• Tidak ada hasil yang ditemukan

aroma tx-nyeri sc.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "aroma tx-nyeri sc.pdf"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG. Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menampuh Gelar Sarjana Keperawatan. Oleh : RIAH DAMAWANTI NIM : G2A214045. PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016. http://lib.unimus.ac.id.

(2) SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. Saya yang bertanda tangan dibawah menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul "Pengaruh Intensitas. Pemberian Aromaterapi. Lavender Terhadap. Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS. Roemani Semarang " saya susun tanpa tindakan plagiat yaitu pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi saya adalah hasil jiplakan, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Muhammadiyah Semarang kepada saya.. Semarang, 19 Mei 2016. Riah Damawanti. ii http://lib.unimus.ac.id.

(3) HALAMAN PERSETUJUAN. PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG. Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Pembimbing I. Dr. Sri Rejeki, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat. Pembimbing II. Ns. Machmudah, M.Kep. Sp.Mat. iii http://lib.unimus.ac.id.

(4) HALAMAN PENGESAHAN. PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG. Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Pada tanggal 19 Mei 2016. Tim Penguji :. Dr. Tri Hartiti , SKM, M.Kes. : .................................................. Dr. Sri Rejeki, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat : ................................................. Ns. Machmudah, M.Kep. Sp.Mat. : .................................................. Mengetahui Ketua Program Studi S1 Keperawatan. Dr. Tri Hartiti., SKM., M.Kes. iv http://lib.unimus.ac.id.

(5) PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG Riah Damawanti 1, Sri Rejeki 2, Machmudah 3 ABSTRAK Latar Belakang : Pasien post Sectio Caesarea akan mengalami nyeri pada luka pembedahan. Salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pemberian teknik relaksasi aroma terapi. Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah lavender. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. Metode penelitian: Jenis penelitian Quasi-eksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan Pra - pasca test dalam satu kelompok (one – grup pre test – post test design). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post Sectio Caesarea yang di rawat di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang. Sampel penelitian sebanyak 35 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon Match Paired Test. Hasil penelitian: Hasil Penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri pasien post Sectio Caesarea sebelum diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagian besar kategori berat terkontrol sebanyak 27 responden (77,1%) dan sesudah diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagian besar kategori sedang sebanyak 22 responden (62,9%). Simpulan: Ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang dengan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05). Saran: Diharapkan perawat dapat melakukan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagai alternatif pengobatan untuk mengurangi nyeri pada pasien post Sectio Caesarea dalam meningkatkan asuhan keperawatan. Kata Kunci : aromaterapi lavender, nyeri Kepustakaan : 2004 – 2015. 1. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. v http://lib.unimus.ac.id.

(6) THE EFFECT OF AROMATHERAPY LAVENDER TOWARDS PAIN INTENSITY IN PATIENT POST SECTIO CAESAREA AT AYYUB 1 ROOM ROEMANI HOSPITAL SEMARANG Riah Damawanti 1, Sri Rejeki 2, Machmudah 3 ABSTRACT Background: Patient post Sectio Caesarea will experience pain in surgery wound. One of the action nursing to overcome it with do technique gift relaxation aromatherapy. One of the aromatherapy most liked lavender. Research Target: Research will aim to detect influence gift aromatherapy lavender towards pain intensity in patient post Sectio Caesarea at Ayyub 1 room Roemani Hospital Semarang. Research Method: Research kind quasi-experiment by using plan form pre - post test in a body (one - group pre test - post test design). Population in this research patient post sectio caesarea at takes at Ayyub 1 room, Roemani Hospital Semarang. Research sample as much as 35 respondents by using technique purposive sampling. Data analysis by using test wilcoxon match paired test. Result of research: Research result shows that patient pain intensity post sectio caesarea before given gift treatment aromatherapy lavender a large part heavy category control as much as 27 respondents (77,1%) and after being given gift treatment aromatherapy lavender a large part category as much as 22 respondents (62,9%). Conclude : There is gift influence aromatherapy lavender towards pain intensity in patient post sectio caesarea at Ayyub 1 room, Roemani Hospital Semarang with p value as big as 0,000 (α < 0,05). Suggestion : Supposed nurse can do gift treatment aromatherapy lavender alternatively therapy to decrease pain in patient post Sectio Caesarea in increase nursing care Keywords : aromatherapy lavender, pain Literature: 2004 – 2015. 1. Undersgraduate Student of Nursing Science and Health Faculty of Muhammadiyah University Semarang 2. Lecture of Nursing Science and Health Faculty of Muhammadiyah University Semarang 3. Lecture of Nursing Science and Health Faculty of Muhammadiyah University Semarang. vi http://lib.unimus.ac.id.

(7) KATA PENGANTAR. Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam program pendidikan sarjana strata-1 di Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1.. Prof Dr. H. Masrukhi, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang. 2.. Edy Soesanto, S.Kp.,M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.. 3.. Dr. Tri Hartiti, SKM.,M.Kes, selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 4.. Direktur RS Roemani Semarang dan seluruh staf khususnya rekan-rekan ruang Ayub 1 yang telah membantu dalam pengumpulan data guna penyusunan skripsi. 5.. Dr. Sri Rejeki, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat,Selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.. 6.. Ns. Machmudah, M.Kep. Sp.Mat, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.. 7.. Segenap dosen dan staf yang telah membantu selama proses pembelajaran. 8.. Bapak, Ibu, Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta do’a yang tak terhenti hingga saat ini.. 9.. Semua pihak yang telah membantu yang tidak tercantum satu persatu. vii http://lib.unimus.ac.id.

(8) 10. Teman-teman seperjuangan Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki kekurangan skripsi ini.. Semarang,. Mei 2016. Peneliti. viii http://lib.unimus.ac.id.

(9) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL................................................................................................ i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv ABSTRAK ...............................................................................................................v ABSTRACT ........................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN............................................................. ............ ...............xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1 B. Perumusan Masalah ............................................................................6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................6 D. Manfaat Penelitian ..............................................................................7 E. Keaslian Penelitian ..............................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri ..................................................................................................11 B. Aroma Terapi ....................................................................................22 C. Kerangka Teori..................................................................................28 D. Kerangka Konsep ..............................................................................29 E. Variabel Penelitian ............................................................................29 F. Hipotesis............................................................................................29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...............................................................................30 B. Populasi dan Sampel .........................................................................30. ix http://lib.unimus.ac.id.

(10) C. Definisi Operasional..........................................................................32 D. Tempat Penelitian..............................................................................33 E. Waktu Penelitian ...............................................................................33 F. Etika Penelitian .................................................................................33 G. Alat Pengumpul Data ........................................................................34 H. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................34 I. Analisa Data ......................................................................................36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...............................................38 B. Hasil Penelitian .................................................................................39 C. Pembahasan ......................................................................................43 D. Keterbatasan Peneltian ......................................................................51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................52 B. Saran .................................................................................................52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. x http://lib.unimus.ac.id.

(11) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................................8 Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................................32 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang .........................................39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik. Responden. Berdasarkan. Pekerjaan di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang ......39 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang ..40 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Obstetri di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang .........40 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang .............................................................................................41 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang ........................41 Tabel 4.7 Distribusi Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang ........................................42 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang ........................42 Tabel 4.9 Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang .............................................................................43. xi http://lib.unimus.ac.id.

(12) DAFTAR BAGAN. Halaman Bagan 2.1 Skema Kerangka Teori Penelitian .......................................................28. xii http://lib.unimus.ac.id.

(13) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Skala Bourbonais ..............................................................................17 Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep Penelitian .................................................29 Gambar 3.1 Desain Penelitian ...............................................................................30. xiii http://lib.unimus.ac.id.

(14) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Lampiran 2. Lembar Observasi. Lampiran 3. Permohonan menjadi Responden. Lampiran 4. Persetujuan menjadi Responden. Lampiran 5.. Surat Ijin Studi Pendahuluan. Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian. Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data. Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian. xiv http://lib.unimus.ac.id.

(15) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Persalinan secara sectio caesarea dapat memungkinkan terjadinya komplikasi lebih tinggi daripada melahirkan secara pervaginam atau persalinan normal. Komplikasi yang bisa timbul pada ibu post sectio caesarea seperti nyeri pada daerah insisi, potensi terjadinya thrombosis, potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot, perut dan otot dasar panggul, perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada ekstremitas bawah, dan gangguan laktasi (Rustam M, 2008). Proses operasi digunakan anestesi agar pasien tidak nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, akan merasakan nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat terganggu (Walley, Simkin & Keppler 2008). Menurut Rustam (2008) nyeri yang dikeluhkan pasien post operasi Sectio Caesarea yang berlokasi pada daerah insisi, disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus. Rasa nyeri yang dirasakan post Sectio Caesarea akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya, karena rasa tidak nyaman dan peningkatan tingkat nyeri setelah operasi (Batubara dkk, 2008). Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri post sectio caesarea berupa penanganan farmakologi. Pengendalian nyeri secara farmakologi efektif untuk nyeri sedang dan berat. Namun demikian pemberian farmakologi tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien sendiri untuk mengontrol nyerinya (Koten, 1999 dalam Anggorowati dkk., 2007). Sehingga dibutuhkan kombinasi farmakologi untuk mengontrol nyeri dengan non farmakologi agar sensasi nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang (Bobak, 2004).. http://lib.unimus.ac.id 1.

(16) 2 Penatalaksanan manajemen nyeri non-farmakologi dilapangan belum sepenuhnya dilakukan perawat dalam mengatasi nyeri. Kebanyakan perawat melaksanakan program terapi hasil dari kolaborasi dengan dokter, diantaranya adalah pemberian analgesik yang memang mudah dan cepat dalam pelaksanaanya dibanding dengan penggunaan intervensi manajemen nyeri non-farmakologi (Wiknjosastro, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2012) menyatakan bahwa 86% perawat memilih pengobatan farmakologi dibandingkan non farmakologi. Alasan perawat memilih farmakologi yaitu 42% perawat beralasan karena lebih mudah dan praktis, 34% karena belum mengetahui dan terampil dengan metode non farmakologi, 13% karena efek samping non farmakologi, dan 11% karena alasan prosedural rumah sakit. Manajemen nyeri non-farmakologi jika dengan belum juga berkurang atau hilang maka barulah diberikan analgesik. Pemberian analgesik pun harus sesuai dengan yang diresepkan dokter, karena pemberian analgesik dalam jangka yang panjang dapat menyebabkan pasien mengalami ketergantungan. Efek ketergantungan terhadap obat analgesik dapat dikurangi dengan pengelolaan terapi non farmakologi seperti relaksasi, musik dan hipnosis (Liu, et al, 2010 & Sodikin, 2012). Nyeri sering muncul pada pasien setelah selesai mengalami pembedahan, bila penderita batuk, tarik nafas dalam atau gerakan tubuh yang berlebihan akan timbul nyeri yang hebat. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi. Sekitar 60% pasien menderita nyeri yang hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan. Saat ini mulai banyak digunakan terapi multimodal untuk penatalaksanaan nyeri pasca operasi. Tujuan dari terapi multimodal ini adalah meningkatkan efikasi / efektivitas obat anti nyeri dengan menekan efek samping seminimal mungkin. Salah satu terapi modalitas yang sedang banyak digunakan adalalah aroma terapi (Asrul, 2009) Penggunaan metode aroma terapi ini sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Sejak 5000 tahun yang lalu, bangsa Mesir telah menggunakan getah dan minyak dari tumbuhan yang ada di sekitar negeri itu untuk. http://lib.unimus.ac.id.

(17) 3 perawatan tubuh, dupa pengharum ruangan maupun obat berbagai penyakit. Sementara orang-orang cina telah menggunakan rempah-rempah dan wewangian untuk meningkatkan kualitas kehidupannya, terutama yang berkaitan dengan perawatan tubuh dan penyembuhan beragam penyakit (Jaelani, 2009). Sebagian besar pasien seringkali menganggap penanganan nyeri dengan pemberian obat-obatan adalah satu-satunya pilihan yang terbaik. Namun. metode. non- farmakologis. jika. diterapkan. juga. sangat. membantu dalam menghilangkan rasa nyeri. Menurut Valnet (1990) dan Tisserand (1990) dalam Bobak (2004), salah satu metode non farmakologis yang dapat digunakan adalah dengan aroma terapi. Aroma terapi merupakan suatu terapi. menggunakan minyak. sari-sari. tumbuhan. yang dapat. memberikan efek relaksasi pada tubuh dan dapat memperbaiki atau menjaga kesehatan (Price, 2005). Aroma terapi sudah diperkenalkan di Inggris sejak tahun 1990 an, sebagai salah satu upaya perawatan di beberapa rumah sakit. Aromaterapi juga telah dilaksanakan pada rumah sakit Obstetrik Ginekologik di Melbourney Australia. Aromaterapi menjadi populer di Amerika Serikat setelah tahun 1980-an, sekarang banyak lotion, lilin, dan produk kecantikan yang dijual sebagai "aromaterapi". Bahkan. beberapa universitas telah. membuka kelas jurusan untuk aromaterapi, diantaranya ada University of Maryland Medical Center, Anglia Ruskin University, University of Greenwich, University of Bradford, dll (Sundari, 2011). Aroma terapi digunakan untuk relaksasi dan pengobatan . Pada perang dunia II minyak esensial untuk aroma terapi ini digunakan untuk pengobatan karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika. Minyak esensial ketika itu digunakan secara internal, yaitu diminum atau dimasukkan ke organ tubuh. Di inggris, aroma terapi dengan menggunakan minyak esensial ini sudah digunakan di sebuah rumah bersalin, mulai dari untuk sterilisasi sampai membantu proses persalinan (Sunito, 2010). Seorang ahli pengobatan terkenal di India bernama Ayurveda, juga telah mencoba dengan menggunakan berbagai macam minyak esensial dalam. http://lib.unimus.ac.id.

(18) 4 praktek pengobatannya. Hal ini diakui oleh Hippokrates, tokoh kedokteran dari yunani yang menyatakan bahwa mandi dan melakukan pemijatan dengan menggunakan bahan bahan wewangian (Minyak esensial) bisa menjadikan tubuh selalu segar dan tetap sehat . Pendapat senada juga dikemukakan pula oleh Theophrastus, bahwa kandungan zat aromatis yang terdapat dalam tanaman ternyata memeiliki respons yang baik terhadap kondisi pikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh (Jaelani, 2009). Aroma terapi sendiri di Indonesia telah dikenal sejak lama, namun secara historis baru tercatat pada masa kejayaan kerajaan Mataram Islam. Catatan mengenai penggunaan aroma terapi tersebut terkumpul dalam bentuk resep-resep kecantikan dan wewangian alami bernama Serat Primbon Jampi Jawi.Buku itu merupakan bukti sejarah bahwa leluhur kita tidak semata-mata meperhatikan perihal ilmu kesehatan tubuh, melainkan tentang ilmu perawatan tubuh (Jaelani, 2009). Aromatherapi digunakan untuk menyembuhkan masalah pernafasan, rasa nyeri, gangguan pada saluran kencing, gangguan pada alat kelamin, dan juga masalah mental dan emosional. Hal ini terjadi karena aromatherapi mampu memberikan sensasi yang menenangkan diri dan otak, serta stress yang dirasakan (Laila, 2011). Bunga yang digunakan untuk aromatherapi adalah lavendula atau biasa disebut lavender. Lavender adalah tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae yang memiliki 25-30 spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah Afrika tropis dan ke timur sampai India. Saat ini lavender telah ditanam dan dikembangkan di seluruh dunia. Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna ungu ini memiliki khasiat yang sangat bermanfaat bagi manusia. Minyak aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak penenang, efek sedative lavendula angustifolia terjadi karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam minyak tersebut (Ogan, 2005). Berbagai efek aroma lavender yaitu sebagai antiseptik, antimikroba, antivirus dan anti jamur, zat analgesik, anti radang, anti toksin, zat balancing, immunostimulan,. pembunuh. dan. pengusir. http://lib.unimus.ac.id. serangga,. mukolitik. dan.

(19) 5 ekspektoran. Kelebihan minyak lavender dibanding minyak essensial lain adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan alergi dan merupakan salah satu dari sedikit minyak essensial yang dapat digunakan langsung pada kulit (Frayusi, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dasna (2014) menunjukkan bahwa terapi aroma bunga lavender (Lavandula Angustifolia) efektif menurunkan skala nyeri pada klien Infark Miokard di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru dengan nilai p value =0,001. Penelitian yang dilakukan oleh Frayusi, (2012) terapi wewangian bunga lavender (lavandul aangustifolia) dapat menurunkan skala nyeri lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat terapi wewangian bunga lavender (lavandula angustifolia). Studi pendahuluan yang dilakukan di RS Roemani Semarang tanggal 01 Oktober 2015 diperoleh data post operasi Sectio Caesarea pada tahun 2014 sebanyak 480 orang. Data post operasi Sectio Caesarea pada bulan Januari sampai bulan September 2015 sebanyak 362 orang dengan rata-rata 40 orang per bulan. Pasien dan perawat di RS Roemani Semarang lebih cenderung memandang obat sebagai metode untuk menghilangkan nyeri dibandingkan dengan pemberian aroma terapi. Hal ini dapat di lihat pada catatan asuhan keperawatan yang tidak menunjukkan penggunaan teknik relaksasi aroma terapi untuk menghilangkan nyeri. Meskipun metode tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, namun metode ini diperlukan untuk mempersingkat nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Hasil wawancara dengan 5 ibu bersalin, 3 diantaranya mengatakan bahwa ia merasa tidak nyaman dan bosan dengan konsumsi obat yang terus menerus. Ia juga mengatakan bahwa jika tidak mengkonsumsi obat ia merasa takut, cemas dan khawatir luka insisi tidak lekas sembuh. Dilema yang ini terjadi pada ibu bersalin ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut apakah ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang.. http://lib.unimus.ac.id.

(20) 6 B. Rumusan Masalah Pasien post Sectio Caesarea berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, akan mengalami nyeri pada luka pembedahan. Salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pemberian teknik relaksasi aroma terapi, namun masih banyak perawat yang tidak menggunakan teknik relaksasi aroma terapi, lebih memilih obat-obatan untuk mengurangi nyeri. Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah lavender. Oleh karena itu rumusan penelitian adalah “Adakah Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang”.. C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh. pemberian aromaterapi lavender terhadap. intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui intensitas nyeri pasien post Sectio Caesarea sebelum diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. b. Mengetahui intensitas nyeri pasien. post Sectio Caesarea. sesudah. diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. c. Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang.. http://lib.unimus.ac.id.

(21) 7 D. Manfaat Penelitian 1.. Manfaat bagi profesi keperawatan a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien. post Sectio. Caesarea dengan nyeri. b. Memberi pedoman asuhan keperawatan tentang pemberian teknik relaksasi aroma terapi lavender untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien post Sectio Caesarea. c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang keperawatan khususnya penanganan nyeri pada pasien post Sectio Caesarea. 2.. Manfaat bagi intitusi Rumah Sakit Menjadi rekomendasi bagi institusi dalam memberikan pedoman asuhan keperawatan tentang pemberian aroma terapi pada pasien post Sectio Caesarea yang mengalami nyeri.. 3.. Manfaat bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perawatan nyeri pada umumnya dan pasien post operasi pada khususnya.. 4.. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan Menambah referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang pemberian aroma terapi untuk tingkat nyeri pasien post operasi.. 5. Manfaat bagi peneliti Dapat dipergunakan sebagai sumber pengetahuan peneliti mengenai manfaat aromaterapi (aroma lavender) terhadap perubahan tingkat nyeri pada pasien post sectio caesaria.. http://lib.unimus.ac.id.

(22) 8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian. No. 1. Nama peneliti dan tahun Frayusi, A, (2012). Judul penelitian. Desain penelitian. Pengaruh Pemberian Terapi Wewangian Bunga Lavender (lavandula Angustifolia) Secara Oles Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Infark Miokardium di CVCU RSUP Dr M Djamil Padang. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian Quasi Experimental dengan pendekatan Pre and post test only non equivalent control group. Populasi dan sampel penelitian Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang responden, yakni 15 responden kelompok eksperimen dan 15 responden kelompok control. Sampel adalah klien menderita infark miokardium di CVCU RSUP Dr M Djamil Padang. http://lib.unimus.ac.id. Hasil penelitian 1. Terdapat penurunan skala nyeri pada klien infark miokardium di RSUP Dr M Djamil Padang pada kelompok responden tanpa pemberian terapi wewangian 2. Terdapat penurunan skala nyeri pada klien infark miokardium di RSUP Dr M Djamil Padang pada kelompok responden dengan pemberian terapi wewangian 3. Terapi wewangian bunga lavender (lavandul aangustifolia) dapat menurunkan skala Nyeri lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat terapi wewangian bunga lavender (lavandula angustifolia.

(23) 9. No. 2. 3. Nama Judul peneliti penelitian dan tahun Pratiwi, R Penurunan (2012) Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan Menggunakan Aromaterapi Lavender di Rumah Sakit Al Islam Bandung. Wijayanti, Pengaruh L, (2012) Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri pada ibu Primigravida post sectio caesarea hari I-II di ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pre-test Post-test:. Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan one group pra-testposttest design. Populasi dan sampel penelitian Populasi pada penelitian ini adalah ibu post sectio caesarea di ruang nifas Rumah Sakit Al Islam. Sampel penelitian ini berjumlah 30 ibu post sectio caesarea hari pertama yang diambil dengan teknik purposive sampling.. Populasi penelitian ini ada 27 ibu Primigravida post sectio caesarea Pengambian sampel penelitian ini menggunaan teknik nonprobability dengan consecutive sampling. http://lib.unimus.ac.id. Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan intensitas skala nyeri sebelum dilakukan intervensi adalah 6.6 dimana nilai tersebut masuk dalam kategori nyeri berat tertahankan. Sedangkan sesudah dilakukan adalah 3.6 dimana nilai tersebut masuk dalam kategori sedang.. Ada perbedaan yang signifikan dari intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan latihan teknik relaksasi pernapasan menggunakan aromaterapi lavender dengan p value = 0.000 taraf signifikan < 0.05. Ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida post sectio caesarea hari I-II di ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi Waluyo Blita dengan P value =0,00.

(24) 10 Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Frayusi, A, (2012) pemberian terapi secara oles pada klien Infark Miokardium, penelitian Pratiwi (2012) disertai dengan latihan teknik relaksasi pernapasan. Penelitian Wijayanti (2012) sampel pada ibu primigravida dan diambil dengan teknik consecutive sampling. Penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti pada tahun 2016 saat ini dengan judul “Pengaruh. Pemberian Aromaterapi. Lavender Terhadap. Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang” dengan menggunakan desain penelitian Quasieksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan Pra - pasca test dalam satu kelompok (one – grup pre test – post test design). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan post operasi sectio caesarea yang dirawat diruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling.. http://lib.unimus.ac.id.

(25) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Nyeri 1. Pengertian Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenagkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakanya. Akibatnya rasa nyeri itu subyektif sehingga keluhan dari klien merupakan penilaian yang paling berarti. (Smeltzer & Bare, 2007). Nyeri. didefinisikan. sebagai. suatu. sensori. subyektif. dan. pengalaman emosional yang tidak menyenagkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan (Potter & Patricia, 2005). Nyeri adalah kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Alimul, 2009). 2. Klasifikasi nyeri Nyeri diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu : a.. Klasifikasi nyeri berdasarkan etiologi 1) Nyeri Psikogenik Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. 2) Nyeri neurologis Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.. http://lib.unimus.ac.id 11.

(26) 12. 3) Nyeri inflamasi Nyeri inflamasi adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ visceral. 4) Nyeri phantom Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstrimitas diamputasi (Alimul, 2009). b. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi 1) Nyeri akut Nyeri akut biasanya awitanya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6bulan dan biasanya kurang dari 1 bulan. Untuk tujuan devinisi nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bulan. 2) Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih, meskipun 6 bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronik (Smeltzer & Bare, 2007). c. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi 1) Nyeri superfisial atau kutaneus Nyeri yang diakibatkan dari stimulasi kulit. Nyeri ini berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam. 2) Nyeri visceral dalam . Nyeri yang di akibatkan oleh stimulasi organ-organ internal. Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri superfisial.. http://lib.unimus.ac.id.

(27) 13. 3) Nyeri alih (referrend) Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visena karena banyak organ yang tidak memiliki reseptor nyeri. Nyeri terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik. 4) Radiasi Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cidera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau konstan (Price & Sylvia, 2005). 3. Fisiologi nyeri Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memmiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visceral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam yang dilepaskan apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenas. Stimulasi yang lain dapt berupa termal, listrik atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditrasmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lambat (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan keserabut C. Serabutserabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan. http://lib.unimus.ac.id.

(28) 14. bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract (STT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses trasmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan resptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ketanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter dalam impulsnsupresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Barbara C, Long, 1989 dalam Alimul, 2009). 4. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain : a. Pengalaman masa lalu Individu yang mempunyai pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. b. Ansietas Ansitas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan . Namun ansietas yang relevan, atau berhubungan dengan nyeri dapat dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksikan pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. c. Budaya Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri. Namun, budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri.. http://lib.unimus.ac.id.

(29) 15. d. Usia Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak di ketahui secara luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit karena perubahan fisiologis dan psikologis yang menyertai proses penuaan. Cara lansia berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan orang yang berusia lebih muda. Penilaian tentang nyeri dan keadekuatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda ketimbang didasarkan pada usia. Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. e. Efek plasebo Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap pengobatan atau tindakan tersebut akan memberikan hasil. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah memberikan efek positif (Smeltzer & Bare, 2007). 5. Penilaian klinis nyeri a. Pengkajian nyeri 1) Deskripsi verbal tentang nyeri Individu merupakan penilai yang terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta menggambarkan dan membuat tingkatnya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individu dalam beberapa cara sebagai berikut: a) Intensitas nyeri Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (misalnya : tidak nyeri, sedikit nyeri , nyeri hebat, atau sangat hebat). b) Karakteristik nyeri Termasuk letak nyeri (untuk area dimana nyeri pada berbagai organ), durasi (menit, jam, hari ,bulan ,dan sebgainya), irama (misalnya: terus menerus ,hilang timbul, periode bertambah, dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri ) dan kualitas. http://lib.unimus.ac.id.

(30) 16. (misalnya: nyeri seperti di tusuk , terbakar, sakit, nyeri seperti digencet). c) Faktor -faktor yang meredakan nyeri Misalnya: gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dan sebagainya) dan apa yang di percaya klien dapat membantu mengatasi nyerinya. d) Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari (misalnya: tidur, nafsu makan, konsentrasi interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan aktivitas-aktivitas santai) e) Kekawatiran individu tentang nyeri Meliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi, proknosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Smeltzer & Bare, 2007). 2) Skala nyeri Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri (Potter & Perry, 2005) Skala Bourbonais Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0 - 10, dengan kriteria sebagai berikut : (a) Skala 0 untuk tidak nyeri. (b) Skala 1-3 untuk nyeri ringan Tanda-tanda TTV dalam batas normal, dilatasi pupil tidak ada, keadaan tubuh rileks, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan. baik,. tindakan. manual. dapat. dirasakan. sangat. membantu. Sedang menurut Kozier, intensitas nyeri yang dirasakan pada skala ini adalah kaku, tersetrum listrik dan meras nyut-nyutan. (c) Skala 4-6 untuk nyeri sedang Terdapat. peningkatan. tekanan. darah,. peningkatan. nadi,. takipneu, dilatasi pupil kecil, tubuh gemetar, merasa mual dan wajah pucat. Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan. lokasi. nyeri. http://lib.unimus.ac.id. dengan. tepat. dan. dapat.

(31) 17. mendeskripsikanya. Klien juga dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsif terhadap tindakan manual. Menurut Kozier, pada skala ini nyeri yang. dirasakan klien adalah seperti. terbakar, tertusuk-tusuk, tertekan, tergesek dan kram. (d) Skala 7-9 untuk nyeri berat terkontrol Tekanan darah dan nadi mengalami penurunan, respiratory rate (RR) irregular, dilatasi pupil besar (++), merasa mual dan muntah, wajah pucat dan keluar keringat dingin. Menurut Kozier, pada skala ini pasien merasa sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh pasien dengan melakukan aktifitas yang biasa dilakukan. (e) Skala 10 untuk nyeri berat tak terkontrol Kaku / kejang sampai syok. Secara objektif pasien sudah tidak mapu berkomunikasi dengan baik, berteriak, histeris, tidak dapat mengikuti perintah, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik-narik apa saja yang tergapai, memukul-mukul benda disekitarnya, tidak responsive terhadap tindakan, dan tidak dapat menunjukan lokasi nyeri. Hal ini senada diungkapkan oleh Kozier, dimana pada skalaini klien merasa sangat nyeri dan tidak terkontrol. Gambar 2.1 Skala Bourbonais 0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tidak. Nyeri. Nyeri. nyeri. ringan. sedang. 7. 8. 9. Nyeri berat. 10 Nyeri berat. terkontrol tak terkontrol. 6. Nyeri Post Sectio Caesarea Pada Proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar dan efek anastesi habis bereaksi, pasien akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Pada operasi Sectio Caesaria ada 7 lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan. http://lib.unimus.ac.id.

(32) 18. luka, 7 lapisan tersebut dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit. Rasa nyeri didaerah sayatan yang membuat terganggu dan pasien merasa tidak nyaman (Walley, 2008). Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat penting dilakukan sesudah pembedahan. Nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat dibebaskan. (Potter dan Perry, 2006) a. Fisiologi Nyeri Post Sectio Caesarea Antara stimulasi cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: transduksi, trasmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsang yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat trasduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis. dan. jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melelui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat memegaruhi trasmisi nyeri setinggi medulla spinalis . Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer.Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas trasmisi nyeri oleh saraf (Price & Wilson, 2006). Nyeri post operasi atau nyeri pasca operasi akan menetap selagi luka dalam masa penyembuhan. Keadaan ini ditandai oleh nyeri yang berlebihan (hiperalgesia) bila daerah luka terkena rangsang yang biasanya hanya menyebabkan nyeri yang ringgan, dan rangsang tak berbahaya seperti rangsang raba dapat menyebabkan rasa nyeri (alodinia). Bila serat saraf ke daerah tersebut rusak, nyeri yang. http://lib.unimus.ac.id.

(33) 19. dirasakan dapat menetap dan menjadi lebih hebat meskipun luka telah sembuh (nyeri neuropatik). Dalam percobaan, nyeri neuropatik dapat ditimbulkan dengan merusak sarat saraf. Secara klinis, nyeri ini tidak dapat diatasi dengan pemberian analgesik dan merupakan keadaan yang sulit diobati (Ganong, 2010). Terdapat peningkatan kepekaan reseptor nyeri perifer pada nyeri post operasi dan neuropatik akibat pelepasan zat yang meningkatkan kepekaan. Selain itu, terdapat peningkatan penghantaran dihubungkan dengan sinaps antara neuro ordo pertama dan neuro ordo kedua di kornus dorsalis. Beberapa mekanisme mungkin berperan dalam peningkatan ini. Salah satunya mungkin melaluai peningkatan aktivitas presinaps reseptor NMDA pada ujung aferen primer yang disertai oleh peningkatan pelepasan substansi P. mekanisme lain mungkian melalui gene. switch. yang. mengakibatkan. subpopulasi. serat. A. beta. mekanoreseptor mulai menghasilkan substansi P (Ganong, 2010). 7. Cara mengatasi nyeri post sectio caesarea Pentalaksanaan non farmakologi nyeri dari pasien post sectio caesaria menurut Cuningham (2006) adalah : a. Tanda-tanda vital Setelah dipindahkan ke ruang rawat, maka tanda-tanda vital pasien harus di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah yang hilang serta keadaan fundus uteri harus diperiksa, adanya abnormalitas harus dilaporkan.Selain itu suhu juga perlu diukur. b. Terapi cairan dan diet Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan, termasuk Ringer Laktat, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya. Meskipun demikian, jika output urin di bawah 30 ml perjam, pasien harus dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau sepsis, pasien seharusnya sudah dapat menerima cairan per oral satu hati setelah pembedahan.Jika tidak,. http://lib.unimus.ac.id.

(34) 20. pemberian infus boleh diteruskan.Paling lambat pada hari kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan biasa. c. Vesika urinaria dan usus Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 sampai 24 jam post operasi. Kemampuan mengosongkan urinaria harus dipantau sebelum terjadi distensi. Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi. Pemberian supositoria rectal akan diikuti dengan defekasi atau jika gagal, pemberian enema dapat meringankan keluhan pasien. d. Ambulasi Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat bangun dari tempat tidur sebentar sekurang-kurangnya sebanyak 2 kali. Ambulasi dapat ditentukan waktunya sedemikian rupa sehingga preparat analgesik yang baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua, pasien dapat berjalan ke kamar mandi dengan pertolongan.Dengan ambulasi dini, trombosit vena dan emboli pulmoner jarang terjadi. e. Perawatan luka Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan. Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.Paling lambat pada hari ke tiga post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi. f. Laboratorium Secara rutin hematokrit diukur pada pagi hari setelah operasi, hematokrit harus segera dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau keadaan lain yang menunjukan hipovolemia. Jika hematokrit stabil, pasien dapat melakukan ambulasi tanpa kesulitan apapun dan kemungkinan kecil jika terjadi kehilangan darah lebih lanjut.. http://lib.unimus.ac.id.

(35) 21. Pentalaksanaan non farmakologi nyeri juga dapat dilakukan dengan : a. Stimulasi dan Masase kutaneus Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. b. Terapi es dan panas Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif pada beberapa keadaan; namun begitu, keefektifannya dan mekanisme kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. c. Stimulasi Saraf Elektris Traskutan Stimulasi saraf traskutan (TENS) mengunakan unit yang di kerjakan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, gemetar atau mendengung pada area nyeri. d. Distraksi Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada suatu selain pada nyeri, dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainya. e. Imajinasi terbimbing Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. f. Hipnotis Hipnotis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. g. Teknik Relaksasi Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan. otot,. rasa. jenuh,. kecemasan. sehingga. mencegah. menghebatnya stimulus nyeri. Teknik relaksasi yang yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan mata dan bernafas dengan perlahan dan nyaman.. http://lib.unimus.ac.id.

(36) 22. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”) dan ekshalasi (hembuskan, dua, tiga). Pada saat perawat mengajarkan teknik ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Nafas yang lambat, berirama juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi (Smeltzer & Bare, 2007). Aromaterapi lavender termasuk dalam teknik relaksasi dalam mengatasi nyeri. B. Aroma Terapi 1. Pengertian Aroma terapi berasal dari kata aroma yang berarti harum dan wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan. Sehingga aroma terapi dapat diartikan sebagai : “suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial ( essential oil )” (Jaelani, 2009). Aroma terapi adalah istilah modern untuk praktik yang sudah dilakukan ribuan tahun yang lalu, yang merupakan penatalaksanaan perawatan dan pengobatan menggunakan minyak esensial (Sunito, 2010). Aroma terapi adalah adalah praktek penyembuhan menggunakan baubauan murni sebagai penyembuhan alami (Datusanantyo & Robertus, 2009).. Aroma. terapi. adalah. sebuah. disiplin. menyeluruh. yang. menggunakan minyak esensial yang secara alami diekstrak dari tumbuhtumbuhan karena efek terapetiknya (Danusanantyo & Robertus, 2009). Aroma terapi adalah pengobatan menyeluruh yang dianggap sebagai teknik perawatan tubuh dengan menggunkan minyak esensial yang diekstraksi dari tanaman (Akoso & Galuh, 2009). Minyak esensial adalah minyak yang berasal dari saripati tumbuhan aromatis yang biasa disebut minyak atsiri. Minyak atsiri ini merupakan hormon atau life force tumbuhan, yang biasa didapat dengan cara ekstraksi. Minyak esensial itu berefek sebagai antibakteri dan antivirus, juga merangsang kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. http://lib.unimus.ac.id.

(37) 23. tersebut. Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan dari bunga, buah, semak-semak, dan pohon (Sunito, 2010). Aroma berpengaruh langsung terhadap otak manusia, seperti halnya narkotika.Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 aroma yang berbeda yang mempengaruhi dan itu terjadi tanpa disadari. Aroma tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood, emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombanggelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks (Maifrisco, 2008). Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian memberikan informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan pengatur system internal tubuh, termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress (Shinobi, 2008). 2. Manfaat Aroma terapi Manfaat Aroma terapi menurut Shinobi (2008) adalah : a. Aroma terapi merupakan salah satu metoda perawatan yang tepat dan efisien dalam menjaga tubuh tetap sehat. b. Aroma terapi banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya untuk membantu penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan sebagai terapi pendukung (support therapy) c. Aroma terapi membantu meningkatakn stamina dan gairah seseorang, walapun sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah dan semangat hidup d. Aroma terapi dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan rohani (soothing the physical, mind and spiritual). http://lib.unimus.ac.id.

(38) 24. e. Aroma terapi mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang berwibawa, jiwa pemberani, sifat familiar, perasaan gembira, damai, juga suasana romantis. f. Aroma terapi merupakan bahan antiseptik dan antibakteri alami yang dapat menjadikan makanan ataupun jasad renik menjadi lebih awet. 3. Efek Medis Minyak Esensial dan fisiologi Minyak esensial Minyak esensial memiliki peran amat penting bagi perkembangan kesehatan saat ini, yaitu sebagai sumber obat-obatan alami yang aman dan murah, melalui metode aroma terapi. Hal ini cukup beralasan, karena pada minyak esensial terdapat kandungan kimia bahan aktif yang memiliki khasiat dan efek yang cepat dalam membantu penyembuhan penyakit. Bahan-bahan aktif dalam minyak esensial ini juga merupakan sediaan kosmetika yang efektif dan praktis. Adapun efektivitas kimia bahan aktif minyak esensial tersebut dapat dijelaskan melalui mekanisme menurut Sunito (2010) sebagai berikut : a. Butiran Molekulnya sangat kecil dengan mudah dapat diserap melalui aliran darah hingga pembuluh kapiler darah di seluruh jaringan tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam minyak esensial ini kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga akan lebih mudah mencapai sasaran lokasi yang akan diobati (target site). b. Minyak esensial juga memiliki sifat mudah larut dalam lemak, sehingga dengan mudah terserap ke dalam lapisan kulit dan lapisan kulit yang ada di bawahnya (subkutan) bila dioleskan atau digosokkan. c. Minyak esensial mampu meredakan ketegangan pada otot-otot yang sedang yang sedang mengalami kelelahan akibat aktivitas yang berlebihan. d. Efek dari zat aktifnya dapat mempengaruhi lapisan dinding usus secara langsung, selaput lendir, dan otot-otot pada dinding usus di sekitarnya bila dikonsumsi secara internal melalui oral.. http://lib.unimus.ac.id.

(39) 25. e. Minyak esensial juga mampu mempengaruhi impuls dan refleks saraf yang diterima oleh ujung-ujung reseptor saraf pada lapisan terluar dari kulit, dibawah lapisan epidermis. Selain itu, minyak ini dapat mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respons ini akan dapat merangsang peningkatan produksi masa penghantar saraf otak (neurotransmitter), yaitu yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan). f. Efek medis minyak esensial juga mampu mempengaruhi kelenjar getah bening. Dalam hal ini, efektifitas zat-zat aktifnya dapat membantu produksi prostaglandin yang berperan penting dalam meregulasi tekanan darah, pengendalian rasa sakit, serta keseimbangan hormonal. g. Minyak esensial juga ikut membantu kinerja enzim, antara lain, enzim pencernaan yang berperan dalam menstimulasi nafsu makan; asam hidrokhlorik, pepsin, musin dan substansi lain yang ada di lambung. 4. Sifat-sifat yang terkandung dalam minyak esensial Sifat-sifat yang terkandung dalam minyak esensial lavender yaitu sebagai antiseptik, antidepresan, meringankan stres dan sulit tidur, mengatasi gigitan serangga (Sunito, 2010). 5. Bentuk-bentuk aroma terapi Bentuk aroma terapi yang banyak ditemukan adalah aroma terapi berbentuk lilin dan dupa (incense stick dan incense cone). Adapula yang berbentuk minyak esensial tapi umumnya tidak murni, hanya beberapa persen saja menurut Sunito (2010) sebagai berikut : a. Dupa Dibuat dari bubuk akar yang dicampur minyak esensial III cara penggunaanya adalah dengan cara dibakar. b. Lilin Biasanya lilin aroma terapi wanginya itu-itu saja, misalnya sandalwood dan lavender . Sebab, sejumlah minyak esensial tertentu membuat lilin sulit membeku. Bahan baku lilin itu kemudian dicampur dengan. http://lib.unimus.ac.id.

(40) 26. beberapa tetes minyak esensial grade III. Kualitas lilin di pasaran berbeda-beda. Cara sederhana untuk mengetahuinya adalah mencoba membakarnya lebih dahulu, lilin yang bagus tak mudah meleleh dan asapnya tidak hitam. c. Minyak Esensial Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan dari bunga, buah, semak-semak, dan pohon (Sunito, 2010). 6. Cara menggunakan minyak esensial Cara menggunakan minyak esensial menurut Jaelani (2009) : a. Kompres Kompres adalah salah satu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara memanipulasi suhu tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit . Caranya adalah dengan menambahkan 3-6 tetes minyak esensial pada setengah liter air. Masukan handuk kecil pada air tersebut dan peras. Lalu, letakkan handuk tersebut pada wilayah yang diinginkan. Bisa juga untuk mengompres wajah dengan menambahkan 2 tetes minyak esensial pada satu mangkuk air hangat. Masukan kain atau handuk kecil pada air atau larutan dan peras. Letakan pada wajah selama beberapa menit. Ulangi cara tersebut selama tiga kali. b. Pemijatan / Massage Pemijatan / massage termasuk salah satu cara terapi yang sudah berumur tua. Meskipun metode ini tergolong sederhana, namun cara terapi. ini. masih. sering. digunakan.. Caranya. adalah. dengan. menggunakan 7-10 tetes minyak esensial yang sejenis dalam 10-14 tetes minyak dasar, atau tiga kali dari dosis tersebut bila menggunakan tiga macam minyak esensial. Cara pemijatan ini dapat dilakukan dengan suatu gerakan khusus melalui petrissage (mengeluti, meremas, mengerol dan mencubit); effleurage (usapan dan belaian) friction (gerakan menekan dengan cara memutar-mutarkan telapak tangan atau jari).. http://lib.unimus.ac.id.

(41) 27. c. Steaming Streaming merupakan salah satu cara alami untuk mendapatkan uap aromatis melalui penguapan air panas. Dalam terapi ini, setidaknya digunakan 3-5 tetes minyak esensial dalm 250 ml air panas. Tutuplah kepala dan mangkok dengan handuk, sambil muka ditundukkan selama 10-15 menit hingga uap panas mengenai muka. d. Hirup atau Inhalasi Adapun maksud dari terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat-zat yang dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung atau melalui alat bantu aroma terapi. Seperti tabung inhaler dan spray, anglo, lilin, kapas, tisu ataupun pemanas elektrik. Zat-zat yang dihasilkan dapat berupa gas, tetes-tetes uap yang halus, asap, serta uap sublimasi yang akan terhirup lewat hidung dan tertelan lewat mulut. Caranya adalah teteskan satu tetes minyak esensial pada tisu, kapas atau sapu tangan. Hirup selama menit 15-30 menit.. http://lib.unimus.ac.id.

(42) 28. C. Kerangka Teori Kerangka teori penelitian pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea sebagai berikut :. Intensitas nyeri a. Tidak nyeri b. Nyeri ringan c. Nyeri sedang d. Nyeri berat terkontrol e. Nyeri berat tak terkontrol. Nyeri post sectio caesarea. Penatalaksanaan nyeri non farmakologi Tanda-tanda vital Terapi cairan dan diet Vesika urinaria dan usus Ambulasi Perawatan luka Laboratorium Pentalaksanaan non farmakologi yang lain: a. Stimulasi dan Masase kutaneus b. Terapi es dan panas c. Stimulasi Saraf Elektris Traskutan d. Distraksi e. Imajinasi terbimbing f. Hipnotis g. Teknik Relaksasi h. Aromaterapi lavender. a. b. c. d. e. f.. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri : a. Pengalaman masa lalu b. Ansietas c. Budaya d. Usia e. Efek placebo. Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber :. Modifikasi teori menurut Smeltzer & Bare, ( 2007), Potter & Perry, (2005) dan Cunningham (2006). http://lib.unimus.ac.id.

(43) 29. D. Kerangka Konsep. Variabel independen (bebas). Variabel dependen (terikat). Pemberian Aromaterapi lavender. Intensitas Nyeri Pada Pasien Post sectio caesarea. Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep Penelitian. E. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2008) Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tindakan pemberian aromaterapi lavender. 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008). Variabel dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea.. F. Hipotesis Penelitian Ha : Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. http://lib.unimus.ac.id.

(44) BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Alimul, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-eksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan Pra - pasca test dalam satu kelompok (one – grup pre test – post test design). Ciri dari tipe ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Gambar 3.1 Desain Penelitian. Pretest Kelompok Eksperimen. Perlakuan. Postest. X. 02. 01. Keterangan: (01). : Pengukuran pertama (Pretest). X. : Tindakan dengan pemberian aromaterapi lavender. (02). : Pengukuran kedua (Posttest). B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi. merupakan. seluruh. subyek. atau. obyek. dengan. karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post Sectio Caesarea yang di rawat di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang sebanyak 48 responden.. http://lib.unimus.ac.id 30.

(45) 31. 2. Sampel Sampel adalah. bagian dari populasi dari karakteristik yang. dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan post Sectio Caesarea yang dirawat diruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal 22 Januari-07 Maret 2016 dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian terdapat 13 responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan sampel sebanyak 35 responden. 3. Kriteria inklusi dan eksklusi a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Tingkat kesadaran komposmentis, dan mampu berkomunikasi verbal. 2) Bersedia menjadi responden dan berada di tempat saat penelitian dilakukan. 3) Pasien post Sectio Caesarea yang masih mengalami nyeri 6 jam setelah anastesi. 4) Pasien yang kooperatif dan tidak shock neurogenik.. http://lib.unimus.ac.id.

(46) 32. b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak. memenuhi kriteria inklusi dari studi karena. berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini : 1. Pasien post. Sectio. Caesarea. yang tidak dapat dilakukan. pengambilan data karena gangguan jiwa 2. Pasien post Sectio Caesarea yang menolak diberikan aromaterapi lavender karena alergi. C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi Operasional Independen : Tindakan Pemberian memberikan aromaterapi aroma wewngian lavender lavender Dependen : -Nyeri post Sectio Nyeri post Caesarea adalah Sectio nyeri akut yang Caesarea berhubungan dengan kerusakan jaringan setelah operasi Sectio Caesarea, nyeri akibat involusio uteri Variabel. Alat Ukur. Hasil Ukur. Skala. Anglo, lilin, aroma lavender, air. -. -. Lembar observasi skala nyeri pasien post Sectio Caesarea. Sebelum dilakukan pemberian aroma terapi lavender : 0 = tidak nyeri 1-3 = Nyeri ringan 4-6 = Nyeri sedang 7-9 = Nyeri berat terkontrol 10 = Nyeri berat tak terkontrol. Lembar observasi skala nyeri pasien post Sectio Caesarea. Setelah dilakukan Rasio pemberian aroma terapi lavender selama 15-30 menit: 0 = tidak nyeri 1-3 = nyeri ringan 4-6 = nyeri sedang 7-9 = nyeri berat terkontrol 10 = nyeri berat tak terkontrol. http://lib.unimus.ac.id. Rasio.

(47) 33. D. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Ruang Ayyub 1 rumah sakit Roemani Semarang.. E. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari–07 Maret 2016.. F. Etika Penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi lembaga tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Roemani Semarang, kemudian setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatian etika penelitian. Etika penelitian menurut Alimul (2007) meliputi : 1. Informed Consent Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuanya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien. 2. Anonymity ( Tanpa Nama ) Peneliti tidak mencantumkan nama responden untuk menjaga kerahasiaan, tetapi lembar tersebut diberikan kode, yakni dengan mencantumkan angka sesuai dengan banyaknya responden. 3. Confidentiality ( kerahasiaan ) Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.. http://lib.unimus.ac.id.

(48) 34. G. Alat Pengumpul Data 1. Alat Pengumpul Data Penelitian. ini. menggunakan. metode. observasi. sistematis. dalam. pengumpulan data, dengan menggunakan instrumen dalam bentuk lembar observasi skala intensitas nyeri, aroma lavender, alat pengharum (anglo pemanas), lilin, korek api, aroma lavender dan air. 2. Uji Instrumen Pada penelitian ini tidak dilakukan uji instrumen karena instrumen dalam penelitian ini sudah baku.. H. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian kepada Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. Setelah mendapatkan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian dari Univeritas Muhammadiyah Semarang, peneliti kembali mengajukan ijin ke Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. 3. Surat disposisi dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang kemudian diajukan BAPPEDA (Badang Perencanaan Pembangunan Daerah), kemudian dari BAPPEDA memberi rekomendasi untuk ditujukan ke Rumah Sakit Roemani Semarang. 4. Setelah mendapatkan ijin dari Direktur Rumah Sakit Roemani Semarang selanjutnya peneliti mendatangi Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang untuk mengadakan pendekatan kepada calon responden. 5. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden ibu post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian agar proses pengambilan data dapat dilakukan dengan baik. 6. Peneliti meminta responden untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden bila yang bersangkutan setuju menjadi responden.. http://lib.unimus.ac.id.

(49) 35. 7. Peneliti meminta responden untuk menginterpretasikan tingkat nyeri yang dirasakan responden pada lembar observasi skala nyeri yang diberikan peneliti. Sesuai skala bourbonais menurut kategorinya yaitu: tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat terkontrol (7-9), nyeri berat tak terkontrol (10) (Potter & Perry, 2005). 8. Peneliti menjelaskan dan mendemonstrasikan pemberian aroma terapi lavender untuk mengurangi nyeri . Dengan cara : 1) Persiapan alat: a) Minyak esensial lavender b) Alat pengharum (anglo pemanas) c) Lilin d) Korek api e) Air 10 cc 2) Beritahu responden tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan. 3) Ciptakan lingkungan yang tenang. 4) Usahakan agar responden tetap rileks dan tenang. 5) Atur posisi responden semi fowler, berbaring di tempat tidur dengan punggung dan bahu tersangga baik dengan bantal. 6) Tuang air sebanyak 10 cc kemudian teteskan minyak aroma terapi pada alat pengharum sebanyak 5 tetes menggunakan pipet ukuran 1 ml diatas tempat anglo. 7) Nyalakan lilin dibawah anglo dengan suhu 60 °C sampai aroma terapi tercium baunya dan menyebar ke seluruh ruangan dan dekatkan alat disamping pasien. 8) Anjurkan pasien menghirup armaterapi selama 15-30 menit. 9) Anjurkan bernafas beberapa kali dengan irama normal. 10) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks. 11) Usahakan agar responden tetap konsentrasi dan pusatkan pada daerah yang nyeri.. http://lib.unimus.ac.id.

(50) 36. 12) Peneliti meminta kembali responden untuk menginterpretasikan rasa nyeri setelah responden diberikan aroma terapi lavender selama 15-30 menit, dengan menggunakan lembar observasi skala nyeri. Sesuai skala bourbonais menurut kategorinya yaitu: tidak nyeri (0), nyeri ringan (13), nyeri sedang (4-6), nyeri berat terkontrol (7-9), nyeri berat tak terkontrol (10) (Potter & Perry, 2005). 13) Anjurkan pada responden untuk mengulangi prosedur hingga nyeri berkurang selama 15-30 menit. 14) Rapikan responden kembali. 15) Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencatat langsung tingkat skala nyeri responden dengan menggunakan lembar skala tingkat nyeri. 16) Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan dan analisa data.. I.. Analisis Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dimaksudkan agar data yang telah terkumpul dapat secara bertahap yaitu : a.. Editing (memeriksa) Editing adalah meneliti setiap pertanyaan yang sudah diisi oleh responden. Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data-data yang ada. Editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi. Pada editing ini semua pertanyaan sudah diisi dengan baik. Hasil pemeriksaan lembar observasi semua telah terisi lengkap.. b. Coding (memberi tanda) Pada tahap ini jawaban pertanyaan yang sudah dilakukan editing. kemudian. diklasifikasikan. menurut. macam-macamnya.. Klasifikasi yang dilkukan dengan cara menandai masing-masing jawaban berupa angka, kemudian dimasukan dalam lembar tabel kerja guna mempermudah pengolahan data. Untuk responden pertama diberi coding 1, 2, 3 dan seterusnya sampai sebanyak jumlah responden.. http://lib.unimus.ac.id.

(51) 37. c. Tabulating (tabulasi data) Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap coding yaitu pengorganisasian data agar mudah dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 2. Analisis Data Analisis data untuk mencari pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea. Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 dengan hasil data tidak berdistribusi normal dan didapatkan nilai sig. untuk intensitas nyeri sebelum perlakuan sebesar 0,000 dan intensitas nyeri sesudah perlakuan sebesar 0,004 . sehingga menggunakan uji alternatif Wilcoxon Match Paired Test. Analisa data bertujuan untuk mencari/melihat korelasi antara pemberian aroma terapi lavender dengan intensitas nyeri, dengan menggunakan program komputerisasi. SPSS (Statistik Program and Service Solution). Rumus Wilcoxon Match Pairs Test: Z. T  T T. Keterangan : T. = Jumlah jenjang atau rangking yang kecil. T. =. n. = jumlah sampel. T. =. n (n  1) 4. n(n  1)( 2n  1) 24. http://lib.unimus.ac.id.

(52) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang didirikan pada hari Rabu Pon tanggal 27 Agustus1975 dengan maksud sebagai sarana da’wah untuk mengamalkan amal ma’rufnahi munkar, mewujudkan cita-cita Muhammadiyah. Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang terletak di Jl. Wonodri 22 Semarang. Saat ini Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang memiliki 260 tempat tidur untuk berbagai kelas. Saat ini RS. Roemani sedang mengembangkan layanan Thibun Nabawi. Layanan baru ini merupakan cara pengobatan yang disandarkan pada ajaran nabi dalam hal pengobatan. Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang telah memperoleh sertifikat akreditasi penuh 16 bidang pelayanan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 dan telah lulus ISO 9001-2008, dan pada tahun 2014 mendapat penghargaan Satria Brand Award rangking 3 untuk kategori RSU Swasta se-Jawa Tengah (Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, 2016). Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berada ditengah kota Semarang yang memiliki 7 ruang perawatan yang terdiri dari Ayyub 1 khusus ruang maternitas, Ayyub 2 khusus ruang Internis, Ayyub 3 khusus ruang bedah, Ismail 1 dan Sulaiman khusus ruang VIP, Ismail 2 khusus ruang anak-anak serta ruang Adam 3 khusus PICU dan ICU. Ruang Ayyub 1 memiliki 28 tempat tidur terdiri dari 2 kelas VIP A, 6 kelas VIP B, 8 kelas I, 4 kelas II dan 8 kelas III (Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, 2016). Penulis melakukan penelitian di ruang Ayyub 1 dengan 35 responden pada tanggal 22 Januari -07 Maret 2016. Penilaian observasi dilakukan oleh peneliti sendiri untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea.. http://lib.unimus.ac.id 38.

(53) 39. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Karakteristik Umur. Min. Max. Mean. 26. 41. 32,69. Standar deviasi 3,991. Tabel 4.1 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan umur didapatkan umur termuda 26 tahun, umur tertua 41 tahun, ratarata umur 33 tahun, dengan standar deviasi (3,991). b. Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Pekerjaan Guru IRT PNS Swasta Tenaga Medis Total. Tabel. Frekuensi 6 17 2 8 2 35. 4.2. menunjukkan. bahwa. Persentase (%) 17,1 48,6 5,7 22,9 5,7 100,0. karakteristik. responden. berdasarkan pekerjaan sebagian besar bekerja sebagai IRT sebanyak 17 responden (48,6%), bekerja swasta sebanyak 8 responden (22,9%), guru sebanyak 6 responden (17,1%), PNS dan dan tenaga medis masingmasing 2 responden (5,7%).. http://lib.unimus.ac.id.

Gambar

Gambar 2.1  Skala Bourbonais .............................................................................
Gambar 2.1 Skala Bourbonais     0       1     2      3      4     5     6      7      8     9        10
Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1   Desain Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU POST OPERASI SECTIO CAESAREA(SC). DI

Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh latihan teknik relaksasi pernapasasn menggunakan aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri akibat luka post sectio

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri pada pasien Sectio caesarea di rumah sakit Umum Imelda Pekerja

Metode non farmakologi berupa latihan teknik relaksasi pernapasan menggunakan aromaterapi lavender diharapkan dapat menjadi komplementer bagi ibu post sectio

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan yaitu penerapan aromaterapi lavender pada pasien post operasi section caesarea terhadap penurunan nyeri yang

i SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP POST OPERATIVE NAUSEA AND VOMITING PONV PADA PASIEN SECTIO CAESAREA Di Ruang Recovery Room Rumah Sakit Umum “Darmayu”

Pijat Refleksi dan Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea.. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Pengaruh Aromaterapi Blend Essential Minyak Lavender Terhadap Nyeri pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea di RSUD Pringsewu 2016.. Manajemen Kebianan