta[0,1]| samsung2 Frekuensi 38.3 Ghz Frekuensi 40.3 Ghz
Tabel 1. Hasil Simulasi Optimal Antena Mikrostrip Frequency (Ghz) H ( 0 ) E ( 0 ) VSWR 6.3 80.06 27.78 1.7608 8.3 81.98 24.05 1.1047 10.3 66.7 45.36 1.2043 12.3 50.83 37.49 1.1205 14.3 42.03 51.26 1.4642 16.3 32.48 44.58 1.4914 18.3 45.32 41.17 1.5784 20.3 37.35 39.77 1.249 22.3 65.34 33.58 1.3594 24.3 57.21 33.58 1.463 26.3 54.32 46.65 1.5414 28.3 54.23 32.52 1.2844 30.3 45.32 38.13 1.3518 32.3 23.67 68.02 1.4314 34.3 23.42 64.45 1.4402 36.3 22.53 67.99 1.7423 38.3 22.69 83.76 1.3462 40.3 30.96 71.3 1.2064
penyempitan lebar-pita sebesar 0.2183 Ghz dan jika ds1 2.560 mm maka antena
mikrostrip hasil perancangan akan mengalami penyempitan lebar-pita yang sangat signifikan yaitu sebesar 24.0939 Ghz. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8. Seperti yang terlihat pada Gambar 8 bahwa perubahan posisi
stub secara tidak serempak memberikan dampak yang sangatsignifikan terhadap terhadap lebar-pita frekuensi antena. Gambar 9 menunjukkan hasil simulasi yang optimal dari perancangan antena mikrostrip pada Gambar 3. Hasil simulasi antena ini didapatkan bandwidth yang paling lebar sebesar 35.4 GHz yang bekerja pada range frekuensi 5.5 – 40.9 Ghz. Lebar
bandwidth yang optimal adalah selisih antara frekuensi akhir dengan frekuensi awal dalam satuan GHz dimana return
loss sebesar -10 dB dan hasil impendasi masukannya sebesar 50 Ohm.
4.2.Pola Radiasi Antena
Hasil simulasi pola radiasi dari antena ini dimulai dari frekuensi 6.3 GHz, sampai 40.3 GHz dengan step frekuensi 2 GHz seperti diperlihatkan pada Gambar 10. Dimana beamwidth terhadap nilai 3-dB bervariasi disetiap step frekuensi. Pada bidang-H
beamwidth terbesar terdapat pada frekuensi 6.3 GHz sebesar 800 dan tersempit 220 pada frekuensi 38.3. Untuk bidang-E diperoleh beamwidth terlebar sebesar 830 pada frekuensi 38.3 GHz dan beamwidth tersempit sebesar 220. Nilai VSWR yang dicapai pada setiap step frekuensi tersebut antara 1.1 sampai 1.7. Secara lengkap nilai beamwidth pada setiap step frekuensi pada antena ini dapat dilihat pada Tabel 1.
5. KESIMPULAN
Telah dirancang antena mikrosrip
persegiempat 8 elemen untuk
meningkatkan bandwidth. Efek kopling yang diberikan oleh saluran mikrostrip berbentuk seperti garpu dapat meningkatkan bandwidth sebesar 35.4 Ghz yang bekerja pada cakupan frekuensi dari 5.5 sampai 40.9 Ghz. Bandwidth yang paling lebar dicapai pada ukuran saluran catu mikrostrip seragam pada setiap slot. Pada setiap step frekuensi dicapai penyesuaian terhadap nilai VSWR ≤ 2 dengan lebar-berkas yang bervariasi. Penyesuaian tersebut dicapai dengan mengendalikan jarak stub pendek yang dihubung secara
disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi dengan cara merubah jarak antar slot.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan segala hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. DR. Ir. Djuheri CD atas saran dan dukungannya selama proses penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akhavan, H.G. & Syahkal, D.M.
(1995),”A Simple Technique for Evaluation of Input Impedance of Microstrip-Fed Slot Antennas”, IEE
Conference Publication, No. 407.
Behdad, N. & Sarabandi, K. (2005),”A
Wide-Band Slot Antenna Design Employing A Fictitious Short Circuit Concept”, IEEE Transaction
on Antennas and Propagation, Vol. 53, No. 1.
Bilkent University, Analog Electronic,
http://www.ee.blikent.edu.tr/neee21
1/lecture
notes/chapter%20-%2004.pdf
Balanis, C.A. (1997),”Antenna Theory”,
Second Edition, John Wiley & Sons, United State.
Choi, S.H., Park, J.K., Kim, S.K. & Park, J.Y. (2004),”A New
Ultra-Wideband Antenna for UWB
Applications”, Microwave and Optical Technology Letters, Vol. 40, No.5.
Collin, R. (1992), “Foundations For
Microwave Engineering”, Second edition, McGraw-Hill.
Du, B., Yung, E.K., Yang, K.Z., & Zhang, W.J. (2002),”Wide-Band
Linearly or Circularly Polarized Monopulse Tracking Corrugated Horn”, IEEE Transaction on
Antennas and Propagation, Vol. 50, No. 2.
Fitri, I dan Rahardjo, E.T.
(2005),”Antena Wideband
Mikrostrip Dua Slot Menggunakan Jaringan Impedansi Multi Batang Penyetelan,” Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 15 No. 4, UKI, Jakarta.
Fitri, I dan Rahardjo, E.T. (2006),”A
Compact Microstrip Slot Antennas Fed By A Microstripline With A Multi Tuning Stubs For UWB”,
Asia Pacific Microwave Conference Proceeding, Japan.
Fitri, I dan Rahardjo, E.T.,”Microstrip
Slot Array Antennas Fed By A Microstripline With Multi Tuning Stubs For Multi-Wideband”,
International symposium on
Antennas and Propagation
Proceeding, Singapore, November
2006.
Garg, R., Bhartia, P., Bahl, I., and Ittipiboon, A. (2001),”Microstrip
Antenna Design Handbook”, Artech House, Noorwod.
Hirokawa, J., Arai, H., & Goto, N.
(1989),”Cavity-Backed Wide Slot Antenna”, IEE Proceedings, Vol.
136, No. 1.
International Telecommunication Union (ITU-R) (2004), Appendix 3
(Rev.WRC-03), Editisi 2004.
Kramer, B.A., Lee, M., Chen, C.C. & Volakis, J.L. (2005),”Design and
Performance of an Ultrawide-Band Ceramic-Loaded Slot Spiral”, IEEE
Transaction on Antennas and
Propagation, Vol. 53, No. 7.
Klemm, M., Kovcs, I.Z., Pedersen, G.F. & Troster, G. (2005),”Novel
Small-Size Directional Antenna for
UWB WBAN/WPAN
Antennas and Propagation, Vol. 53, No. 12.
Ministry of Economic Development Manatu Ohanga (2005), An Engneering Discussion
paper on Spectrum Allocations for Ultra Wide Band Devices, Radio
Spectrum Policy
andPlanning Resources and
Networks Branch Ministry of
Economic Development, POBox
473, Wellington, New Zealand.
Ma, T.G., & Jeng, S.K. (2005),”Planar
Miniature Tapered-Slot-Fed
Annular Slot Antennas for Ultrawide-Band Radios”, IEEE
Transaction on Antennas and
Propagation, Vol. 53, No. 3.
Ma, T.G. & Jeng, S.K. (2005),”A
Printed Dipole Antenna With Tapered Slot Feed for
Ultrawide-Band Applications”, IEEE
Transaction on Antennas and
Propagation, Vol. 53, No. 11.
Roddy, D. & Coolen, J.
(1990),”Komunikasi Elektronika”, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, 1984. Hal : 25 – 30.
Sze, J.Y., & Wong, K.L.
(2000),”Bandwidth Enhancement of A Printed Wide Slot Antenna Fed By A Microstripline With A Forrk-Like Tuning Stub”, Proceeding of
ISAP.
Waterhouse, R.B., Novak, D. (2002),
Nirmalathas, A., & Lim, C.,”Broadband Printed Sectorized Coverage Antennas for Milimeter-Wave Wireless Applications”, IEEE
Transaction on Antennas and