• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEBERANGAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEBERANGAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEBERANGAN SELAT

SUNDA DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK

Hary Agus Rahardjo

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Persada Indonesia YAI, Jl. Salemba Raya 7Jakarta Email: rahardjo30@yahoo.com

ABSTRAK

Peningkatan konektivitas Pulau Jawa dan Sumatera melalui pembangunan infrastruktur penyeberangan selat Sunda merupakan satu solusi untuk memberikan layanan tranportasi dan logistik nasional yang efisien. Sehingga dengan demikian akan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kongesti atau kemacetan perpindahan barang, jasa dan penumpang. Kelancaran arus perpindahan barang tersebut berimbas kepada biaya transportasi yang semakin rendah, berakibat pada harga barang menjadi semakin kompetitif, hal mana tentu akan mendukung pengembangan ekonomi nasional, khususnya koridor Sumatera dan koridor Jawa. Oleh karena itu maka pembangunan infrastruktur penyeberangan selat sunda adalah suatu keniscayaan. Pembahasan masalah pada paper ini menggunakan metoda observasi,, studi literature dan penelitian data sekunder. Hasil analisis menunjukkan bahwa solusi jangka panjang untuik mengatasi masalah penyeberangan selat Sunda adalah pembangunan jembatan. Keadaan medan yang sulit mengakibatkan desain dan perancangan yang sangat rumit. Sementara itu, aspek pelaksanaan konstruksi tak kalah krusial dibandingkan dengan aspek perencanaan teknis. Di sisi lain, sebagai dampak ikutannya adalah kebutuhan biaya yang tidak sedikit untuk merealisasikan jembatan maha karya tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang ditujukan untuk merealisasikan rencana pembangunan infrastruktur dalam bentuk jembatan selat sunda sepanjang kurang lebih 31 km dengan lebar bentang 60 m serta menelan biaya sekitar 100 triliun perlu mendapatkan perhatian yang serius dan seksama. Sebagai kesimpulan, pendekatan Project Management, sebagai suatu metoda pengelolaan yang mengintegrasikan semua unsur kegiatan proyek mutlak diperlukan. Karena dengan penerapan pengelolaan proyek yang konsisten, dapat mempertemukan kendala pada saat pelaksanaan konstruksi dengan ide perencanaan teknis mengingat keadaan medan yang sangat rumit. Selain itu juga dapat dilakukan pentahapan pelaksanaan pekerjaan dikaitkan dengan kebutuhan arus kas serta kebutuhan sumberdaya lainnya, tentunya dengan tetap menjaga kualitas dan aspek kesehatan, keselamatan kerja.

Kata kunci: Infrastruktur, selat, Sunda, proyek, manajemen

1. PENDAHULUAN

Peningkatan konektivitas Pulau Jawa dan Sumatera melalui pembangunan jembatan selat Sunda merupakan satu solusi untuk memberikan layanan tranportasi dan logistik nasional yang efisien. Sehingga dengan demikian akan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kongesti atau kemacetan perpindahan barang, jasa dan penumpang.

Latar belakang

Keadaan saat ini, kemacetan perpindahan barang pada penyeberangan selat Sunda semakin sering terjadi. Hambatan arus perpindahan tersebut berimbas kepada biaya transportasi yang semakin tinggi, berakibat pada harga barang menjadi semakin tidak kompetitif, hal mana tentu akan berdampak kepada pengembangan ekonomi nasional, khususnya koridor Sumatera dan koridor Jawa. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditelaah secara lebih mendalam tentang akar pemasalahan yang mengakibatkan kemacetan ini terjadi.

Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan keadaan kemacetan pada penyeberangan Selat Sunda. Selanjutnya melakukan inventarisasi atas alternative solusi yang mungkin dapat dikembangkan. Dari alternative yang ada dilakukan analisis untuk mencari alternative terbaik. Untuk implementasi solusi terbaik tersebut, kemudian dilakukan langkah analisa persoalan potensial agar solusi dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

(2)

Lingkup pembahasan

Pada uraian berikut ini, penekanan pembahasan tidak pada aspek teknis. Baik teknis perencanaannya maupun teknis pelaksanaannya. Pembahasan pada paper ini lebih dititik beratkan pada aspek manajemen proyek yang secara konseptual berhubungan dengan kegiatan sejak awal perencanaan proyek hingga penyelesaian proyek.

Gambar 1 : Tumpukan Antrean Kendaraan di Merak Gambar 2 : Antrean kendaraan jauh memanjang

2. PETA PERMASALAHAN

Keadaan saat ini yang memperlihatkan seringnya terjadi kemacetan arus transportasi barang di pelabuhan Merak dapat diuraikan dalam hubungan sebab – akibat. Ada penyebab terjadinya kemacetan dan ada pula akibat yang ditimbulkan oleh kemacetan tersebut.

Penyebab kemacetan jalur distribusi di Merak

Gambar 3 : Faktor penyebab kemacetan

Dari gambar 3 diatas terlihat bahwa kemacetan yang terjadi pada penyeberangan Merak disebabkan oleh beberapa factor yang saling kait-mengkait. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah menyangkut jumlah ferry yang beroperasi dan waktu tempuh yang lebih lama atau waktu sandar lebih lama. Hal ini mengakibatkan menurunnya jumlah truk atau barang yang dapat terangkut karena jumlah trip kapal menurun menjadi sekitar 70 trip dari idealnya 84 trip.

Kemacetan Jalur Distribusi Merak Penurunan Jumlah Truk Terangkut Penurunan Jumlah Ferry Beroperasi Perbaikan Rutin Ferry Jumlah Dermaga Kerusakan Ferry Investasi Ferry Tidak Berkembang Tarif Tidak Menarik

Waktu Sandar Lebih Lama

Penurunan Jumlah Ferry Merapat ke Dermaga

Cuaca Buruk Ombak dan Angin

Kencang

Waktu Tempuh Lebih Lama

(3)

Sementara itu, penurunan jumlah ferry yang beroperasi disebabkan karena perbaikan kerusakan atau perbaikan rutin. Jumlah dermaga saat ini dari 5 dermaga, hanya 3 (tiga) yang beroperasi, 1 dermaga dicadangkan dan satu lagi belum dioperasikan. Jumlah dermaga ini juga berkontribusi terhadap menurunnya jumlah ferry yang beroperasi. Banyaknya ferry yang mengalami perbaikan karena kerusakan, disebabkan karena umur ferry yang rata-rata diatas 15 tahun, bahkan ada yang diatas 30 tahun.

Tabel 1 : Tahun Pembuatan Kapal

Nama Kapal Tahun Pembuatan Nama Kapal Tahun Pembuatan

KMP Menggala 1973 Panorama Nusantara 1987

Mufidah 1979 Royal Nusantara 1985 1985

Duta Banten 1973 Prima Nusantara 1975 1975

Jagantara 1973 Mitra Nusantara 1997 1997

Nusa Dharma 1986 Titian Murni 1985 1985

Nusa Bahagia 1979 Jatra I dan II 1980 1980

Victorius 1990 Jatra III 1985 1985

Laut Teduh I 1990 BSP I 1973 1973

Mustika Kencana 1975 BSP II 1971 1971

HM Baruna 1992 BSP III 1973 1973

Tribuana 1997 Bahuga Pratama 1992 1992

Rajabasa I 1990 Bahuga Jaya 1987 1987

SMS Kartanegara 1984 Nusa Agung 1992 1992

Windu Karsa Dwita 1997 Nusa Jaya 1987 1987

WIndu Karsa Pratama 1993 Nusa Mulia 1992 1992

Titian Nusantara 1995 Nusa Setia 1994 1994

Sumber : ASDP

Dampak kemacetan di Merak

Gambar 4 : Akibat kemacetan di Merak

Dampak kemacetan Merak mengakibatkan waktu untuk menyeberang menjadi lebih lama. Hal ini mengakibatkan kenaikan biaya operasional sopir truk seperti untuk keperluan hidupnya karena dia harus menginap di kendaraannya. Antrean kendaraan truk bias mencapai 9,5 km dari pintu pelabuhan. Dengan ditambah dengan kenaikan biaya solar maka akan mengakibatkan biaya angkut menjadi meningkat. Lamanya waktu penyeberangan yang mencapai 3,5 jam juga berdampak kepada keterlambatan pengiriman barang yang mengakibatkan waktu tunggu rposes produksi menjadi lebih lama. Pengusaha juga mengalami kerugian sebesar Rp. 510 miliar per hari berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) akibat kerusakan barang maupun penurunan jumlah rit pengiriman barang.

Kemacetan Jalur Distribusi Merak Waktu Menyeberang Lama Pengiriman Barang Terlambat Kenaikan Harga Barang Inflasi Aktifitas Ekonomi Masyarakat Terganggu Waktu Tunggu Proses Produksi Naik Biaya Solar Naik Biaya Operasional Naik Biaya Angkut Naik Biaya Produksi Naik Kerusakan Barang / Busuk Kerugian Pengusaha

(4)

Keadaan ini ditambah dengan kenaikan biaya angkut mengakibatkan kenaikan biaya produksi yang berpengaruh terhadap kenaikan harga barang. Harga barang yang naik mau tidak mau akan menimbulkan inflasi (0.7 % per Pebruari di Kota Bandar Lampung), yang pada gilirannya akan mengganggu aktifitas ekonomi masyarakat.

Gambar 5 : Sopir truk menunggu kelelahan

Gambar 6 : Suasana dalam Ferry

3. PEMECAHAN MASALAH

Dari peta penyebab masalah kemacetan yang terjadi pada lokasi pelabuhan penyeberangan Merak seperti terdapat pada gambar 3 diatas, dapat di ketahui bahwa terdapat 3 (tiga) masalah utama yakni tarif yang tidak menarik, jumlah dermaga dan cuaca buruk. Wacana yang berkembang hingga saat ini adalah munculnya beberapa alternatif solusi dimana satu dan lainnya dapat saling dipertentangkan atau bahkan saling mematahkan. Alternatif tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Penambahan Jumlah kapal Feri. Hal ini berdasarkan asumsi adanya kekurangan jumlah Kapal Feri. Harga Ferry diperkirakan sebesar Rp. 600 miliar untuk kapal bebobot gross 5000 – 6000 ton.

2. Peninjauan Tarif penyeberangan bagi angkutan barang dan kendaraan. Sehingga lebih menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya dalam pembelian armada kapal feri yang baru.

3. Penambahan jumlah Dermaga. Mengingat saat ini jumlah trip angkutan feri yang dapat dilakukan terkendala oleh jumlah dermaga yang ada.

4. Pengalihan 9 kapal Ferry dari dermaga Surabaya ke Merak, karena kondisi saat ini, dari 4 dermaga yang ada, hanya 2 dermaga yang masih beroperasi menyusul dibangunnya Jembatan Suramadu. 5. Pembuatan terowongan sepanjangn 33 km didasar laut selat Sunda yang membutuhkan biaya sekitar

Rp. 49 T dengan usia kegunaan 20 tahun

6. Pembangunan Jembatan diatas selat Sunda sepanjang 30 km (6 kali panjang jembatan Suramadu) dengan biaya Rp. 117 T dan usia kegunaan 100 tahun.

(5)

4. ALTERNATIF SOLUSI

Solusi untuk mengatasi persoalan kemacetan pada penyeberanagn selat Sunda terdiri dari dua hal. Yang pertama adalah solusi jangka pendek meliputi penyeduai tariff dan pengalihan Ferry dari pelabuhan Surabaya dan penambahan jumlah dermaga. Sedangkan solusi jangka panjang adalah pembangunan jembatan diatas selat Sunda mengingat usia keguaan yang lima kalinya tetapi dengan biaya yang hanya 3 kalinya saja. Selain itu kemudahan dalam penyeberangannya lebih baik dibandingkan dengan system terowongan, karena pada system terowongan kendaraan dan kereta yang lewat harus dilakukan secara bergantian.

Munculnya alternative solusi dengan dilakukannya pembangunan jembatan selat sunda perlu dikaji lebih lanjut. Keadaan medan yang sulit mengakibatkan desain dan perancangan yang sangat rumit. Sementara itu, aspek pelaksanaan konstruksi tak kalah krusial dibandingkan dengan aspek perencanaan teknis. Di sisi lain, sebagai dampak ikutannya adalah kebutuhan biaya yang tidak sedikit untuk merealisasikan jembatan maha karya tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang ditujukan untuk merealisasikan rencana pembangunan infrastruktur dalam bentuk jembatan selat sunda sepanjang kurang lebih 31 km dengan lebar bentang 60 m serta menelan biaya sekitar 100 triliun perlu mendapatkan perhatian yang serius dan seksama.

Pendekatan Project Management, sebagai suatu metoda pengelolaan yang mengintegrasikan semua unsur kegiatan proyek mutlak diperlukan. Karena dengan penerapan pengelolaan proyek yang konsisten, dapat mempertemukan kendala pada saat pelaksanaan konstruksi dengan ide perencanaan teknis mengingat keadaan medan yang sangat rumit. Selain itu juga dapat dilakukan percepatan waktu pelaksanaan secara rasional, dilakukan pentahapan pelaksanaan pekerjaan dikaitkan dengan kebutuhan arus kas serta kebutuhan sumberdaya lainnya, tentunya dengan tetap menjaga kualitas dan aspek kesehatan, keselamatan kerja. Dengan demikian maka realisasi pembangunan jembatan selat Sunda sebagai solusi alternative untuk meningkatkan arus barang dan jasa serta mendukung pengembangan perekonomian secara nasional dapat dipercepat.

5. USULAN PERKUATAN SOLUSI

Gegap gempita rencana pembangunan proyek Jem,batan Selat Sunda seolah pupus dikarenakan informasi tentang kapan waktu akan dimulainya pelaksanaan pembangunannya tidak kunjung m,enuju suatu kepastian.

Dari keterangan yang diberikan oleh pihak pemerintah, nampak bahwa salah satu kendalanya adalah aspek pendanaan atau aspek biaya proyek. Besarnya kebutuhan dana pembangunan yang mencapai sekitar 100 triliun rupiah memang merupakan beban yang sangat besar. Hal ini dibandingkan dengan kebutuhan dana untuk proyek Banjir kanal timur yang mencapai sekitar 35 triliun rupiah, dalam kenyataannya membutuhkan waktu pelaksanaan pemabngunan yang cukup lama bahkan hingga tahun 2o11 inipun belum sepenuhnya selesai. Untuk itu maka diusulkan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pembangunan proyek jembatan selat Sunda dilakukan secara bertahap. Sesuai dengan konfigurasi Kurva ”S” yang yang mengindikasikan kebutuhan dana pelaksanaan pembangunan dari waktu ke waktu, maka terlihat bahwa memang kebutuhan atau pengeluaaran dana untuk pelaksanaan pembangungan suatu proyek tidaklah dikeluarkan secara serentak tetapi secara bertahap.

b. Mengingat bangkitan ekonomi yang diperkirakan cukup besar sebagai akibat dibangunnya jembatan ini, maka volume arus barang dan penumpang yang melintasi jembatan ini juga akan meningkat. Hal ini akan memberikan daya tarik yang lebih tinggi bagi investor untuk dapat diajak bekerja sama melaui program kemitraan atau Public-Private Partnership

c. Secara fisik, item pekerjaan pada pembangunan proyek jembatan ini pun pelaksanaannya dapat pula dilakukan secara bertahap. Pada gambar rancang bangun yang ada misalnya, dapat saja dilakukan pentahapan pelaksanaan pembangunan pada item pekerjaan jalan rel kereta api. Dalam arti, ,pelaksanaan pemabngauna jalan rel ini dilakukan kemudian setelah dana yang mencukupi terkumpul. Tentu saja secara konstruksi, beberapa elemen yang memang sebaiknya sudah dibangun, seyogyanya juga sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan demikian maka kebutuhan biaya konstruksi untuk pembangunan tahap pertama ini relative lebih rendah dan dapat dipenuhi oleh ketersediaan dana yang ada. Hal ini dapat dilakukan manakala pentahapan itu sendiri tidak mengganggu atau mempengaruhi konsep transportasi barang dan penumpang untuk mana jembatan ini dimaksudkan.

d. Pada saat ini pemerintah telah menghitung lonjakan volume konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi terburuk tahun 2011 adalah 40,49 juta kiloliter naik 1.8 juta kiiloliter dari pagu awal 38,6 juta kiloliter. Dengan lonjakan konsumsi itu subsidi BBM tahun 2011 ini diproyeksikan akan menembus angka 117 triliun rupiah atau bertambah sekitar 22 triliun rupiah dari pagu awal. Sementara itu dari sur,vey Sosial Ekonomi Nasional taun 2009 dan Bank Dunia tahun 2011 menunjukkan setengah golongan berpenghasilan tertinggi mengonsumsi 84 persen BBM bersubsidi. Sebaliknya sepersepuluh warga termiskin hanya mengkonsumsi kurang dari 1 persen total BBM subsidi. Jadi, manfa,at subsidi BBM bagi masyarakat secara nasional terlihat kurang tepat sasaran. Apabila strategi pemerintah dalam alokasi subsidi BBM dapat dialihkan, maka sesungguhnya dana subsidi BBM untuk tahun 2011 ini saja sudah dapat memenuhi untuk keperluan membangun Jembatan Selat Sunda. Ditambah lagi dengan apabila kita memperhatikan pelaksanaan pembangunan jembatan dimaksud yang

(6)

tentunya dilakukan secara bertahap sehingga kebutuhan dananya juga dilakukan secara bertahap maka pengalihan dana subsidi BBM untuk tahun 2011 ini saja selain untuk pembangunan jembatan selat sunda, juga dapat dipergunakan untuk pembiayaan program pemerintah lainnya seperti bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat secara nasional.

6. KESIMPULAN

Solusi untuk mengatasi persoalan kemacetan pada penyeberanagn selat Sunda terdiri dari dua hal. Yang pertama adalah solusi jangka pendek meliputi penyeduai tariff dan pengalihan Ferry dari pelabuhan Surabaya dan penambahan jumlah dermaga. Sedangkan solusi jangka panjangnya adalah pembangunan jembatan selat Sunda yang dilakukan secara bertahap dengan sumber pembiayaan dari kerjasama kemitraan dengan pihak swasta atau dengan dana APBN yang dialokasikan dari dana subsidi BBM. Keberanian dan ketegasan dalam mengambil keputusan merupakan suatu keniscayaan. Karena seperti diakui oleh Presiden sendiri, yang menjadi hambatanekonomi adalah: Policy dan regulasi, kasus korupsi dan birokrasi yang kurang responsive.

DAFTAR PUSTAKA

Frederick Gould, Nancy E. Joyce (2006). Construction Project Management. John Wiley & Sons, Chichester, England.

Nokes, Sebastian (2007). The Definitive Guide to Project Management. Financial Times / Prentice Hall, London. Sidney Levy (2008). Project Management in Construction. Mc. Graw-Hill. England.

Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Gambar

Gambar 1 : Tumpukan Antrean Kendaraan di Merak            Gambar 2 : Antrean kendaraan jauh memanjang   2
Gambar 4 : Akibat kemacetan di Merak

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan kamera dengan baik - Jenis-Jenis Kamera - Mengoperasikan Kamera 4.11 Mengoperasikan jenis-jenis kamera dan alat bantu fotografi 6.11.1 Menjelaskan

Setelah semua temuan dan modifikasi perlu dilakukan percobaan untuk memastikan bahwa operasi kedua pembankgkit listrik sesuai yang diharapkan, untuk itu perlu dibuat

Oleh karena itu, untuk dapat bertahan hidup, Sacrophyton yang hidup secara mendominasi di wilayah ini memproduksi senyawa bioaktif sitotoksik cembranoid seperti

Olahraga / latihan jasmani pada PPOK ditujukan untuk meningkatkan otot pernapasan yaitu bagi penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada otot pernapasannya sehingga dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses mikroenkapsulasi perlakuan jenis bahan penyalut dan proporsi minyak buah merah memberikan pengaruh yang nyata (α =

yang dimiliki oleh kelima bank tersebut adalah 50.10% dari total asset perbankan nasional, dengan perincian Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 14%, Bank Central Asia (BCA) Tbk