• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA TAWAS, PASIR DAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KUALITAS AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA TAWAS, PASIR DAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KUALITAS AIR"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT DENGAN

MEDIA TAWAS, PASIR DAN ARANG TEMPURUNG

TERHADAP KUALITAS AIR

Suatu Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh

Ijazah Sarjana Teknik

Disusun Oleh ;

Andrisman Satria

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG - MEULABOH

2013

NIM : 09C10203012 Bidang : Struktur Jurusan : Teknik Sipil

(2)

i

Suatu Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh

Ijazah Sarjana Teknik

Disusun Oleh ;

Andrisman Satria

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG - MEULABOH

2013

NIM : 09C10203012 Bidang : Struktur Jurusan : Teknik Sipil

(3)

ii

PENGESAHAN

MODEL ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA TAWAS, PASIR DAN ARANG TEMPURUNG

TERHADAP KUALITAS AIR

Nama Mahasiswa : Andrisman Satria Nomor Induk Mahasiswa : 09C10203012 Bidang Studi : Struktur

Jurusan : Teknik Sipil

Alue Peunyareng, Oktober 2013 Disetujui Oleh,

Diketahui Oleh, Ketua Jurusan Teknik Sipil, Pembimbing I, Kiswanto, S.Pd., M.Si NIDN. 01–1910-7602 Pembimbing II, Andi Yusra, ST NIDN. 01–2311-7302 Astiah Amir, ST., MT NIDN. 01-0230-3734

(4)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model Alat Penyaringan Air Gambut Dengan Media Tawas, Pasir Dan Arang Tempurung Terhadap Kualitas Air.” dengan baik dan ucapan terimakasih kepada Ayah dan Ibu untuk doa, kasih sayang, dan kesabaran, serta dukungan moral dan materil yang selalu diberikan kepada penulis. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik program studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Kiswanto, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Andi Yusra, ST selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Rusman AR, MSME Selaku Dekan I Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar, Ibu Astiah Amir, ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil dan seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik.

3. Pihak PreMentoring Program 2013 Recognition And Mentoring Program -Institut Pertanian Bogor (RAMP-IPB) atas dukungan pendanaan untuk penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. Suprihatin dan Bapak Dr. Desrial atas bimbingan beliau penulis bisa terpilih menjadi salah satu pemenang yang mendapatkan dana dari RAMP-IPB 2013.

(5)

iv

5. Pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang juga telah memberikan sumbangan dana penelitian kepada penulis melalui lomba Pekan Kreatifitas Mahasiswa 2012 (PKM 2012) sehingga skripsi ini dapat terwujud. 6. Teman-teman yang selalu memberi masukan kepada penulis baik selama masa

pendidikan ataupun dalam penyelesaian laporan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan untuk civitas Universitas Teuku Umar.

Meulaboh, Oktober 2013 Penulis

Andrisman Satria NIM : 09C10203012

(6)

v

Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting, semua aspek kehidupan tidak terlepas akan kebutuhan air. Kurangnya persedian air bersih saat ini bukan saja menjadi masalah dibeberapa daerah saja, tetapi telah menjadi masalah nasional. Dibeberapa daerah sumber air tersedia banyak seperti air laut, air sungai dan air gambut, namun sumber air tersebut belum memenuhi standar air bersih, begitu juga di daerah dataran rendah dan berawa di Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan masih mengalami kesulitan mencari sumber air bersih dan juga air minum. Hal ini karena sumber air yang terdapat di daerah tersebut adalah air gambut. Kebutuhan akan suatu solusi atau alat untuk menyelesaikan masalah tersebut merupakan hal yang sangat diharapkan oleh masyarakat, warna air dan kadungan parameter kimia yang dimiliki air gambut masih berada dibawah standar mutu air berdasarkan PERMENKES RI NO.907 Tahun 2002. Untuk mencari solusi terhadap permasalahan kekurangan air bersih, maka dilakukanlah penelitian ini, jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan model alat penyaringan air gambut dengan media tawas, pasir, dan arang tempurung yang diisi kedalam tabung pipa PVC dengan metode aliran dari bawah ke atas (up flow). Sampel air yang diambil merupakan air gambut yang berada di sekitar wilayah Kecamatan Johan Pahlawan yang terdiri dari Desa Cot Lawang, Desa Rundeng, dan Desa Seunebok. Pada penelitian ini kadungan kualitas air setelah dilakukan penyaringan diperoleh hasil yang memenuhi standar untuk air bersih berdasarkan PERMENKERS RI NO. 907 Tahun 2002. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk permasalahan ketersediaan air bersih dengan menerapkan model alat penyaringan air gambut pada rumah tangga di sekitar wilayah Kecamatan Johan Pahlawan.

(7)

vi DAFTAR ISI Lembaran Judul... i Pengesahan ... ii Prakata... iii Abstrak ... v Daftar Isi... vi

Daftar Gambar... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran Gambar ... x

Daftar Lampiran Perhitungan... xi

Daftar Lampiran Surat Keputusan ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 2 1.3 Batasan Masalah ... 2 1.4 Perumusan Masalah ... 3 1.5 Tujuan Penelitian... 3 1.6 Manfaat Penelitian... 3 1.7 Perumusan Hipotesis ... 3

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN... 4

2.1 Air Gambut ... 4 2.2 Arang Tempurung ... 4 2.3 Tawas... 5 2.4 Pasir ... 6 2.5 Kualitas Air ... 6 2.5.1 Air bersih ... 6 2.5.2 Air minum ... 6 2.5.3 Air limbah... 7

2.6 Standar Air Bersih ... 8

BAB III METODE PENELITIAN ... 9

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 9

3.2 Populasi dan Sampel... 10

3.3 Bahan dan Alat ... 10

3.4 Spesifikasi Model Alat Penyaringan ... 10

3.5 Prosedur Penelitian ... 11

3.5.1 Preparasi alat rancangan penelitian ... 11

3.5.2 Preparasi sampel ... 11

3.5.3 Parameter penelitian ... 12

(8)

vii

c. Desa seuneubok ... 20 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 22 5.2 Saran ... 22 DAFTAR PUSTAKA ... 23

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Bagan penelitian... 12

Gambar 4.1 Diagram perbandingan kadar besi (Fe) dengan standar baku ... 16

Gambar 4.2 Diagram perbandingan kadar TDS dengan standar baku... 16

Gambar 4.3 Diagram perbandingan kadar pH dengan standar baku ... 17

Gambar 4.4 Diagram perbandingan kadar Zn dengan standar baku ... 17

Gambar 4.5 Diagram perbandingan kadar F dengan standar baku ... 18

Gambar 4.6 Diagram perbandingan kadar NO3dengan standar baku ... 18

(10)

ix

Tabel 2.1 Kualitas air bersih untuk parameter kimiawi ... 8

Tabel 3.1 Bahan dan alat yang digunakan pada model alat penyaringan ... 10

Tabel 4.1 Uji Fe (Besi)... 13

Tabel 4.2 Uji TDS (Total Zat Padat Terlarut)... 13

Tabel 4.3 Uji pH ... 14

Tabel 4.4 Uji Zn (Seng) ... 14

Tabel 4.5 Uji F (Fluorida) ... 14

Tabel 4.6 Uji NO3(Nitrat)... 15

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

Halaman

Gambar A.1 Dokumentasi kegiatan ... 24

Gambar A.2 Gambar desain alat penyaringan air gambut ... 29

Gambar A.3 Gambar alat penyaringan air gambut ... 30

(12)

xi

Halaman Lampiran C.1 Pendekatan perhitungan desain... 32

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN

Halaman Lampiran surat keputusan Menteri kesehatan... 33 Lampiran surat keputusan dari UPTD ... 52

(14)

1.1 Latar Belakang

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.

Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidup dan memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian permukaan bumi memberi tempat hidup 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk kepentingan makhluk hidup terutama manusia. Hanya 1 % di antaranya tergolong air bersih selainnya harus melalui pengolahan terlebih dahulu.

Air bersih sangat didambakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari misalnya untuk air minum, memasak, mencuci dan dalam jumlah yang besar digunakan untuk keperluan industri, pertanian, kebersihan sanitasi kota dan lain sebagainya (Kusnaedi, 2006).

Air yang dikatakan bersih harus memenuhi syarat dari segi kualitas dan kuantitas. Dari segi kualitas, air yang tersedia harus memenuhi kesehatan yang dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi. Kualitas air bersih harus

(15)

2

memenuhi standar baku yang sudah ditetapkan misalnya suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan, pH, logam berat yang terlarut didalamnya (MENKES/PER/VII/2002).

Sebagian wilayah Meulaboh merupakan wilayah yang memiliki topografi tanah gambut. Masyarakat di Meulaboh memiliki permasalahan tentang bagaimana mendapatkan air bersih, sementara air yang banyak di sekitar mereka adalah air gambut. Selain itu air bersih yang dijual dari tahun ke tahun harganya meningkat. Sehingga sangat dibutuhkan suatu metode rancangan untuk mengolah air gambut menjadi air bersih.

Pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standar baku mutu. Proses pengolahan air merupakan proses perubahan sifat fisika, kimia dan biologi air agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air yang sesuai standar. Pada penelitian ini mencoba mengolah-air gambut menjadi mengolah-air bersih melalui media tawas, pasir dan arang tempurung dengan menggunakan model alat penyaringan air gambut dari rangkaian pipa PVC. Mengingat wilayah meulaboh terletak di dataran rendah dan sebagian besar wilayah ini bertanah gambut. Maka, diharapkan penelitian ini dapat memberi solusi untuk masalah kualitas air yang kurang baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Ditinjau dari segi kuantitas lahan gambut di Kecamatan Johan Pahlawan, sangat memadai sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari. Namun, masyarakat masih mengalami kesulitan untuk mengolah air gambut tersebut menjadi air yang dikategorikan bersih dan layak digunakan dalam mengisi kehidupan, serta memenuhi kesehatan terutama untuk masyarakat yang tinggal di daerah berawa atau di daratan rendah.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat waktu dan jarak pengambilan sampel maka permasalahan dibatasi pada :

(16)

1. Air gambut yang digunakan diambil dari tiga desa di Kecamatan Johan Pahlawan yaitu di Desa Cot Lawang, Desa Rundeng, dan Desa Seuneubok , di Kabupaten Aceh Barat.

2. Parameter yang diuji adalah parameter kimiawi (Fe, TDS, pH, Zn, F, NO3, NO2).

3. Material yang digunakan adalah media tawas, pasir, dan arang tempurung dengan menggunaka model alat penyaringan air gambut dari rangkaian pipa PVC.

1.4 Perumusan Masalah

Bagaimanakah kualitas air dari model alat penyaringan air gambut dengan media tawas, pasir dan arang tempurung dan apakah kualitas air tersebut memenuhi standar baku air bersih?

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kualitas air yang dihasilkan dari model alat penyaringan air gambut dengan media tawas, pasir dan arang tempurung.

1.6 Manfaat Penelitian

Untuk mengahasilkan alat yang mampu mengubah air gambut menjadi air bersih sehingga membantu masyarakat dalam memberi solusi pengolahan air gambut dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

1.7 Perumusan Hipotesis

Media tawas, pasir dan arang tempurung pada model alat penyaringan air gambut dapat mengubah air gambut menjadi air bersih.

(17)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Air Gambut

Air adalah media elektrolit bagi metabolisme makhluk hidup maupun benda mati seperti mesin-mesin industri yang berkembang pesat. Untuk memenuhi hajat untuk metabolisme, maupun sektor industri maka diperlukan air yang memenuhi standar secara fisik, kimia maupun biologi. Pengolahan air secara kimia ada 2 (dua) yaitu pertama melalui koagulasi yang merupakan proses penggumpalan melalui reaksi kimia, reaksi koagulasi dapat berjalan dengan membubuhkan zat pereaksi seperti kapur, tawas, dan kaporit. Dan yang kedua melalui aerasi yang merupakan suatu system oksigenasi melalui penangkapan O2 dari udara pada olahan air yang akan diproses, proses aerasi terutama untuk menurunkan kadar besi dan magnesium (Kusnaedi, 2006).

Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Intensitas warna yang tinggi ( berwarna coklat kemerahan ). 2. pH yang rendah antara 2-5.

3. Kandungan zat organik yang tinggi.

4. Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi yang rendah. 5. Kandungan kation yang rendah.

Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi bahan organik seperti daun, pohon atau kayu (Syarfi, 2007).

(18)

2.2 Arang Tempurung

Teknik pengolahan air yang paling sederhana adalah dengan cara penyaringan (medote fisika). Air limbah yang mengandung bahan bahan pencemar dialirkan melalui suatu media bed (filter/penyaring). Pemilihan bahan untuk penyaring tidak harus mutlak menggunakan pasir, tetapi dapat dari bahan lain yang mempunyai kekerasan yang sama atau lebih besar dari pada pasir, seperti arang aktif, arang kayu dan arang tempurung kelapa. Arang yang baik adalah arang yang memiliki kadar karbon tinggi sedangkan kadar abunya rendah. Daya absorbsi arang sangat kuat terhadap gas, metal dan warna bahan atau zat yang disaring ( Subakty, 1986).

Pohan et al. (2002), menyatakan bahwa tempurung kelapa mempunyai permukaan yang paling besar dibandingkan dengan bahan arang lainnya. Arang tempurung kelapa umumnya mempunyai luas permukaan dalam antara 500-1500 m2/g sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel partikel yang sangat halus.

2.3 Tawas

Tawas merupakan kristal putih yang berbentuk gelatin dan mempunyai sifat yang dapat menarik partikel – partikel lain sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar dan mudah mengendap. Dialam bebas tawas dapat ditemukan dalam dua bentuk yaitu bentuk padat dan cair. Tawas terbentuk dari proses pelapukan batuan yang mengandung mineral sulfida di daerah vulkanis (sol fatara) atau terjadi di daerah batu lempung, serpih atau batu sabak yang mengandung Ferrit (Fe) dan Markasit (FeS2). Kebanyakan tawas dijumpai dalam bentuk padat pada batu lempung, serpih atau batu sabak. Tawas adalah nama lain dari alumunium sulfat yang memiliki rumus kimia Al2(SO4)3 (Sukandarrumidi, 1999).

Tawas mempunyai fungsi dapat digunakan dalam proses penjernihan air, yaitu sebagai bahan penggumpal padatan – padatan yang terlarut di dalam air,

(19)

6

untuk membersihkan sumur, sebagai bahan kosmetik, zat warna tertentu dan sebagai zat penyamak kulit (Winarno, 1997).

2.4 Pasir

Pasir merupakan media penyaring yang baik dan biasa digunakan dalam proses penjernihan air. Ini dikarenakan sifatnya yang berupa butiran bebas yang -porous, berdegradasi, dan uniform. Butiran pasir memiliki pori-pori dan celah yang mampu menyerap dan menahan pertikel dalam air. Selain itu butiran pasir juga mempunyai keuntungan dalam pengadaannya yang mudah dan harganya yang relatif rendah. Pasir berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous tersebut sehingga kualitas air akan meningkat (Kusnaedi, 2006).

2.5 Kualitas Air

Berdasarkan analisis kualitas air dapat digolongkan dalam 3 (tiga) kategori (Sutrisno, 2006), yaitu:

2.5.1 Air bersih

Air bersih yaitu air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia namun bakteriologi belum terpenuhi. Secara umum penggunaan air bersih antara lain akan diolah menjadi air siap minum, untuk keperluan MCK (mandi, cuci dan kakus), sarana pariwisata dan rekreasi, pada industri sebagai sarana pendingin, sebagai pelarut di bidang farmasi/kedokteran, sarana irigasi dan sarana peternakan.

Dari segi kualitas, air bersih harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

1. Syarat Fisik: air tidak boleh berwarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau, suhu di bawah suhu udara (sejuk 25˚C ) dan jernih.

(20)

2. Syarat Kimia: tidak mengandung racun dan zat-zat mineral atau zat-zat lain tidak dalam jumlah yang berlebihan (Sutrisno, 2006).

2.5.2 Air minum

Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan kesehatan air minum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Agar air minum yang dikonsumsi masyarakat Indonesia tidak menimbulkan gangguan kesehatan maka pemerintah melalui menteri kesehatan menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum dalam Keputusan Menkes No. 907 Tahun 2002.

2.5.3 Air limbah

Air kotor/air limbah yaitu air yang bercampur dengan hasil buangan berbagai kegiatan seperti industri, rumah tangga dan sebagainya (Sutrisno, 2006). Pengertian air limbah secara umum adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta dari buangan lainnya (Sugiharto, 1987). Metcalf dan Eddy (2002), menambahkan air buangan tersebut berasal dari air yang digunakan pada berbagai kegiatan manusia sehingga terdapat perubahan karakteristik air. Rump (1999), menerangkan lebih lanjut bahwa perubahan karakteristik tersebut berupa perubahan komposisi air setelah digunakan oleh manusia. Perubahan komposisi tersebut akibat masuknya substansi unsur yang langsung dapat terdegradasi, unsur yang tidak langsung dapat terdegradasi, nutrisi untuk organisme autotrof, logam berat, garam, air buangan panas dan organisme patogen. Substansi tersebut bila masuk ke badan air dapat memberikan pengaruh pada kehidupan organisme akuatik dan manusia, sehingga kehidupan organisme dan manusia terganggu.

(21)

8

2.6 Standar Air Bersih

Didalam peraturan Menteri kesehatan tahun 2002 disebutkan ketentuan untuk beberapa paremeter kimiawi standar baku kualitas air bersih seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Kualitas air bersih untuk parameter kimiawi

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

1 2 3 4

Antimon (mg /liter) 0,005

Air raksa (mg /liter) 0,001

Arsen (mg /liter) 0,01

Barium (mg /liter) 0,7

Boron (mg /liter) 0,3

Kadmium (mg /liter) 0,003

Kromium (Valensi 6) (mg /liter) 0,05

Tembaga (mg /liter) 2 Sianida (mg / liter) 0,07 Fluorida (mg / liter) 1,5 Timbal (mg / liter) 0,01 Molybdenum (mg / liter) 0,07 Nikel (mg / liter) 0,02 Nitrat ( sebagai NO3 -) (mg / liter) 50 Nitrit (sebagai NO2 -) (mg / liter) 3 Selenium (mg / liter) 0,01

(22)

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan model alat penyaringan air gambut dari pipa PVC Dengan media tawas, pasir dan arang tempurung. Hasil kualitas air dari penelitian ini diuji di Laboratorium UPTD Banda Aceh. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 2 Mei 2013 sampai dengan tanggal 14 Mei 2013.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air yang menggenangi lahan gambut di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan langkah langkah sebagai berikut :

1. Menentukan lokasi 3 (tiga) titik yaitu di Desa Cot Lawang, Desa Rundeng, dan Desa Seuneubok. Lokasi tersebut diambil karena merupakan daerah yang dominan lahan gambut.

2. Dari titik itu masing masing diambil dua buah sampel air gambut dengan dengan sumber yang sama namun jarak berbeda.

3. Membilas terlebih dahulu bagian dalam penampung dan Alat untuk mengambil sampel secara merata sebanyak 3 (tiga) kali dengan sampel tersebut.

4. Mengambil sampel sebanyak volume yang sama yaitu 120 liter.

(23)

10

3.3 Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini digunakan bahan dan alat seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Bahan dan alat yang digunakan pada model alat penyaringan

NO BAHAN ALAT

1 Pipa PVC 4 inch Gergaji besi

2 Bak Fiber 350 liter Bor listrik

3 Dob 4 inch Gelas ukur

4 Elbow drat ¾ inch Tang

5 Lem Pipa PVC Kain

6 Seltip

7 Keran air

8 Mesin Pompa Air 125 watt

9 Ember penampung

10 Pipa PVC ¾ inch

11 Stop keran

12 Kaki dudukan alat yang dilas

3.4 Spesifikasi Model Alat Penyaringan

Pada penelitian ini digunakan alat penyaringan air gambut dengan media tawas, pasir dan arang tempurung yang dirangkai dengan pipa PVC dengan spesifikasi alat sebagai berikut :

1. Kapasitas alat 240 Liter/hari.

2. Unit bak baku, yang terdiri dari bak ukuran 350 liter.

3. Unit Koagulasi, yaitu menggunakan tawas dengan ukuran 10 gr per 100 liter 4. Unit Filtrasi, yaitu menggunakan rangkaian pipa PVC sebagai tabung yang diisi

(24)

5. Unit absorpsi, yaitu menggunakan rangkaian pipa PVC sebagai tabung yang diisi dengan bahan Arang tempurung. Dengan ukuran diameter 4 inch dan tinggi tabung 100 cm.

6. Unit Penampung, yaitu bak penampung untuk air hasil saringan. Dengan ukuran 100 liter.

7. metode penyaringan menggunakan dari bawah keatas (up flow) dengan bantuan mesin pompa air 125 watt.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Preparasi alat rancangan penelitian

Persiapan yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu pembuatan alat penyaringan air gambut dari pipa PVC dengan media tawas, pasir dan arang tempurung.

Pada penelitian ini ditetapkan yaitu :

1. koagulasi dengan menggunakan tawas 10 gram / 100 liter air selama 24 jam. 2. ketebalan pasir 80 cm yang diisi dalam tabung Pipa PVC.

3. ketebalan Arang tempurung 100 cm yang diisi dalam tabung pipa PVC.

4. metode saringan yang digunakan yaitu Up flow (aliran keatas) dengan bantuan mesin pompa air dengan daya 125 Watt.

3.5.2 Preparasi sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari akan dilaksanakan penyaringan air, dan langsung dilakukan koagulasi pada hari tersebut mengingat pengaruh waktu dapat menyebabkan lamanya pengendapan.

(25)

12

3.5.3 Parameter penelitian

Pada penelitian ini akan dilakukan penyaringan sampel air gambut dengan menggunakan model alat penyaringan air gambut yang telah dirancang. Kemudian air hasil saringan akan dilakukan pengujian kualitas air dan dibandingkan dengan standar baku untuk air bersih (Permenkes RI. No 907 tahun 2002).

3.6 Bagan Penelitian

Permenkes RI. No 907 tahun 2002

Olah data

Cek Hasil Berdasarkan :

Penelitian (Uji Alat) Desain dan Rancangan Alat Pengumpulan Data (Kepustakaan)

Perumusan Masalah

Melakukan penyaringan air Gambut

(26)

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan membanding hasil uji laboratorium dari sebuah model alat terhadap standar baku air bersih. Sehingga Setelah melakukan pengujian kualitas air dari model alat penyaringan air gambut dengan media tawas, pasir dan arang tempurung yang kemudian dibandingkan hasilnya dengan standar baku air bersih Permenkes RI No. 907 tahun 2002. Maka, didapatkan hasil dan pembahasan sebagai berikut :

4.1 Hasil

Dari hasil pengujian laboratorium UPTD Banda Aceh untuk uji kimiawi didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Uji Fe (Besi)

NO Lokasi Sampel Hasil Baku Mutu Satuan

1 Cot Lawang 0,0039 0,3 Mg/L 2 Cot Lawang 0,0013 3 Rundeng 0,0049 4 Rundeng 0,0292 5 Seuneubok 0,0011 6 Seuneubok 0,0033

Sumber : Data primer (Diolah tahun 2013)

(27)

14

Tabel 4.2 Uji TDS (Total Zat Padat Terlarut)

NO Lokasi Sampel Hasil Baku Mutu Satuan

1 Cot Lawang 98,5 500 Mg/L 2 Cot Lawang 134,5 3 Rundeng 221 4 Rundeng 136 5 Seuneubok 155,2 6 Seuneubok 147,9

Sumber : Data primer (Diolah tahun 2013)

Tabel 4.3 Uji pH

NO Lokasi Sampel Hasil Baku Mutu Satuan

1 Cot Lawang 7,64 6,5-8,5 Mg/L 2 Cot Lawang 6,54 3 Rundeng 5,07 4 Rundeng 6,96 5 Seuneubok 5,79 6 Seuneubok 5,50

Sumber : Data primer (Diolah tahun 2013) Tabel 4.4 Uji Zn (Seng)

NO Lokasi Sampel Hasil Baku Mutu Satuan

1 Cot Lawang 0,1298 3 Mg/L 2 Cot Lawang 0,0066 3 Rundeng 0,1482 4 Rundeng 0,0005 5 Seuneubok 0,0043 6 Seuneubok 0,0257

(28)

Tabel 4.5 Uji F (Fluorida)

NO Lokasi Sampel Hasil Baku Mutu Satuan

1 Cot Lawang 0,34 1,5 Mg/L 2 Cot Lawang 0,62 3 Rundeng 0,12 4 Rundeng 0,40 5 Seuneubok 0,45 6 Seuneubok 0,83

Sumber : Data primer (Diolah tahun 2013)

Tabel 4.6 Uji NO3(Nitrat)

NO Lokasi Sampel Hasil Baku Mutu Satuan

1 Cot Lawang 0,419 50 Mg/L 2 Cot Lawang 0,009 3 Rundeng 0,065 4 Rundeng 0,015 5 Seuneubok 0,004 6 Seuneubok 0,009

Sumber : Data primer (Diolah tahun 2013) Tabel 4.7 Uji NO2(Nitrit)

NO Lokasi Sampel Hasil Baku Mutu Satuan

1 Cot Lawang 0,022 3 Mg/L 2 Cot Lawang 0,007 3 Rundeng 0,016 4 Rundeng 0,025 5 Seuneubok 0,026 6 Seuneubok 0,034

(29)

16

Gambar 4.1 Diagram perbandingan kadar besi (Fe) hasil penelitian dengan standar baku

Gambar 4.2 Diagram perbandingan TDS hasil penelitian dengan standar baku

0.00390.0013 0.0049 0.0011 0.0292 0.0033 0.3 0.3 0.3 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Cot Lawang Rundeng Seuneubok

Mg/L

Hasil 1 Hasil 2 Standar Baku

98.5 221 155.2 134.5 136 147.9 500 500 500 0 100 200 300 400 500 600

Cot Lawang Rundeng Seuneubok

Mg/L

(30)

Gambar 4.3 Diagram perbandingan pH hasil penelitian dengan standar baku

Gambar 4.4 Diagram perbandingan Zn hasil penelitian dengan standar baku

7.64 5.07 5.79 6.54 6.96 5.5 8.5 8.5 8.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cot Lawang Rundeng Seuneubok

Hasil 1 Hasil 2 Standar Baku

0.12980.0066 0.14820.0005 0.00430.0257 3 3 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Cot Lawang Rundeng Seuneubok

Mg/L

(31)

18

Gambar 4.5 Diagram perbandingan F hasil penelitian dengan standar baku

Gambar 4.6 Diagram perbandingan NO3hasil penelitian dengan standar baku

0.34 0.12 0.45 0.62 0.4 0.83 1.5 1.5 1.5 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Cot Lawang Rundeng Seuneubok

Mg/L

Hasil 1 Hasil 2 Standar Baku

0.34 0.12 0.45 0.62 0.4 0.83 1.5 1.5 1.5 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Cot Lawang Rundeng Seunebok

Mg/L

(32)

Gambar 4.7 Diagram perbandingan NO2hasil penelitian dengan standar baku

4.2 Pembahasan

Pada Penelitian ini pengambilan sampel air gambut dilakukan di 3 (tiga) desa dikecamatan Johan Pahlawan, yaitu Desa Cot Lawang, Desa Rundeng, dan Desa Seuneubok. Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel adalah cerah. Air gambut tersebut diambil sebanyak 2 (dua) sampel pada setiap desa sehingga total sampel yang akan dilakukan penyaringan adalah 6 (enam) sampel. Air gambut disetiap desa diambil sebanyak 120 liter kemudian dilakukan koagulasi selama satu hari (24 jam) dengan tawas dan selanjutnya disaring dengan media pasir, dan arang tempurung yang ada pada model alat penyaringan air gambut.

Setelah dilakukan penyaringan, air gambut dari 3 (tiga) desa tersebut dilakukan uji kualitas air dilaboratorium UPTD Banda Aceh. Dengan hasil sebagai berikut : 0.022 0.007 0.016 0.025 0.026 0.034 3 3 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Cot Lawang Rundeng Seuneubok

Mg/L

(33)

20

a. Desa cot lowang

Pada Desa Cot Lawang didapatkan hasil penelitian yaitu untuk parameter Fe dengan kadar 0,0039 dan 0,013 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 0,3 Mg/L, parameter TDS dengan kadar 98,5 Mg/L dan 134,5 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang dizinkan yaitu 500 Mg/L, parameter pH dengan nilai 7,64 dan 6,54 yang masih berada diantara nilai standar baku yaitu 6,5-8,5, parameter Zn dengan kadar 0,1298 Mg/L dan 0,006 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 3 Mg/L, parameter F dengan kadar 0,34 Mg/L dan 0,62 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 1,5 Mg/L, parameter NO3 dengan kadar 0,419 Mg/L dan 0,009 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 50 Mg/L, dan untuk parameter NO2 dengam kadar 0,022 Mg/L dan 0,007 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 3 Mg/L. Semua hasil tersebut memenuhi standar baku air bersih berdasarkan Permenkes RI No 907 Tahun 2002.

b. Desa rundeng

Pada Desa Rundeng didapatkan hasil penelitian yaitu untuk parameter Fe dengan kadar 0,0049 dan 0,0292 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 0,3 Mg/L, parameter TDS dengan kadar 221 Mg/L dan 136 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang dizinkan yaitu 500 Mg/L, parameter pH dengan nilai 5,07 dan 6,96 yang masih berada diantara nilai standar baku yaitu 6,5-8,5, parameter Zn dengan kadar 0,1482 Mg/L dan 0,005 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 3 Mg/L, parameter F dengan kadar 0,12 Mg/L dan 0,40 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 1,5 Mg/L, parameter NO3 dengan kadar 0,065 Mg/L dan 0,015 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 50 Mg/L, dan untuk parameter NO2 dengam kadar 0,016 Mg/L dan 0,025 Mg/L yang masih berada dibawah

(34)

kadar maksimum yang diizinkan yaitu 3 Mg/L. Semua hasil tersebut memenuhi standar baku air bersih berdasarkan Permenkes RI No 907 Tahun 2002.

c. Desa seuneubok

Pada Desa Seuneubok didapatkan hasil penelitian yaitu untuk parameter Fe dengan kadar 0,0011 dan 0,0033 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 0,3 Mg/L, parameter TDS dengan kadar 155,2 Mg/L dan 147,9 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang dizinkan yaitu 500 Mg/L, parameter pH dengan nilai 5,79 dan 5,50 yang masih berada diantara nilai standar baku yaitu 6,5-8,5, parameter Zn dengan kadar 0,043 Mg/L dan 0,0257 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 3 Mg/L, parameter F dengan kadar 0,45 Mg/L dan 0,83 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 1,5 Mg/L, parameter NO3 dengan kadar 0,004 Mg/L dan 0,009 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 50 Mg/L, dan untuk parameter NO2 dengam kadar 0,026 Mg/L dan 0,035 Mg/L yang masih berada dibawah kadar maksimum yang diizinkan yaitu 3 Mg/L. Semua hasil tersebut memenuhi standar baku air bersih berdasarkan Permenkes RI No 907 Tahun 2002.

(35)

22 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, dari bebarapa titik ( Desa Cot Lawang, Desa Rundeng, dan Desa Seuneubok) dengan menggunakan model alat penyaringan air gambut dengan media tawas, pasir dan arang tempurung didapatkan hasil yang telah memenuhi standar baku air bersih untuk beberapa parameter ( Fe, TDS, pH, Zn, F, NO3dan NO2 ) sesuai dengan Permenkes RI NO. 907 Tahun 2002.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk beberapa parameter kualitas air seperti mikrobiologi dan kimiawi lainnya agar standar kualitas air terpenuhi. Dan juga perlu diambil lebih banyak sampel dan pengulangan uji sehingga hasil penelitian lebih efektif.

(36)

23

Anonym, 2012, Buku Panduan Penulisan Skripsi (Tugas Akhir) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiahkuala, Darussalam Banda Aceh.

Anonym, 2002, Permenkes RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, Jakarta. Kusnaedi, 2006, Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum, Penebar Swadaya, Jakarta.

Metcalf dan Eddy, 2002, Wastewater Engineering, Treatment and Reuse, Volume 1. 4th Edition, Revised by George Tchobanoglous, Franklin L. Burton and H. David Stensel, Mc Graw Hill Higher Education.

Pohan et al, 2002, Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Natrium Kidroksida pada Pembuatan Karbon Aktif dan Sekam Padi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdangangan, Jakarta.

Rump, H.H, 1999, Laboratory Manual fot the Examinaton of Water, Waste Water and Soil, 3rd completely revised edition, English translation by Elisabeth j,

Grayson. Wiley-VHC, Weinheim, Germany.

Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Sukandarrumidi, 1999, Bahan Galian Industri, Penerbit UGM Press, Yogyakarta. Sutrisno, 2006, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Syarfi, 2007, Rejeksi Zat Organik Air Gambut dengan Membran Ultrafiltrasi, Jurnal Sains dan Teknologi 6. Diakses 15 Maret 2013.

Subakty BM, 1986, Teknologi Terapan Arang dan Pembuatannya, Penerbit Mutiara solo, Surakarta.

Winarno FG, 1997, Kimia Pangan dan Gizi, P.T Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(37)

24

LAMPIRAN A

Gambar A.1 Dokumentasi kegiatan

Foto 1.1 Proses pengambilan sampel air gambut di desa cot lawang

Foto 1.2 Proses pengadukan tawas pada bak air baku

24

LAMPIRAN A

Gambar A.1 Dokumentasi kegiatan

Foto 1.1 Proses pengambilan sampel air gambut di desa cot lawang

Foto 1.2 Proses pengadukan tawas pada bak air baku

24

LAMPIRAN A

Gambar A.1 Dokumentasi kegiatan

Foto 1.1 Proses pengambilan sampel air gambut di desa cot lawang

(38)

Foto 1.3 Bahan dan alat yang digunakan

(39)

26

Foto 1.5 Arang tempurung yang digunakan

(40)

Foto 1.7 Sampel air gambut di laboratorium UPTD Banda Aceh

Foto 1.8 Pengujian kualitas air di UPTD Banda Aceh

Foto 1.7 Sampel air gambut di laboratorium UPTD Banda Aceh

Foto 1.8 Pengujian kualitas air di UPTD Banda Aceh

Foto 1.7 Sampel air gambut di laboratorium UPTD Banda Aceh

(41)

28

Foto 1.10 Perangkaian alat penyaringan air gambut Foto 1.9 Pencucian bahan alat penyaringan air gambut

(42)

Gambar A.2 Gambar desain alat penyaringan air gambut Keterangan :

Keran hijau = dibuka untuk produksi saringan

(43)

125 watt 0.8000 0.15 0.15 0.15 0.15 0.3 0.1 1.0 0.15 0.15 0.15 0.1 250-350 L 0.45 JUDUL GAMBAR NAMA GAMBAR DIGAMBAR OLEH SKALA J. HALAMAN

ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT

TAMPAK SAMPING, TAMPAK ATAS

ANDRISMAN SATRIA 1 : 20 1 halaman 0.85 Pasir 4 inch 3/4 inch 4x4 atau hallow 4 x 2 cm STOP KRAN 3/4 KERAN 3/4 ELBOW 3/4 KETERANGAN JUMLAH 10 3 18 ELBOW T 6 Pipa PVC 3/4" pipa 4 " 840 180 SATUAN Buah Buah Buah Buah cm cm TAMPAK SAMPING TAMPAK ATAS Arang Tempurung 30

(44)

Air gambut

Bak air baku

Pasir Arang tempurung aktif Bak penampung Air hasil Kapur 10g/100 L Tawas 10g/ 100 L Fungsi, menyaring bahan organik Bertujuan untuk absorpsi logam dan bau Sedimentasi, koagulasi tujuan pengurangan warna

(45)

32

LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Pendekatan Perhitungan Desain Data Kebutuhan Air

60 liter/ org/ hari ( ditjen cipta karya, 1982)

Asumsi 1 keluarga 4 orang = 4 x 60 L/org/H = 240 L/hari Oleh karena itu :

Rencana kapasitas produksi alat : 240 L/ hari  kebutuhan rumah tangga Data kecepatan saringan :

Kecepatan filtrasi cepat ( 4 – 8 L/menit/ft²)

Asumsi, Diambil kecepatan = 8 L/menit/ft² = 5161,29 L/jam/m² Design debit--- 240 L/hari bekerja dalam waktu 4 jam maka : V = Q . t

240 L = Q . 4 jam Q = 240 L / 4 jam

Q = 60 L/jam  Kapasitas debit. 1 L/ menit Pedekatan pemilihan Pipa PVC

Luas Penampang pipa = (60 L/jam)/( 5161,29 L/jam/ m²) =0,0116 m² A = п D²/ 4

0,0116 = 3,14 D² / 4 D² = 0,0247

D = 0,0147 m = 3,73 inch  diambil pipa PVC 4 inch Pendekatan Tinggi Pipa Pvc

Waktu kontak yg dinginkan dengan arang 15 menit maka. 15 menit = 0,25 jam

Laju aliran = 5,16 m/jam

Maka tinggi pipa = 5,16 x 0,25 = 1,29 m

Maka diambil panjang pipa 1,2 meter. Dengan mempertimbangkan gesekan maka digunakan 80 cm dan 100 cm.

(46)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002

TENTANG

SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat;

b. bahwa agar air minum yang dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum;

c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut diatas, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

4. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);

(47)

34

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4190)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161)

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA TENTANG SYARAT-SYARAT DAN

PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum. 2. Sampel Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan untuk

keperluan pemeriksaan laboratorium.

3. Pengelola Penyediaan Air Minum adalah Badan Usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat.

(48)

BAB II

RUANG LINGKUP DAN PERSYARATAN Pasal 2

(1) Jenis air minum meliputi :

a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga; b. Air yang didistribusikan melalui tangki air;

c. Air kemasan;

d. Air yang digunakan untuk bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat;

harus memenuhi syarat kualitas air minum.

(2) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktifitas dan fisik.

(3) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.

BAB III

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 3

Menteri Kesehatan melakukan pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum.

Pasal 4

(1) Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan:

a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air baku, proses produksi, jaringan distribusi, dan air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan.

b. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di laboratorium.

c. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan. d. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil

kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum. e. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola

penyediaan air minum.

f. Penyuluhan kepada masyarakat .

(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas kepada Bupati/Wali Kota.

(49)

36

(3) Tata cara penyelenggaraan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sebagaimana tercantum pada Lampiran II Keputusan ini.

Pasal 5

(1) Dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air minum, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menentukan kualitas air yang akan diperiksa, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah tangkapan air, instalasi pengolahan air dan jaringan perpipaan.

(2) Pemilihan parameter sebagaimana di pada ayat (1) dilakukan setelah pemeriksaan kondisi awal kualitas air minum dengan mengacu pada Lampiran II Keputusan ini.

Pasal 6

Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 7

(1) Dalam keadaan khusus/darurat dibawah pengawasan Pemerintah Kabupaten/Kota, apabila terjadi penyimpangan dari syarat-syarat kualitas air minum yang ditetapkan dibolehkan sepanjang tidak membahayakan kesehatan.

(2) Keadaan khusus/darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu suatu kondisi yang tidak seperti keadaan biasanya, dimana telah terjadi sesuatu diluar keadaan normal misalnya banjir, gempa bumi, kekeringan dan sejenisnya.

Pasal 8

Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan dapat mengikut sertakan instansi terkait, asosiasi pengelola air minum, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi profesi yang terkait.

Pasal 9

(1) Pengelola penyediaan air minum harus :

a) menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan, dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air yang diproduksi mulai dari :

- Pemeriksaan instalasi pengolahan air; - Pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi;

- Pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen; - Pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan.

(50)

b. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari segala bentuk pencemaran berdasarkan peraturan peruandangan yang berlaku.

(2) Kegiatan pengawasan oleh pengelola sebagaimana di maksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pedoman sebagaimana terlampir dalam Lampiran III Keputusan ini.

BAB IV PEMBIAYAAN

Pasal 10

Pembiayaan pemeriksaan sampel air minum sebagaimana dimaksudkan dalam keputusan ini dibebankan kepada pihak pengelola air minum, pemerintah maupun swasta dan masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V S A N K S I

Pasal 11

Setiap Pengelola Penyediaan Air Minum yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam keputusan ini yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat dan merugikan kepentingan umum dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana berdasarkan peraturan yang berlaku.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12

Semua Pengelola Penyediaan Air Minum yang telah ada harus menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam keputusan ini selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) tahun setelah ditetapkannya Keputusan ini.

Pasal 13

Ketentuan pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.

(51)

38

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 14

Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, sepanjang menyangkut air minum dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 15

Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di J A K A R T A Pada Tanggal 29 Juli 2002 MENTERI KESEHATAN RI,

(52)

Lampiran I

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002

Tanggal : 29 Juli 2002

PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

1. BAKTERIOLOGIS

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan

1 2 3 4

a. Air Minum

E. Coli atau fecal coli Jumlah per

100 ml sampel

0

b. Air yang masuk sistem distribusi

E. Coli atau fecal coli Jumlah per

100 ml sampel

0

Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel

0

c. Air pada sistem distribusi

E.Coli atau fecal coli Jumlah per

100 ml sampel

0

Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel

(53)

40

2. KIMIAWI

2.1. Bahan kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan. A. Bahan Anorganik

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan

1 2 3 4

Antimon (mg /liter) 0,005

Air raksa (mg /liter) 0,001

Arsen (mg /liter) 0,01

Barium (mg /liter) 0,7

Boron (mg /liter) 0,3

Kadmium (mg /liter) 0,003

Kromium (Valensi 6) (mg /liter) 0,05

Tembaga (mg /liter) 2 Sianida (mg / liter) 0,07 Fluorida (mg / liter) 1,5 Timbal (mg / liter) 0,01 Molybdenum (mg / liter) 0,07 Nikel (mg / liter) 0,02

Nitrat ( sebagai NO3-) (mg / liter) 50

Nitrit (sebagai NO2-) (mg / liter) 3

(54)

B. Bahan Organik

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan

1 2 3 4

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride (g/liter) 2 Dichloromethane (g/liter) 20 1,2-dichloroethane (g/liter) 30 1,1,1-trichloroethane (g/liter) 2000

Chlorinated ethenes

vinyl chloride (g/liter) 5

1,1-dichloroethene (g/liter) 30 1,2-dichloroethene (g/liter) 50 Trichloroethene (g/liter) 70 tetrachloroethene Aromatic hydrocarbons (g/liter) 40 Benzene (g/liter) 10 Toluene (g/liter) 700 Xylenes (g/liter) 500 benzo[a]pyrene (g/liter) 0,7 Chlorinated benzenes monochlorobenzene (g/liter) 300 1,2-dichlorobenzene (g/liter) 1.000 1,4-dichlorobenzene (g/liter) 300 Trichlorobenzenes (total) (g/liter) 20

(55)

42

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan Keterangan 1 2 3 4 Lain-lain Di(2-ethylhexyl)adipate (g/liter) 80 Di(2-ethylhexyl)phthalate (g/liter) 8 Acrylamide (g/liter) 0,5 epichlorohydrin (g/liter) 0,4 hexachlorobutadiene (g/liter) 0,6 edetic acid (EDTA) (g/liter) 200 Tributyltin oxide (g/liter) 2

C. Pestisida

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan Keterangan 1 2 3 4 Alachlor (g/liter) 20 Aldicarb (g/liter) 10 Aldrin/dieldrin (g/liter) 0,03 Atrazine (g/liter) 2 Bentazone (g/liter) 30 Carbofuran (g/liter) 5 Chlordane (g/liter) 0,2 Chlorotoluron (g/liter) 30

(56)

D. Desinfektan dan hasil sampingannya

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan Keterangan 1 2 3 4 Monochloramine Mg/liter 3 Chlorine Mg/liter 5 Bromate (g/liter) 25 Chlorite (g/liter) 200 Chlorophenol 2,4,6-trichlorophenol (g/liter) 200 Formaldehyde (g/liter) 900 Trihalomethanes Bromoform (g/liter) 100 Dibromochloromethane (g/liter) 100 Bromodichloromethane (g/liter) 60 Chloroform (g/liter) 200

Chlorinated acetic acids

Dichloroacetic acid (g/liter) 50 Trichloroacetic acid (g/liter) 100

Chloral hydrate (trichloroacetaldehyde) (g/liter) 10 Halogenated Acetonitriles Dichloroacetonitrile (g/liter) 90 Dibromoacetonitrile (g/liter) 100 Trichloracetonitrile (g/liter) 1 Cyanogen chloride (sebagai CN) (g/liter) 70

(57)

44

2.2. Bahan kimia yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen. A. Bahan Anorganik

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan Keterangan 1 2 3 4 Ammonia Alumunium Mg/l Mgl 1,5 0,2 Klorida Mg/l 250 Tembaga Kesadahan Hidrogen sulfida Mg/l mg/l mg/l 1 500 0,05 Besi Mg/l 0,3 Mangan Mg/l 0,1 PH - 6,5 – 8,5 Sodium Mg/l 200 Sulfat Mg/l 250

Total zat padat terlarut Mg/l 1000

Seng Mg/l 3

B. Bahan organik, Desinfektan dan hasil sampingannya

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan Keterangan 1 2 3 4 Organik Toluene g/l 24 - 170 Xylene g/l 20 - 1800 ethylbenzene g/l 2 - 200 Styrene g/l 4 - 2600 monochlorobenzene g/l 10 - 120 1,2 -dichlorobenzene g/l 1 - 10 1,4-dicholorobenzene g/l 0,3 - 30 trichlorobenzenes(total) g/l 5 - 50 Deterjen g/l 50

Desinfektan dan hasil sampingannya

Chlorine g/l 600 - 1000

2-cholorophenol g/l 0,1 - 10 2,4-dichlorophenol g/l 0,3 - 40 2,4,6-trichlorophenol g/l 2 - 300

(58)

3. RADIOAKTIFITAS

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan

Keterangan

1 2 3 4

Gross alpha activity (Bq/liter) 0,1 Gross beta activity (Bq/liter) 1

4. FISIK

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan

1 2 3 4

Parameter Fisik

Warna TCU 15

Rasa dan bau - - Tidak berbau dan berasa

Temperatur 0C Suhu udara + 30C

Kekeruhan NTU 5

MENTERI KESEHATAN RI,

(59)

46

Lampiran II

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI

Nomor : 907/Menkes/SK/VII/2002

Tanggal : 29 Juli 2002

TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana tercantum pada pasal 2 Keputusan ini, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam Keputusan ini.

Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi :

1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.

2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang. Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang meliputi:

1) Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi:

Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan.

2) Pengambilan sampel:

Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut:

a) Untuk Penyediaan Air Minum Perpipaan: (1) Pemeriksaan kualitas bakteriologi:

Jumlah minimal sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi adalah : Penduduk yang dilayani Jumlah minimal sampel per bulan

< 5000 jiwa 1 sampel

5000 s/d 10 000 jiwa 1 sampel per 5000 jiwa > 100 000 jiwa 1 sampel per 10 000 jiwa, ditambah

(60)

(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi:

Jumlah sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi minimal 10% dari jumlah sampel untuk pemeriksaan bakteriologi.

(3) Titik pengambilan sampel air:

Harus dipilih sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air baku.

(4) Pada saat pengambilan sampel, sisa khlor pada sampel air minimal 0,2 mg/liter, jika bahan khlor digunakan sebagai desinfektan.

b) Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau isi ulang

Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan mimimal sebagai berikut:

(1) Pemeriksaan kualitas Bakteriologi:

Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum kemasan dan atau isi ulang adalah sebagai berikut:

- Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali

- Air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang minimal satu sampel sebulan sekali

- Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali (2) Pemeriksaan kualitas kimiawi:

Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut: - Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali

- Air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang, minimal satu sampel sebulan sekali

- Air dalam kemasan minimal satu sampel satu bulan sekali 3) Pemeriksaan kualitas air minum :

Dilakukan di lapangan, dan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, atau laboratorium lainnya yang ditunjuk.

4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa, selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobiologik dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi.

5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya pencemaran air minum yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen.

6) Parameter kualitas air yang diperiksa:

Dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter kualitas air minimal yang harus diperiksa di Laboratorium adalah sebagai berikut:

- Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan: a) Parameter Mikrobiologi:

(1) E. Coli

(61)

48 b) Kimia an-organik: 1) Arsen 2) Fluorida 3) Kromium (valensi 6) 4) Kadmium 5) Nitrit (sebagai NO2-) 6) Nitrat (sebagai NO3-) 7) Sianida 8) Selenium

- Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan: a) Parameter Fisik:

1) Bau 2) Warna

3) Total zat padat terlarut (TDS) 4) Kekeruhan 5) Rasa 6) Suhu b) Parameter Kimiawi: 1) Aluminium 2) Besi 3) Kesadahan 4) Khlorida 5) Mangan 6) pH 7) Seng 8) Sulfat 9) Tembaga 10) Sisa Khlor 11) Amonia

7) Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut pada Lampiran II ini, dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena adanya indikasi pencemaran oleh bahan tersebut.

8) Pada awal beroperasinya suatu sistem penyediaan air minum, jumlah para meter yang diperiksa minimal seperti yang tercantum pada Lampiran II point c.4, untuk pemeriksaan selanjutnya dilakukan sesuai dengan ketentuan pengambilan sampel pada angka 2 butir a dan b Keputusan ini.

(62)

9) Bila parameter yang tercantum dalam Lampiran II ini tidak dapat diperiksa di laboratorium kabupaten/kota, maka pemeriksaannya dapat dirujuk ke laboratorium propinsi atau laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium rujukan.

10) Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air, termasuk bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat.

11) Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat secara rutin, minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena terjadinya penurunan kualitas air minum dari penyediaan air minum tersebut, maka pelaporannya wajib langsung dilakukan, dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur Jenderal.

MENTERI KESEHATAN RI,

(63)

50

Lampiran III

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 29 Juli 2002

PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERNAL KUALITAS AIR OLEH PENGELOLA PENYEDIAAN AIR MINUM

Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi persyaratan, Pengelola Air Minum dengan sistem perpipaan wajib mengadakan pengawasan internal terhadap kualitas air yang diproduksinya, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk produksi air minum sebesar : < 200.000 M3/Tahun/ Unit produksi:  Pada setiap reservoir (Tandon Air) dilakukan pemeriksaan parameter:

- Sisa Khlor dilakukan minimal satu kali sehari

- pH, dilakukan minimal satu kali per minggu

- Daya hantar Listrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan Total, CO2 Agresif, dan Suhu, dilakukan minimal satu kali per minggu

- Besi dan Mangan, dilakukan minimal satu kali per bulan bila menjadi masalah.  Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter:

- Sisa Khlor, minimal satu kali sehari, pada outlet reservoir dan konsumen terjauh, sisa Khlor0,2 mg/l

- pH, minimal satu kali perminggu

- Daya Hantar Listrik (DHL), minimal satu kali perbulan

- Kekeruhan, minimal satu kali perminggu

- Total Bakteri Coliform/E. Coli, minimal satu bulan sekali pada outlet reservoir dan konsumen terjauh.

2. Untuk produksi air minum sebesar : > 200.000 M3/Tahun/ Unit produksi:

 Pada setiap reservoir (Tandon Air)/Stasiun Khlorinasi(1) (3)dilakukan pemeriksaan parameter:

- Sisa Khlor dilakukan minimal satu kali sehari

- pH, Daya hantar Listrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan Total, CO2 Agresif, dan Suhu, dilakukan minimal satu kali perminggu

- Besi dan Mangan, dilakukan minimal satu kali sebulan, bila menjadi masalah.  Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter:

- Sisa Khlor/ORP (2), pada outlet reservoir sampai dengan konsumen terjauh, sisa Khlor  0,2 mg/l, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per 15.000 M3produksi air minum

- Total Bakteri Coliform/E.Coli, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per 15.000 M3produksi air minum

- pH, Daya Hantar Listrik (DHL), Kekeruhan, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per 15.000 M3produksi air minum

3. Kualitas Air Baku:

Pemeriksaan kualitas air baku air minum dilakukan minimal dua kali per tahun, meliputi parameter:

- Total Bakteri Coliform/E.Coli

- pH, DO, Bahan Organik, Alkalinitas, Kesadahan Total, CO2agresif, Suhu, DHL. - Besi dan Mangan, dilakukan bila menjadi masalah.

(64)

Keterangan:

(1)

Untuk memastikan efisiensi proses khlorinasi sebelum didistribusikan.

(2)

Untuk pemeriksaan rutin sisa Chlor dapat digantikan sebagian dengan pengukuran ORP, hanya jika telah terbukti terdapat hubungan antara Sisa Chlor dan ORP dan secara rutin telah dikalibrasi, menurut sumber airnya.

(3)

Berlaku jika khlor dipakai sebagai desinfektan, jika tidak sampel khlor bebas diganti menjadi tambahan Fecal/Total coli.

Langkah-langkah menjamin kualitas air minum oleh pengelola penyediaan air minum melalui sistem perpipaan, diantaranya

a) Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan Dinas Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

b) Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air di dalam jaringan perpipaan secara rutin.

c) Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air dengan memberi kemudahan petugas memasuki tempat-tempat dimana tugas pengawasan kualitas air dilaksanakan.

d) Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat pengambilan sampel (permukiman, jalan, nomor rumah, titik sampling), waktu pengambilan, hasil analisa pemeriksaan laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan penyimpangan parameter.

e) Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan setempat. Dokumen ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama minimal 5 tahun.

MENTERI KESEHATAN RI,

(65)
(66)

Gambar

Gambar 3.1 Bagan penelitian
Gambar 4.1 Diagram perbandingan kadar besi (Fe) hasil penelitian dengan standar baku
Gambar 4.4 Diagram perbandingan Zn hasil penelitian dengan standar baku
Gambar 4.5 Diagram perbandingan F hasil penelitian dengan standar baku
+7

Referensi

Dokumen terkait

To push this, the Ministry for Energy and Mineral Resources (ESDM) as the technical regulatory body has issued a regulation on how private sector and rural cooperative

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas yang menjelaskan bagaimana perkembangan teknologi informasi komunikasi yang mempengaruhi sektor industri dan membuat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel Harga, Lokasi, dan Lingkungan terhadap keputusan pembelian rumah subsidi dimasa pandemic Covid-19 di

Éppen a császári méltóság kiemelését (hiszen több művében és számtalan publicisztikai írásában ejt szót egyéb magasrangú méltóságokról is, így az

Anak usia 21 bulan dengan diagnosa Delay De V elopment dan masih di tangani Dokter Sp.A dan di rujuk untuk ke fisioterapi.anak mengalami keterlambatan pada motorik kasarnya,

Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 5) Direksi dalam penyelenggaraan tugas yang bersifat strategis

10) Calon pendaftar yang lolos dan diterima SMP tujuan wajib melakukan daftar ulang pada menu login siswa dan memilih Jalur Pendaftaran sesuai dengan pilihan

- Aktifitas siswa : ada kemajuan dari siklus II. Proses belajar mengajar berjalan lebih menarik. Aktifitas siswa meningkat. Perlu diarahkan pada motivasi untuk