Pertemuan VIII - 15 April 2009 Kelompok 317:
Asa Ramdhani [1205007023] Siti Fuaida Fithri [1205000843]
How CIOs Can Enable Governance of Value Nets
Penulis: Arun Rai, V. Sambamurthy, Ritu AgarwalSumber: MIS Quarterly Executive Vol. 7 No. 4 / Dec 2008 (193-204)
Value nets adalah arsitektur yang mengatur perjanjian dan aliansi (termasuk didalamnya koalisi internal dan eksternal terhadap aset, pengetahuan, dan kompetensi) yang diterapkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber daya komplementer dari perusahaan lainnya. IT support yang dibutuhkan untuk dapat memungkinkan value nets tersebut ditentukan oleh governance mode yang digunakan oleh perusahaan terkait— prescriptive, evaluative, dan collaborative. CIO dan senior IT executive dapat menerapkan pemilihan governance mode yang tepat dan aplikasi IT serta proses yang bersesuaian. The Growing Importance of Value Nets
Oleh David Bovet dan Joseph Martha, value nets dideskripsikan sebagai perpanjangan jaringan perusahaan yang dibuat oleh perusahaan dalam mengikat pelanggan, supplier, dan partner eksternal penting lainnya untuk mengatur aktivitas-aktivitas yang bersifat kritikal.
Cronin menggambarkan value net sebagai sebuah model yang digunakan dalam mengorganisir hubungan timbal-balik terhadap informasi dan jasa dalam sebuah perusahaan serta menghubungkan aktivitas internal dan eksternal dalam sebuah strategi yang terkoordinasi dan dinamis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah aliansi badan hukum telah berkembang sebesar 25% per tahun dan hal itu menjadi proporsi penting (mencapai sepertiga) terhadap nilai dan pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan yang berkontribusi dalam aliansi tersebut. Namun, para CEO dan CIO menyadari bahwa menentukan value net bukan merupakan hal yang mudah. Karena itu, dilakukan penelitian field-based pada tiga buah perusahaan Fortune 100 dalam industri yang berbeda untuk mengembangkan pengetahuan mengenai tantangan penentuan value nets tersebut. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan tiga fase, termasuk literature review, wawancara, dan studi kasus. Artikel ini menyampaikan hasil penelitian yang didapat.
The Value Net Governance Challenge
Keberhasilan strategi value net tergantung pada penentuannya yang efektif karena hal tersebut mensinkronisasikan kemampuan, sumber daya, serta keahlian dalam menentukan keputusan dengan value net partner dan meningkatkan kompetitifitas dan profit dari
seluruh perusahaan yang berada dalam jaringan value net. Dilain pihak, penentuan pengaturan value nets yang tidak efektif akan berakibat pada business cost yang sangat tinggi.
Tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menentukan pendekatan pengaturan value net-nya adalah:
1. Menentukan seberapa ketat pengaturan dan pengawasan yang perlu diterapkan terhadap tindakan dari value net partner.
2. Tipe arsitektur proses seperti apa yang dapat memfasilitasi pengaturan value net yang efektif.
Attributes of the Three Value Net Governance Modes
Mode penentuan value net menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan membentuk pertukaran informasi, komunikasi, serta penentuan keputusan dengan partner eksternalnya.
Tabel 1 Perbandingan Tiga Value Net Governance Mode (disadur dari paper) Governance Mode
Attribute
Prescriptive Evaluative Collaborative Monitoring
Monitoring Philosophy
Pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas partner secara real-time Pengawasan periodik terhadap pelaksanaan kemampuan partner Review periodik terhadap pengembangan kemampuan baru Reporting Requirement Partner harus melaporkan performance metric untuk tiap kejadian dan mencapai persetujuan dalam bertindak Laporan periodik mengenai tindakan perbaikan dan pengecualian Review triwulan terhadap trend, masalah, dan kesempatan Performance Metrics Pengukuran yang terperinci mengenai kejadian dan hasil aktivitas
Trend dan kemampuan dari hasil pelaksanaan
Pengukuran agregat terhadap kemampuan, resiko, dan inovasi
Decision Rights Decision Rights Management
Unilateral: tindakan dan keputusan telah
ditentukan bagi partner
Negotiated: membolehkan
kebijaksanaan partner dalam keputusan terkait transaksi harian, namun mengembangkan guideline bagi peningkatan kemampuan Bilateral: membolehkan kebijaksanaan partner dalam pelaksanaan kebanyakan aktivitas; kolaborasi dalam pengembangan kemampuan di masa mendatang Decision Rights Retained by the Firm
Proses yang harus diadopsi oleh partner untuk menangani transaksi kunci dan kejadian
Evaluasi terhadap kesediaan partner terhadap service level agreement dan kemampuan untuk memperbaiki masalah kinerja
Evaluasi terhadap kesempatan inovasi dan pengembangan
kemampuan baru serta bagaimana partner dapat berkontribusi Decision Rights Delegated to Partners
Minimal Penanganan rutin
terhadap transaksi kunci dan tindakan perbaikan untuk menangani celah pada service level agreement
Pengaturan kinerja untuk memenuhi service level agreement dan meningkatkan proses
Shared Decision Rights
Minimal Proses untuk
meningkatkan pelaksanaan kinerja harian Proses untuk mengembangkan kemampuan baru Contracts Economic Orientation of Contracts
Partner dibayar untuk menjalankan transaksi spesifik
Partner dibayar untuk mencapai hasil yang telah disepakati
Partner dibayar untuk seluruh pelaksanaan kemampuan, membagi resiko serta penghargaan terhadap pengembangan kemampuan baru
Tabel 2 Pemilihan Value Net Governance Mode (disadur dari paper) Governance Mode Decision Criteria
Prescriptive Evaluative Collaborative
Confidence in partner's capabilities Low Medium High
Trust in partner's commitment Low-Medium Medium-High High
Monitoring costs Justifiable Reduce Minimize
Tabel 3 Requirement IT untuk Memungkinkan Value Net Governance Mode (disadur dari paper) Governance Mode
Prescriptive Evaluative Collaborative Process Architectures Nature of Process Integration Integrasi ketat terhadap aktivitas Kemampuan proses secara longgar Integrasi proses secara peer-to-peer Mechanism for Process Integration Thin-client, thick-center architecture Partner Interface Processes (PIPs) Metadata architenture Information Flows Transactional Information Flows Alur pengawasan aktivitas dan automasi pelaksanaan secara real-time
Alur koordinasi proses secara real-time, namun tidak dalam mengawasi aktivitas
Alur koordinasi proses secara real-time, namun tidak dalam mengawasi aktivitas Tactical and
Strategic
Information Flows
Minimal Pertukaran informasi
mengenai kemampuan operasional dan taktis secara periodik
Pertukaran informasi stategis dan taktis secara periodik Business Intelligence Use of Business Intelligence Peraturan diterapkan untuk automasi proses, peringatan masalah, dan penanganan pengecualian Peningkatan kemampuan proses berdasarkan
penarikan data terkait hasil dan jejak proses
Pengembangan kemampuan prediktif berdasarkan pengumpulan informasi antar partner
Guidelines for Practice Guideline 1
Pilih value net governance mode berdasarkan kepercayaan terhadap kemampuan partner, terhadap komitmen pada value net, dan berdasarkan persepsi perusahaan mengenai monitoring cost.
Guideline 2
Sesuaikan IT yang dibutuhkan (process architecture, information sharing, dan business intelligence) dengan value net governance mode.
Guideline 3
Susun perkembangan ke arah collaborative value net governance mode untuk dapat mengangkat potensi dari value net.
Evaluating Governance Capabilities
Efektivitas dari value net tergantung pada CIO dan senior IT executive dalam menentukan process architecture dan kemampuan IT yang sejalan dengan value net governance mode. Dalam prescriptive governance, perusahaan mengawasi dan mengatur aktivitas partner. Kemampuan IT pendukung yang dibutuhkan: automasi pelaksanaan proses dan business
intelligence untuk pengawasan dan pengaturan.
Dalam evaluative governance, perusahaan menilai kemampuan partner sementara memberikan autonomi untuk partner.
Kemampuan IT pendukung yang dibutuhkan: pengaitan process architecture dan penarikan data hasil serta penelusuran proses untuk meningkatkan kemampuan proses secara longgar.
Dalam collaborative governance, perusahaan menyusun kolaborasi peer-to-peer dalam pelaksanaan kerja dan inovasi.
Kemampuan IT pendukung yang dibutuhkan: arsitektur metadata yang mengumpulkan dan mendistribusikan informasi strategis dan operasional serta sumber daya proses.
Komentar peringkas
Terdapat beberapa istilah dalam bahasa inggris yang sulit dicari kata yang tepat dalam bahasa indonesia.
Paper cukup mudah dipahami, terutama dengan adanya tabel-tabel yang meringkas bagian-bagian tertentu.
Paper memberikan tips-tips praktis yang dapat berguna bagi para CIO untuk menentukan value net governance mode yang sesuai dengan perusahaan masing-masing.
Daftar referensi
Bovet, D., and Martha, J. Value Nets: Breaking the Supply Chain to Unlock Hidden Profits, John Wiley and Sons, 2000.
Cronin, M. J. Unchained Value: The New Logic of Digital Business, Harvard Business School Press, 2000.
Hughes, J., and Weiss, J. ”New Approach needed for corporate alliance success,” Australian Financial Review, January 25, 2008.