• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survai Pemasaran Komoditas Perikanan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Survai Pemasaran Komoditas Perikanan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara KATA PENGANTAR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Laporan Marketing Study ini merupakan kajian awal mengenai profil perikanan dan pemasaran terkini di wilayah studi, yaitu Kota Ternate. Laporan ini berisikan tentang latar belakang, tujuan dan metode pelaksanaan kegiatan yang kemudian dideskripsikan melalui profil pemasaran Kota Ternate, kemudian dianalisis faktor-faktor kendala dan peluang pengembangannya, kemudian disampaikan rekomendasi strategi dan arahan program serta aktivitas prioritasnya.

Laporan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Marketing Study yang lain, yaitu Marketing Study Report untuk Kabupaten Yapen Kepulauan dan Kabupaten Merauke.

Semoga Laporan ini dapat bermanfaat, minimal dalam melihat profil awal tentang aspek pemasaran, kendala, peluang dan tantangannya.

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv

1. PENDAHULUAN ... 1

2. KEGIATAN DAN METODOLOGI ... 3

2.1. Tujuan ... 3

2.2. Pendekatan Rantai Nilai ... 3

2.3. Metodologi Rantai Nilai ... 3

3. KERANGKA KEBIJAKAN, REGULASI DAN KELEMBAGAAN ... 4

4. PROFIL PEMASARAN KOTA TERNATE ... 4

4.1. Keragaan Perikanan Kota Ternate... 4

4.2. Keragaan Pemasaran di Tingkat Kelurahan Penerima Manfaat ... 9

4.2.1. Keragaan Pasar di Kelurahan Sulamadaha ... 10

4.2.2. Keragaan Pasar di Kelurahan Moti ... 12

5. ISU STRATEGIS PELUANG DAN TANTANGAN PEMASARAN PRODUK PERIKANAN ... 13

5.1. Isu Strategis ... 13

5.1.1. Kota Ternate ... 13

5.1.2. Isu Strategis Lokal Tingkat Kelurahan ... 14

5.2. Peluang dan Tantangan ... 15

5.2.1. Pasar Global/Dunia ... 15

5.2.2. Pasar Nasional/Indonesia ... 15

5.2.3. Pasar Regional/Maluku Utara ... 15

5.2.4. Pasar Domestik/Kota Ternate ... 16

6. REKOMENDASI STRATEGI PEMASARAN PRODUK PERIKANAN... 16

6.1. Strategi Pemasaran Komoditas Perikanan Kota Ternate ... 16

6.2. Strategi Pemasaran Komoditas Perikanan Tingkat Kelurahan ... 17

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan Kota Ternate menurut jenis ikan tahun

2003-2012 ... 2

Tabel 2. Jumlah RTP, perahu, produksi dan nilai produksi, harga dan produktivitas perikanan per unit upaya menurut kecamatan di Kota Ternate ... 5

Tabel 3. Deskripsi analisis usaha per unit penangkapan huhate di Kota Ternate ... 9

Tabel 4. Deskripsi analisis usaha per unit penangkapan purse seine di Kota Ternate ... 9

Tabel 5. Matriks komparasi informasi tingkat kelurahan dan kota ... 9

Tabel 6. Ringkasan detail informasi keragaan pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Sulamadaha ... 9

Tabel 7. Ringkasan detail informasi keragaan pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Moti Kota ... 12

Tabel 8. Isu-isu strategis lokal di Kelurahan Sulamadaha dan Kelurahan Moti Kota ... 14

Tabel 9. Strategi pemasaran produk perikanan di Kelurahan Sulamadaha ... 18

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Distribusi daerah pemasaran dan volume produk perikanan Kota Ternate

pada tahun 2008-2012 ... 6

Gambar 2. Distribusi daerah pemasaran dan volume produk perikanan Kota Ternate

menurut jenis pada tahun 2008-2012 ... 6

Gambar 3. Saluran distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate ... 6

Gambar 4. Daerah distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate ... 6

Gambar 5. Perkembangan produksi ikan layang menurut bulan pada periode tahun

2008-2012 ... 8

Gambar 6. Perkembangan produksi ikan cakalang menurut bulan pada periode tahun

2008-2012 ... 8

Gambar 7. Gambaran hubungan produksi ikan layang dengan ikan Cakalang, Tongkol

dan Madidihang tahun 2012... 9

Gambar 8. Pola kerjasama kelembagaan produksi, pengolahan dan pemasaran produk

(6)

SURVAI PEMASARAN KOMODITAS PERIKANAN

KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

1. PENDAHULUAN

Kota Ternate merupakan salah satu wilayah perkotaan yang secara administratif berada di wilayah Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate memang memiliki sifat spesifik, yaitu memiliki beberapa pulau kecil dengan berbagai karakteristiknya. Secara geografis, Ternate merupakan pulau kecil yang dikelilingi oleh lautan, dengan luas wilayah laut mencapai 903,73 km2 atau mencakup 95,67% dan Darat : 4,33 %. Wilayah Kota Ternate berbatasan dengan Laut Maluku, Laut Pasifik, dan Selat Halmahera, merupakan daerah migrasi ikan tuna dan cakalang. Hal ini memberi peluang besar terhadap usaha bidang Kelautan dan Perikanan. Selain itu, di wilayah Kota Ternate terdapat berbagai potensi sumberdaya alam yang bernilai ekonomis penting seperti, ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan sumberdaya perikanan dengan perkembangan yang relatif meningkat setiap tahunnya sebesar 14,61%.

Kota Ternate merupakan kota agribisnis & mandiri kelautan perikanan, memiliki 95% diversitas sumberdaya laut, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, species endemik yang langka dengan garis pantai 124 Km, memiliki 8 Buah Pulau, terdiri dari 5 pulau berpenghuni dan 3 tidak berpenghuni, SDM aparatur berjumlah, 3000 nelayan, 107 pengolah, 176 pemasar ikan dan 32 pembudidaya ikan yg bermotivasi maju dan mandiri. MSY (Maximum Sustainable Yield/Potensi Lestari) sumberdaya ikan di wilayah Kota Ternate tercatat sebesar 517.000 ton/tahun, dengan JTB (Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan) mencapai 414.092 ton/tahun. Hingga tahun dengan tahun 2012, total tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Kota Ternate baru mencapai 29,05% dari potensi MSY yang dimiliki. Produksi perikanan tangkap tahun 2012 yang didaratkan di dua Pelabuhan Perikanan Kota Ternate sebanyak 18.439,59 ton, terdiri dari pendaratan melalui PPN Ternate sebanyak 6.836,91 ton dan PPI Dufa Dufa sebesar 18.128,92 ton. Konsumsi ikan per kapita untuk tahun 2012 adalah 42,46 kg merupakan potensi pasar domestik yang tinggi dan Indeks Pembangunan Manusia Kota Ternate tahun 2012 yang mencapai 77,62 juga menunjukkan bahwa Kota Ternate tidak kalah dengan kota-kota lain di pulau Jawa yang memiliki IPM lebih dari 75.

Perkembangan produksi ini masih terasa kecil terhadap perekonomian daerah dibandingkan dengan sub-sektor lainnya. Kontribusi sektor perikanan bagi PDRB secara keseluruhan di Kota Ternate dalam lima tahun terakhir hanya rata-rata sebesar 2,64% terhadap harga berlaku dan 1,99% terhadap harga konstan. Untuk itu perlu ada pengelolaan yang baik dan berkelanjutan yang didukung oleh adanya kajian pemasaran yang baik, sehingga kontribusi terhadap perekonomian daerah dapat meningkat dan di sisi lain dapat meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan nelayan dan mengurangi angka pengangguran serta kemiskinan yang ada di Kota Ternate. Perkembangan produksi hasil perikanan tersebut merupakan data hasil produksi dari setiap alat tangkap yang beroperasi di Kota Ternate. Volume produksi dari 10 alat penangkapan ikan dominan yang dioperasikan di perairan Kota Ternate menunjukkan bahwa pada tahun 2009 produksi alat tangkap pole and line memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 7.477,30 ton dengan rata-rata peningkatan dalam lima tahun terakhir sebesar 28,66%, disusul kemudian oleh alat tangkap purse seine yaitu sebesar 2.252,70 ton dengan peningkatan sebesar 37,41%.

(7)

Produksi dari berbagai alat tangkap menghasilkan tangkapan beberapa ikan pelagis seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), layang (Decapterus lajang), dan tongkol (Auxis thazard). Selain itu juga masih terdapat beberapa perikanan pelagis kecil lainnya yang ditangkap walaupun memiliki produktivitas yang rendah. Sedikitnya terdapat 27 jenis ikan yang sering ditangkap oleh nelayan di wilayah Kota Ternate. Keseluruhan jenis ikan yang ditangkap tersebut didominasi oleh cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan volume produksi sebesar 7.778,3 ton, diikuti kemudian oleh layang (Decapterus spp) sebesar 2.429,3 ton, dan teri (Stolephorus spp) sebesar 1.750.50 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate, 2010). Tabel berikut ini menyajikan perkembangan produksi perikanan menurut jenis di Kota Ternate tahun 2003-2012.

Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan Kota Ternate menurut jenis ikan tahun 2003-2012

No Kelompok Ikan Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012*

I. Demersal Besar 1 Manyung (demersal

besar/utama) 1621,3 1617,7 1745,3 1759,2 1877,3 2725,3 2873,8 2882,7 3111,1 3327,4 2 Kakap(Demersal besar) 97,8 111,8 122,6 119,6 123,8 122,3 125,1 125,7 132,8 135,9 3 Pari (Demersal besar) 613,4 642,4 731,8 792,5 1003,2 1341,3 1563,7 1245,1 1584,6 1716,3 4 Bawal Hitam (Demersal

besar) 1011,2 1017,2 1028,3 1035,2 1094,5 1130,2 1250,1 1328,6 1312,9 1357,5 5 Bawal Putih (Demersal

besar) 513,5 550,7 564,5 568,2 578,6 617,9 725,6 789,3 773,0 808,4

6 Kuro/Senangin

(Demersal besar) 127,4 131,2 138,4 138,6 112,0 138,7 182,6 213,6 192,5 202,5 Jumlah 3984,6 4071,0 4330,9 4413,3 4789,4 6075,7 6720,9 6585,0 7106,9 7548,1 II. Demesal Kecil

7 Peperek (demesal kecil

) 1421,3 1432,7 1455,5 1562,5 1418,3 1460,4 1572,6 1570,2 1573,1 1592,3 8 Layur(Demersal kecil) 456,8 478,3 484,2 493,2 494,5 517,6 565,6 688,3 637,9 663,6 Jumlah 1878,1 1911,0 1939,7 2055,7 1912,8 1978,0 2138,2 2258,5 2211,0 2255,9 III. Pelagis Besar

9 Cucut (pelagis besar) 1787,6 1814,1 1820,5 1813,2 1866,2 1922,3 2067,7 2088,3 2097,4 2141,8 10 Tenggiri papan (pelagis

besar) 758,1 763,8 786,6 820,4 970,5 1002,6 1125,6 1232,6 1250,1 1320,7 11 Tenggiri (pelagis besar) 751,5 754,6 757,4 764,2 776,5 813,7 892,7 921,9 914,7 939,2 Jumlah 3297,2 3332,5 3364,5 3397,8 3613,2 3738,6 4086,0 4242,8 4262,2 4401,7 IV. Pelagis Kecil

12 Cakalang/Tongkol

(pelagis kecil) 5717,4 6073,7 5811,5 6213,7 6784,1 7434,5 7477,3 7778,3 8101,5 8421,6 13 Selar (pelagis kecil) 1011,7 1121,2 1310,2 1546,1 1696,9 1825,5 1921,5 2114,4 2287,2 2446,9 14 Teri (pelagis kecil) 1523,8 1548,5 1569,5 1577,9 1608,6 1638,9 1739,2 1750,5 1768,5 1801,6 15 kembung (pelagis kecil) 447,7 455,3 459,5 460,3 481,5 508,7 578,8 600,3 598,4 620,4 Jumlah 8700,6 9198,7 9150,7 9798,0 10571,1 11407,6 11716,8 12243,5 12755,6 13290,5 V. Udang, Kepiting, Kerang,Cumi 16 Udang putih/jerbung (ekspor) 9,3 9,7 10,6 13,8 13,0 15,3 15,5 15,7 17,5 18,6 17 Udang dogol 751,4 750,0 753,6 760,8 773,0 792,0 855,1 912,6 889,0 910,2 18 Udang lainnya 1735,6 1752,8 1787,8 1811,3 1832,6 1882,7 2004,4 2143,8 2105,7 2158,4 19 Kepiting bakau 195,3 195,8 200,3 201,8 205,4 217,8 241,0 272,0 260,1 269,8 20 Kerang darah 211,6 211,8 214,9 217,4 220,2 229,6 259,8 272,2 267,8 276,2 21 Cumi-Cumi 9,2 9,3 8,5 11,9 10,2 13,6 13,3 15,0 15,4 16,2 Jumlah 2912,4 2929,4 2975,7 3017,0 3054,4 3151,0 3389,1 3631,3 3555,4 3649,4 Total 20772,9 21442,6 21761,5 22681,8 23940,9 26350,9 28051,0 28961,1 29891,1 31145,7

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate (2010)

(8)

2. KEGIATAN DAN METODOLOGI

Pada survai pasar ini, anggota tim melakukan wawancara dengan pelaku kegiatan ekonomi di lokasi studi, yaitu Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Kegiatan survei pasar ini dilakukan pada bulan November 2013. Pelaku kegiatan ekonomi yang menjadi responden terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, pedagang pengumpul, pedagang pengecer lokal, pedagang antar pulau, pengusaha pengolahan produk perikanan. Anggota tim juga melakukan wawancara dengan perusahaan pengolahan produk perikanan yang ada di Benoa – Bali, Surabaya, dan Jakarta untuk memperoleh informasi mengenai jenis ikan, harga, dan volume kebutuhan bahan baku perusahaan.

2.1. Tujuan

Tujuan umum survei pasar ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai rantai nilai beberapa jenis komoditas pilihan dari lokasi kajian di Kota Ternate. Hal-hal yang dipelajari secara mendalam diantaranya yaitu:

a) Produksi, nilai produksi dan harga komoditas perikanan.

b) Saluran pemasaran dan distribusi pemasaran produk perikanan termasuk pelaku yang terlibat, hubungan antar pelaku pemasaran.

c) Karakteristik segmen pasar untuk produk/komoditas pilihan.

d) Tingkat teknologi produksi yang dilakukan oleh nelayan dan pembudidaya ikan serta pengolah produk perikanan.

e) Kegiatan penanganan dan pengolahan komoditas perikanan oleh para pelaku ekonomi. f) Ketersediaan bantuan teknis dan bantuan keuangan bagi pelaku usaha perikanan. g) Isu-isu terkait distribusi dan logistik pemasaran produk perikanan.

h) Isu kebijakan dan peraturan terkait dengan usaha perikanan.

2.2. Pendekatan Rantai Nilai

Pendekatan rantai nilai produk perikanan dalam kajian ini akan memperhatikan hal-hal berikut:

a) Koordinasi dan kerjasama antar pelaku usaha perikanan dengan pelaku pemasaran. b) Hubungan antara pelaku usaha perikanan.

c) Distribusi manfaat diantara pada pelaku ekonomi pemasaran produk perikanan.

d) Pembelajaran dan inovasi untuk meningkatkan kreativitas dan keberlanjutan daya saing.

2.3. Metodologi Rantai Nilai

Pendekatan rantai nilai akan mempelajari hambatan dan peluang untuk meningkatkan daya saing pelaku usaha perikanan di daerah kajian dalam memasuki pasar nasional dan pasar internasional. Terdapat 5 hal yang didalami yaitu:

a) Peluang di pasar konsumen akhir.

b) Dukungan kondisi lingkungan (nasional dan internasional). c) Kerjasama antar pelaku usaha baik horizontal maupun vertikal. d) Fungsi pendukung yaitu keuangan, penyuluhan, dan lain-lain e) Peningkatan kapasitas pelaku usaha.

(9)

3. KERANGKA KEBIJAKAN, REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Pengembangan rantai nilai yang akan dilakukan melalui kegiatan survai pasar ini tentunya harus mengacu pada kebijakan dan regulasi yang berlaku. Regulasi yang terkait dengan pengembangan rantai nilai diantaranya yaitu:

a) UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

b) UU No 49 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. c) UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan.

d) Permen KP No 01/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Pemasaran

4. PROFIL PEMASARAN KOTA TERNATE

4.1. Keragaan Perikanan Kota Ternate

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate (2012) menyebutkan bahwa Kecamatan Pulau Moti mempunyai sejumlah RTP dan kapal yang lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Ternate, kendatipun produktivitas alat tangkap per tahunnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Tabel 2 berikut ini menyajikan jumlah RTP, perahu, produksi dan nilai produksi, harga dan produktivitas perikanan per unit upaya menurut kecamatan di Kota Ternate.

Tabel 2. Jumlah RTP, perahu, produksi dan nilai produksi, harga dan produktivitas perikanan per unit upaya menurut kecamatan di Kota Ternate

Kecamatan RTP/ Perusahaan Perahu/ Kapal Produksi Produktivitas/tahun Volume (ton) Nilai Rp. (1000) Harga Produk (Rp. per Kg) ton/ RTP ton/ kapal Ternate Utara 431 432 3699,67 43700509,04 11812,00 8,58 8,56 Ternate Selatan 343 334 3596,7 45713272,68 12709,78 10,49 10,77 Ternate Tengah 239 238 1327,35 15871018,31 11956,92 5,55 5,58 Pulau Ternate 401 386 2666,93 30930399,8 11597,75 6,65 6,91 Moti 543 521 2607,78 29710497,05 11393,02 4,80 5,01 Batang Dua 323 307 2264,91 26199528,7 11567,58 7,01 7,38 Pulau Hiri 330 328 2302,4 26053020,71 11315,59 6,98 7,02 Kota Ternate 2610 2546 18465,74 218178246,3 11815,30 7,07 7,25

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate, 2012.

Distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate tersebar hingga ke Bitung, Jakarta, Surabaya dan Makassar. Volume produk perikanan tertinggi dan secara kontinyu didistribusi ke wilayah Jakarta, sedangkan daerah lainnya relatif besarannya. Gambar 1 berikut ini adalah distribusi daerah pemasaran dan volumenya pada tahun 2012, sedangkan Gambar 2 menunjukkan distribusi pemasaran produk perikanan per jenis ikan pada tahun 2012.

(10)

Gambar 1. Distribusi daerah pemasaran dan volume produk perikanan Kota Ternate pada tahun 2008-2012

Gambar 2. Distribusi daerah pemasaran dan volume produk perikanan Kota Ternate menurut jenis pada tahun 2008-2012

14 288 368 105 217 356 144 456 130 75 32 185 101 128 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2008 2009 2010 2011 2012 Bitung Jakarta Surabay Makassar 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 B IT UN G J A K A R TA S U R A B A Y A MA K A S A R B IT UN G J A K A R TA S U R A B A Y A MA K A S A R B IT UN G J A K A R TA S U R A B A Y A MA K A S A R B IT UN G J A K A R TA S U R A B A Y A MA K A S A R B IT UN G J A K A R TA S U R A B A Y A Mak a s s a r 2008 2009 2010 2011 2012 - - - - 1.0 - 16.0 - 14.391 16.80 61.464 - - - - - 0 38.0 75.0 - - 65.0 - - 13.0 - 39.50 - - - 13.90 25.10 129.50 - - 38.0 - - - 72.0 - - 136.80 40.758 17.840 110.240 183.420 - - - - - - 113.0 - - 131.70 - 82.570 - 243.830 140.550 13.0 - - - - - - 39.0 - - - 1.20 - - - - 26.206 19.0 - 80.30 - - - 101.50 - - - 104.90 31.60 - - - 28.60 - - 115.540 - 108.853 V OLU M E D A L A M T ON Madidihang

Cakalang (Skipjack tuna) Tongkol (Fregate tuna) Layang (Indian scad) Kakap

Kerapu Kembung TUNA LOIN

(11)

Saluran dan daerah distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate secara diagram dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Pemasaran produk perikanan dari nelayan umumnya disalurkan langsung dari nelayan (armada penangkapan ikan) kepada konsumen, akan tetapi ada juga yang melalui pedagang kecil, restoran, pasar dan sebagainya, hingga pada akhirnya sampai pada konsumen akhir.

Gambar 3. Saluran distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate

Gambar 4. Daerah distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate

Daerah distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate umumnya terjadi dari nelayan dijual di wilayahnya sendiri, kemudian ada juga yang dijual ke Jakarta, Bitung, Makassar, Surabaya dengan atau tanpa melalui Kota Ternate sebelum sebagian yang lain dijual ekspor,

Tuna, tongkol dan cakalang (TTC) merupakan produk unggulan Kota Ternate. Secara umum, karakteristik/keragaan produk ini dapat disajikan pada suatu grafik yang menggambarkan perkembangan ikan layang yang juga merupakan rantai makanan dari produk TTC (Gambar 3), sedangkan hubungan ikan cakalang dapat dilihat pada Gambar 4. Adapun Gambar 5 menunjukkan hubungan produksi ikan layang dan TTC tahun 2013.

(12)

Gambar 5. Perkembangan produksi ikan layang menurut bulan pada periode tahun 2008-2012

Gambar 6. Perkembangan produksi ikan cakalang menurut bulan pada periode tahun 2008-2012 0 50 100 150 200 250 300 350 400 2012 2009 2008 2011 2010 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2012 2009 2008 2011 2010

(13)

Gambar 7. Gambaran hubungan produksi ikan layang dengan ikan Cakalang, Tongkol dan Madidihang tahun 2012

Tingginya minat nelayan Kota Ternate untuk mendapatkan manfaat maksimal dari sumberdaya ikan yang ada di sekitarnya tentu memerlukan investasi pengembangan yang tidak sedikit. Akan tetapi, perlu kiranya dikaji kelayakan investasi industri perikanan tangkap sesuai dengan karakteristik sumberdaya dan kemampuan nelayan setempat. Dalam hal ini terdapat 2 alternatif pengembangan investasi penangkapan ikan di Kota Ternate, yaitu (1) unit penangkapan huhate (Pole and Line) di Kota Ternate dan (2) unit penangkapan purse seine di Kota Ternate.

Tabel 3. Deskripsi analisis usaha per unit penangkapan huhate di Kota Ternate

No Komponen Jumlah (Rp./tahun) Keterangan

I Investasi 23,057,500

II Total Penerimaan 72,000,000

III Total Pengeluaran 61,075,321

1. Biaya Tetap 3,748,571

2. Biaya Tidak Tetap 806,750

3. Biaya Ekstraksi 54,720,000

4. Biaya Retribusi 1,800,000

IV Analisis Usaha

Keuntungan 10,924,679 Layak

R/C Ratio 1.18 Layak

Periode Pengembalian 2.11 Layak

V Kelayakan Finansial NPV (10%) 41,224,107 Layak Net BC 2.08 Layak 0 200 400 600 800 1,000 1,200 Layang Cakalang Tongkol Madidihang

(14)

Tabel 4. Deskripsi analisis usaha per unit penangkapan purse seine di Kota Ternate

No Komponen Jumlah (Rp./tahun) Keterangan

I Investasi 44,887,125

II Total Penerimaan 108,000,000

III Total Pengeluaran 80,157,946

1. Biaya Tetap 5,354,946

2. Biaya Tidak Tetap 3,415,000 3. Biaya Ekstraksi 68,688,000

4. Biaya Retribusi 2,700,000

IV Analisis Usaha

Keuntungan 27,842,054 Layak

R/C Ratio 1.35 Layak

Periode Pengembalian 1.61 Layak

V Kelayakan Finansial

NPV (10%) 136,225,048 Layak

Net BC 3.06 Layak

4.2. Keragaan Pemasaran di Tingkat Kelurahan Penerima Manfaat IFAD

Penerima manfaat IFAD di Kota Ternate sampai saat ini (Oktober 2013) baru sebanyak 3 (tiga) kelurahan, dimana dalam survei kali ini kelurahan penerima manfaat IFAD yang dijadikan sebagai daerah studi adalah Kelurahan Salamadaha dan Kelurahan Moti Kota. Sebagai pembanding, juga dilakukan survei ke kelurahan yang bukan penerima manfaat, yaitu Kelurahan Dorariisa dan Kelurahan Afe Taduma. Selain itu, untuk melihat bagaimana produk-produk unggulan ini bersinergi dengan produk-produk-produk-produk utama dari Kota Ternate, maka informasi mengenai produk-produk unggulan juga dilakukan kepada daerah Kota Ternate.

Informasi dari masing-masing kelurahan penerima manfaat dan non penerima manfaat dihasilkan melalui FGD di masing-masing kelurahan. Peserta FGD pada kelurahan penerima manfaat melibatkan para nelayan, kelompok ibu-ibu pengolah dan kelompok infrastruktur, sedangkan pada kelurahan yang bukan penerima manfaat melibatkan kelompok nelayan, pengolah dan tokoh masyarakat setempat. Adapun informasi untuk tingkat Kota Ternate dilakukan melalui wawancara eksklusif dengan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate. Tabel 5 berikut ini menyajikan matrik komparasi yang merupakan ringkasan informasi berdasarkan hasil FGD dan wawancara eksklusif.

Tabel 5. Matriks komparasi informasi tingkat kelurahan dan kota

No Substansi Kelurahan

Sulamadaha * Moti Kota *

Kelurahan Dorariisa ** Afe Taduma ** Kota Ternate 1 Produk Unggulan Lokal Ikan Cakalang Ikan Dasar (Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe) Ikan Cakalang Ikan Dasar (Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe) Tuna, Tongkol dan Cakalang (TTC)

Ikan Dasar (Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe)

Ikan Pelagis Kecil (Julung dan Sardin) Ikan Dasar (Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe) Ikan Pelagis Kecil

Kecap Manis dan Asin dari Ikan

(15)

No Substansi Kelurahan

Sulamadaha * Moti Kota *

Kelurahan Dorariisa **

Afe Taduma

** Kota Ternate

Ikan Asap "Fufu" Ikan Asap "Wayang"

Ikan Asap

"Wayang" Ikan Asin

Ikan Asap (Cakalang) Abon Ikan "Grampati" Abon Ikan "Grampati" Abon Ikan "Grampati" Abon Ikan (Cakalang) 2 Daerah Pemasaran

Lokal dan Kota Ternate Lokal, P. Tidore, P. Makian, dan Kota Ternate Lokal dan Kota Ternate Lokal dan Kota Ternate Manado (via Bitung), Makassar dan Surabaya 3 Saluran

Pemasaran Pasar Kota Ternate

Pedagang Kecil di Pulau Moti Pasar Kota Ternate Pasar Kota Ternate Pedagang Besar di Kota Ternate 4 Margin Pemasaran (margin harga per kg antar saluran distribusi) Rp.5000 Rp.10.000 Rp.10.000 Rp.10.000 - 5 Kapasitas Alat Produksi Kecil dan Tradisional Kecil dan Tradisional Kecil dan Tradisional Kecil dan Tradisional Sedang dan Semi Modern 6 Permasalahan Pemasaran

Skala kecil Skala kecil Skala kecil Skala kecil

Kekurangan mitra usaha eksportir luar Pasar terbatas Pasar terbatas Pasar terbatas Pasar terbatas

Fasilitas dan infrastruktur belum memadai Transportasi antar pulau kurang memadai Infrastruktur dan perhubungan terbatas Sumber: Hasil wawancara, FGD dan analisis ahli.

Keterangan: * Kelurahan penerima manfaat ** Kelurahan bukan penerima manfaat

Berdasarkan informasi yang muncul pada saat FGD dan wawancara, diperoleh informasi bahwa produk unggulan Kota Ternate seperti disampaikan Kepala Dinas Perikanan Kota Ternate masih mengikuti program KKP pusat, yaitu berfokus pada pengembangan produksi komoditas tuna, tongkol, cakalang (TTC). Ekspor ketiga produk perikanan ini belum dilakukan secara langsung dari Kota Ternate dan daerah tata niaga untuk ekspor lebih banyak dilakukan melalui Kota Bitung, sebagian dilakukan melalui Makassar dan Surabaya, serta Jakarta, dimana produk yang diekspor merupakan produk yang dikerjasamakan antara pelaku usaha di Ternate dan Bitung serta Makassar, Surabaya dan Jakarta.

Transprortasi yang digunakan oleh pedagang besar yang mengekspor komoditas perikanan masih mengandalkan kelas reguler ferry, terutama khusus untuk yang melalui Bitung. Namun demikian, untuk pasar lokal Kota Ternate sendiri, produk perikanan olahan sudah ada yang merambah dan dipasarkan melalui super market/swalayan di Kota Ternate, seperti abon, kecap (manis dan asin) dan ikan asin, sementara produk ikan asap, ikan wayang ikan tore dan produk lainnya masih dipasarkan di pasar lokal di sekitar pulau Moti dan pulau Hiri atau sebagian dijual ke pasar Gamalama di pulau Ternate. Keragaan pasar di tingkat kelurahan secara rinci dapat dilihat pada sub-sub bab berikut ini.

4.2.1. Keragaan Pasar di Kelurahan Sulamadaha

Seperti telah disebutkan dalam bentuk ringkasan matrik komparasi pada Tabel 5, maka dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil FGD di Kelurahan Sulamadaha, produk unggulan lokal yang disepakati dan menjadi trademark-nya Kelurahan Sulamadaha adalah Ikan Cakalang, Ikan Dasar (seperti Kerapu, Kakap, Baronang dan Kuwe), Ikan asap “Fufu” dan Abon Ikan

(16)

“Grampati”. Produk-produk ini merupakan produk yang saat ini memang diproduksi oleh para penerima manfaat pada khususnya serta nelayan dan pengolah ikan pada umumnya di Kelurahan Sulamadaha.

Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan sebagian besar di Pasar Gamalama Kota Ternate. Saluran pemasaran yang digunakan untuk menghantarkan produk ke konsumen akhir dilakukan dengan menjual sendiri langsung komoditas dimaksud ke konsumen akhir yang berada di Pasar Gamalama, terkecuali untuk produk-produk olahan seperti ikan asap “Fufu” dan abon ikan”Grampati”. Tidak ada margin pemasaran (tingkat harga) per kilogram antar saluran pemasaran, kecuali untuk ikan asap “Fufu” yaitu sebesar Rp.5.000 dan sebesar Rp.10.000 untuk abon ikan “grampati”.

Kapasitas dan alat produksi yang digunakan oleh nelayan pengolah ikan di Kelurahan Sulamadaha masih tergolong kecil dan tradisional. Armada penangkapan ikan yang dimiliki pada nelayan di kelurahan ini relatif bersikar antara 2-5 GT saja, dengan kekuatan mesin sebesar 9-18 PK dan dengan alat tangkap jaring dan pancing biasa. Demikian halnya dengan teknologi pengolahan perikanan yang dilakukan masih sangat sederhana dan tradisional, dengan alat olahan praktis tanpa alat bantu mesin.

Adapun permasalahan pasar yang muncul dalam FGD adalah bahwa nelayan dan pengolah komoditas perikanan adalah persoalan modal usaha yang relatif terbatas sehingga produksi yang dihasilkan masih sangat tergantung dari banyaknya pesanan produk, terutama untuk produk olahan seperti ikan asap “Fufu” dan abon ikan “Grampati”. Rendahnya produksi ini juga diakibatkan oleh sulitnya pasar, sehingga nelayan dan pengolah ikan sangat membatasi jumlah produksinya agar seoptimal mungkin hanya dapat memenuhi permintaan saja. Tabel 6 berikut ini menyajikan informasi detail tentang masing-masing komoditas unggulan yang disepakati dalam FGD.

Tabel 6. Ringkasan detail informasi keragaan pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Sulamadaha

No Substansi Ikan Cakalang

Ikan Dasar (Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe)

Ikan Asap "Fufu" Abon Ikan "Grampati"

1 Produktivitas

(Kg/bulan/individu) 240 120 80 25

2 Harga (Rp/kg) Rp.20.000-25.000 Rp.15.000-20.000 Rp.25.000 Rp.95.000 3 Daerah Pemasaran Kota Ternate Kota Ternate Kota Ternate Kota Ternate 4 Saluran Pemasaran Langsung di

Pasar Gamalama Langsung di Pasar Gamalama Langsung di Pasar Gamalama, Pedagang Kecil Langsung di Pasar Gamalama, Pedagang Kecil 5 Margin Pemasaran (margin harga per kg antar saluran distribusi)

- - Rp.5.000 Rp.10.000

6 Kapasitas Alat Produksi

Skala kecil dan tradisional

Skala kecil dan tradisional

Skala kecil dan tradisional

Skala kecil dan tradisional

7 Permasalahan Pemasaran

Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai Sumber: Hasil wawancara, FGD dan analisis ahli.

(17)

4.2.2. Keragaan Pasar di Kelurahan Moti Kota

Seperti telah disebutkan dalam bentuk ringkasan matrik komparasi pada Tabel 5, maka dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil FGD di Kelurahan Moti Kota, produk unggulan lokal yang disepakati dan menjadi trademark-nya Kelurahan Moti Kota adalah Ikan Dasar (seperti Kerapu, Kakap, Baronang dan Kuwe), Ikan Pelagis Kecil (Julung dan Sardin), Ikan asap “Wayang” dan Abon Ikan “Grampati”. Produk-produk ini merupakan produk yang saat ini memang diproduksi oleh para penerima manfaat pada khususnya serta nelayan dan pengolah ikan pada umumnya di Kelurahan Moti Kota.

Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan sebagian besar di pasar lokal kelurahan melalui pola perdagangan keliling kampung dengan menggunakan alat bantu sepeda motor dan keranjang. Jika pasar lokal setempat telah dipenuhi, maka sebagian lainnya kemudian dapat dijual ke sekitar pulau Tidore, pulau Makian dan Kota Ternate. Saluran pemasaran yang digunakan untuk menghantarkan produk ke konsumen akhir dilakukan menjual sendiri langsung komoditas dimaksud konsumen akhir dan atau menjualnya terlebih dahulu kepada pedagang kecil yang ada di sekitar Pulau Moti. Margin pemasaran (tingkat harga) per kilogram antar saluran pemasaran berkisar antara Rp.2.000-3.000 untuk ikan segar, sebesar Rp. 5.000 untuk ikan asap “Wayang” dan sebesar Rp.10.000 untuk abon ikan “grampati”.

Kapasitas dan alat produksi yang digunakan oleh nelayan pengolah ikan di Kelurahan Moti Kota masih tergolong kecil dan tradisional. Armada penangkapan ikan yang dimiliki pada nelayan di kelurahan ini relatif bersikar antara 1-2 GT saja, dengan kekuatan mesin sebesar 7-12 PK dan dengan alat tangkap jaring dan pancing biasa. Demikian halnya dengan teknologi pengolahan perikanan yang dilakukan masih sangat sederhana dan tradisional, karena produksinya memang masih sangat minim.

Adapun permasalahan pasar yang muncul dalam FGD adalah bahwa nelayan dan pengolah komoditas perikanan adalah persoalan modal usaha yang relatif terbatas sehingga produksi yang dihasilkan masih sangat tergantung dari banyaknya pesanan produk, terutama untuk produk olahan seperti ikan asap “Wayang” dan abon ikan “Grampati”. Rendahnya produksi ini juga diakibatkan oleh sulitnya pasar, sehingga nelayan dan pengolah ikan sangat membatasi jumlah produksinya agar seoptimal mungkin hanya dapat memenuhi permintaan saja. Tabel 7 berikut ini menyajikan informasi detail tentang masing-masing komoditas unggulan yang disepakati dalam FGD.

Tabel 7. Ringkasan detail informasi keragaan pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Moti Kota

No Substansi

Ikan Dasar (Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe)

Ikan Pelagis Kecil (Julung dan Sardin) Ikan Asap "Wayang" Abon Ikan "Grampati" 1 Produktivitas (Kg/bulan/individu) 100 150 75 15 2 Harga (Rp/kg) Rp.10.000-15.000 Rp.5.000-8.000 Rp.20.000 Rp.90.000 3 Daerah Pemasaran Lokal, P. Tidore, P. Makian, dan Kota Ternate Lokal, P. Tidore, P. Makian, dan Kota Ternate

Lokal, P. Tidore, P. Makian, dan Kota Ternate

Lokal, P. Tidore, P. Makian, dan Kota Ternate

4 Saluran Pemasaran Langsung, Pedagang Kecil Langsung, Pedagang Kecil Langsung, Pedagang Kecil Langsung, Pedagang Kecil 5 Margin Pemasaran (margin harga per kg antar saluran distribusi)

(18)

No Substansi

Ikan Dasar (Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe)

Ikan Pelagis Kecil (Julung dan Sardin) Ikan Asap "Wayang" Abon Ikan "Grampati"

6 Kapasitas Alat Produksi Skala kecil dan tradisional

Skala kecil dan tradisional

Skala kecil dan tradisional

Skala kecil dan tradisional

7 Permasalahan Pemasaran

Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai

Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai Keterbatasan modal dan pasar, transportasi antar pulau kurang memadai Sumber: Hasil wawancara, FGD dan analisis ahli.

5. ISU STRATEGIS, PELUANG DAN TANTANGAN PEMASARAN PRODUK

PERIKANAN

5.1. Isu Strategis 5.1.1. Kota Ternate

Potensi sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Kota Ternate belum dimanfaatkan secara optimal serta kurang mendapat perhatian karena pada umumnya terpencil, akses yang sulit serta sarana dan prasarana terbatas. Sementara wilayah ini mempunyai manfaat penting baik ekspor, perdagangan antar pulau maupun lokal termasuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Pulau-pulau kecil umumnya mempunyai aksesibilitas yang rendah sehingga semakin tertinggal dari jangkauan pembangunan meskipun keberadaannya sangat strategis untuk berbagai sektor pembangunan.

Perikanan Kota Ternate sebagaimana perikanan Indonesia pada umumnya masih sangat tergantung dengan produksi ikan hasil tangkapan di laut yang berhadapan dengan isu strategis dan aktualnya, yaitu over fishing dan under fishing, kerusakan habitat, mutu hasil tangkapan, IUU fishing (Illegal, un-reported and un-regulated fishing), dan penjualan ikan di laut.

Sebagai salah satu kantong produksi perikanan, Kota Ternate belum memiliki Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP), baik RPP berdasarkan jenis alat tangkap atau jenis ikan maupun wilayah penangkapan, yang mengacu kepada prinsip sustainability dan ekosistem perairan serta kepentingan sosio-ekonomi para pengguna sesuai dengan komitmen internasional mengenai perikanan. Aturan aturan lokal di Kota Ternate tentang penangkapan ikan yang berlaku di masyarakat setempat secara kelembagaan belum mampu mengakomodir seluruh kepentingan nelayan. Keterbatasan kemampuan nelayan tradisional (kapal tangkap dibawah 5 GT, jauhnya tempat penjualan ikan mendorong nelayan menjual hasil tangkapan pada pengumpul ditengah laut, rendahnya akses nelayan akan fasilitas pembiayaan, konflik internal antar nelayan).

Beberapa persoalan produksi juga menghantui pengembangan pemasaran produk perikanan, padahal kontinyuitas dalam penyediaan barang/produk merupakan salah satu syarat mutlak kekuatan pemasaran. Kendala produksi yang dimaksud diantaranya: (1) armada perikanan tangkap masih relatif sedikit sehingga produksi ikan relatif masih rendah, (2) keterbatasan penyediaan fasilitas pendukung untuk menjaga kualitas ikan sehingga banyak ikan hasil tangkapan yang tidak tertampung, (3) industri perikanan Kota Ternate masih belum berkembang sehingga sebagian nelayan langsung memasarkan ikan-ikan tertentu yang layak ekspor ke daerah lain seperti Bitung, Jakarta, Surabaya, dan Makasar, (4) keterbatasan dalam

(19)

memberikan ketersediaan es, dan (5) nelayan kesulitan mencari sparepart untuk perawatan mesin dan kapal.

Persoalan teknologi pasca panen juga muncul, diantaranya karena lahan untuk pengembangan industri yang tersedia masih terbatas, daya listrik yang disediakan sangat terbatas, perlu pasokan air bersih yang lebih baik dan terjamin dan keterbatasan SDM akan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai insan perikanan.

Terkait dengan kendala pemasaran produk perikanan yang lebih spesifik adalah: (1) Cek point export belum dapat dilakukan secara langsung dari Ternate; (2) Revitalisasi pelaku usaha lokal menjadi eksportir perlu dilakukan mengingat pelaku usaha lokal saat ini masih sangat terbatas kemampuan usahanya; (3) Buyer dari luar belum tertarik untuk menjadikan Kota Ternate sebagai basis usahanya; (4) Legalitas formal eksportir masih belum dapat dikembangkan, mengingat pelaku persyaratan administrasi dan teknisnya belum dapat terpenuhi dengan baik; dan (5) belum meratanya proses pengelolaan pascapanen.

5.1.2. Isu Strategis Lokal Tingkat Kelurahan

Pada saat FGD dan wawancara diperoleh beberapa isu strategis pemasaran yang mengemuka, seperti persoalan pasar, infrastruktur, modal, dan harga. Secara lebih ringkas isu-isu strategis pada tingkat lokal kelurahan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Isu-isu strategis lokal di Kelurahan Sulamadaha dan Kelurahan Moti Kota

No Isu Strategis Kelurahan Sulamadaha Kelurahan Moti Kota

1 Pasar - Masih mengandalkan

pemasaran langsung di Pasar Gamalama Kota Ternate

- Mitra usaha untuk pemasaran produk perikanan belum ada

- Masih menggunakan sistem eceran melalui perdagangan keliling kampung

- Mitra usaha pemasaran tidak ada

2 Infrastruktur Akses jalan relatif baik akan tetapi sarana angkutannya kurang memadai

Transportasi antar pulau masih belum memadai

3 Modal - Keterbatasan modal

usaha

- Takut mengambil risiko pinjaman di bank

- Keterbatasan modal usaha

- Kekhawatiran mengambil risiko pinjaman di bank

4 Harga Harga input produksi abon

ikan “Grampati” masih relatif mahal

Harga jual output kurang kompetitif di pasar Gamalama Kota Ternate

(20)

5.2. Peluang dan Tantangan 5.2.1. Pasar Global/Dunia

Permintaan global terhadap ikan dan produk perikanan lainnya dalam sepuluh tahun terakhir meningkat, terutama setelah munculnya wabah penyakit sapi gila, flu burung, serta penyakit kuku dan mulut. Disamping itu, sekarang ini sedang terjadi perubahan kecenderungan konsumsi dunia dari protein hewani ke protein ikan. Komoditi perikanan merupakan komoditi ekspor dimana kebutuhan ikan dunia meningkat rata-rata 5 persen per tahun. Kebutuhan ikan dunia pada tahun 1999 berjumlah 126 juta ton per tahun dengan kenaikan rata-rata 2,8 juta ton per tahun. Tujuh puluh persen nilai tersebut dikonsumsi untuk pangan. Dalam tahun 2004, kebutuhan ikan dunia sudah mencapai 140 juta ton. Lebih lanjut, diketahui bahwa kebutuhan ikan segar dunia naik mencapai 45 persen (FAO, 2008), dengan demikian diperkirakan terjadi ekskalasi peningkatan kebutuhan dunia pada tahun 2019 sebesar 293 juta ton atau sebesar 439 juta ton pada tahun 2029 (tingkat pertumbuhan sebesar 4,05 persen per tahun). Adapun market share Indonesia saat ini hanya baru sebesar 3,57 persen.

5.2.2. Pasar Nasional (Indonesia)

Untuk pasar dalam negeri Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk sekitar 235 juta jiwa dan cenderung akan terus bertambah, Indonesia menjadi negara terpadat dan terbesar nomor empat di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Angka ini memberikan gambaran yang nyata bahwa kebutuhan pangan akan terus meningkat. Konsumsi ikan pada masa mendatang diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi produk perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan otak. Sebagaimana diketahui, konsumsi ikan di Indonesia dalam periode tahun 1997 sampai dengan 2001 meningkat yaitu dari 19,05 kg per kapita menjadi 22,27 kg per kapita atau terjadi peningkatan sebesar 2,66 persen per tahun, sehingga pada tahun 2017 tingkat konsumsi rata-rata Indonesia diestimasi mencapai 34,09 kg/kapita dan sebesar 44,48 kg/kapita pada tahun 2027. Dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 0,99 persen per tahun, maka pada tahun 2017 diperkirakan jumlahnya akan mencapai sebanyak 249 juta jiwa dan mencapai sebanyak 275 juta jiwa pada tahun 2027, sehingga kebutuhan ikan dalam negeri saja pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 8,49 juta ton dan diperkirakan sebesar 12,23 juta ton pada tahun 2027.

5.2.3. Pasar Regional (Maluku Utara)

Pasar regional Provinsi Maluku Utara cukup menggiurkan untuk dipenuhi karena adanya pertumbuhan penduduk Provinsi Maluku Utara yang mencapai 2,44 persen, sedangkan tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun mencapai sebesar 54,71 kg, sehingga potensi pasar regional ini juga akan mampu menyerap konsumsi ikan yang akan terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2011 berdasarkan Permendagri Nomor 66 tahun 2011 tercatat penduduk Provinsi Maluku Utara mencapai sebanyak 1.165.308 jiwa, sehingga dengan tingkat pertumbuhan sebesar 2,44 persen, maka akan terjadi kenaikan jumlah penduduk pada tahun 2017 menjadi sebanyak 1.382.351 jiwa dan sebanyak 1.764.355 pada tahun 2027. Dengan demikian, diperkirakan pada tahun 2017 kebutuhan akan ikan di Provinsi Maluku Utara dapat mencapai sebanyak 87.558 ton dan sebanyak 142.630 ton pada tahun 2027.

(21)

5.2.4. Pasar Domestik (Kota Ternate)

Pasar domestik Kota Ternate sendiri juga tidak kalah menarik untuk dipenuhi karena adanya pertumbuhan penduduk Kota Ternate yang mencapai 3 persen, sedangkan tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun mencapai sebesar 42,6 kg, sehingga potensi pasar domestik saja akan mampu menyerap konsumsi ikan yang akan terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2012 tercatat penduduk Kota Ternate mencapai sebanyak 191.053 jiwa, sehingga dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3 persen, maka akan terjadi kenaikan jumlah penduduk pada tahun 2017 menjadi sebanyak 228.732 jiwa dan sebanyak 308.756 pada tahun 2027. Dengan demikian, diperkirakan pada tahun 2017 kebutuhan akan ikan di Kota Ternate dapat mencapai sebanyak 11.665 ton dan sebanyak 21.242 ton pada tahun 2027.

Pada tahun 2012 produksi perikanan Kota Ternate sama dengan 18.465,74 ton, sedangkan konsumsi domestik Kota Ternate dengan tingkat konsumsi sebesar 42,6 kg/kapita adalah sebesar 8.158,03, maka terdapat surplus produksi yang kemudian dapat menjadi potensi ekspor ke luar daerah Kota Ternate sebesar 10.307,71 ton. Jumlah produksi sebesar 18.465,74 ton ini juga masih dapat memenuhi kebutuhan ikan tahun 2017 dengan surplus sebesar 6.800,41 ton, akan tetapi nilai ini menjadi tidak dapat memenuhi kebutuhan ikan pada tahun 2027 atau defisit sebesar 2.776,67 ton. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bagaimana dapat menutupi defisit suplai ikan domestik Kota Ternate pada 13 tahun ke depan.

6. REKOMENDASI STRATEGI PEMASARAN PRODUK PERIKANAN

6.1. Strategi Pemasaran Komoditas Perikanan Kota Ternate

Strategi dan arah kebijakan pemasaran perikanan Kota Ternate mencakup diantaranya adalah:

(i) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia bagi seluruh stakeholders bidang kelautan dan perikanan. Strategi ini dilaksanakan melalui arah kebijakan: (a) peningkatan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia bagi seluruh stakeholders kelautan dan perikanan (b) peningkatan kelembagaan masyarakat pembudidaya, nelayan dan masyarakat pesisir, dan (c) pengembangan pendidikan keahlian dalam mencetak tenaga kerja di sektor perikanan yang profesional.

(ii) Peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dengan perbaikan gizi masyarakat, pendidikan, kesehatan dan pembenahan kawasan pemukiman nelayan. Strategi ini dilaksanakan melalui arah kebijakan (a) pengembangan lembaga perekonomian masyarakat dengan melakukan pembinaan terhadap koperasi kelautan dan perikanan dan adanya dukungan permodalan dari lembaga keuangan, (b) pengembangan kawasan pesisir, penataan perumahan nelayan menjadi obyek wisata bahari, (c) pembangunan infrastruktur dan pengadaan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, dan (d) peningkatan aksesibilitas ke sentra-sentra produksi perikanan. (iii) Pengembangan iklim kemitraan dan kewirausahaan yang berbasis pada pengembangan

ekonomi lokal masyarakat pesisir, pembudidaya ikan dan nelayan. Strategi ini dilaksanakan melalui arah kebijakan: (a) penciptaan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan kemitraan dengan lembaga ekonomi masyarakat, (b) pemberian kemudahan izin usaha perikanan bagi pelaku usaha perikanan.

(iv) Pengembangan berbagai komoditas perikanan yang berorientasi pada sumberdaya lokal dan kebutuhan pasar. Strategi ini dilaksanakan melalui arah kebijakan. Strategi ini

(22)

dilaksanakan melalui arah kebijakan: (a) diversifikasi pengolahan hasil perikanan, dan (b) pengembangan produksi olahan sebagai produk unggulan.

(v) Pengembangan sistem pemasaran produk perikanan baik dalam negeri maupun luar negeri. Strategi ini dilaksanakan melalui arah kebijakan: (a) peningkatan standarisasi perikanan, (b) peningkatan promosi perikanan, (c) pengawasan penggunaan bahan pengawet produk perikanan, dan (d) penggunaan teknologi unggulan perikanan.

Adapun arahan program dan kegiatan prioritas pengembangan yang sesuai dengan kondisi terkini komoditas perikanan bagi Kota Ternate diantaranya adalah:

(i) Penambahan armada tangkap, diantaranya dapat dilakukan melalui penambahan sejumlah unit purse seine 20 unit, hole and line 40 unit, dan hand line/Pump Boat 45 unit dan pembangunan kapal umpan/bagan

(ii) Pembangunan rumpon

(iii) Penambahan kapasitas SPDN

(iv) Peningkatan pengawasan di laut TNI AL, Polair dan PSDKP (vi) Subsidi transportasi oleh pemerintah

(vii) Dukungan Perbankan

(viii) Peningkatan pengawasan mutu ikan (ix) Pembangunan pabrik es berskala sedang.

6.2. Strategi Pemasaran Komoditas Perikanan Tingkat Kelurahan

Strategi pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Sulamadaha secara keseluruhan didesain berdasarkan isu, peluang dan tantangan pemasaran di kelurahan tersebut. Secara lebih ringkas strategi pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Sulamadaha selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Strategi pemasaran produk perikanan di Kelurahan Sulamadaha

No Isu Strategis Detail Isu Strategi Pemasaran

1 Pasar Masih mengandalkan pemasaran langsung di Pasar Gamalama Kota Ternate

- Merevitalisasi fungsi pasar Kelurahan yang saat ini ada dan tidak berfungsi sebagai mana mestinya

- Memodifikasi sarana angkutan komoditas yang berbasis sepeda motor agar lebih suitable dengan komoditas bawaan. Mitra usaha untuk

pemasaran produk perikanan belum ada

- Berkelompok membentuk kelembagaan lokal agar dapat menjalin MoU dengan mitra-mitra usaha yang berkomitmen untuk membangun sinergi pemberdayaan masyarakat

- Mengidentifikasi mitra-mitra usaha strategis, baik dalam penyediaan sarana dan

prasarana penangkapan dan pengolahan maupun pemasaran komoditas perikanan yang dihasilkan

2 Infrastruktur Akses jalan relatif baik akan tetapi sarana angkutannya kurang memadai

Mendorong pemerintah daerah dan swasta untuk menyiapkan upaya pemenuhan penyediaan media angkutan serta tetap menjamin kualitas jalan yang lebih baik

(23)

No Isu Strategis Detail Isu Strategi Pemasaran 3 Modal Keterbatasan modal

usaha

Memberikan bantuan teknis dan pendampingan teknis agar kegiatannya lebih terfokus dan masuk dalam perhitungan kelayakan bank

Takut mengambil risiko pinjaman di bank

Memberikan sosialisasi sistem perbankan secara sederhana dan berbobot

4 Harga Harga input produksi abon ikan “Grampati” masih relatif mahal

- Menjalin sistem kelembagaan yang tangguh dan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi anggotanya

- Kelompok harus dapat menjamin bahwa suplai input produksi hasil tangkapannya harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya

Sumber: Hasil wawancara, FGD dan analisis ahli.

Strategi pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Moti Kota secara keseluruhan didesain berdasarkan isu, peluang dan tantangan pemasaran di kelurahan tersebut. Secara lebih ringkas strategi pemasaran komoditas perikanan di Kelurahan Moti Kota selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Strategi pemasaran produk perikanan di Kelurahan Moti Kota

No Isu

Strategis Detail Isu Strategi Pemasaran

1 Pasar Masih menggunakan sistem eceran melalui perdagangan keliling kampung

- Merevitalisasi fungsi pasar Kelurahan yang saat ini ada dan tidak berfungsi sebagai mana mestinya

- Memodifikasi sarana angkutan komoditas yang berbasis sepeda motor agar lebih suitable dengan komoditas bawaan. Mitra usaha untuk

pemasaran produk perikanan belum ada

- Berkelompok membentuk kelembagaan lokal agar dapat menjalin MoU dengan mitra-mitra usaha yang berkomitmen untuk membangun sinergi pemberdayaan masyarakat

- Mengidentifikasi mitra-mitra usaha strategis, baik dalam penyediaan sarana dan prasarana penangkapan dan pengolahan maupun pemasaran komoditas perikanan yang dihasilkan

2 Infrastruktur Transportasi antar pulau masih belum memadai

Mendorong pemerintah daerah dan swasta untuk menyiapkan upaya pemenuhan penyediaan media angkutan serta tetap menjamin kelayakan pelayaran dengan lebih baik

3 Modal Keterbatasan modal usaha

Memberikan bantuan teknis dan pendampingan teknis agar kegiatannya lebih terfokus dan masuk dalam perhitungan kelayakan bank

Takut mengambil risiko pinjaman di bank

Memberikan sosialisasi sistem perbankan secara sederhana dan berbobot

(24)

No Isu

Strategis Detail Isu Strategi Pemasaran

4 Harga Harga jual output kurang kompetitif di pasar Gamalama Kota Ternate

- Menjalin sistem kelembagaan yang tangguh dan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi anggotanya

- Kelompok harus dapat menjamin bahwa suplai output produksi hasil tangkapannya maupun hasil olahan harus sampai ke pemilik modal di Kota Ternate

- Membangun MoU antara kelompok dengan mitra usaha perikanan

Sumber: Hasil wawancara, FGD dan analisis ahli.

7. PENUTUP

Kajian ini merupakan kajian awal tentang analisis pemasaran produk perikanan di Kota Ternate. Tentu saja masih diperlukan kajian secara mendetail, terutama yang terkait dengan upaya pengembangan komoditas prioritas yang paling diunggulkan menjadi branchmark komoditas perikanan Kota Ternate. Semoga kajian ini dapat bermanfaat minimal sebagai bahan pertimbangan dalam melihat peluang dan tantangan pemasaran komoditas perikanan di Kota Ternate.

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan produksi perikanan Kota Ternate menurut jenis ikan tahun 2003-2012
Tabel 2.  Jumlah RTP, perahu, produksi dan nilai produksi, harga dan produktivitas perikanan  per unit upaya menurut kecamatan di Kota Ternate
Gambar 1.  Distribusi daerah pemasaran dan volume produk perikanan Kota Ternate pada  tahun 2008-2012
Gambar 3.  Saluran distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Olahraga dan Kesehatan..  Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi  Melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar memegang raket untuk melakukan servis dan pukulan

Para desainer sistem elektronika telah diberi suatu teknologi yang memiliki kapabilitas yang sangat maju, tetapi dengan biaya ekonomis yang cukup

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Akan tetapi, berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengaplikasian pada perusahaan dengan melakukan proses penyusunan

Saya salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara bermaksud melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner ini.. Saya mohon kesediannya

2) masa sanggah banding paling lambat 3 (tiga) hari kerja dan jawaban. sanggah banding paling lambat 5 (lima)

[r]

Kolom ”Ringkasan deskripsi sekolah menurut Indikator dan berdasarkan Bukti” – kita tuliskan keadaan nyata sekolah sesuai standar itu (disertai bukti fisiknya), lalu Tingkat