• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus dan menurunnya nilai mata uang. Dampak dari inflasi akan membuat suku bunga bank meningkat, sehingga investor lebih memilih untuk berinvestasi di bank daripada berinvestasi pada perusahaan. Hal tersebut akan menyebabkan menurunnya harga saham yang berimbas juga pada berkurangnya modal perusahaan. Disaat yang sama, harga barang dan jasa yang meningkat akan membuat permintaan atas barang dan jasa tersebut menurun, sehingga dapat mengurangi pendapatan dan laba perusahaan. Jika hal ini terus berlanjut, maka dapat berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu sektor yang mengalami dampak dari krisis ekonomi ini adalah sektor manufaktur, sehingga perlu ditinjau kembali kemampuan perusahaan manufaktur dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.

Kelangsungan hidup (going concern) merupakan kelangsungan hidup suatu usaha dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu panjang. Manajemen dan pemilik selain memperhatikan peningkatan laba perusahaan juga bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Oleh

(2)

2 karena itu, pemilik dapat menugaskan auditor independen untuk memberikan opini audit mengenai kewajaran laporan keuangan dan menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan usahanya. Tujuannya agar para investor dapat mengetahui kelayakan perusahaan dalam menerima investasi dan para kreditur dapat mengetahui bahwa perusahaan tersebut layak atau tidak menerima pinjaman.

Auditor dalam memberikan opini audit harus berhati-hati, terutama opini mengenai kelangsungan hidup atau opini audit going concern suatu entitas. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Jika perusahaan diperkirakan oleh auditor tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya lebih dari satu tahun, maka auditor dapat mengeluarkan opini audit going concern.

Opini audit going concern dapat diberikan berdasarkan faktor-faktor seperti kondisi keuangan perusahaan dan mekanisme corporate governance yang terdiri dari beberapa elemen yaitu proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit. Kondisi keuangan perusahaan dapat memberikan cerminan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Pada perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang buruk cenderung lebih besar menerima opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat. Mc Keown dkk (1991) dalam (Santosa dan Wedari, 2007) menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern

(3)

3 pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Sehingga, kondisi keuangan dapat dijadikan acuan untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan dalam memberikan opini audit.

Kondisi keuangan juga menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan dapat ditingkatkan apabila perusahaan mempunyai tata kelola yang baik (good corporate governance). Sehingga, perusahaan dapat diarahkan sesuai dengan kepemimpinan serta struktur yang baik agar dapat mencapai tujuan. Kurangnya tata kelola perusahaan yang baik dapat berisiko terhadap kinerja perusahaan yang dapat berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan cenderung lebih besar potensinya untuk menerima opini audit

going concern.

Perusahaan yang menerapkan good corporate governance mempunyai prinsip-prinsip seperti transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan keadilan (fairness). Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip tersebut cenderung lebih kecil potensinya dalam menerima opini audit going concern. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance ini dituangkan dalam suatu mekanisme agar prinsip-prinsip tersebut dapat diarahkan sesuai dengan tujuan perusahaan.

Mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengelola perusahaan agar perusahaan dapat dijalankan dan dikendalikan sesuai dengan tujuan utama perusahaan. Menurut Barnhart dan

(4)

4 Rosenstein (1998) dalam Suranta (2005) menyatakan bahwa mekanisme

corporate governance dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Mekanisme internal (internal mechanism), seperti struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksklusif.

2. Mekanisme eksternal (external mechanism), seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan dengan hutang.

Menurut Syakhoraza (2005) dalam Petronila (2007), mekanisme

corporate governance dibagi menjadi dua kelompok, yaitu secara internal

dan eksternal. Internal corporate governance merupakan interaksi dari pihak-pihak pengambil keputusan, seperti Dewan Direksi (Board of Directors), Dewan Komisaris (Board of Commissioners), Executive Management yang di dalamnya termasuk Komite Audit (Audit Committee), dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kelompok kedua, yaitu External corporate

governance merupakan interaksi antara pihak-pihak yang mengawasi kinerja

perusahaan, antara lain Stakeholders (karyawan, konsumen, pemasok, kreditur, masyarakat) dan reputational agents (akuntan, pengacara, badan pemeringkat kredit, manajer investasi).

Adanya mekanisme corporate governance ini memegang peranan penting di perusahaan. Keberadaan mekanisme corporate governance diharapkan dapat memberikan kualitas pengelolaan serta kinerja yang baik dan akan berdampak positif terhadap kondisi keuangan. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan keadilan bagi pemegang saham dan

(5)

5 Penelitian ini mengacu pada penelitian Meriani dan Krisnadewi (2011), yang menggunakan kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan reputasi auditor. Variabel pertumbuhan perusahaan dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan, sehingga tidak diuji kembali dalam penelitian ini. Sehingga, pada penelitian ini menggunakan satu variabel dari penelitian Meriani dan Krisnadewi (2011), yaitu kondisi keuangan perusahaan dan menambah variabel baru yaitu mekanisme corporate governance yang terdiri dari elemen proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit.

Penelitian Meriani dan Krisnadewi (2011) menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan audit

going concern. Tujuan meneliti variabel kondisi keuangan ini karena ingin

mengetahui apakah variabel ini masih mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada periode penelitian yang berbeda mengingat terdapat peristiwa krisis ekonomi di Indonesia pada akhir tahun 2008 yang dapat mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Meriani dan Krisnadewi (2011), yaitu dengan menambah variabel mekanisme corporate governance. Banyak perusahaan pada sekarang ini mulai menerapkan prinsip corporate

governance dalam perusahaannya. Penerapan prinsip corporate governance

ini dipercaya dapat memberikan pengendalian internal yang baik dalam perusahaan. Pengendalian internal yang baik diharapkan perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidupnya, sehingga tidak akan menerima opini audit

(6)

6

going concern. Selain itu, terdapat perbedaan penelitian (research gap) pada

penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, variabel mekanisme

corporate governance menarik untuk diteliti, karena ingin mengetahui

pengaruh dari penerapan mekanisme corporate governance terdiri dari elemen proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit terhadap penerimaan opini audit

going concern.

Penelitian ini menggunakan periode sample data yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Periode penelitian sebelumnya yaitu tahun 2008-2010, sedangkan untuk periode penelitian ini tahun 2009-2011. Penelitian ini menggunakan sampel data dari sektor manufaktur, karena sektor ini memberikan kontribusi besar untuk perekonomian negara Indonesia, baik dalam hal ekspor barang dan penyerapan tenaga kerja. Sehingga,

kelangsungan usaha sektor manufaktur ini dapat mempengaruhi

perekonomian di Indonesia, oleh karena itu kelangsungan usaha sektor manufaktur penting untuk diteliti.

Kejadian krisis ekonomi di Indonesia pada akhir tahun 2008 menjadi alasan penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup setelah adanya krisis tesebut. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan judul “Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Dipengaruhi oleh Kondisi Keuangan Perusahaan dan Mekanisme Corporate

(7)

7 1.2 Batasan Masalah

Atas pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga serta pengetahuan maka batasan penelitian yang akan diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1 Januari 2009-2011.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah untuk menguji:

1. Apakah faktor kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern?

2. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern?

3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern?

4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern?

5. Apakah komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap

penerimaan opini audit going concern.

2. Menganalisis pengaruh proporsi komisaris independen terhadap penerimaan opini audit going concern.

(8)

8 3. Menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap penerimaan

opini audit going concern.

4. Menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap penerimaan opini audit going concern.

5. Menganalisis pengaruh komite audit terhadap penerimaan opini audit

going concern.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi para akademik mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerimaan opini audit going concern serta rujukan bagi penelitian selanjutnya.

2. Praktisi

a. Bagi auditor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mengetahui lebih jelas faktor-faktor yang menjadi penyebab suatu perusahaan menerima opini audit going concern sehingga auditor dapat menerbitkan opini going concern pada perusahaan yang secara pasti dinyatakan terganggu kelangsungan usahanya.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi perusahaan mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan

(9)

9 perusahaan menerima opini audit going concern, misalnya perusahaan dapat menerapkan mekanisme corporate governance sehingga peran komisaris independen dan komite audit, serta dengan adanya kepemilikan institusional dan manajerial dapat mengurangi risiko penerimaan opini audit going concern.

3. Regulator

Bagi BAPEPAM dan BEI, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai efektifitas peraturan yang telah dikeluarkan tentang penerapan mekanisme corporate governance dalam perusahaan. Sehingga, peraturan tersebut dapat lebih ditingkatkan penerapannya agar lebih efektif.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dijelaskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang pemilihan judul penelitian, batasan masalah yang akan diteliti, rumusan masalah dalam penelitian, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi penjelasan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, yang akan digunakan dalam membuat hipotesis dari permasalahan yang ada, serta

(10)

10 mencantumkan penelitian terdahulu dan kerangka berpikir pada penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi penjelasan mengenai populasi dan sampel data yang diambil, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, serta prosedur analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Berisi penjelasan tentang hasil penelitian, hasil analisis data dan disertai pembahasan dari penelitian yang telah dilaksanakan.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan serta keterbatasan dalam penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Angket diberikan kepada mahasiswa setelah menyelesaikan langkah-langkah penelitian mulai dari prates hingga pascates. Angket yang diberikan berupa pertanyaan dalam

Kepada staf dan seluruh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan terkhusus Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengajarkan dan membimbing saya

Setelah dianalisis dan direpresentasikan kedalam bentuk graf dan pohon, dapat dikatakan bahwa marketing dengan skema piramid merupakan suatu bentuk penipuan, bersifat

Judul skripsi : Tinjauan Ushul Fiqih Terhadap Fatwa Yusuf al-Qardlawi Tentang Kebolehan Seorang Muslim Menerima Warisan Dari Kerabat Non Muslim.. NO TANGGAL

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Kemudian pemilihan obyek penelitian yaitu implementasi decision tree pada hasil seleksi PPDB di Kota Surakarta dengan pertimbangan jumlah data yang ada banyak

Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) dengan menggunakan enam variabel independen yaitu kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan

Penarikan dana pernikahan sebesar Rp104.145.176,00 Dana pernikahan akan disisihkan dari aset dan dialokasikan pada Reksadana Panin Dana Utama Plus 2, Panin Dana