1 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014
ANALISIS ARUS JENUH DASAR PADA SIMPANG
BERSINYAL BERLENGAN EMPAT DENGAN LALU LINTAS
CAMPURAN DI KOTA BANDA ACEH
Masykur1, Renni Anggraini 2, Irin Caisarina3 1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email: [email protected]
Abstract: Signalized intersection is one of key important points for distributing traffic flows from any direction of the movements. The primary function of installing signalized intersection is to reduce the potential conflicts and contra flows. Since rapid motorization in Banda Aceh, many traffic problems. The problem that happens one of them is the conflict were in intersection. Solving this problem starts from the observation tool that is affected by the current governing saturated vehicles according to the formula have IHCM 1997 So = 600 x We. But this formula is not an absolute formula, but can be modified according to the width of the intersection approach. This work mainly focused on studying the model of ideal saturation flow rate the effect of mixed traffic at Signalized intersection the four-armed intersection in Banda Aceh on the subject of isolated signalized intersection. Non-lane based movements put as basic assumption for examining and modeling ideal saturation flow rate. The regression method employed in this study. The developed model of ideal saturation flow can be utilized for design and operational propose. The result of validation model shown that model 1 (So=523W) and model 2 (So=773+417We) are quite acceptable. The error term is predicted approximately 2.0 % (RMSPE) and maximum deviation about 185 PCU/hr (RMSE), and it valid to approaches width from 4.5 to 8.5m.
Keywords : saturation flow rate, isolated signalized intersection, mixed traffic, approaches width and model saturation flow rate.
Abstrak: Simpang memiliki peranan penting menyalurkan pergerakan lalu lintas dari berbagai pertemuan arus pergerakan. Fungsi utama simpang adalah mengurangi potensi konflik dan konsentrasi arus. Seiring dengan Pesatnya percepatan pertumbuhan kepemilikan kendaraan di Banda Aceh, banyak menimbulkan masalah lalu lintas. Masalah yang terjadi salah satunya adalah konflik di persimpangan. Pemecahan dari masalah ini dimulai dari pengamatan alat pengaturnya yang dipengaruhi oleh arus jenuh dasar kendaraan yang menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 mempunyai model So = 600 x We. Namun model ini bukanlah hal yang mutlak, tapi dapat dimodifikasi sesuai dengan lebar efektif lengan simpang. Penelitian ini bertujuan memodelkan arus jenuh dasar sesuai dengan kondisi arus lalu lintas campuran pada simpang bersinyal berlengan empat di Kota Banda Aceh untuk tipe simpang terisolasi. Konsep pergerakan antar dan intra lajur (non lane based movements) diperkenalkan dan menjadi asumsi dalam memodelkan arus jenuh simpang. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana. Model arus jenuh dasar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi arus jenuh dasar simpang, terutama untuk tujuan disain dan pengoperasian simpang. Validasi memperlihatkan model 1 (So=523W) dan model 2 (So=773+417We) dapat diterima dengan tingkat kesalahan maksimum 2.0% (RMSPE) dan maksimum deviasi 185 SMP/jam (RMSE) dan valid untuk simpang dengan efektif lengan bervariasi dari 4,5-8,5m.
Kata kunci : arus jenuh dasar, simpang terisolasi, lalu lintas campuran, lebar efektif lengan simpang dan model arus jenuh dasar.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 2
PENDAHULUAN
Simpang memiliki peranan penting untuk menyalurkan pergerakan lalu lintas dari berbagai pertemuan arus pergerakan. Fungsi utama simpang adalah mengurangi potensi konflik
(safety) dan konsentrasi arus (breakdown).
Simpang bersinyal terisolasi (isolated signalized
intersection) adalah bentuk pengoperasian
simpang yang umumnya digunakan di Banda Aceh.
Di Indonesia umumnya, Banda Aceh khususnya, aliran lalu lintas tergolong campuran(mixed traffic) bahkan didominasi oleh kendaraan roda dua. Pergerakan arus lalu lintas tidak mengikuti aliran perlajur (lane indiscipline). Faktanya, prilaku pengemudi untuk melakukan tindakan perpindahan antar lajur (lane changing) atau mendahului tipe kendaraan lain (overtaking) sangat sering terjadi baik oleh pengguna roda dua ataupun mobil. Kondisi mempengaruhi proses pelepasan arus (discharge flow) pada saat sinyal berubah warna hijau MKJI 1997 memberikan model arus jenuh dasar sebagai fungsi efektif lengan simpang, angka kalibrasi 600 diambil dengan mengakomodir data empiris dari berbagai kota di Indonesia. Munawar (2006) dan Susilo dan Solihin (2011) melakukan kajian ulang di kota Yogyakarta dan Bandung. Mereka menyimpulkan model arus jenuh MKJI (1997) memiliki deviasi yang besar terutama untuk lebar efektif lengan simpang lebih besar dari 7m. Kalibrasi dan validasi dilakuan kembali untuk model arus dasar yang mewakili kondisi kota Yogyakarta dan Bandung.
Perhitungan arus jenuh dengan metode
MKJI 1997 ternyata tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan (Widodo, 1997). Nilai arus jenuh yang digunakan sebagai landasan dalam hitungan kapasitas jalan pada MKJI 1997 adalah lebar pendekat dan nilai konstanta. Perhitungan untuk memprediksi arus jenuh dinilai tidak tepat sehingga perlu diadakan perbaikan dengan cara mencari faktor konstanta yang tepat sebagai pengali lebar efektif pada arus jenuhnya, sesuai dengan arus lalu lintas aktual kota Banda Aceh.
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh dari kondisi arus lalu lintas campuran terhadap lebar pendekat untuk memodelkan arus jenuh simpang.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan dimana beberapa ruas jalan bertemu dan lintasan kendaraan saling berpotongan. Lalu lintas yang bergerak pada masing-masing kaki simpang menggunakan ruang jalan pada simpang secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Simpang merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, khususnya di daerah perkotaan. Pengertian lain dari MKJI 1997 ( Anonim, 1997), persimpangan (intersection ) adalah dua buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.
Arus Jenuh
Arus jenuh sangat di pengaruhi oleh karakteristik pelepasan arus kendaraan, reaksi
3 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 pengemudi dan juga karakter pengemudi. Sehingga, permulaan keberangkatan arus menyebabkan terjadinya waktu hilang awal
(start lag) dan disaat akhir pergerakan arus
menjelang merah akan terjadi tambahan waktu akhir (end lag). Konsep waktu hijau efektif kemudian dijadikan acuan untuk menentukan besarnya arus jenuh simpang pada simpang bersinyal (MKJI, 1997).
Patil at al (2007) melakukan studi di kota Mumbhai, India. Penulis memodelkan arus jenuh simpang dengan menggunakan regresi linear dengan mengakomodir lebar efektif lengan simpang persentase kendaraan berat, kendaraan membelok sebagai variabel bebasnya. Arasan and Jagadeesh (1995) mengadopsi metode probabilitas untuk mempelajari dan memodelkan efek lalu lintas campuran terhadap arus jenuh simpang. Mereka melakukan komparatif studi dengan metode konvensional yang di kenal dengan headway
ratio method. Penulis menyimpulkan metode
probabilitas lebih sesuai dan mampu menjelaskan kondisi lalu lintas campuran untuk kondisi di India. Karakteristik arus lalu lintas campuran juga diteliti di Bangladesh oleh Husain (2001). Penulis menyimpulkan kondisi arus lalu lintas yang lebih komplek terjadi karena pengaruh variasi jenis kendaraan. Model arus jenuh dan nilai ekivalensi mobil penumpang (EMP) dimodelkan kembali dengan menggunakan pendekatan konsep simulasi.
Hijau efektif oleh (MKJI,1997:2-12) didefinisikan sebagai penjumlahan tampilan waktu hijau dengan tambahan waktu akhir
minus waktu hilang. Jadi besarnya waktu hijau efektif adalah :
Waktu hijau efektif = Tampilan waktu hijau – Kehilangan awal + Tambahan akhir.
Gambar 1 . Model dasar untuk arus jenuh
Dimana arus jenuh dasar dihitung berdasarkan konsep lebar efektif lengan pendekat (We) simpang bersinyal, atau So = 600We.
Susilo and Solihin (2011) Arus jenuh adalah volume maksimum yang dinyatakan dalam smp/jam hijau, yang dapat melewati garis henti dari jalur pendekat pada saat lampu hijau dan pada saat tersebut terdapat deretan kendaraan pada jalur pendekat tersebut.
Satuan Mobil Penumpang
Satuan mobil penumpang adalah satuan untuk mengkonversikan jenis- jenis kendaraan yang berbeda kepada satu jenis kendaraan standar yaitu kendaraan penumpang.
Arus lalu lintas untuk setiap gerakan belok kiri, lurus dan belok kanan di konversi dari kendaraan per-jam menjadi Satuan Mobil Penumpang (SMP) per-jam dengan menggunakan Ekivalensi Mobil Penumpang
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 4 (EMP) untuk masing-masing pendekat
terlindung dan terlawan MKJI 1997 memberikan angka ekivalensi mobil penumpang (EMP) pada simpang bersinyal seperti yang terlihat dalam Tabel 1 :
Tabel 1 . Nilai emp pada simpang bersinyal menurut MKJI 1997
Jenis kendaraan
Emp untuk pendekat Terlindung Terlawan
LV 1,0 1,0
HV 1,3 1,3
MC 0,2 0,4
Sumber : MKJI 1997
Faktor-faktor yang mempengaruhi arus jenuh menurut (Susilo, 2011:624) yaitu :
1. Lebar jalur pendekat (approach)
Arus jenuh berhubungan erat dengan lebar jalur pendekat. Semakin besar lebar jalur pendekat semakin besar pula arus jenuhnya. 2. Komposisi lalu lintas
Jika kendaraan yang melewati garis henti dalam keadaan jenuh/deretan kendaraan panjang, maka urutan kendaraan, arah belokan kendaraan ke kanan atau ke kiri sangat mempengaruhi besarnya jumlah kendaraan yang lewat.
3. Kelandaian kaki persimpangan.
Arus jenuh akan berkurang untuk jalur pendekat yang mempunyai landai mendaki dan akan bertambah jika jalur pendekat berlandai menurun. Landai diukur dari garis henti sampai 60 meter ke belakang. Umumnya arus jenuh ± 3% untuk setiap 1% landai.
4. Keadaan lingkungan.
Keadaan lingkungan secara umum, seperti keadaan permukaan jalan, gangguan
yang timbul oleh pejalan kaki, gangguan bagi kendaraan yang akan belok kanan, baik dan tidaknya radius lengkung untuk belok kiri, kecepatan rata-rata kendaraan yang memasuki persimpangan akan mempengaruhi besarnya arus jenuh.
5. Perilaku pengemudi.
Perilaku pengemudi adalah salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi arus jenuh dari suatu lengan persimpangan, terutama perilaku pengemudi kendaraan yang tidak disiplin berlalu lintas, seperti :
a. Pengemudi menempatkan kendaraan melebihi jalur yang ditetapkan;
b. Pengemudi motor yang mengisi sela-sela kendaraan dibagian depan antrian bahkan menunggu didepan garis henti;
c. Pengemudi di baris depan tidak memperhatikan lampu lalu lintas.
Akibat tindakan tersebut maka akan mengakibatkan terlambat start dan akan menghalangi pergerakan lalu lintas kendaraan yang lain. Gangguan ini akan meningkatkan waktu hilang pada awal waktu hijau yang secara nyata akan mengurangi kapasitas dari lengan persimpangan tersebut. Waktu hilang ini biasanya dikenal sebagai waktu hilang karena terlambat start.
Model Arus Jenuh Dasar
Model arus jenuh dasar yang dikembangkan pada penelitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana. Dua model dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu model tanpa konstanta regresi dan model
5 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 menggunakan konstanta regresi, Bentuk dasar persamaan regresi untuk arus jenuh dasar sebagai berikut:
a. Y = BX + ԑ ...(1) b. Y = A + BX + ԑ ...(2) Dimana :
Y = Arus jenuh dasar (smp/jam) A = Konstanta regresi
B = Koefisien regresi X = Lebar lengan efektif (m) ε = Residual (error term)
Model pertama tanpa konstanta regresi, artinya secara totalitas model diregresi dengan lebar efektif lengan simpang. Sedangkan Model kedua mengakomodir nilai konstanta dan juga lebar efektif lengan simpang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan langkah identifikasi masalah, studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu karakteristik arus lalu lintas dan kondisi geometrik. untuk pengambilan data aliran lalu lintas dilakukan pada masing-masing pendekat simpang dengan mengacu pada jumlah sampel sehingga mencapai 30 siklus. Survei dilakukan pada jam puncak pagi 7.00 - 9.00 dan jam puncak sore 16.00 -18.00. Perekaman data dilakukan disetiap lengan simpang dengan menggunakan kamera perekam (video recorder) yang diposisikan semaksimal mungkin sehingga dapat mengopservasi arus
keberangkatan dari lengan yang di tinjau. Data yang di amati sebanyak 30 siklus untuk setiap lebar pendekat, hal ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat kesalahan pengambilan data dilapangan. Simpang yang diteliti masing-masing memiliki 4 (empat) lebar pendekat, sehingga total siklus pengamatan berjumlah 360 siklus. Setiap pendekat memiliki panjang waktu siklus yang berbeda - beda. Terakhir, data pengaturan sinyal dilakukan dengan langsung mengopservasi di lapangan.
Data arus lalu lintas yang diperoleh dari rekaman video, kemudian dilakukan analisa arus jenuh dasar. Regresi linear sederhana digunakan untuk memodelkan arus jenuh dasar pada simpang yang ditinjau. Model arus jenuh dasar yang akan dimodelkan kemudian dilakukan validasi terhadap arus jenuh dasar teramati dan divalidasi terhadap model empiris (seperti MKJI, 1997, Munawar 2006 dan Susilo 2011).
Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Lokasi studi dilakukan di kota Banda Aceh, tiga simpang bersinyal dengan variasi geometrik dan komposisi arus lalu lintas dipilih sebagai objek penelitian. Simpang terpilih tersebut adalah simpang BPKP, simpang Surabaya, dan simpang Jambotape. Simpang-simpang berikut diasumsikan memiliki kondisi arus lalu lintas tinggi dengan lebar lengan efektif bervariasi mulai dari 4.5 m sampai 8.5 m. Untuk lebih jelasnya lokasi kegiatan dapat dilihat pada gambar 3, 4 dan gambar 5.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 6
Gambar 2 . Bagan alir penelitian
Gambar 3 . Simpang BPKP
Gambar 4 . Simpang Surabaya
Gambar 5 . Simpang Jambo Tape
Data yang dikumpulkan dari ketiga simpang bersinyal tersebut yaitu Sp. BPKP, Sp. Surabaya dan Sp. Jambo Tape mempunyai empat lengan di setiap simpang dengan waktu siklus yang berbeda. Kemudian data rekaman video diekstrak untuk
menghitung jumlah kendaraan yang melewati garis
7 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014
waktu hijau efektif. untuk mendapatkan data arus jenuh teramati dengan menggunakan interval waktu 4 empat detik. Variasi jenis kendaraan sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV) dan kendaraan berat (HV) dikonversikan menjadi SMP dengan menggunakan EMP Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi arus lalu lintas
Rekapitulasi data arus jenuh dasar lapangan untuk ketiga simpang pengamatan yaitu Sp. BPKP, Sp. Surabaya dan Sp. Jambo Tape dapat dilihat dalam Tabel 2, berikut ini :
Tabel 2. Rekapitulasi data arus jenuh dasar lapangan
Nama jalan We (m) Arus jenuh lapangan (smp/jam) P. Nyak Makam 4,5 2778 T. Iskandar 6,5 3368
Prof. Ali Hasyimi 7,0 3451 Tgk. Imum lueng bata 7,0 3634 Tgk. Chik Di Tiro 7,5 3602 Tgk. Daud Beureu’eh 7,5 3854 T. Hasan Dek 7,7 4092 Mr. Mohd. Hasan 8,0 4400 T. Nyak Arief 8,0 3912 T. Hasan Dek 8,5 4468
Dari 10 lebar pendekat di atas hanya 7 pendekat yang akan dikalibrasi terhadap lebar pendekat tersubut. Hal ini dikarenakan ada beberapa pendekat yang memiliki lebar efektif lengan simpang yang sama, seperti pendekat jalan Prof Ali Hasyimi dan jalan Tgk. Imum Lueng bata yang sama-sama memiliki lebar pendekat 7 meter. Nilai arus jenuh pada pendekat yang memiliki lebar
efektif lengan simpang yang sama di rata-ratakan untuk mendapatkan arus jenuh dasar terhadap pendekat tersebut. Data arus jenuh dasar yang akan dikalibrasi dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3. Data kalibrasi arus jenuh
Lebar efektif (m)
Arus jenuh lapangan (smp/jam) 4,5 2.778 6,5 3.368 7,0 3.542 7,5 3.728 7,7 4.092 8,0 4.156 8,5 4.468
Model Arus Jenuh Dasar
Dua model arus jenuh dasar dibangun pada studi ini, meskipun keduanya adalah model prediksi arus jenuh dasar yang tergolong model sederhana (simple model). Untuk alasan praktis, dengan model yang sederhana namun terukur akan semaksimal mungkin dapat diaplikasikan dalam dunia praktisi. Model yang pertama adalah model tanpa konstanta regresi, artinya secara totalitas model diregresi dengan lebar efektif lengan simpang. Model kedua dengan mengakomodir nilai konstanta dan juga lebar efektif lengan simpang. Kalibrasi parameter model prediksi arus jenuh dasar simpang dilakukan dengan menggunakan data dari tiga simpang dengan total 7 lengan. Dari Tabel 3 di atas dapat dibuat model prediksi antara lebar pendekat dan arus jenuh rata-rata lapangan dengan menggunakan program spss, Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 8
Tabel. 4 Kalibrasi model arus jenuh
Model Para meter Parameter Kalibrasi R 2 Sampel A B Model 1 Koofisi en - 523 0,99 7 (So=523We) t-value - 49,95 Model 2 Koofisi en 773 417 0,93 7 (So=417We + 773) t-value 2,25 8,74
Kalibrasi model memperlihatkan nilai
Adjusted R square dan t-value yang sangat baik
dengan asumsi tingkat kepercayaan 95% untuk model yang dikembangkan dengan menggunakan nilai EMP (MKJI, 1997). Dengan menggunakan program SPSS, didapat persamaan yang tidak memiliki konstanta yaitu y = 523x dalam bentuk model So = 523We dengan R
2
= 0,99 dan thitung = 49,97 >
ttabel = 2,45, maka dapat disimpulkan variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan, sedangkan persamaan yang memiliki konstanta yaitu y = 773 +417x dalam bentuk model So = 773 + 417We dengan R
2
= 0,93 dan thitung
=8,74>ttabel = 2,57 maka dapat disimpulkan
variabel tersebut juga berpengaruh secara signifikan. Nilai R
2
merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan kelayakan persamaan garis, jika hasil R
2
mendekati 1, makadapat dikatakan bahwa model tersebut memiliki kecocokan lebih baik, sebaliknya jika semakin jauh dari nilai 1 maka kecocokan model kurang baik.
Validasi model arus jenuh
Untuk memperlihatkan tingkat sensitivitas
model arus jenuh dasar, maka uji perbandingan atau validasi model diperlukan. Tujuannya untuk memastikan kemampuan model arus jenuh dari hasil regresi linear dengan model arus jenuh eksisting MKJI, 1997, Munawar, 2006 dan Susilo, 2011
Sensitivitas model yang diajukan model 1 dan model 2 divalidasi dengan plotting model empiris antara ( MKJI, 1997), model dari Munawar, (2006) dan model susilo, (2011). Untuk model Munawar, (2006) dapat disimpulkan bahwa prediksi model menghasilkan deviasi positif yang sangat besar (overestimate). Hal ini jelas terlihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Plotting model arus jenuh dasar
Nilai arus jenuh dasar teramati memiliki perbedaan sangat besar dengan nilai arus jenuh yang diprediksi dengan metode MKJI, 1997. Sedangkan model yang diajukan model 1, model 2 dan model dari susilo (2011), masing-masing mendekati nilai arus jenuh teramati, uji perbandingan keempat model (MKJI, 1997; susilo (2011) dan model yang diajukan) saling mendekati nilai arus jenuh dasar yang teramati sebagai referensi validasi keempat model tersebut.
9 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 Dapat disimpulkan bahwa model arus jenuh dasar MKJI, 1997 masih dapat digunakan, namun sedikit kurang handal (reliable) memprediksi arus jenuh dasar suatu persimpangan untuk lebar jalan 6,5 meter – 8,5 meter mengalami sedikit deviasi positif (overestimate).
Untuk tujuan kepercayaan terhadap model arus jenuh dasar yang diajukan pada penelitian ini, validasi model dilakukan dengan memploting arus jenuh dasar teramati dengan yang diprediksi oleh model 1 (So=523We) dan model 2 (So=773+417We). Sudut plotting 45
0
digunakan untuk memvisualisasi distribusi arus jenuh teramati dan diprediksi. Hasil plotting dapat diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Plotting validasi model arus jenuh dasar.
Titik-titik sebaran data terdistribusi secara acak (randomly distributed) disekitar garis lurus 45
0
, ini memperlihatkan model yang diajukan memenuhi kriteria.
Untuk membuktikan model diterima dari sisi signifikansi, root mean square error (RMSE) dan root mean square percentage error (RMSPE) digunakan sebagai tool yang dapat menjelaskan keakuratan model. Hasil perhitungan
menunjukkan RMSE 185 smp/jam (model 1), 130 smp/jam (model 2) sedangkan nilai RMSPE 2,0% (model 1), 1,9% (model 2). Teorikal, ini membuktikan bahwa model menghasilkan kesalahan maksimum sebesar 2%, atau memiliki deviasi 130 SMP/jam dari nilai arus jenuh dasar yang teramati. Hasil ini masih bisa diterima, karena secara statistik tingkat kesalahan dibawah 5% dapat diterima (acceptable).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Metode regresi linear yang digunakan sebagai tool pada studi ini, mampu memperlihatkan kemampuannya dengan baik dalam menganalisa variabilitas arus jenuh dasar, dengan mempertimbangkan faktor tingginya jumlah roda dua dan variasi lebar efektif lengan simpang. Beberapa hal penting dapat disimpulkan dari penelitian ini, diantaranya 1. Model arus jenuh dasar MKJI, 1997
masih dapat digunakan dengan catatan jika memprediksi arus jenuh pada lebar pendekat 6.5 m sampai 8.5 m sebaiknya menggunakan model yang dihasilkan pada penelitian ini.
2. Model arus jenuh dasar yang diajukan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi arus jenuh dasar simpang, terutama untuk tujuan disain dan pengoperasian simpang, dan hasil validasi memperlihatkan model 1
(So=523We) dan model 2
(So=773+417We) dapat diterima dengan tingkat kesalahan maksimum 2%.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 10
Saran
Untuk tujuan kelanjutan penelitian ini, perlu dilakukan pengembangan model arus jenuh dasar dengan mengakomodir lebih banyak variasi lebar lengan simpang (geometrik) dan variasi komposisi lalu lintas. Sehingga model arus jenuh dasar akan lebih optimal dan tervalidasi. Faktor penyesuaian perlu diteliti lebih lanjut untuk impang-simpang tidak ideal, sebelum model tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk model kapasitas, antrian dan tundaan simpang.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia. Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Jalan Kota (BINKOT), Jakarta, Indonesia..
Arasan, V.T., dan Jagadeesh, K 1995, ‘Effect of Teterogeneity of Traffic on Delay at Signalized Intersections’, Journal of Transportation Engineering. 121(5), 397-404. Hossain, M 2001, ‘ Estimation of Saturation Flow
at Signalised Intersections of Developing Cities: A microsimulation Modelling Approach’, Transportation Research Part A, 35(2), 123-141.
Munawar, A 2006, Queues and Delays at Signalized Intersections, Indonesian Experience, 5th International Symposium on Highway Capacity and Quality of Service. Yokohama, Japan.
Patil, R. G., R a o K . V. K , d a n Ning Xu. 2007, Saturation Flow Estimation at Signalized Intersections in Developing Countries, TRB 86th Annual Meeting (CD-ROM), Transportation Research Board, Washington, DC.
Susilo, H.B., dan Solihin, Y., 2011, ‘ Modification of Saturation Flow Formula by Width of Road Approach’, Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, 16 (2011) 620–629. Tamin, OZ 2000, Perencanaan dan pemodelan
transportasi, Penerbit ITB, Bandung.
Widodo, W. (1997). Perbandingan antara metode MKJI (1996) dengan program OSCADY
pada simpang bersinyal. Tesis Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.