• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIOLOGI XI KONFLIK SOSIAL TAHUN PELAJARAN (Dra. Melly Henartri) STANDAR KOMPETENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOSIOLOGI XI KONFLIK SOSIAL TAHUN PELAJARAN (Dra. Melly Henartri) STANDAR KOMPETENSI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI XI Page 1

SOSIOLOGI XI

KONFLIK SOSIAL

TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016 (Dra. Melly Henartri)

STANDAR KOMPETENSI

Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas social

KOMPETENSI DASAR

Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat :

1. Mendeskripsikan berbagai pengaruh diferensiasi sosial dan stratitikasi sosial 2. Mengidentifikasi berbagai konflik dalam masyarakat.

3. Membedakan konflik dengan kekerasan

4. Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya konflik dalam masyarakat. 5. Mendeskripsikan faktor pendorong terjadinya intergrasi sosial

YAYASAN WIDYA BHAKTI

SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

Jl. Merdeka No. 24 Bandung  022. 4214714 – Fax.022. 4222587

http//:www.smasantaangela.sch.id, e-mail :smaangela@yahoo.co.id 043

URS is member of Registar of Standards (Holding) Ltd.

(2)

SOSIOLOGI XI Page 2

PETA KONSEP

(3)

SOSIOLOGI XI Page 3

MATERI

KONFLIK SOSIAL

Adanya Diferensiasi dan Stratifikasi sosial mengakibatkan KONFLIK : DIFERENSIASI SOSIAL : Ditandai dengan adanya perbedaan (ciri

jasmani)

STRATIFIKASI SOSIAL : Ditandai dengan adanya pelapisan sosial (tinggi, menengah dan rendah)

AKIBAT YANG DITIMBULKAN DARI DIFERENSIASI DAN STRATIFIKASI SOSIAL : 1. Primordialisme (Konflik kelas sosial)

Ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal yang dibawa sejak lahir. misal : suku, ras, klan, agama, asal daerah 2. Etnosentrisme (Konflik SARA)

Sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran kebudayaan sendiri

3. Sektarian/aliran politik (Konflik antar kelompok)

Keadaan sebuah kelompok organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah ormas

4. Konsolidasi

Usaha untuk menata / membuat kembali suatu organisasi yang dinilai terancam perpecahan

(4)

SOSIOLOGI XI Page 4

Konflik berasal dari kata Configere yang artinya saling memukul

Definisi Konflik :

 Secara Sosiologis :

Proses sosial ketika dua orang atau kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurklan atau membuatnyatidak berdaya

 Menurut Soerjono Soekamto :

Proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha utnuk memenuhi tujuan frngan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan

A. KONFLIK DALAM MASYARAKAT

Definisi Konflik Sosial

Istilah konflik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti percekcokan, perselisihan, pertentangan. Menurut asal katanya, istilah ‘konflik’ berasal dari bahasa Latin ‘confligo’, yang berarti bertabrakan, bertubrukan, terbentur, bentrokan, bertanding, berjuang, berselisih, atau berperang.

Dalam pustaka Sosiologi, ada banyak definisi mengenai konflik sosial. Berikut adalah beberapa di antaranya:

a) Konflik sosial adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya terbatas. Pihak-pihak yang sedang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh sumber-sumber yang diinginkan, tetapi juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan mereka. (Lewis A. Coser)

b) Konflik sosial adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. (Leopold von Wiese)

c) Konflik sosial adalah konfrontasi kekuasaan/kekuatan sosial. (R.J. Rummel)

(5)

SOSIOLOGI XI Page 5 d) Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih

menganggap ada perbedaan ‘posisi’ yang tidak selaras, tidak cukup

sumber, dan/atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. (Duane Ruth-Heffelbower)

Pemahaman Teoretik Mengenai Konflik Sosial

Ada dua sudut pandang yang umumnya digunakan untuk memahami kenyataan konflik dalam masyarakat, yaitu pendekatan konsensus (teori fungsional-struktural) dan pendekatan konflik (teori konflik).

Secara ringkas, perbandingan antara pendekatan konsensus dan pendekatan konflik dapat dirangkum seperti yang tampak dalam tabel berikut.

Tabel Perbandingan Teori Fungsional-Struktural dan Teori Konflik

Dimensi Teori Fungsional-struktural Teori Konflik

Pandangan mengenai masyarakat Stabil, terintegrasi secara baik Ditandai oleh adanya ketegangan dan konflik antarkelompok

Tingkat analisis yang ditekankan Makrososial, analisis pada skala besar Makrososial, analisis pada skala besar

(6)

SOSIOLOGI XI Page 6 Pandangan mengenai individu Individu anggota masyarakat disosialisasi untuk menunjukkan fungsi sosialnya Individu anggota masyarakat diatur melalui kekuasaan, paksaan, dan kewenangan

Pandangan mengenai tata sosial Tertib sosial terpelihara melalui kerjasama dan konsensus Tertib sosial terpelihara melalui kekuasaan/kekuatan dan paksaan Pandangan mengenai perubahan sosial Dapat diperkirakan Perubahan dapat terjadi di setiap waktu dan mungkin memiliki dampak positif

Konflik dan Kekerasan

1. Kekerasan

Istilah ‘kekerasan’ (violence) berasal dari bahasa Latin vis (kekuatan, kehebatan, kedahsyatan, kekerasan) dan latus (membawa).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ‘kekerasan’ diartikan sebagai perbuatan orang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang. Ada dua macam pengertian mengenai kekerasan, yaitu:

a) Pengertian sempit, kekerasan menunjuk pada tindakan berupa serangan, perusakan, penghancuran terhadap diri (fisik) seseorang maupun milik atau sesuatu yang secara potensial menjadi milik seseorang. Dengan demikian menunjuk pada kekerasan fisik yang sifatnya personal (mengarah pada orang atau kelompok tertentu) yang dilakukan secara sengaja, langsung, dan aktual.

b) Pengertian luas, kekerasan menunjuk pada kekerasan fisik maupun kekerasan psikologis, baik dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung, personal atau struktural. Yang dimaksud kekerasan struktural adalah kekerasan yang disebabkan oleh struktur sosial yang tidak adil.

Jadi, konflik sosial bernuansa kekerasan adalah konflik sosial yang di

dalamnya terdapat serangan, perusakan, penghancuran terhadap diri (fisik dan psikis) seseorang maupun sesuatu yang secara potensial menjadi milik

(7)

SOSIOLOGI XI Page 7 Dalam hal ini, Coser membedakan konflik dalam dua kategori sebagai berikut.

a) Konflik realistik, yaitu pertentangan yang bersumber pada rasa frustasi mengenai hal-hal yang spesifik dalam sebuah hubungan, juga dari dugaan mengenai keuntungan yang diperoleh pihak lain. Contoh, konflik antarkelompok pendukung dan penentang kenaikan BBM. Bagi para penentang kenaikan BBM, konflik tersebut merupakan alat untuk membuat agar kebijakan kenaikan BBM dibatalkan.

b) Konflik nonrealistik, yaitu pertentangan yang timbul bukan karena adanya persaingan untuk mencapai tujuan spesifik tertentu, melainkan lebih disebabkan oleh keinginan untuk melepaskan ketegangan

terhadap kelompok lain dalam masyarakat.

TAHAPAN KONFLIK (proses disosiatif / proses oposisi) : 1. PERSAINGAN/COMPETITION

Proses sosial baik individu/kelompok yang bersaing dalam memperoleh sesuatu secara kompetitif

Tipe Persaingan :

a. Ekonomi (kebutuhan manusia)

b. Kebudayaan (agama, pendidikan, politik, militer) c. Kedudukan dan peranan (pengakuan)

(8)

SOSIOLOGI XI Page 8 Fungsi Persaingan :

a. Meningkatkan daya kreativitas yang dinamis b. Menimbulkan iklim kompetitif

c. Sebagai alat seleksi Dampak Persaingan :

a. Sebagai pengenalan pribadi (ingin mengetahui sifat lawan) b. Sebagai alat untuk kemajuan (mendorong bekerja lebih keras) c. Sebagai alat solidaritas kelompok(saling meyesuaikan)

d. Disorganisasi (tidak memiliki kesempatan untuk meyesuaikan diri)

2. KONTRAVENSI

Proses sosial yang ditandai dengan adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang dan perasaan tidak suka terhadap seseorang (misal : curiga)

(9)

SOSIOLOGI XI Page 9 Bentuk Kontravensi :

a. Umum (penolakan, perlawanan, memprotes) b. Sederhana (penyangkalan,memaki, memfitnah) c. Intensif (menghasut, menyebarkan desas-desus) d. Rahasia (pengkhianatan)

e. Taktis (mengejutkan, membingungkan) Tipe Kontravensi :

a. Generasi : Perbedaan budaya b. Jenis kelamin : Kedudukan/status

c. Parlementer : Hubungan mayoritas & minoritas 3. PERTENTANGAN/KONFLIK

Adanya perbedaan antar individu dalam masyarakat (hal apapun)

 Pertentangan muncul karena adanya perbedaan kepentingan yang menimbulkan kesenjangan, upaya untuk menghilangkan kesenjangan itu dilakukan dengan cara tidak

wajar,inskonstitusional sehingga mengarah pada benturan fisik yang saling menjatuhkan. Konflik ini berasal dari persaingan yang tidak harmonis sehingga menimbulkan kontravensi (tak terselesaikan) hingga muncul pertentangan

(10)

SOSIOLOGI XI Page 10 Perbedaan Persaingan dan Pertentangan :

Persaingan Pertentangan 1. Aktivitas tidak

menimbulkan reaksi 2. Tidak berniat menjatuhkan

pihak lain

3. Dapat digunakan sebagai motivasi

4. Dilaksanakan dengan langkah nyata untuk mencapai tujuan

1. Aktivitas menimbulkan reaksi keras

2. Adaa rencana untuk menjatuhkan pihak lain 3. Muncul karena kesalah

pahaman

4. Dilaksanakan dengan penuh prasang-ka sehingga merugikan pihak lain

B. FAKTOR PENYEBAB, FUNGSI, AKIBAT, DAN CARA MENGATASI KONFLIK

1. Faktor Penyebab

Menurut Loepold von Wiese dan Howard Becker, secara umum ada empat faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya konflik, yaitu:

a. Perbedaan individual b. Perbedaan kebudayaan c. Perbedaan kepentingan d. Perubahan sosial

Sementara itu, menurut teori konflik,

penyebab utama terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaan atau ketimpangan hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat yang memunculkan diferensiasi kepentingan. Secara lebih rinci,

faktor-faktor penyebab konflik menurut teori ini adalah sebagai berikut: • Ketidakmerataan distribusi sumber-sumber daya yang terbatas dalam masyarakat.

• Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah. • Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan

(11)

SOSIOLOGI XI Page 11 kepentingan.

• Sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kelas bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas.

• Melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat bawah dan/atau elit.

• Kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideologi radikal. 2. Fungsi dan Akibat Konflik

George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya membutuhkan hubungan sosial yang sifatnya integratif dan harmonis, tetapi juga membutuhkan adanya konflik (Veeger, 1990). Berdasarkan pandangan Simmel tersebut, Lewis Coser dan Joseph Himes melakukan studi lebih lanjut mengenai fungsi positif konflik bagi kelangsungan masyarakat.

Menurut Coser (1956), konflik memiliki fungsi positif, yaitu:

a. Konflik akan meningkatkan solidaritas sebuah kelompok yang kurang kompak.

b. Konflik dengan kelompok tertentu akan melahirkan kohesi dengan kelompok lainnya dalam bentuk aliansi. Misalnya, konflik antara Perancis dengan Amerika Serikat tentang serangan ke Irak memunculkan kohesi yang lebih solid antara Perancis dan Jerman.

c. Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga yang semula pasif untuk kemudian memainkan peran tertentu secara lebih aktif.

d. Konflik juga memiliki fungsi komunikasi.

Sementara itu, menurut Himes (Schaefer & Lamm, 1998), konflik memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Secara struktural, konflik dapat mengubah keseimbangan kekuasaan antara kelompok dominan dan kelompok minoritas.

b. Dari sisi komunikasi, konflik meningkatkan perhatian masyarakat terhadap hal yang dipersengketakan dalam konflik, meningkatkan kesediaan media massa untuk memberitakannya, memungkinkan masyarakat memperoleh informasi baru, dan mengubah pola komunikasi berkenaan dengan hal tersebut. c. Dari sisi solidaritas, konflik akan meningkatkan dan memantapkan

solidaritas di antara kelompok minoritas.

d. Dari sisi identitas, konflik akan menumbuhkan kesadaran mengenai siapa mereka dan mempertegas batas-batas kelompok.

Meskipun memberikan fungsi positif, namun dalam kenyataannya konflik sering kali menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Adanya konflik

(12)

SOSIOLOGI XI Page 12 sosial mengakibatkan terhentinya kerja sama yang sebelumnya terjalin di antara para pihak yang terlibat konflik. Lebih buruk lagi, konflik yang disertai dengan kekerasan sering kali mengakibatkan hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada dua macam konflik, yaitu konflik fungsional dan konflik destruktif. Konflik fungsional adalah konflik yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Konflik ini biasanya terjadi tanpa diwarnai kekerasan. Sedangkan konflik destruktif adalah konflik yang merusak kehidupan sosial. Konflik ini umumnya disertai dengan kekerasan sehingga sering disebut sebagai kekerasan sosial.

 AKIBAT KONFLIK (menurut Soerjono Soekamto) :

1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas antar anggota kelompok 2. Hancur/retaknya kesatuan kelompok

3. Adanya perubahan kepribadian seorang individu 4. Hancurnya harta benda/jatuhnya korban manusia 5. Penaklukan salah satu pihak/dominasi

 Selain akibat di atas ternyata Konflik tidak selamanya mengakibatkan kerugian (destruktif) tetapi justru menguntungkan (konstruksi). Destruktif :

1. Perasaan cemas/stress

2. Adanya poerubahan kepribadian 3. Hancurnya harta benda

4. Komunikasi yang berkurang

5. Munculnya persaingah yang tidak sehat

6. Ledakan konflik yang hebat (muncul ancaman dan kekerasan) 7. Hancurnya kesatuan kelompok

Konstruktif :

1. Bertambah kuatnya solidaritas kelompok

2. Meningkatnya inisiatif dan kreativitas terhadap hal yang baru 3. Intensitas usaha semakin meningkat, bekerja lebih keras 4. Surutnya ketegangan pribadi (jika tidak terjadi bisa stress)

(13)

SOSIOLOGI XI Page 13  RESPON DARI KONFLIK MENGHASILKAN HIPOTESA : 1. Percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik

2. Percobaan untuk memenangkan konflik

3. Memberikan kemenangan bagi pihak yang konflik 4. Cara untuk menghindari konflik

3. Cara Mengatasi Konflik

Mengikuti alur pemikiran pendekatan konsensus maupun pendekatan konflik, ada empat cara pokok yang umumnya dipakai untuk mengelola/mengatasi konflik, yaitu:

a. Paksaan/Koersi

Cara ini dilakukan dengan memaksa para pihak yang bersengketa untuk mengadakan perdamaian. Paksaan dilakukan secara psikologis maupun fisik. Cara paksaan ini dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Pihak yang kuat biasanya mengajukan syarat-syarat untuk mengakhiri konflik atau syarat-syarat perdamaian yang harus diterima oleh pihak yang lemah. b. Arbitrasi

Kata arbitrasi berasal dari bahasa Latin arbitrium, yang berarti keputusan wasit (K. Prent, 1969: 61). Arbitrasi merupakan proses untuk mengatasi konflik dengan melalui pihak tertentu yaitu arbitrator. Pihak ini dipilih secara bebas oleh pihak yang bersengketa. Arbitrator itulah yang memutuskan penyelesaian konflik tanpa terlalu terikat pada hukum-hukum.

c. Mediasi

Mediasi adalah cara penyelesaian konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang memilki hubungan baik dengan para pihak yang berkonflik. Pihak ketiga ini secara aktif terlibat dalam negosiasi dengan para pihak yang berkonflik, serta mengarahkan para pihak yang berkonflik sedemikian rupa sehingga penyelesaian dapat tercapai, meskipun usulan-usulan yang diajukannya tidak terlalu mengikat terhadap para pihak yang berkonflik. Jadi pihak ketiga tersebut melakukan fungsi-fungsi konsultatif secara aktif. Selanjutnya, pihak-pihak yang berkonflik itu sendiri yang mengambil keputusan untuk

menghentikan konflik. d. Negosiasi

Negosiasi merupakan cara penyelesaian konflik atas inisiatif pihak-pihak yang berkonflik. Dalam proses ini, kedua pihak yang berkonflik melakukan

(14)

SOSIOLOGI XI Page 14 pembicaraan dalam bentuk tawar-menawar mengenai syarat-syarat mengakhiri konflik.

 CARA PEMECAHAN KONFLIK /PENGENDALIAN KONFLIK (AKOMODASI KONFLIK) :

1. Gencatan senjata :

Penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan penyelesaian konflik

2. Arbitrase :

Perselisihan dihentikan oleh pihak ke-3, keputusan yang diambil ditaati oleh kedua belah pihak.

3. Konsiliasi :

Mempertemukan pihak yang bertikai untuk persetujuan bersama. 4. Stalemate :

Pihak yang bertentangan memiliki kekuatan seimbang dan terhenti karena kedua belah pihak tidak mungkin maju/mundur.

5. Adjudikasi :

Penyelesaian konflik melalui pengadilan 6. Segregasi :

upaya untuk aling memisahkan dirimenghindar diantara pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan konflik

7. Mediasi :

Konflik dihentikan oleh pihak ke-3, keputusan ditaati dan sifatnya mengikat.

8. Coecion/koersif :

penyelesaian konflik melalui proses yang dipaksakan 9. Tokeransi :

sikap saling mengharhai dan menghormati pendirian masing-masing pihak

10. Kompromi :

Pihak yang berkonflik mencari jalan tengah/jalan damai. 11. Elimination :

Pengunduran diri dari pihak yang berkonflik (mengalah/mundur). 12. Subjugation/domination :

Pihak yang berkekuatan besar memaksa pihak lain untuk menaati. 13. Majority rule :

(15)

SOSIOLOGI XI Page 15 Suara terbanyak melalui voting/penyelesaian melalui suara terbanyak. 14. Minority consent :

Kelompok minoritas menerima keputusan. 15. Integrasi :

Pendapat yang bertentangan didiskusikan untuk mencapai keputusan yang memuaskan semua pihak.

C. MENCEGAH KONFLIK DENGAN MEMPERKUAT INTEGRASI SOSIAL

1. Pengertian dan Bentuk-bentuk Integrasi Sosial 1.1 Pengertian

Secara etimologi, istilah integrasi berasal dari bahasa Latin integer, integra, integrum yang berarti utuh, seluruhnya, lengkap, genap, komplit, bulat, tidak kena luka, tidak dirusakkan (K. Prent, 1969: 450). Integrasi sosial berarti kondisi kemasyarakatan yang ditandai oleh adanya keutuhan antaranggota masyarakat. Istilah lain yang sering digunakan untuk menunjuk pada kondisi semacam itu adalah kohesi sosial, keseimbangan sosial, atau harmoni sosial.

Ada banyak definisi mengenai integrasi sosial pada tingkat masyarakat makro

(16)

SOSIOLOGI XI Page 16 Beberapa dari antara definisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan

masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa (Howard Wrigins).

b. Proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan kelompok sosial ke dalam satu kesatuan wilayah dan dalam pembentukan suatu identitas nasional. Jadi integrasi bangsa khususnya menunjuk pada masalah

membangun rasa kebangsaan dalam suatu wilayah dengan menghapuskan kesetiaan-kesetiaan picik pada ikatan-ikatan yang lebih sempit (Myron Weyner).

c. Suatu kondisi kesatuan hidup bersama dari aneka satuan sistem sosial budaya, kelompok-kelompok etnis dan kemasyarakatan, untuk berinteraksi dan bekerja sama, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma dasar bersama guna mewujudkan fungsi sosial-budaya yang lebih maju, tanpa

mengorbankan ciri-ciri kebhinekaan yang ada (Hendro Puspito). 1.2 Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

Masalah integrasi sosial muncul berkenaan dengan adanya kenyataan kemajemukan masyarakat.

Menurut Piere L. Van den Berghe (Ritzer, 1992; Nasikun, 1992), masyarakat majemuk senantiasa memiliki ciri-ciri berikut:

• Adanya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok kebudayaan yang berbeda-beda.

• Memilki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer.

• Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai sosial fundamental.

• Relatif sering terjadi konflik antarkelompok.

• Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan ekonomi.

(17)

SOSIOLOGI XI Page 17 Integrasi sosial terdiri dari dua bentuk :

a. Integrasi Sosial Vertikal

Integrasi sosial vertikal merupakan upaya penciptaan kesatuan hidup bersama dalam masyarakat majemuk, yang terkait dengan kemajemukan vertikal. Adapun yang dimaksud kemajemukan vertikal adalah kondisi struktural sosial masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kepemilikan kekuasaan,

pengetahuan dan kekayaan. Dengan demikian kemajemukan vertikal berkenaan dengan adanya polarisasi antara kelompok penguasa dan yang dikuasai,

kelompok berpendidikan dan kurang berpendidikan, kelompok kaya dan miskin

b. Integrasi Sosial Horizontal

Integrasi sosial horizontal merupakan upaya penciptaan kesatuan hidup bersama dalam masyarakat majemuk, yang terkait dengan kemajemukan horizontal. Adapun yang dimaksud kemajemukan horizontal adalah kondisi struktur sosial masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan keragaman budaya (suku bangsa, daerah, agama, dan ras), keragaman sosial (perbedaan profesi dan pekerjaan) dan keragaman tempat tinggal (desa dan kota). Dengan kata lain. Kemajemukan horizontal adalah keragaman identitas dan karakteristik budaya kelompok masyarakat.

2. Cara Mewujudkan Integrasi Sosial

Integrasi sosial bertujuan untuk mewujudkan hal-hal berikut: • Fungsionalisasi dan prestasi yang lebih tinggi.

Artinya, melalui integrasi sosial dapat meningkatkan fungsi-fungsi dari berbagai kelompok sosial yang ada untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

• Mewujudkan interdependensi atau saling ketergantungan antara berbagai kelompok sosial yang ada.

• Mencegah dan mengelola konflik sehingga tidak merusakkan masyarakat. Menurut teori fungsionalis-struktural, integrasi sosial diwujudkan dengan dua cara, yaitu:

• Menumbuhkan konsensus mengenai nilai-nilai sosial fundamental di antara anggota masyarakat, dan

• Menumbuhkan keanggotaan ganda (cross-cutting affiliations) dan kesetiaan ganda (cross-cutting loyalties) di antara anggota masyarakat.

(18)

SOSIOLOGI XI Page 18 perlu diwujudkan melalui dua cara, yaitu:

• Melalui penggunaan paksaan (koersi), terutama paksaan yang dilakukan oleh kelompok sosial dominan atas kelompok-kelompok sosial yang lain, dan • Menciptakan saling ketergantungan (ekonomi) di antara berbagai kesatuan sosial yang ada.

CONTOH SOAL

Perhatikan contoh berikut!

1. Pertandingan sepakbola antarklub di Jakarta. 2. Pabrik itu dirikan secara patungan.

3. Di antara pihak-pihak yang bertikai timbul rasa benci. 4. Terjadi perang urat saraf antara A dan B.

Dari contoh di atas yang termasuk kontravensi adalah: A. 1 dan 2

B. 1 dan 3 C. 1 dan 4 D. 2 dan 3 E. 3 dan 4

Pembahasan: Kontravensi adalah proses disosiatif yang mengarah pada penghancuran lawan secara tidak langsung (Sri dan Yusniati, 2007:131). Jawaban: E. 3 dan 4

Dua pengendara sepeda motor jatuh karena bertabrakan. Salah satunya meminta diselesaikan melalui aparat penegak hukum, sedang yang lain mengusulkan tidak perlu. akhirnya disepakati damai dan pihak yang bersalah mengganti kerusakan yang terjadi. Teknik penyelesaian konflik tersebut merupakan akomodasi dalam bentuk ……..

a. mediasi b. arbitrasi

c. kompromi

d. advokasi e. toleransi

Konflik yang terjadi antara pembantu rumah tangga wanita Indonesia dan majikannya di Malaysia adalah contoh bentuk konflik …..

(19)

SOSIOLOGI XI Page 19 b. antaragama c. individu d. antargenerasi e. politik SOAL PENGAYAAN

1. Berikan analisis anda melalui pengamatan yang dilakukan terhadap konflik sosial yang ada di masyarakat sekitar !

2. deskripsikan dalam bentuk narasi konflik sosial yang terjadi di masyarakat sekitarmu !

3. Berikan contoh bentuk konflik sosial yang terjadi di keluarga anda !

GLOSSARY

Etnosentrisme (Konflik SARA) : Sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran kebudayaan sendiri

Integrasi sosial berarti kondisi kemasyarakatan yang ditandai oleh adanya keutuhan antaranggota masyarakat.

Konflik : Proses sosial ketika dua orang atau kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurklan atau

membuatnyatidak berdaya

Konsolidasi : Usaha untuk menata / membuat kembali suatu organisasi yang dinilai terancam perpecahan

Kontravensi : Proses sosial yang ditandai dengan adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang dan perasaan tidak suka terhadap seseorang (misal : curiga)

Persaingan/Kompetisi : Proses sosial baik individu/kelompok yang bersaing dalam memperoleh sesuatu secara kompetitif

(20)

SOSIOLOGI XI Page 20 Primordialisme (Konflik kelas sosial) : Ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal yang dibawa sejak lahir. misal : suku, ras, klan, agama, asal daerah

Sektarian/aliran politik (Konflik antar kelompok) : Keadaan sebuah kelompok organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah ormas

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, MS, Drs.(2008). Sosiologi SMA kelas XI, Jakarta, Quadra Kun Maryati & Juju Suryawati.(2007). Sosiologi SMA kelas XI. Jakarta: Esis

Ujianto, Budi (2007), Sosiologi Kelas XI, Bogor, Arya Duta

Gambar

Tabel Perbandingan Teori Fungsional-Struktural dan Teori Konflik

Referensi

Dokumen terkait

Konƀ ik merupakan suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantanga pihak lawan, disertai dengan ancaman atau kekerasana.

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.. Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci :

Pengertian konflik adalah sebagai suatu proses sosial atau lebih (kelompok sosial). Dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain yang berbagai macam cara

Pengendalian sosial secara persuasif dilakukan dengan cara lemah- lembut, membimbing atau mengajak individu untuk mematuhi atau berperilaku sesuai dengan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompetensi sosial dan kompetensi guru terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VI SMA Negeri 6 Medan Tahun

Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain..

Mereka yang termasuk dalam golongan stratifikasi atas memiliki gaya bicara yang sering mengadaptasi istilah-istilah asing serta penuh dengan etika kesopanan. Sedangkan