• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH ( Study Empiris pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH ( Study Empiris pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH

( Study Empiris pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat)

Nopita Yumina, Mukhlizul Hamdi, Popi Fauziati

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email : novitayumina92@gmail.com

Abstract

The purposes of this study are to test the influence of Local Government Original Receipt (LGOR) and Balancing Funds (BF) to the Regional Expenditure (RE) in Sumatera Barat province. The population in this study are the 19 regencies/cities in Sumatra Barat province that already has a data realization Revenue Budget Expenditure (Budget) on the period of 2010 to 2014. This study uses census. To test the effect of local revenue (PAD) and the Fund Balance on the regional expenditure used multiple linear regression models. The results showed that the local revenue (PAD) and the Fund Balance have a significant impact on regional expenditure in Sumatera Barat province.

Keyword : Local Government Original Receipt (LGOR), Balancing Funds (BF), and Regional Expenditure (RE)

PENDAHULUAN

Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring diberlakukannya desentralisasi fiskal, yang ditandai bangkitnya demokrasi yang memberikan kewenangan luas kepada daerah untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat setempat, sesuai dengan prakarsa, aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

Kemudian pemerintah

mengeluarkan kebijakan baru mengenai otonomi daerah, yakni dengan pemberlakuan UU No. 32 tentang Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Pemendagri No. 37 Tahun 2014 tentang pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

(2)

2 Belanja daerah merupakan semua pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Belanja daerah dipergunakan untuk membiayai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemrintah daerah atau pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundangan-undangan.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 pasal 25 disebutkan, sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai belanja daerah adalah (1) Pendapatan asli daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Lain-lain penerimaan yang sah.

Pendapatan asli daerah (PAD) menurut UU No. 34 Tahun 2000 adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. PAD merupakan usaha daerah guna memperkecil ketergantungan

dalam mendapatkan dana dari pemerintah (subsidi). PAD terdiri dari pajak, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain penerimaan yang sah. Sehingga dengan demikian keberhasilan pengguna dana tersebut ditentukan oleh pemerintah daerah.

Dalam realisasinya, terdapat beberapa perkiraan mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Seperti terjadinya perkiraan penurunan PAD Sumbar pada tahun anggaran 2012 yang disebabkan menurunnya Pajak Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor (BBNKB) akibat kebijakan baru dari Bank Indonesia, jadi Sumbar tidak bisa menghindari imbas dari kebijakan tersebut.

(http://www.antarasumbar.com: 19/10/2012).

Kemudian permasalahan anggaran yang tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat, namun juga pada pemerintahan daerah yang akhirnya tidak mampu menciptakan ruang fiskal untuk belanja yang produktif (http://mdn.biz.id/n/111104:

12/8/2014).

Dana perimbangan menurut Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun

(3)

3 2000 adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan pada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dijelaskan bahwa dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK).

Transfer dana perimbangan yang meningkat ke daerah akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah melalui APBD. Seperti transfer dana perimbangan yang dinilai masih sangat tinggi sehingga menjadi salah satu permasalahan otonomi dan desentralisasi keuangan daerah yang menyebabkan ketergantungan yang dimiliki pemerintah daerah terhadap

pemerintah pusat

(http://www.antarasumbar.com : 13/06/2014). Disamping itu, juga terdapat perkiraan penurunan dana perimbangan untuk Provinsi Sumatera Barat sebesar 5,55 % pada tahun

anggaran 2015

(http://www.antarasumbar.com : 21/08/2014.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 pasal 122 dinyatakan bahwa pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Pendapatan asli daerah dan Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah. Artinya pemerintah harus menyesuaikan belanja daerah yang dikeluarkan dengan PAD yang diterima, dana perimbangan yang ditransfer dari pusat.

Penelitian sejenis dilakukan oleh Bayura (2009) yang meneliti tentang pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, dimana hasil penelitiannya menunjukkan PAD dan dana perimbangan berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Penelitian lainnya meneliti salah satu komponen dana perimbangan yaitu DAU,

(4)

4 diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sukriy dan Halim (2003) meneliti tentang pengaruh dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa dan Bali, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa DAU dan PAD secara terpisah dan serentak berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Rahmawati (2010) juga meneliti tentang pengaruh PAD dan DAU terhadap belanja daerah di Provinsi Jawa Tengah, dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa DAU dan PAD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap alokasi belanja daerah. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantungan alokasi belanja daerah lebih dominan terhadap PAD daripada DAU. Kemudian Agri (2011) meneliti tentang analisis belanja daerah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, hasil penelitian tersebut menunjukkan PAD dan dana perimbangan memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap belanja daerah. Dan penelitian Ferdian (2013) yang meneliti tentang pengaruh PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap Belanja Daerah, hasil penelitiannya

menunjukkan PAD dan dana perimbangan berpengaruh positif signifikan terhadap belanja daerah, sedangkan lain-lain pendapatan yang sah berpengaruh positif terhadap belanja daerah.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Agency Theory

Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah persetujuan (kontrak) diantara dua pihak, yaitu prinsipal dan agen. Dalan teori ini prinsipal memberi wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan atas nama prinsipal (Jansen dan Meckling, 1976). Dalam teori keagenan terdapat perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal, sehingga mungkin saja pihak agen tidak selalu melakukan tindakan terbaik bagi kepentingan prinsipal.

Menurut Lane (2003) dalam Halim (2007), teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi sektor publik. Hubungan keagenan dalam pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan dan bukan semata-mata hanya untuk mematuhi kepentingan

(5)

5 prinsipal saja. Hal ini dikarenakan ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam membangun suatu daerah.Jadi tujuan prinsipal harus sejahtera.

Stakeholder Theory

Dalam hubungannya dengan penelitian ini teori stakeholder

menunjukkan bagaimana cara pemerintah mengatur kebijakan anggaran yang pro kepada rakyat. Dikarenakan saat ini pembuatan anggaran harus berbasis sistem

performance budgeting (anggaran

kinerja). Berbasis kinerja yang dimaksudkan adalah pembuatan anggaran itu harusnya lebih berfokus pada peningkatan terhadap apa yang kurang untuk ditingkatkan pada pemerintah daerahnya. ja dalam penggunaan anggaran.

TeoriPengeluaran Pemerintah

Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu menurut Mangkoesoebroto, (1993;169) dalam Agri (2011) terdapat beberapa teori pengeluaran pemerintah :

1. Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah

2. Hukum Wagner mengenai

perkembangan aktivitas pemerintah 3.Teori Peacock & Wiseman

Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut.

Belanja Daerah

Belanja daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005, adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Mardiasmo (2002) mendefenisikan belanja daerah sebagai semua pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Sebagai sebuah organisasi atau rumah tangga, pemerintah melakukan banyak sekali

(6)

6 pengeluaran (belanja) untuk membiayai kegiatannya.

Berdasarkan Permendagri No. 37 tahun 2014 belanja dikelompokkan menjadi dua yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang di anggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari:

1. Belanja pegawai 2.Belanja bunga 3. Subsidi

4.Hibah

5.Bantuan sosial 6.Belanja bagi hasil 7.Bantuan keuangan 8.Belanja tidak terduga

Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.Belanja langsung terdiri dari :

a. Belanja pegawai

b.Belanja barang dan jasa c. Belanja modal

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Halim (2007) PAD sebagai penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam

daerahnya sendiri yang dipungut berdsarkan Peraturan Daerah dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut UU No 34 Tahun 2000 PAD adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37 Tahun 2014 tentang pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pajak Derah 2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

4. Lain-lain Penerimaan yang Sah Menurut Mardiasmo (2004), dengan PAD yang tinggi maka belanja daerah akan semakin besar salah satunya dengan meningkatnya subsidi pemerintah daerah kepada masyarakat lapaisan bawah.Menurut Aziz et all (2004) dalam (Agri, 2011) pendapatan (terutama pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang dikenal dengan nama tax spend hipotesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau perubahan

(7)

7 pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran (Prakosa, 2004).

Dalam konteks internasional, telah dilakukan beberapa penelitian untuk melihat pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah. Cheng (1999) dalam Jamela (2009) menemukan bahwa hipotesis pajak-belanja berlaku untuk kasus pemerintahan daerah dibeberapa Negara Amerika Latin, yakni Kolumbia, Republik Dominikia, dan Paraguai. Friedman (1978) menyatakan bahwa kenaikan dalam pajak akan meningkatkan belanja daerah, sehingga pada akhirnya akan memperbesar defisit.

Kemudian Rahmawati (2010) juga meneliti tentang pengaruh PAD dan DAU terhadap belanja daerah di Provinsi Jawa Tengah, dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa DAU dan PAD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap alokasi belanja daerah. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantungan alokasi belanja daerah lebih dominan terhadap PAD daripada DAU.

Selanjutnya Agri(2011) yang meneliti tentang analisis belanja daerah dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, menemukan bahwa PAD memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap belanja daerah. Dan penelitian Ferdian (2013) yang meneliti tentang pengaruh PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap Belanja Daerah, hasil penelitiannya menunjukkan PAD juga berpengaruh positif signifikan terhadap belanja daerah.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: Pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah.

Dana perimbangan

Menurut Yani (2013) dana perimbangan adalah suatu sistem pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara

(8)

8 penyelenggaraan kewenangan tersebut termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan. Menurut Klasifikasi Dana Perimbangan :

1. Dana Bagi Hasil 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus

Menurut Widjaja dalam Ferdian (2013) tranfer dana perimbangan yang meningkat ke daerah akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah melalui APBD. Kaho (2005), menyatakan peningkatan pengeluaran pemerintah pada era desentralisasi ini lebih disebabkan oleh aliran dana perimbangan yang juga meningkat dari pemerintah pusat ke daerah. Legrenzi dan Milas (2001) dalam (Syukriy dan Halim, 2003) menyatakan bahwa dalam jangka panjang tranfer berpengaruh terhadap belanja daerah. Secara pesifik mereka menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek disesuaikan dengan tranfer yang diterima.

Kemudian Agri (2011) menemukan bahwa dana perimbangan memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap belanja daerah.

Dan penelitian Ferdian (2013) yang meneliti tentang pengaruh PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap Belanja Daerah, hasil penelitiannya menunjukkan dana perimbangan berpengaruh positif signifikan terhadap belanja daerah.

Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan belanja Daerah didiskusikan secara luas sejak akhir dekade 1950-an dan berbagai hipotesis tentang hubungan diuji secara empiris menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi belanja. Sementara studi tentang pengaruh grants dari Pemerintah Pusat terhadap keputusan pengeluaran atau Belanja Pemerintah Daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun (Prakosa, 2004). Holtz-Eakin, etal (1985) dalam Prakosa (2004) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

(9)

9

H2: Dana perimbangan memiliki

pengaruh terhadapbelanja daerah.

METODE PENELITIAN

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat. Penentuan sampel ditetapkan dengan teknik total sampling atau

sensus yakni seluruh populasi

dijadikan sampel. Jumlah daerah Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat adalah 19 Kabupaten dan Kota. Data dalam penelitian ini berupa laporan realisasi APBD Kabupaten dan Kota di Ssumatera Barat dari tahun 2010-2014. Variabel X1 dan X2 adalah variabel bebas yang dalam hal ini memiliki peranan dalam pembentukkan variabel Y. Variabel X1 disini adalah Pendapatan Asli Daerah dan variable X2 adalah Dana Perimbangan. Semua variabel tadi berkorelasi dan mempengaruhi Belanja Daerah (Y).

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah mencari pengaruh variabel indepanden terhadap variabel dependen. Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis berganda (Multiple

Regression) dengan persamaan

sebagai berikut :

Y =  + β1PAD + β2DP + 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi yang menyajikan ringkasan penyusunan dalam bentuk tabel numeric dan grafik. Sebelum dilakukan tahapan pengolahan data maka terlebih dahulu dilakukan. pengumpulan data informasi. Dari data yang ada terdapat 95 observasi yang diperoleh dari 7 kota dan 12 kabupaten yang berada di Sumatera Barat.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation BD 95 1.98E11 2.17E12 6.7947E11 3.02340E11 PAD 95 2.66E9 3.15E11 4.3226E10 4.32915E10 DP 95 2.41E11 1.20E12 5.0951E11 1.98562E11 Valid N

(listwise) 95 Sumber : hasil olahan SPSS

Uji Asumsi Klasik

Sebelum data diolah dengan regresi berganda maka dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas:

Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilakukan dengan melakukan analisis one sample

kolmogorov-smirnov, pengambilan

kesimpulan berdasarkan pada nilai

(10)

10 (2-tailed) ≥ α 0,05 maka dikatakan distribusi data mengikuti distribusi normal .

Tabel 4.3 Uji Normalitas

One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pada tabel 4.3 menunjukkan

asymp.sig (2-tailed) variabel belanja

daerah, PAD, dan dana perimbangan lebih besar dari α yaitu masing-masing sebesar 0,055, 0,187, dan 0,246 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi mengikuti distribusi normal, karena nilai signifikasi dari uji normalitas ≥ 0,05 .

Uji Multikolinearitas

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Coefficientsa

a. Dependent Variable: BD Sumber : hasil olahan SPSS

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa variabel PAD dan Dana Perimbangan telah memiliki nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen tidak teridentifikasi atau bebas dari gejala multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat menggunakan pengujian Durbin-Watson (D-W).Apabila nilai D hitung berada antara -2 da 2 berarti tidak terdapat autokorelasi.Jika Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model Durbin-Watson 1 1.713

a. Predictors: (Constant), DP, LnPAD

b. Dependent Variable: BD Sumber : hasil olahan SPSS

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa angka Durbin-Watson sebesar 1,713 yang berada diantara -2 dan 2. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat autokorelasi.

BD LnPAD DP

N 95 95 95

Normal Parametersa

Mean 6.7947E11 24.2639 5.0951E11 Std. Deviation 3.02340E11 .61796 1.98562E11 Most Extreme Differences Absolute .138 .112 .105 Positive .138 .112 .105 Negative -.113 -.097 -.089 Kolmogorov-Smirnov Z 1.341 1.089 1.023 Asymp. Sig. (2-tailed) .055 .187 .246 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data. Sumber : hasil olahan SPSS

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) LnPAD .606 1.651 DP .606 1.651

(11)

11 Uji Heterokedastisitas Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.496E11 2.568E11 -.972 .334

LnPAD 1.120E10 1.102E10 .131 1.016 .312

DP .047 .034 .177 1.377 .172

a. Dependent Variable: AbsUt Sumber: hasil olahan spss

Dalam uji ini dilakukan uji

gletser, nilai signifikan untuk variabel

PAD adalah dan dana perimbangan adalah 0,312 dan 0,172. Apabila signifikannya > 0,05 maka tidak terdapat gejala heterokedastisitas.

Pengujian Hipotesis Tabel 4.7 Adjusted R Square Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .973a .946 .945 7.10811E10

a. Predictors: (Constant), DP, LnPAD

Sumber: hasil olahan spss

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa R

Square yang didapatkan yaitu sebesar

0,946. Hal ini mengindifikasikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah sebesar 94,6% sedangkan 5,4 % dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak terdeteksi dalam penelitian ini.

Tabel 4.8 Uji F Statistik

Sumber:

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa nilai signifikasi sebesar 0,000 <

. Karena nilai signifikannya kecil dari 0,05 maka model regresi yang digunakan sudah fix, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi variabel-variabel penelitian. Tabel 4.9 Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t sig B Std. Error Beta

1. (Constant) -2.016E12 3.553E11 -5.675 .000 LnPAD 8.373E10 1.525E10 .171 5.492 .000 DP 1.303 .047 .856 27.469 .000 a.Dependent Variable: BD

Sumber: hasil olahan spss

Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.9 diperoleh nilai koefisien regresi untuk PAD sebesar 8.373 pada  = 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai

ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 8.128E24 2 4.064E24 804.314 .000a

Residual 4.648E23 92 5.053E21

Total 8.592E24 94

a. Predictors: (Constant), DP, LnPAD

b. Dependent Variable: BD Sumber : hasil lahan SPSS

(12)

12 signifikan <  yaitu 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, atau dengan kata lain

menunjukkan bahwa PAD

berpengaruh positif signifikan terhadap Belanja Daerah.

Pada hasil pengujian hipotesis pertama teridentifikasi bahwa PAD berpengaruh positif signifikan terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat. Peningkatan PAD akan meningkatkan belanja daerah. Dalam hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Mardiasmo (2004) yang menyatakan dengan PAD yang tinggi maka belanja daerah akan semakin besar salah satu nya dengan meningkatnya susidi pemerintah daerah kepada masyarakat lapisan bawah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Aziz et al (2004) dalam Syukriy dan Halim (2003), yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan penelitian sebelumya oleh Syukriy dan Halim (2003), yang menyatakan bahwa PAD

berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Serta sejalan dengan hasil penelitian Kesit (2004), yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hasil penelitian Bayura (2009), Agri (2011) dan Ferdian (2013) juga sejalan dengan penelitian ini dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan pendapatan asli daerah diikuti oleh peningkatan belanja daerah, PAD berdampak terhadap belanja daerah baik sebelum dan setelah otonomi daerah.

Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.9 diperoleh nilai koefisien regresi untuk Dana Perimbangan sebesar 1.303 pada  = 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikan <  yaitu 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, atau dengan kata lain menunjukkan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh positif signifikan terhadap Belanja Daerah.

Pada hasil pengujian hipotesis kedua teridentifikasi bahwa Dana Perimbangan berpengaruh positif

(13)

13 signifikan terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat. Peningkatan dana perimbangan akan meningkatkan belanja daerah. Dalam hal ini kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek disesuaikan dengan dana perimbangan yang diterima.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Halim (2001) yang menyatakan peningkatan peneluaran pemerintah daerah pada era desentralisasi ini lebih disebabkan oleh aliran dana perimbangan yang juga meningkat dari pemerintah pusat ke daerah. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikatakan Yani (2011) bahwa tranfer dana perimbangan yang meningkat ke daerah akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah melalui APBD.

Hasil tersebut juga sejalan dengan pendapat Legrench dan milas (2001) dalam (Syukriy dan Halim, 2003) yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang tranfer berpengaruh terhadap belanja daerah. Secara spesifik merekan menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka

pendek disesuaikan dengan tranfer yang diterima.

PENUTUP

Kesimpulan

1. PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah artinya jika PAD meningkat maka belanja daerah juga meningkat.

2. Dana perimbangan berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah artinya jika dana perimbangan meningkat maka belanja daerah juga meningkat.

Keterbatasan Penelitian

1. Data yang diteliti berkenaan dengan penerimaan daerah sebatas PAD dan Dana Perimbangan.

2. Data Belanja Daerah yang diteliti belum memisahkan antara Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung

3. Belum dapat tergambar dengan baiknya proksi prilaku pengalokasian sumber daya oleh

Agents dan politisi dikarenakan

penggunaan data sekunder yang diperoleh dari laporan APBD. 4. Tidak menganalis efektivitas dan

(14)

14 Misalnya tidak mempertimbangkan jumlah, struktur, usia, dan tingkat pendidikan pegawai dan penduduk.

Saran

1. Dalam kajian yang akan datang disamping PAD dan Dana Perimbangan agar memasukkan komponen lain-lain penerimaan daerah yang sah sebagai variabel penelitian karena merupakan komponen pendapatan daerah. 2. Dalam kajian Belanja Daerah yang

akan datang agar diklasifikasikan menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung, agar analisis flypaper effect dapat diketahui lebih rinci.

3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggambarkan proksi prilaku pengalokasian sumber daya oleh Agents dan politisi dengan menggunakan pendekatan lain yang lebih

feasibleatau eksperimen (dengan

subjek eksekutif dan legislatif daerah).

4. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalis efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran seperti jumlah, struktur, usia, dan tingkat

pendidikan pegawai dan penduduk sehingga dapat memberikan inferensi mengenai faktor pemoderasi dan kontijensi.

DAFTAR PUSTAKA

Agri, Ridho. 2011. Analisis Belanja

Daerah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten

dan Kota Provinsi Jawa Tengah.

Skripsi. Universitas Diponegoro.

Bayura, Merry. 2009. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Perimbangan terhadap Belanja

Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Bratakusumah dkk. 2003. Otonomi

Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Ferdian, Yuriko. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah Terhadap Belanja Daerah. Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi

Analisis Multivariate dengan

Program IBM SPSS19. Semarang :

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor

Publik: Akuntansi Keuangan

Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba

Empat,

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor

(15)

15

Daerah, Edisi Revisi. Jakarta:

Penerbit Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2007. Manajemen

Keuangan Daerah. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN.

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor

Publik: Akuntansi Keuangan

Daerah, Edisi 3. Jakarta : Penerbit

Salemba Empat.

Jansen, M.C & Meckling, W.H. 1976. Theory of the firm : Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of

Financial Economics, October, 1976, V. 3, No.4: 4-7.

Jamela, Siti. 2009. Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap Belanja Daerah. Skripsi. Univesitas Bung Hatta.

Kaho, Josef Riwu. 2005. Prospek

Otonomi Daerah di Negara

Republik Indonesia. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi

dan Pembangunan Daerah.

Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Machfud Sidik dkk.2002. DAU, Konsep, Hambatan, dan Prospek di era Otoda. Jakarta: Buku

Kompas.

Mangkusoebroto, Guritno. 1993.

Ekonomi Publik. Yogyakarta: PBFE

UOM

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor

Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi

Prakosa, Kesit Bambang, 2004. Analisi Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Darah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah, JAAI,

Desember, 2004, Vol.8, No.2: 101-118.

Rahmawati, Nur Indah. 2010. Penagruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Alokasi Belanja Daerah Studi Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Rofiq, Ainur. 2007. Klasifikasi

Belanja Daerah.

http//www.Rofiq.web.id (tanggal 5 Januari 2009).

Syukriy dan Halim. 2003. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.

Jurnal Ekonomi, Oktober 2003, Vol.13, No.2: 90-109.

Tasri, Evi Susanti. 2007. Metodologi

Penelitian Ekonomi dan Bisnis.

Padang: Penerbit Bung Hatta University Press.

Yani, Ahmad. 2013. Hubungan

Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan dituangkan dalam Penulisan Hukum

This 1 ml prime dose contained 500 m g of antigen prepa- ration as follows: Group 1 (control) in year 1, physiological saline in complete Freund’s adjuvant (CFA); in year 2, with

Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.. Legal Medicine Pathology

Both the text of the specification and the schema, wfs.xsd, do not seem to correctly define the Native element. The current definition does not allow content within the native

Hasil analisis dari Riyant Lisano memperlihatkan bahwa tingkat efektifitas pemungutan pajak daerah oleh DPPKA Kota Payakumbuh rata-rata melebihi target yang

Sistem informasi geografis (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara

[r]

Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik tentang teori dasar yang relevan, fakta, hasil penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat