• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN JUDUL LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM KERJA MANAJEMEN KONSTRUKSI DALAM PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG POLTEKKES 5 LANTAI DI TEMBALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALAMAN JUDUL LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM KERJA MANAJEMEN KONSTRUKSI DALAM PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG POLTEKKES 5 LANTAI DI TEMBALANG"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN JUDUL

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS SISTEM KERJA MANAJEMEN KONSTRUKSI

DALAM PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG POLTEKKES

5 LANTAI DI TEMBALANG

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Akademis Dalam Menyelesaikan Program S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Semarang

Disusun oleh :

Dadang Suryo Wibowo C.131.12.0162

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SEMARANG

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Sistem Kerja Manajemen Konstruksi dalam Pembangunan Gedung

Poltekkes 5 Lantai di Tembalang” yang merupakan syarat dalam menyelesaikan

Program Pendidikan S1 pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang. Tugas Akhir (TA) merupakan salah satu program dari kurikulum Universitas Semarang yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa, khususnya mahasiswa pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang untuk memenuhi syarat akademis guna menyelesaikan studi pada program studi Strata Satu (S1). Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan. Untuk itu dengan sangat tulus dan kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Pahlawansjah Harahap, SE, ME, selaku Rektor Universitas Semarang. 2. Ir. Supoyo, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Semarang.

3. Bapak Purwanto, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknik Universitas Semarang.

4. Prof. Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani, MT, selaku Dosen Wali

5. Ir. Hari Setijo Pudjihardjo, MT, selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh perhatian dan kesabaran serta pengorbanan waktu dan tenaga untuk guna memberikan bimbingan sehingga tersusun Tugas Akhir ini.

6. Ir. Bambang Tutuko, MM, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

7. Semua Dosen pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang.

8. Bapak Ibu tercinta yang selalu memberi semangat dan dukungan untuk terus maju dalam menyelesaikan kuliah.

9. Rekan-rekan Teknik Sipil angkatan tahun 2012 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang.

10. Catur Wibowo, ST, sebagai atasan, teman dan rekan kerja yang meluangkan waktunya untuk memberi saran, sumber, cara dan pengolahan data serta mendukung dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(4)

11. PT. Bina Karya cabang Jawa Tengah, selaku MK dari pembangunan gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang yang telah memberikan informasi dan data yang sangat bermanfaat bagi penulis.

12. Pengisi hati dari sang kekasih yang selalu mendukung dan memberi semangat selalu dalam menyelesaikan kuliah.

13. Dan yang lain tanpa kami sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan masukan dan motivasi yang positif buat kami.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari bentuk sempurna. Segala kritik dan saran akan penulis jadikan masukan yang sangat berarti.

Semarang, 02 Februari 2017

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah... 2

1.4 Maksud dan Tujuan ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan Umum ... 5

2.2 Definisi Manajemen Konstruksi ... 5

2.3 Fungsi Manajemen Konstruksi ... 6

2.3.1 Perencanaan (Planning) ... 7

2.3.2 Mengorganisasi (Organizing) ... 7

2.3.3 Pelaksanaan (Actuating) ... 9

2.3.4 Pengendalian (Controlling) ... 10

2.4 Peranan Manajemen Konstruksi ... 11

2.5 Tujuan Manajemen Konstruksi ... 12

2.6 Penerapan Manajemen Konstruksi ... 13

2.7 Tahap Penerapan Manajemen Konstruksi ... 14

2.7.1 Tahap Persiapan ... 14

2.7.2 Tahap Perencanaan ... 15

2.7.3 Tahap Pelelangan ... 16

2.7.4 Tahap Pelaksanaan... 16

2.8 Tugas Manajemen Konstruksi (MK) pada Proyek Bangunan Gedung ... 18

(6)

2.10 Kriteria Keberhasilan Proyek ... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Pengertian Metodologi Penelitian ... 23

3.2 Sumber Data ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Populasi dan Sampel ... 25

3.4.1 Populasi ... 25

3.4.2 Sampel ... 26

3.4.3 Metode Penentuan Sampel ... 26

3.5 Metode Analisis Data ... 27

3.5.1 Metode Analisis Kuantitatif ... 27

3.5.2 Metode Analisis Kualitatif ... 28

3.6 Analisa Data ... 29

3.7 Pengolahan Data Penelitian... 31

3.8 Cara Penyajian ... 33

BAB 4 ANALISA DATA ... 34

4.1 Tinjauan Umum ... 34

4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 34

4.3 Hasil Penelitian ... 34

4.3.1 Data Pribadi Responden ... 35

4.3.2 Profil Perusahaan Responden ... 38

4.3.3 Presepsi Responden Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi... 41

4.3.4 Presepsi Responden Terhadap Tindakan – Tindakan yang Dilakukan agar Berjalan dengan Baik dalam Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi ... 42

4.4 Analisa Kuesioner ... 44

4.4.1 Analisa Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Kontruksi pada Proyek Pembangunan Gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang ... 44

4.4.2 Analisa Tindakan – Tindakan yang Dilakukan agar Berjalan dengan Baik dalam Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi pada Proyek Pembangunan Gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang... 57

(7)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3-1 Penilaian Hasil Kuesioner ... 30

Tabel 4-1 Kategori Responden ... 35

Tabel 4-2 Jabatan Responden ... 36

Tabel 4-3 Lama Kerja Responden ... 36

Tabel 4-4 Pendidikan Terakhir Responden ... 37

Tabel 4-5 Pendapatan Responden Perbulan ... 38

Tabel 4-6 Jenis Perusahaan Responden ... 38

Tabel 4-7 Jumlah Karyawan di Perusahaan Responden ... 39

Tabel 4-8 Klasifikasi Perusahaan Responden ... 40

Tabel 4-9 Rata – Rata Nilai Kontrak Pekerjaan Perusahaan Responden ... 40

Tabel 4-10 Rekap Data Presepsi Responden Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi ... 41

Tabel 4-11 Rekap Data Tindakan – Tindakan yang Dilakukan agar Berjalan dengan Baik dalam Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi... 42

Tabel 4-12 Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi pada Proyek Pembangunan Gedung Poltekkes 5 Lantai di Tembalang ... 44

Tabel 4-13 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi menurut Fungsi P (Planning) / Perencanaan berdasarkan Peringkat Ranking 51 Tabel 4-14 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi menurut Fungsi O ( Organizing ) / Pengorganisasian berdasarkan Peringkat Ranking ... 52

Tabel 4-15 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi menurut Fungsi A ( Actuating ) / Pelaksanaan berdasarkan Peringkat Ranking ... 53

Tabel 4-16 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi menurut Fungsi C ( Controlling ) / Pengendalian berdasarkan Peringkat Ranking ... 54

Tabel 4-17 Nilai Pengaruh Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Konstruksi menurut Fungsi Manajemen ... 55

(9)

Tabel 4-18 Analisa Tindakan – Tindakan yang Dilakukan agar Berjalan Baik dalam Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi pada Proyek Pembangunan Gedung Poltekkes 5 Lantai di Tembalang ... 57 Tabel 4-19 Tindakan – Tindakan yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja

Manajemen Konstruksi menurut Fungsi P (Planning) / Perencanaan berdasarkan

Peringkat Ranking ... 64 Tabel 4-20 Tindakan – Tindakan yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja

Manajemen Konstruksi menurut Fungsi O ( Organizing ) / Pengorganisasian berdasarkan Peringkat Ranking ... 65 Tabel 4-21 Tindakan – Tindakan yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja

Manajemen Konstruksi menurut Fungsi A ( Actuating ) / Pelaksanaan berdasarkan Peringkat Ranking ... 66 Tabel 4-22 Tindakan – Tindakan yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja

Manajemen Konstruksi menurut Fungsi C ( Controling ) / Pengendalian berdasarkan Peringkat Ranking ... 67 Tabel 4-22 Nilai Pengaruh Tindakan yang berpengaruh dalam penerapan Manajemen Konstruksi menurut Fungsi Manajemen ... 68

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Lokasi Pekerjaan ... 2

Grafik 4-1 Kategori Responden ... 35

Grafik 4-2 Jabatan Responden ... 36

Grafik 4-3 Lama Kerja Responden ... 37

Grafik 4-4 Pendidikan Terakhir Responden ... 37

Grafik 4-5 Pendapatan Responden Perbulan ... 38

Grafik 4-6 Jenis Perusahaan Responden ... 39

Grafik 4-7 Karyawan di Perusahaan Responden ... 39

Grafik 4-8 Klasifikasi Perusahaan Responden ... 40

Grafik 4-9 Rata – Rata Nilai Kontrak Pekerjaan Perusahaan Responden ... 40

Grafik 4-10 Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi ... 56

Grafik 4-11 Analisa Tindakan - Tindakan yang Dilakukan agar Berjalan dengan Baik dalam Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi... 69

(11)

1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen konstruksi bisa dikatakan suatu pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengatur, mengorganisir dan mengkoordinir semua pekerjaan yang dilaksanakan dan terlibat dalam pembangunan sebuah proyek konstruksi. Pekerjaan konstruksi dapat dikatakan baik apabila semua pelaksanaan pembangunan dapat berjalan sesuai rencana. Sistem pengelolaan pembangunan dalam pekerjaan konstruksi dapat dikatakan mempunyai pengaruh seperti yang diharapkan dengan melakukan penataan akan semua proses kegiatan pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan sehingga mendapatkan hasil pekerjaan yang baik.

Manajemen konstruksi mempunyai arti dimana proses kerja antara pemilik dengan orang manajemen konstruksi dengan memberikan tugas untuk mengkoordinir dan mengomunikasikan seluruh kegiatan saat proses pelaksanan proyek yang diantaranya seperti dari studi desain konstruksi, perencanaan, persiapan kontrak, mutu bahan, harga bahan, jadwal rencana dan lainnya. Dengan kata lain manajemen konstruksi mencakup semua proses yang ada dari penyelenggaran prakonstruksi, proses pelaksanaan sampai dengan akhir pekerjaan dengan asumsi sampai tidak ada masalah di akhir pekerjaan konstruksi.

Pada saat ini di Kota Semarang, Jawa Tengah telah dibangun gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang yaitu gedung pascasarjana yang dibangun oleh Kemenkes dengan menggunakan jasa Manajemen Konstruksi. Manajemen Konstruksi yang dipilih dari PT. Bina Karya dengan kontraktor pelaksananya dari PT. Jaya Arnikon dan perencananya dipercayakan oleh PT. Yodya Karya. Dengan adanya jasa Manajemen Konstruksi di Gedung ini, kami memilih untuk mengetahui sistem kerja Manajemen Konstruksi yang diterapkan dalam proyek konstruksi sehingga dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan dijadwalkan. Proyek ini dilaksanakan dalam 202 hari kalender yang selesai pada tanggal 31 Desember 2016 kemarin, kemudian dilanjutkan dengan masa pemeliharaan gedung selama 6 bulan berikutnya.

(12)

Gambar 1-1 Lokasi Pekerjaan 1.2 Rumusan Masalah

Atas dasar penglihatan yang tertera pada latar belakang di atas, maka inti permasalahan yang dirumuskan, yaitu :

a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sistem kerja manajemen konstruksi dalam proyek pembangunan gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang sehingga berjalan dengan baik?

b. Tindakan apa yang saja yang perlu dilakukan sehingga berjalan dengan baik dalam penerapan sistem kerja manajemen konstruksi dalam proyek pembangunan gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang?

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas akan dibatasi dalam penyusunan tugas akhir ini sehingga dapat diharapkan pembahasan akan lebih tertata dengan batasan sebagai berikut :

a. Penerapan sistem kerja manajemen konstruksi.

b. Lokasi proyek yang diteliti adalah proyek pembangunan Gedung Poltekkes 5 Lantai di Tembalang.

Lokasi Pekerjaan

(13)

1.4 Maksud dan Tujuan

Dalam penyusunan tugas akhir ini ada maksud dan tujuan yang terkandung sehingga dalam pembuatan tugas akhir ini juga ada tujuannya yaitu sebagai berikut :

a. Mengetahui dan memberikan pemahaman tentang penerapan sistem kerja manajemen konstruksi yang dilakukan pada kegiatan konstruksi secara menyeluruh dalam proyek pembangunan gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang.

b. Menganalisa hasil pekerjaan konstruksi dari penerapan sistem manajemen konstruksi yang dilakukan dalam proyek pembangunan gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang.

1.5 Manfaat Penelitian

Penulisan dan penyusunan laporan tugas akhir ini tentu diharapkan mempunyai manfaat, oleh karena itu penulisan dan penyusunan tugas akhir ini mempunyai manfaat yaitu :

a. Untuk Ilmu Pengetahuan

Usaha konstruksi yang dilihat terus berkembang yang memungkinkan untuk memahami dan mengetahui akan perkembangan hal-hal yang baru khususnya penggunaan sistem kerja manajemen konstruksi yang berbeda-beda pada setiap proyek pembangunan menjadi salah satu faktor bahwa ilmu manajemen konstruksi dalam kegiatan konstruksi sangatlah penting dan dibutuhkan. Dengan sistem-sistem yang dilakukan dilapangan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan dapat ditarik suatu kesimpulan yang baru sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut di kemudian hari.

b. Untuk Pengguna Jasa Konstruksi

Dapat dijadikan sebagai hasil pekerjaan yang diharapkan dengan hasil yang baik dalam mengelola proyek untuk tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu akan bahan pembangunan.

c. Bagi Peneliti

Sebagai calon sarjana teknik sipil yang nantinya kemungkinan ikut di bidang konstruksi juga, penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengetahuan yang lebih dalam tentang penerapan sistem manajemen konstruksi dalam suatu proyek dan

(14)

menjadi bekal yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran nantinya saat menjalankan pelaksanaan suatu proyek pembangunan.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat dan sistematika penyusunan laporan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini menuliskan tentang landasan teori manajemen konstruksi dan dasar-dasar teori dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan penerapan dan proses-proses sistem manajemen konstruksi.

Bab III Metodologi Penelitian

Dalam bab ini menuliskan tentang metodologi pada pengumpulan data tentang sistem manajemen konstruksi.

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Bab ini menuliskan dalam analisis dan pembahasan data yang sudah dikumpulkan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil manfaat atas penjelasannya dan saran yang diberikan atas penyusunan laporan yang merupakan penutup dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

Daftar Pustaka

Berisi tentang sumber yang diambil dan dituliskan dalam daftar pustaka ini yang berasal penelitian dari buku, jurnal dan sumber lain sebagainya.

Lampiran

Berisi antara lain lembar kuesioner yang sudah diisi dan surat - surat kelengkapan Tugas Akhir.

(15)

5

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Manajemen konstruksi yaitu terdiri dari 2 (dua) kata yaitu “manajemen” dan “konstruksi”. Manajemen adalah proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996). Sedangkan konstruksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (Depdikbud, 1996).

Dalam proyek menurut Kathy Schwalbe (2006) kata proyek berarti suatu usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. Sehingga dengan berarti sementara berarti proyek konstruksi merupakan pekerjaan dengan waktu yang dibatasi. Oleh karena itu, manajemen konstruksi perlu dan dibuat agar dapat selesai dengan batasan waktu. Manajemen konstruksi bisa diartikan ilmu pengetahuan tentang pembangunan sebuah proyek yang dilakukan oleh konsultan konstruksi untuk memberi nasehat dan bantuan dalam proses pembangunan. Sedangkan manajemen material dan manajemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan karena manajemen perencanaan berperan sekitar 20% dan sisanya untuk manajemen pelaksanaan termasuk pengendalian biaya, mutu bahan dan waktu proyek. Manajemen konstruksi meliputi tentang fisik pada konstruksi, biaya dan waktu. Sehingga dapat dilihat dari pandangan pekerjaan tujuan manajemen konstruksi adalah mengelola dan mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa yang diharapkan dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan persyaratan dalam pembangunan suatu proyek.

2.2 Definisi Manajemen Konstruksi

Dalam suatu proyek konstruksi terdapat banyak rangkaian - rangkaian kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan dan umumnya dibatasi oleh waktu yang telah ditentukan. Dengan kriteria bangunan konstruksi yang sangat berbeda-beda karakteristik dan kemungkinan banyak kendala dengan kondisi yang belum kita tahu

(16)

sebelumnya menyebabkan kebutuhan akan manajemen konstruksi sangat penting dengan sistem-sistem yang dibuat untuk mendapat hasil seperti yang diharapkan. Berikut ini tentang beberapa definisi dari manajemen proyek, diantaranya sebagai berikut :

1. Menurut Budi Santoso (2003), Manajemen proyek merupakan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu.

2. Menurut Harold Kerzner (2001), Manajemen proyek berarti suatu kegiatan yang berada dalam konstruksi dengan 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu.

3. Menurut Wulfram I. Ervianto (2005), Manajemen proyek konstruksi ada dua pemahaman yang pada pelaksanaannya menjadi satu kesatuan dalam mencapai tujuan proyek yaitu :

a. Teknologi Konstruksi (Construction Technology) yaitu mempelajari metode atau teknik tahapan pelaksanaan pekerjaan dalam mewujudkan bangunan fisik di suatu lokasi proyek, sesuai dengan spesifikasi teknik yang disyaratkan.

b. Manajemen Konstruksi (Construction Management) adalah bagaimana sumber daya (man, material, machine, money, method) yang terlibat dalam pekerjaan dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan proyek, sesuai dengan kebutuhan atau hukum yang berhubungan dengan konstruksi.

Manajemen konstruksi telah diakui sebagai salah satu cabang manajemen yang khusus, yang dikembangkan dengan tujuan untuk dapat melakukan koordinasi dan pengendalian atas beberapa kegiatan pelaksanaan proyek yang sifatnya kompleks. Dengan demikian, teknik atau manajemen yang dapat mengakomodasi kebutuhan sumber daya konstruksi selalu dilakukan peninjauan dan penyesuaian terus menerus, setiap saat dalam menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan.

2.3 Fungsi Manajemen Konstruksi

Fungsi-fungsi manjemen menurut beberapa para pakar adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan mengikuti suatu tahapan-tahapan tertentu dalam

(17)

pelaksanaannya. Pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi manejemen adalah barbagai jenis tugas atau kegiatan manjemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Manajemen konstruksi pada proyek adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen pada suatu proyek dengan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.

Beberapa diantara fungsi manajemen konstruksi menurut George R. Terry (2000) adalah sebagai berikut :

2.3.1 Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan dari manajemen konstruksi adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini menyangkut pada pengambilan keputusan terhadap beberapa pilihan-pilihan yang berkaitan pada proses pembuatan konstruksi. Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara iterative untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya.

Pada proses planning perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :

1. Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia. 2. Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang

tersedia.

3. Penerjemahan rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit. 4. Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan

sasaran (seluruh tahap : proses pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi dan FHO).

2.3.2 Mengorganisasi (Organizing)

Fungsi ini berkaitan dengan usaha manajemen untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan. Fungsi ini juga berguna agar tugas atau kegiatan-kegiatan pada proyek lebih mudah ditangani karena sudah terorganisir dengan sangat baik. Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis

(18)

pekerjaan, menurut pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki organisasi. Semua itu dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan diperoleh hasil positif bagi organisasi.

Dalam proses manajemen, organisasi digunakan sebagai alat untuk : 1. Menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik.

2. Membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen. 3. Mempersatukan pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang berada

di dalam kordinasinya.

Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupun fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat dilakukan melalui mekanisme :

1. Koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi komando),

2. Koordinasi horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan

3. Koordinasi diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi komando).

Koordinasi diagonal apabila diintegrasikan dengan baik akan memberikan kontribusi signifikan dalam menjalankan fungsi organizing.

Sebagai contoh, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis :

a. Pelaksana Konstruksi : koordinasi antara General Superintendant dengan Material Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan

Equipment Superintendant.

b. Field Supervision Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity

Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi vertikal

dan bersifat hirarkis.

2. Koordinasi horizontal dan bersifat satu level :

a. Pelaksanaan konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant dengan Construction Engineer atau dengan Equipment

(19)

Superintendant merupakan Field Supervision Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi

horizontal dan bersifat satu level. 3. Koordinasi diagonal :

a. Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara Kepala Satuan Kerja Pekerjaan dengan General

Superintendant atau dengan Site Engineer merupakan koordinasi

vertikal.

2.3.3 Pelaksanaan (Actuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subyektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.

Berikut ini beberapa metoda mensukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh George R. Terry (2000), yaitu:

1. Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam kelompok atau organisasi menjadi penting.

2. Instruksi yang dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan mempertimbangkan adanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga dapat dilaksanakan dengan tepat oleh pegawainya.

3. Perlu ada pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan dilaksanakan oleh pegawainya.

4. Lakukan praktek partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan dalam penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat difungsikan sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.

5. Upayakan memahami hak pegawai termasuk urusan kesejahteraan, sehingga tumbuh sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja yang diikutinya.

(20)

6. Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan benar apa yang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan sesuatu keputusan.

7. Seorang pimpinan perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai pembenaran atas keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya semua orang tidak suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa memberikan dalih pembenaran atas keputusannya.

8. Jangan berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau orang lain menjadi naik emosinya.

9. Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.

10. Perlu melakukan pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun haruslah dengan cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.

2.3.4 Pengendalian (Controlling)

Controlling diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek, Controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. General

Superintendat berkewajiban melakukan Controlling (secara berjenjang) terhadap

pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawah kendalinya yaitu Site Administration,

Quantity Surveyor, Materials Superintendant, Construction Engineer, dan Equipment Engineer untuk memastikan masing-masing staf sudah melakukan

tugasnya dalam koridor “quality assurance”. Sehingga tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana direncanakan dapat dipenuhi.

Kegiatan ini juga berlaku di dalam kegiatan internal konsultan supervisi; artinya kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi kontraktor, selain itu secara internal Site Engineer juga melakukan controlling terhadap Quantity

Engineer dan Quality Engineer. Secara keseluruhan internal Controlling ini dapat

mendorong kinerja konsultan supervisi lebih baik di dalam mengawasi pekerjaan kontraktor.

Ruang lingkup kegiatan Controlling mencakup pengawasan atas seluruh aspek pelaksanaan rencana, antara lain adalah:

(21)

1. Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

2. Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang , peralatan, bahan)

3. Prosedur dan cara kerjanya

4. Kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran.

Controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta

tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan antara rencana dan pelaksanaan, untuk memahami kemungkinan terjadinya penyimpangan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa program dan aturan kerja yng telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan.

2.4 Peranan Manajemen Konstruksi

Peranan Manajemen Konstruksi dalam proyek konstruksi adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek. Pada tahap pra-konstruksi, manajer proyek konstruksi akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual bawah pengawasan yang ketat. Menekankan pada independen dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. Netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan klien pada pilihan konsultan dan kontraktor, yang memungkinkan untuk mendapatkan manfaat maksimal.

Peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi beberapa peranan, yaitu :

1. Agency Construction Manajement (ACM)

Pada sistem ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan manajemen konstruksi dapat mulai dilibatkan, mulai dari fase perencanaan

(22)

tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.

2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)

Jasa konsultan manajemen konstruksi dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa manajemen konstruksi, akan terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini. Pada tipe yang lain kemungkinan melakukan jasa manajemen konstruksi berdasarkan permintaan pemilik ESCM/kontraktor.

3. Owner Construction Management (OCM)

Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggung jawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan.

4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)

Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggung jawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

2.5 Tujuan Manajemen Konstruksi

Sasaran Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control) , pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).

Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek

(23)

tersebut, sehingga konsep manajemen konstruksi dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut :

1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem manajemen konstruksi, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.

2. Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal desain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak mulai dari tahap desain.

3. Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai.

4. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan.

2.6 Penerapan Manajemen Konstruksi

Dalam penerapan manajemen konstruksi, sebuah perusahaan membutuhkan pemimpin yang dapat memotivasi karyawan dan harus terorganisir, disiplin dan berorientasi pada kualitas. Maka ada lima komponen untuk menuju kearah personil pemimpin/manajemen yang efektif agar penerapan prinsip manajemen konstruksi berjalan dengan baik, yaitu:

1. Manajemen Direksi

Direksi diharapkan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada proyek, terutama jadwal pelaksanaan dan penyelesaian proyek.

2. Manajemen Waktu

Manajemen waktu merupakan hal yang paling utama, karena dapat mempertimbangkan rutinitas terbaik, maupun pekerjaan intinya. Manajemen waktu mewajibkan para manager memastikan bahwa bawahan mereka telah menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan.

(24)

3. Manajemen Sumber Daya

Adanya peralatan yang siap kerja menjadi sangat penting dalam kelancaran bekerja. Umumnya perusahaan konstruksi gagal karena tidak dapat mengelola sumber daya yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan. 4. Manajemen Keuangan

Kepemimpinan yang efektif dalam konstruksi ialah efektif dalam merencanakan keuangan. Manajemen keuangan mewajibkan untuk mengerti tentang anggaran proyek dan estimasi biaya serta produktifitas pekerjaan. 5. Manajemen Kualitas

Manajemen kualitas mewajibkan para manager mengikuti prosedur yang sah dalam bekerja untuk produksi dalam proyeknya. Hal ini sangat penting dalam perusahaan konstruksi agar tidak terjadi pengulangan pekerjaan. Para manager diwajibkan pandai mengelola stafnya agar selalu menyiapkan pekerjaan, safety plan, dan penyiapan lapangan.

2.7 Tahap Penerapan Manajemen Konstruksi 2.7.1 Tahap Persiapan

a. Membantu pengelola kegiatan melaksanakan pengadaan penyedia jasa perencanaan, termasuk menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK), memberi saran waktu dan strategi pengadaan, serta bantuan evaluasi proses pengadaan. b. Membantu Pengelola Kegiatan dalam mempersiapkan dan menyusun program

pelaksanaan seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan.

c. Membantu Panitian Pengadaan Barang dan Jasa, baik melalui papan pengumuman, media cetak, maupun media elektronik.

d. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa melakukan prakualifikasi calon peserta seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan.

e. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan pekerjaan.

f. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam menyusun Harga Perhitungan Sendiri (HPS) / Owner’s Estimate (OE) pekerjaan.

(25)

h. Membantu pengelola kegiatan menyiapkan dalam penyebarluasan pengumuman seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan surat perjanjian pekerjaan perencanaan.

2.7.2 Tahap Perencanaan

a. Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan yang dibuat oleh penyedia jasa perencanaan, yang meliputi program penyediaan dan penggunaan sumber daya, strategi dan pentahapan penyusunan dokumen lelang.

b. Memberikan konsultansi kegiatan perencanaan, yang meliputi penelitian dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi.

c. Mengendalikan program perencanaan melalui kegiatan evaluasi program terhadap hasil perencanaan, perubahan – perubahan lingkungan, penyimpangan teknis dan administrasi atas persoalan yang timbul, serta pengusulan koreksi program.

d. Melakukan koordinasi dengan pihak – pihak yang terlibat pada tahap perencanaan.

e. Menyusun laporan bulanan kegiatan konsultansi manajemen konstruksi tahap perencanaan, merumuskan evaluasi status dan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

f. Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan dan dokumen pelelangan, menyusun program pelaksanaan pelelangan bersama penyedia jasa perencanaan, dan ikut memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, serta membantu kegiatan panitia pelelangan.

g. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan perencanaan.

h. Mengadakan dan memimpin rapat – rapat koordinasi perencanaan serta menyusun laporan perencanaan.

i. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap usulan teknis dan biaya dari penawaran yang masuk, hasil rapat koordinasi dan membuat laporan kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi.

(26)

2.7.3 Tahap Pelelangan

a. Membantu Pengelola Kegiatan dalam mempersiapkan dan menyusun program pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi fisik.

b. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam penyebarluaskan pengumuman pelelangan, baik melalui papan pengumuman, media cetak maupun media elektronik.

c. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa melakukan prakualifikasi calon peserta pelelangan (apabila pelelangan dilakukan melalui prakualifikasi). d. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan

pekerjaan.

e. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam menyusun Harga Perhitungan Sendiri (HPS) / Owner’s Estimate (OE) pekerjaan konstruksi fisik. f. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang

masuk.

g. Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik.

h. Menyusun laporan kegiatan pelelangan.

2.7.4 Tahap Pelaksanaan

1. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun oleh pelaksan konstruksi, yang meliputi program – program pencapaian sasaran fisik, penyediaan dan penggunaan sumber daya berupa tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance /

Quality Control, program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

2. Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib administratif, pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

(27)

4. Melakukan koordinasi antara pihak – pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi fisik.

5. Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas :

1) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan. 2) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan,

mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan konstruksi.

3) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas dan laju pencapaian volume / realisasi fisik.

4) Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.

5) Menyelenggarakan rapat – rapat lapangan secara berkala, membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan manajemen konstruksi dengan masukan hasil rapat – rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat oleh pelaksana konstruksi.

6) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan konstruksi.

7) Meneliti gambar – gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang diajukan oleh pelaksana konstruksi.

8) Meneliti gambar – gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (As Built Drawing) sebelum serah terima.

9) Menyusun daftar cacat / kerusakan sebelum serah terima 1 (pertama) dan mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan.

10) Bersama – sama dengan penyedia jasa perencanaan menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung.

11) menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah terima pertama, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan serah terima kedua pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan untuk pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi.

(28)

13) Membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan dokumen Sertifikat Layak Funsi (SLF) dari Pemerintah Kabupaten / Kota Setempat.

6. Menyusun laproran akhir pekerjaan manajemen konstruksi.

2.8 Tugas Manajemen Konstruksi (MK) pada Proyek Bangunan Gedung

Proyek gedung dengan nilai kontrak yang besar biasanya akan membutuhkan suatu konsultan pengawas yang mengawasi jalannya proyek. Biasanya konsultan pengawas pada proyek gedung disebut dengan Manajemen Konstruksi. Manajemen Konstruksi (MK) ini bisa berupa badan usaha atau tidak tergantung dari jenis proyek yang ditangani. Proyek-proyek yang menggunakan Manajemen Konstruksi biasanya proyek swasta atau proyek pemerintah dengan tipe Design and Build.

Secara garis besar tugas-tugas Manajemen Konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan metode konstruksi yang benar atau tidak

b. Meminta laporan progress dan penjelasan pekerjaan tiap item dari kontraktor secara tertulis

c. MK berhak menegur dan menghentikan jalannya pekerjaan apabila tidak sesuai dengan kesepakatan

d. Mengadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan mengundang konsultan perencana, wakil owner, dan kontraktor.

e. Berhubungan langsung dengan owner atau wakil owner dalam menyampaikan segala sesuatu di proyek

f. Menyampaikan progress pekerjaan kepada owner langsung

g. Mengesahkan material yang akan digunakan apakah sesuai dengan spesifikasi kontrak atau tidak.

h. Mengelola, mengarahkan, dan mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor dalam aspek mutu dan waktu.

i. Mengesahkan adanya perubahan kontrak yang diajukan oleh kontraktor

j. Memeriksa gambar shop drawing dari kontraktor sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.

(29)

k. Selalu meninjau ulang metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor agar memenuhi syarata K3LMP (kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan, mutu, dan pengamanan)

l. Memberikan Site Instruction secara tertulis apabila ada pekerjaan yang harus dikerjakan namun tidak ada di kontrak untuk mempercepat skedul.

2.9 Keberhasilan Proyek Konstruksi

Didalam pengelolaan kegiatan dengan menggunakan konsep manajemen konstruksi pada suatu proyek merupakan langkah yang sesuai dengan kebutuhan dengan kegunaan waktu, mutu dan biaya. Konsep ini ditandai dengan menerapkan suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiran-pemikiran manajemen dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rangka menghadapi kegiatan yang dinamis dan non rutin yaitu kegiatan proyek konstruksi (Iman Soeharto, 1999).

Keberhasilan suatu proyek tidak hanya dilakukan secara efisien dan efektif, namun perlu dilandasi dengan karakter moral dalam lingkungan yang semakin berpengaruh dengan pelaksanaan suatu proyek. Moral dalam konteks etika dapat menjaga alur hubungan dalam manajemen yang berintegrasi. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan serta terciptanya keharmonisan, kepercayaan, persaudaraan dan nilai-nilai moral diantara anggota tim, pemasok, Stakeholder, subkon, mandor, dan semua pelaku pada bidang yang terkait dalam suatu pelaksanaan pada proses pembangunan suatu proyek konstruksi.

Dalam pelaksanaan proyek tentu memunyai sasaran yang akan dituju. Menurut Iman Soeharto (1995), sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Setiap proyek mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam proses mencapai tujuan tersebut terdapat 3 (tiga) sarana pokok yaitu besarnya biaya anggaran yang dialokasikan, jadwal kegiatan dan mutu yang harus dipenuhi mencapai suatu keberhasilan proyek, dimana hubungan biaya, waktu dan mutu yang dapat digunakan sebagai berikut :

1. Biaya

Suatu proyek dikatakan berhasil jika proyek yang dilaksanakan dapat selesai tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya. Proyek harus diselesasikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah direncanakan pada saat

(30)

pelaksanaan pembangunan kontruksi di lapangan. Untuk proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal yang tahunan, anggaran bukan ditentukan untuk total proyek secara keseluruhan, tetapi dipecahkan menjadi beberapa komponen atau periode yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan sampai proyek itu selesai secara keseluruhan. Dengan demikian anggaran yang diperlukan untuk penyelesaian perbagian atau perperiode dapat memenuhi sasaran.

2. Waktu

Proyek konstruksi dalam pengerjaannya kebanyakan dibatasi oleh kurun waktu dan tanggal akhir yang ditentukan. Jadi untuk saat sudah selesai semua tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan, jika sampai melewati batas maka biasanya akan mendapatkan penalti yang dipertanggungjawabkan oleh pihak pelaksanaan dan pengawas yang telah terlibat dalam suatu pembangunan proyek konstruksi tersebut.

3. Mutu

Suatu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi atau kriteria yang telah ditentukan dalam pembangunan suatu proyek. Yang dimaksud adalah kebutuhan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan dalam suatu proyek dengan produk yang detail produk sesuai dengan spesifikasi yang tertulis. Jika produk tidak bisa digunakan lagi karena tidak diproduksi lagi atau masalah yang lain, maka akan dicari dengan mencari produk lain dengan spesifikasi yang sama dan sesuai dengan hasil yang dibutuhkan.

Ketiga sasaran tersebut saling terkait hubungannya. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah ditentukan spesifikasinya, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu dari produk, yang kemudian akan mempengaruhi naiknya anggaran biaya. Sebaliknya jika ingin menekan biaya, maka akan menurunkan mutu produk. Sedangkan waktu pelaksanaan dari pandangan teknis, keberhasilan proyek dikaitkan dengan jumlah sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi.

2.10 Kriteria Keberhasilan Proyek

Dinilai dari pekerjaan proyek yang sementara, keberhasilan proyek harus diukur dalam hal menyelesaikan proyek dengan batasan antara lain ruang lingkup,

(31)

waktu, biaya, kualitas, sumber daya dan resiko yang disetujui antara manajer proyek dengan Stakeholder. Manajer proyek adalah orang yang bekerja pada jasa manajemen proyek konstruksi. Untuk memastikan pembuktian manfaat untuk proyek yang dilakukan, masa uji bias menjadi bagian dari total waktu proyek sebelum menyerahkannya ke operasi permanen. Keberhasilan proyek harus dirujuk ke garis dasar yang disetujui oleh Stakeholder yang berwenang. Manajer proyek bertanggung jawab dan akuntabel untuk menetapkan batas-batas realistis dan dapat dicapai untuk proyek dan untuk menyelesaikan proyek dalam garis dasar yang disetujui.

Kesuksesan suatu proyek diukur dari ketepatan waktu penyelesaian sebagaimana dijadwalkan, tidak melebihi dana yang telah dianggarkan, spesifikasi (kualitas) yang disyaratkan terpenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen. Hal yang sering terlupakan, bahwa apabila proyek tersebut tidak dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, maka sebenarnya proyek tersebut tidak bisa dikatakan sukses. Menurut Shenhar, Levy dan Dvir (1997), kesuksesan proyek termasuk diukur dari sejauh mana keberhasilannya secara komersial dan kontribusi yang diberikannya terhadap pengembangan pasar atau teknologi baru.

Jika menurut Wibowo (2009), pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan atau apakah kinerja telah sesuai dengan yang diharapkan. Pada suatu proyek manajemen waktu termasuk kedalam proses yang akan diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian dari proyek tersebut. Menurut Clough dan Sears (1991), sistem manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek, dimana dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik atau jelas untuk menyelesaikan kegiatan proyek dengan lebih cepat dan efisien. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran serta terdiri dari elemen-elemen perencanaan dan penetapan tujuan, pengembangan ukuran yang relevan, pelaporan formal atas hasil dan penggunaan informasi dijadikan sebagai aspek utama yang diukur.

Render dan Heizer (2001), keberhasilan proyek dapat dilihat pada 3 (tiga) aspek yaitu sebagai berikut :

(32)

a. Biaya, apakah pengelolaan terhadap bahan baku, tenaga kerja, peralatan, metode, lingkungan kerja yang digunakan dapat efektif dan sesuai dengan rencana atau bahkan lebih efisien.

b. Mutu, apakah pengelolaan terhadap bahan baku, tenaga kerja, peralatan, metode, lingkungan kerja yang digunakan dapat memberikan kualitas output yang diharapkan.

c. Waktu, pengelolaan terhadap bahan baku, tenaga kerja, peralatan, metode, lingkungan kerja yang digunakan dapat optimal dan sesuai dengan rencana atau bahkan lebih cepat, sehingga dapat memberikan output yang diharapkan. Kegiatan yang pengelolaan suatu kegiatan dengan berpedoman dengan pengaruh biaya, kualitas (mutu) dan waktu dalam acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan menjadikan suatu proyek konstruksi lebih tepat sasaran. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2001), sistem manajemen mutu ISO 9001 yang terkait dengan biaya, mutu dan waktu terdapat pada klausal-klausal sebagai berikut :

a. Klausal 8.2, pemantauan dan pengukuran biaya, terhadap penggunaan dana yang diperbandingkan terhadap rencana pembiayaan.

b. Klausal 8.2, pemantauan dan pengukuran mutu, terhadap produk yang diperbandingkan terhadap standar yang ditetapkan.

c. Klausal 8.2, pemantauan dan pengukuran waktu, terhadap waktu yang diperbandingkan terhadap rencana penyelesaian atau time schedule.

(33)

23

3

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pengertian Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian menurut Sugiyono (2010:2) berupa metode penelitian yang pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan menurut I Made Wirartha (2006:68) adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan - kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah. Sehingga dengan definisi dari metodologi penelitian tersebut bisa diartikan sebagai teknik pendekatan untuk melakukannya dengan tujuan melakukan peninjauan objek demi mendapatkan data dari sebuah penelitian agar menjadi jelas.

3.2 Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan random sampling yaitu setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sample. Pada umumnya penelitian atau studi tentang masalah hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan manajemen kontruksi pada pembangunan gedung berdasarkan presepsi kontraktor atau para penyedia jasa kontruksi pada proyek pembangunan gedung yamg khususnya berada di kota Semarang.

Selain itu data penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu suatu data yang dikumpulkan dan diolah untuk mencari atau mendapatkan seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan manajemen kontruksi pada pembangunan gedung di kota Semarang. Pada penelitian ini target responden adalah responden yang bergerak dalam bidang usaha jasa kontruksi pembangunan gedung di sekitar kota semarang. Jumlah responden akan diberi kuesioner kurang lebih 30 responden. Pengumpulan data akan dibagikan kepada pihak-pihak yang terkait dalam

(34)

pembangunan Gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang ini dan juga dari beberapa perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi yang akan ikut juga dalam kuesioner untuk bersedia berpendapat dalam pembangunan proyek ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Angket atau Kuesioner

Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Sugiyono (2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :

a. Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

b. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh

(35)

istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.

c. Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

2. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

3. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur yang akan dijelaskan seperti berikut :

1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera foto, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.

2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Augusty Tae Ferdinand,

(36)

2006). Dalam penelitian ini populasinya adalah para kontraktor yang khusus berada di kota semarang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu dibentuk sebuah perwakilan yang disebut sampel (Augusty Tae Ferdinand, 2006). Dan sampel dalam penelitian ini adalah beberapa kontraktor yang khususnya berada di Kota Semarang.

Pekerjaan persiapan ini yang perlu dilakukan, antara lain seperti :

Roscoe (1975) telah memberikan pedoman penentuan jumlah sampel yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya ukuran sampel diantara 30 sampai 500 elemen

2. Jika sampel dipecah dalam sub sampel (pria, wanita, SD / SMP / SMA, dsb.) jumlah minimum sampel harus 30

3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variabel yang akan dianalisis

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa diantara 10 s/d 20 elemen

Berdasarkan pedoman Roscoe, sampel yang akan diambil yaitu sebesar 30 responden yang akan di bagi menjadi beberapa kategori Responden adalah Owner, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor.

3.4.3 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability

sampling, yaitu metode sampling yang tidak memberi kesempatan atau peluang yang

sama bagi setiap unsur atau populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004). Sedangkan jenis non probability sampling yang digunakan adalah purposive

sampling. Berdasarkan purposive sampling, peneliti memilih purposif secara

subjektif dan dalam pemilihan sampel digunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian yang dikembangkan. Peneliti memilih menggunakan metode sampling ini karena memahami bahwa informasi

(37)

yang dibutuhkan dapat diperoleh dari satu kelompok sasaran tertentu yang mampu memberikan informasi seperti yang diharapkan dan mereka memenuhi syarat dan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Syarat sampel pada penelitian ini adalah sampel dari orang-orang yang bekerja atau berprofesi sebagai jasa konstruksi yang berada di Kota Semarang.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis merupakan sebuah proses berkelanjutan dalam penelitian, dengan analisis awal menginformasikan data yang kemudian dikumpulkan. Ketika peneliti sudah selesai dalam mengumpulkan data, maka langkah berikutnya ialah menganalisis data yang telah diperoleh.

3.5.1 Metode Analisis Kuantitatif

Metode analisis kuantitatif menggunakan data statistik dan kemudian terjadi kegiatan dalam analisis tersebut, antara lain yaitu mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis.

Editing adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan. Editing

dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai denga kebutuhan. Contoh kegiatan dalam editing ialah pemeriksaan kuesioner yang telah diisi oleh responden. Aspek-aspek yang perlu diperiksa antara lain kelengkapan responden dalam mengisi setiap pertanyaan yang diajukan kusioner. Jika pengisian belum lengkap, peneliti dapat meminta responden untuk mengisinya kembali. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, sebaiknya kuesioner tersebut tidak digunakan untuk kepentingan analisis data. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul baik, sehingga dapat dipersiapkan untuk tahap selanjutnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Lengkapnya pengisian jawaban. Apabila peneliti menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data, maka seluruh pertanyaan dalam kuesioner harus terisi.

2. Kejelasan tulisan. Tulisan yang tidak jelas dan sulit dibaca dapat menimbulkan kesalahan presepsi jawaban, terutama jawaban pertanyaan terbuka.

(38)

3. Kejelasan makna jawaban. Cara penulisan jawaban yang tidak rapi dapat menyebabkan salah tafsir dan mengganggu kelayakan data.

4. Konsistensi atau kesesuaian antar jawaban. Hal ini penting untuk mengetahui apakah jawaban yang dicatat logis dan sesuai antara satu dan yang lain.

5. Relevansi jawaban, Contohnya apabila peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, langkah ini untuk mengetahui apakah pewawancara sudah menyusun pertanyaan yang sesuai dengan data yang ingin diperoleh.

6. Keseragaman kesatuan data. Data yang merupakan jawaban responden harus menggunakan satuan ukuran yang seragam, jika tidak maka akan terjadi kesalahan dalam pengolahan dan analisis data.

3.5.2 Metode Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif ini dilakukan apabila data empiris yang digunakan adalah data kualitatif yang berupa kata-kata dan tidak dapat dikategorisasikan (Silalahi, 2006:311). Menurut Miles dan Huberman dalam Silalahi (2006:311), kegiatan analisis kualitatif ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau klarifikasi. Dalam reduksi data ini terdapat proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis yang ada di lapangan. Reduksi data ini merupakan suatu bentuk analisis yang digunakan dalam rangka untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sehingga nantinya kesimpulan dapat ditarik secara tepat dan diverifikasi (Silalahi, 2006:312).

Selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penyajian data dimana ini berarti sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan tertentu (Silalahi, 2006:312). Penyajian data kualitatif ini dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan, sehingga kemudian penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan kemudian dapat menentukan apakah menarik kesimpulan sudah benar ataukah harus terus melakukan analisis demi mendapatkan kesimpulan yang valid (Silalahi, 2006:313). Alur kegiatan yang ketiga dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Menarik suatu kesimpulan

(39)

ini dilakukan oleh peneliti melalui data-data yang terkumpul dan kemudian kesimpulan tersebut akan diverifikasi atau diuji kebenarannya dan validitasnya (Silalahi, 2006:313).

3.6 Analisa Data

Dalam penelitian ini, dipakai kuesioner sebagai alat untuk melakukan survei sebagai salah satu cara dalam pengumpulan data. Kuesioner ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Bagian A

Berisi tentang data responden yang meliputi data dirinya dari nama, jabatan dalam perusahaan, latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja dalam bidang jasa konstruksi.

2. Bidang B

Berisi tentang profil dari data perusahaan responden yang meliputi kategori perusahaan, jumlah karyawan, klasifikasi dan nilai kontrak pekerjaan rata – rata.

3. Bidang C

Pada bidang ini penulis membagi menjadi dua bagian yaitu : a. Bidang C.1

Pada bagian ini berhubungan dengan pernyataan mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi penerapan sistem kerja manajemen konstruksi dalam pembangunan gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang yang bapak/ibu/saudara ketahui, terutama dilihat dari aspek dasar manajemen konstruksi P (Planning / Perencanaan), O (Organizing / Pengorganisasian), A (Actuating / Pelaksanaan) dan C (Controlling / Pengendalian). Dengan tingkat penilaian pengaruh sebagai berikut :

1 = Tidak berpengaruh : Nilai 1 2 = Kurang berpengaruh : Nilai 2 3 = Berpengaruh : Nilai 3 4 = Sangat berpengaruh : Nilai 4

Hasil jawaban dari kuesioner akan dijabarkan seperti Tabel 3-1 Penilaian

(40)

Tabel 3-1 Penilaian Hasil Kuesioner

Nilai Rata - Rata (X) Keterangan

3,5 < X < 4,0 Sangat berpengaruh 2,5 < X < 3,5 Berpengaruh 1,5 < X < 2,5 Kurang berpengaruh 1,0 < X < 1,5 Tidak berpengaruh

b. Bidang C.2

Pada bagian ini berhubungan dengan pernyataan mengenai tindakan - tindakan yang dilakukan agar berjalan dengan baik dalam penerapan sistem manajemen konstruksi dalam pembangunan gedung Poltekkes 5 lantai di Tembalang yang bapak/ibu/saudara ketahui, terutama dilihat dari aspek dasar manajemen konstruksi P (Planning / Perencanaan), O (Organizing / Pengorganisasian), A (Actuating / Pelaksanaan) dan C (Controlling / Pengendalian). Dengan tingkat penilaian pengaruh sebagai berikut :

1 = Tidak berpengaruh : Nilai 1 2 = Kurang berpengaruh : Nilai 2 3 = Berpengaruh : Nilai 3 4 = Sangat berpengaruh : Nilai 4

Hasil jawaban dari kuesioner akan dijabarkan seperti Tabel 3-2 Penilaian

Hasil Kuesioner sebagai berikut :

Tabel 3-2 Penilaian Hasil Kuesioner

Nilai Rata - Rata (X) Keterangan

3,5 ≤ X < 4,0 Sangat berpengaruh

2,5 ≤ X < 3,5 Berpengaruh

1,5 ≤ X < 2,5 Kurang berpengaruh 1,0 ≤ X < 1,5 Tidak berpengaruh

Gambar

Tabel 4-18 Analisa Tindakan – Tindakan yang Dilakukan agar Berjalan Baik dalam  Penerapan Sistem Kerja Manajemen Konstruksi pada Proyek Pembangunan Gedung  Poltekkes 5 Lantai di Tembalang ....................................................................
Gambar 1-1 Lokasi Pekerjaan
Tabel 3-1 Penilaian Hasil Kuesioner  Nilai Rata - Rata (X)  Keterangan
Tabel 4-1 Kategori Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait