• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI JENIS MAKANAN HEWAN DI SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI JENIS MAKANAN HEWAN DI SD"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

[46]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI JENIS MAKANAN HEWAN DI SD

Ocih Sukaesih

SDN Jatiroke I Jatinangor

Jl. Letda Lukito No. 56 Jatinangor Sumedang Email: [email protected]

ABSTRACT ABSTRAK

Students grade IV of Jatiroke I Elementary School, Jatinangor Sumedang, have many difficulties in completing the learning to identify the type of animal food in science learning. As an effort to solve the problems is implementing cooperative learning model, such as student teams achievement divisions (STAD), through classroom action research. Based on the research results, cycle 1 give a significant increasing achievement. The acquisition value of 18 students who scored in the top 70 increased to 10 students or 55%. In cycle 2, all students (100%) scored in the top 70.

Keywords: cooperative learning, STAD, science,

animals.

Siswa Kelas IV SD Negeri Jatiroke I Jatinangor Kabupaten Sumedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan pada pembelajaran IPA. Upaya yang dilakukan adalah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement divisions (STAD) melalui penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian, pada siklus 1 telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan, yaitu pemerolehan nilai dari 18 siswa yang mendapatkan nilai di atas 70 bertambah menjadi 10 siswa atau 55%. Pada siklus 2, semua siswa (100%) mendapatkan nilai di atas 70.

Kata kunci: pembelajaran kooperatif, STAD, IPA,

hewan.

How to Cite: Sukaesih, O. (2015). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI JENIS MAKANAN HEWAN DI SD. Mimbar Sekolah Dasar, 2(1), 46-59. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i1.1321.

PENDAHULUAN ~ Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sudah dimulai dari kelas I meskipun pembelajarannya tematik. Dalam KTSP (Depdiknas, 2006). mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar (SD) bertujuan: 1. Memperoleh keyakinan terhadap

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses

untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

(2)

[47] menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Secara umum tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dalam kurikulum adalah mendidik siswa agar memahami konsep Ilmu Pengetahuan Alam, memiliki keterampilan ilmiah, bersikap ilmiah dan religius. Cara mencapai ketujuh tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di atas, tentu tidak serta-merta dapat dicapai oleh materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, tetapi bagaimana cara melibatkan siswa ke dalam kegiatan di dalamnya.

Keseluruhan tujuan dan tuntutan berkenaan dengan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar, semestinya diupayakan oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam secara simultan dan integral. Namun, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar, pada umumnya belum seperti apa yang diharapkan. Pada pelaksanaannya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagaimana tertuang dalam kurikulum telah direduksi menjadi sekadar pemindahan konsep-konsep yang kemudian menjadi bahan hapalan bagi

siswa dan bahkan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target kurikulum.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, seharusnya didasarkan pada karakteristik psikologis anak; memberikan kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar masalah-masalah, seluk-beluk dan teka-teki fenomena alam sekitar dirinya; mengembangkan potensi Ilmu Pengetahuan Alam yang terdapat dalam dirinya; memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam; sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang harus dikuasainya.

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di Kelas IV SD Negeri Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi mengidentifikasi jenis makanan hewan. Hal ini terbukti hanya 6 siswa atau 33% dari 18 siswa yang menguasai materi mengidentifikasi jenis makanan hewan. Dari data di atas, maka siswa Kelas IV SD Negeri Negeri Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan supaya siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan,

(3)

[48] maka upaya yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe students teams achievement divisions (STAD) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ke dalam penelitian tindakan kelas dengan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hasil belajar siswa tentang mengidentifikasi jenis makanan hewan pada pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? 2. Bagaimana langkah pembelajaran

mengidentifikasi jenis makanan hewan pada pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Negeri Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

Hakikat IPA

Keberadaan alam ini penuh dengan keragaman, tetapi juga penuh dengan tatanan kehidupan yang menghiasi alam semesta. Pada prinsipnya Ilmu Pengetahuan Alam menawarkan cara-cara agar dapat memahami kejadian-kejadian di alam dan agar kita dapat hidup di alam ini untuk menggunakan

alam ini. Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk Ilmu Pengetahuan Alam adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Prosedur yang dipergunakan oleh para ilmuwan untuk mempelajari alam ini adalah prosedur empirik dan analisis.

Para ilmuwan mengumpulkan informasi ke dalam prosedur empirik untuk mengorganisasikan informasi untuk selanjutnya dianalisis. Proses empirik dalam Ilmu Pengetahuan Alam mencakup observasi (pengamatan), klasifikasi dan pengukuran. Sedangkan dalam prosedur analitis ilmuwan menginterpretasikan

penemuan mereka dengan

mempergunakan proses-proses seperti hipotesis, eksperimentasi terkontrol, menarik simpulan dan memprediksi. Untuk menjalankan suatu penelitian tentang alam diperlukan pengetahuan alam terpadu tentang proses dan materi dalam topik yang akan diselidiki.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk Kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemaahan dari kata-kata bahasa Inggris natural science, secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam, atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan, jadi Ilmu Pengetahuan Alam secara harfiah dapat disebut sebagai Ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

(4)

[49] Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin disebut juga sebagai produk Ilmu Pengetahuan Alam. Ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitis yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk, menurut Iskandar (1997, p. 2) adalah: "Fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori Ilmu Pengetahuan Alam".

Selanjutnya fakta dalam Ilmu Pengetahuan Alam adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Sedangkan konsep Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya. Prinsip Ilmu Pengetahuan Alam adalah generasi tentang hubungan di antara konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam. Kemudian teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan model atau gambaran yang dibuat oleh ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses Dalam memahami Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya mengetahui fakta-fakta dalam Ilmu Pengetahuan Alam, tetapi

juga perlu memahami proses Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini didasarkan pada pendapat Iskandar (1997), bahwa perlu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya para ilmuwan menggunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitis dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses Ilmu Pengetahuan Alam.

Keterampilan proses Ilmu Pengetahuan Alam, merupakan keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, di antaranya adalah mengamati, megukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. Di dalam Ilmu Pengetahuan Alam, pengertian mengamati berdasarkan pendapat Iskandar (1997, p. 4), adalah: "Proses mengumpulkan informasi menggunakan semua alat pengindra atau mempergunakan instrumen untuk membantu alat pengindra". Selanjutnya dari proses mengamati dapat menarik simpulan-simpulan setelah melakukan observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya setelah diadakan pengamatan terlebih dahulu. Dengan demikian, di dalam keterampilan Ilmu Pengetahuan Alam pun perlu melakukan penelitian atau penyelidikan

(5)

[50] kemudian menginterpretasikan hasil penelitian dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat untuk dijadikan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat yang selanjutnya dapat dirumuskan ke dalam hipotesis untuk menyusun suatu pernyataan berdasarkan alasan-alasan atau pengetahuan, yang merupakan jawaban sementara untuk masalah yang dijadikan pengamatan sehingga dapat diinterpretasikan melalui data dengan menganalisis data tersebut setelah diperoleh dan disusun dengan cara menentukan pola keterhubungan data secara keseluruhan.

Pengertian Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah tipe STAD. Menurut Trianto (2007, p. 52) pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kolompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 sampai dengan 5 orang siswa secara hetorgen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Menurut Muslimin, dkk. (2000, p. 17), landasan teori tentang STAD dengan belajar berdasarkan pengalaman adalah “… siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif daripada mereka bekerja secara individual. Jadi materi yang

dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama”.

Selanjutnya, Slavin (dalam Muslimin, dkk., p. 26) mengemukakan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD bahwa:

STAD menetapkan siswa dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu. Pada waktu kuis ini, mereka tidak saling membantu. Poin tiap anggota tim dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi penghargaan.

Jadi, tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggabungkan latar belakang siswa dalam kolompok dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Suherman, dkk. 2003, p. 260). STAD adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang siswa dan setiap siswa saling bekerja sama, berdiskusi dalam menyelesaikan tugas dan

(6)

[51] memahami bahan pelajaran yang diberikan. Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah STAD. STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Wijayanti, 2002, p. 2).

Secara rinci langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Fase-Fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan nsemua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan/ menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasi-kan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaiamana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang diajarakan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok (Sumber: Ibrahim dalam Trianto, 2007, p. 54)

METODE

Lokasi Pelaksanaan

Lokasi perbaikan dilaksanakan di kelas IV pada semester I di SD Negeri Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang UPTD TK/SD dan PNF Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang berjumlah 18 orang dengan rincian 8 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti mendapat bantuan dari rekan-rekan selaku teman sejawat dan membantu peneliti dalam menyusun laporan penelitian serta memberi masukan-masukan kepada peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Waktu Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama satu bulan dengan jumlah pertemuan sebanyak dua kali. Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas, dalam setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Pertemuan ke Pelajaran Mata Siklus Jam Satu IPA I 07.00-08.10 Dua IPA II 10.00-11.10

(7)

[52] Karakteristik Siswa

Pada dasarnya siswa kelas IV berada pada taraf ekonomi menengah ke bawah. Rata-rata penghasilan orang tua siswa mencapai Rp. 1.500.000 > per bulan. Pekerjaan orang tua mereka sebagian besar bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik. Sebagian lagi bekerja sebagai petani dan berwiraswasta. Kemampuan anak dalam mengikuti pelajaran secara akademis memiliki kemampuan dan kreativitas yang baik terhadap proses pembelajaran. Hal ini terbukti mereka secara antusias datang lebih awal, walaupun masuk sekolah pukul 07.00 WIB tetapi pukul 06.30 WIB sudah banyak siswa yang jajan, piket, main dan mengerjakan PR sebelum masuk ke kelas. Rancangan Penelitian

Rancangan atau prosedur penelitian mengacu pada model penelitian tindakan kelas Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2005), dengan langkah-langkah siklus sebagai berikut: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi.

HASIL

Hasil Pra-Siklus

Data awal penelitian diperoleh melalui studi awal yang dilaksanakan di SD Negeri Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dari data awal pembelajaran IPA tentang mengidentifikasi jenis makanan hewan, diketahui rata-rata hasil belajar siswa masih jauh dari harapan bahkan banyak

nilai siswa yang di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM = 70), ini menunjukkan pemahaman siswa mengenai pembelajaran IPA tentang mengidentifikasi jenis makanan hewan masih kurang. Hal tersebut di tunjukan dengan pemerolehan nilai siswa dari 18 siswa hanya 6 atau 33% siswa yang mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal. Adapun nilai perolehan siswa pada data awal adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Daftar Nilai Sebelum Penelitian Tindakan Kelas

No Nama Siswa Belajar Hasil Tuntas Tuntas Tidak

1 Yanti Marlina 40 √ 2 Yayang Tomi A 50 √ 3 Eko Sutriono 30 √ 4 Agustin Andriani 40 √ 5 Andi Gunawan 70 √ 6 Eljam Putra N 60 √ 7 Rizki Nugraha 70 √ 8 Desi Firgiani 30 √ 9 Muh Ramdan K 60 √ 10 Ari Ramdani 80 √ 11 Yulia Tri Andita 70 √ 12 Kharina Ruswandi 60 √ 13 Bernar Andiat P 50 √ 14 Linda Krismayanti 60 √ 15 Muhamad Sopian 70 √ 16 Ridwan N 40 √ 17 Yanti Marlina 50 √ 18 Yayang Tomi A 50 √

(8)

[53]

JUMLAH 980 6 12

RATA-RATA 54,44

PERSENTASE (%) 33 %

Keterangan:

Kriteria Ketuntasan Minimal: 70 Jumlah Siswa Tuntas: 6 Siswa Jumlah Siswa Tidak tuntas: 12 Siswa Klasikal: 33 % (Tidak Tuntas)

Hasil Siklus 1

Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan pada jam pelajaran kedua. Pelaksanaan dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Lebih lanjut, untuk memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran maka disusun skenario pembelajaran sebagai berikut.

Tahap menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, siswa diarahkan pada situasi yang kondusif. Guru memeriksa kehadiran siswa, kemudian meminta siswa untuk berdo’a dan menyiapkan alat-alat pembelajaran. Guru membuka pelajaran dengan menginformasikan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, tujuan yang harus dicapai serta mengenalkan kegiatan pembelajaran mengidentifikasi jenis makan hewan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menggali informasi tentang mengidentifikasi jenis makan hewan yang ditemukan siswa dalam sehari-hari dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Kemudian mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

Tahap menyajikan atau menyampaikan informasi, guru memberikan informasi mengidentifikasi jenis makan hewan, seperti sapi, harimau, banteng, dan lain-lain, sambil memberikan pertanyan-pertanyaan yang mengarah pada mengidentifikasi jenis makan hewan. Dalam kelompok siswa mengamati jenis makanan hewan yang dilakukan oleh guru.

Tahap mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi untuk mengidentifikasi jenis makan hewan, mencatat jenis-jenis hewan, dan menggolongkan hewan menurut jenis makanannya. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam LKS.

Tahap membimbing kelompok bekerja dan belajar, guru membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok dalam pemahaman materi, sikap dan perilaku siswa dalam diskusi kelompok. Siswa mengerjakan LKS tentang mengidentifikasi jenis makan hewan dan memberikan solusi. Perwakilan setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Tiap-tiap kelompok menanggapi, mengomentari dan menyamakan persepsi tentang mengidentifikasi jenis makan hewan dan memberikan solusi dalam diskusi kelas. Tahap evaluasi/kuis, guru menilai hasil kerja siswa dalam kelompok dan

(9)

[54] mengumumkannya di depan kelas. Guru membagikan lembar evaluasi pada tiap siswa. Guru menilai hasil kerja tiap siswa, hasil ini merupakan nilai akhir kemampuan siswa serta untuk mengetahui pengaruh belajar kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada tingkat kemampuan siswa dalam memahami mengidentifikasi jenis makanan hewan.

Tahap memberikan penghargaan, guru melakukan cara-cara untuk menghargai hasil karya siswa dalam mengidentifikasi jenis makan hewan dan memberikan solusinya dengan pemberian penghargaan pada tiap kelompok dan individu.

Adapun prestasi belajar siswa dari pembelajaran mengidentifikasi jenis makan hewan pada siklus I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4. Daftar Nilai Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1

No Nama Siswa Belajar Hasil Tuntas Tuntas Tidak

1 Yanti Marlina 70 √ 2 Yayang Tomi A 80 √ 3 Eko Sutriono 50 √ 4 Agustin Andriani 60 √ 5 Andi Gunawan 70 √ 6 Eljam Putra N 70 √ 7 Rizki Nugraha 90 √ 8 Desi Firgiani 50 √ 9 Muh Ramdan K 70 √ 10 Ari Ramdani 80 √ 11 Yulia Tri Andita 70 √ 12 Kharina Ruswandi 60 √ 13 Bernar Andiat P 50 √ 14 Linda Krismayanti 60 √ 15 Muhamad Sopian 70 √ 16 Ridwan N 40 √ 17 Yanti Marlina 80 √ 18 Yayang Tomi A 50 √ JUMLAH 1170 10 8 RATA-RATA 65 PERSENTASE (%) 55 % Keterangan:

Kriteria Ketuntasan Minimal: 70 Jumlah Siswa Tuntas: 10 Siswa Jumlah Siswa Tidak Tuntas: 8 Siswa Klasikal: 55 % (Tidak Tuntas)

Hasil Siklus 2

Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda pelaksanaan tindakannya dengan siklus I. Pelaksanaan dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Rencana penelitian tindakan kelas siklus 2 dapat dilihat di bawah ini.

Tahap menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, siswa diarahkan pada situasi yang kondusif. Guru memeriksa kehadiran siswa, kemudian meminta siswa untuk berdo’a dan menyiapkan alat-alat pembelajaran. Guru membuka pelajaran dengan menginformasikan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, tujuan yang harus dicapai serta mengenalkan kegiatan pembelajaran mengidentifikasi jenis makan hewan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menggali informasi tentang mengidentifikasi jenis makan hewan yang ditemukan siswa dalam sehari-hari dengan

(10)

[55] mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Kemudian mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Tahap menyajikan atau menyampaikan informasi, guru memberikan informasi mengidentifikasi jenis makan hewan, seperti sapi, harimau, banteng, dan lain-lain, sambil memberikan pertanyan-pertanyaan yang mengarah pada mengidentifikasi jenis makan hewan. Dalam kelompok siswa mengamati jenis makanan hewan yang dilakukan oleh guru.

Tahap mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi untuk mengidentifikasi jenis makan hewan, mencatat jenis-jenis hewan, dan menggolongkan hewan menurut jenis makanannya. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam LKS.

Tahap membimbing kelompok bekerja dan belajar, guru membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok dalam pemahaman materi, sikap dan perilaku siswa dalam diskusi kelompok. Siswa mengerjakan LKS tentang mengidentifikasi jenis makan hewan dan memberikan solusi. Perwakilan setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Tiap-tiap kelompok menanggapi, mengomentari dan menyamakan persepsi tentang

mengidentifikasi jenis makan hewan dan memberikan solusi dalam diskusi kelas. Tahap evaluasi/kuis, guru menilai hasil kerja siswa dalam kelompok dan mengumumkannya di depan kelas. Guru membagikan lembar evaluasi pada tiap siswa. Guru menilai hasil kerja tiap siswa, hasil ini merupakan nilai akhir kemampuan siswa serta untuk mengetahui pengaruh belajar kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada tingkat kemampuan siswa dalam memahami mengidentifikasi jenis makanan hewan.

Tahap memberikan penghargaan, guru melakukan cara-cara untuk menghargai hasil karya siswa dalam mengidentifikasi jenis makan hewan dan memberikan solusinya dengan pemberian penghargaan pada tiap kelompok dan individu.

Berdasarakan hasil pengolahan data dari penelitian tindakan kelas siklus I, maka penelitian tindakan kelas pada siklus II difokuskan pada:

1. ketepatan penggunaan media dan metode pembelajaran,

2. upaya guru dalam menetapkan variasi metode pembelajaran,

3. upaya guru dalam membangkitkan aktivitas, motivasi dan perhatian siswa, 4. upaya guru dalam membimbing siswa

dalam melakukan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(11)

[56] Berikut ini prestasi hasil belajar siswa dalam hasil observasi penelitian tindakan kelas mengidentifikasi jenis makan hewandapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Daftar Nilai Penelitian Tindakan Kelas Siklus 2

No Nama Siswa Hasil

Belajar Tuntas Tidak Tuntas 1 Yanti Marlina 80 √ 2 Yayang Tomi A 90 √ 3 Eko Sutriono 70 √ 4 Agustin Andriani 90 √ 5 Andi Gunawan 100 √ 6 Eljam Putra N 90 √ 7 Rizki Nugraha 100 √ 8 Desi Firgiani 80 √ 9 Muh Ramdan K 90 √ 10 Ari Ramdani 100 √ 11 Yulia Tri Andita 100 √ 12 Kharina Ruswandi 90 √ 13 Bernar Andiat P 70 √ 14 Linda Krismayanti 80 √ 15 Muhamad Sopian 100 √ 16 Ridwan N 80 √ 17 Yanti Marlina 100 √ 18 Yayang Tomi A 80 √ JUMLAH 1590 18 - RATA-RATA 88,33 PERSENTASE (%) 100 % Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal: 70 Jumlah Siswa Tuntas: 18 Siswa

Jumlah Siswa Tidak tuntas: Tidak Ada Klasikal: 100 % (Tuntas)

Pada siklus 2 terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti dalam pembelajaran

pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan. Semua siswa Kelas IV SD Negeri Jatiroke I yang berjumlah 21 orang sudah mendapatkan nilai di atas 70 atau 100% dengan rata-rata kelas 88,33.

Gambaran kemajuan hasil belajar siswa, di bawah ini disajikan perbandingan hasil belajar siswa dari data awal, Siklus 1, dan Siklus 2 dilengkapi grafik kemajuan hasil belajarnya adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Perbandingan Hasil Belajar Siswa dari Data Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

No Nama Siswa Awal Data Siklus 1 Siklus 2

1 Yanti Marlina 40 70 80 2 Yayang Tomi A 50 80 90 3 Eko Sutriono 30 50 70 4 Agustin Andriani 40 60 90 5 Andi Gunawan 70 70 100 6 Eljam Putra N 60 70 90 7 Rizki Nugraha 70 90 100 8 Desi Firgiani 30 50 80 9 Muh Ramdan K 60 70 90 10 Ari Ramdani 80 80 100 11 Yulia Tri Andita 70 70 100 12 Kharina Ruswandi 60 60 90 13 Bernar Andiat P 50 50 70 14 Linda Krismayanti 60 60 80 15 Muhamad Sopian 70 70 100 16 Ridwan N 40 40 80 17 Yanti Marlina 50 80 100 18 Yayang Tomi A 50 50 80 JUMLAH 980 1170 1590 RATA-RATA 54,44 65 88,33 PERSENTASE (%) 33 % 55 % 100 % Bila dilihat dalam diagram maka akan terlihat peningkatan hasil belajar siswa seperti di bawah ini.

(12)

[57]

Diagram 1. Hasil Belajar Siswa dari Data Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa Kelas IV SD Negeri Jatiroke I dalam pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan adalah sebagai berikut.

Peningkatan proses kinerja guru yang terjadi pada siklus I adalah guru mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan konsep bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar-mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku anak dalam mengerjakan suatu kegiatan secara bersama-sama dengan berdiskusi dan saling membantu satu sama lainnya dalam suatu kelompok kecil (Saputra, 2004, p. 44). Jika, dibandingkan kinerja guru pada data awal dengan siklus I sangat berbeda, karena guru dapat memanfaatkan kelebihan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD. Sebagaimana pandangan Trianto (2007, p. 52), bahwa salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kolompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang siswa secara hetorgen

yang diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut dilakukan oleh guru, sehingga aktivitasnya dapat mengenalkan kegiatan pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan. Namun, terlepas dari kelebihan yang terjadi pada dari siklus I tersebut, ada juga kekurangan yang dialami oleh guru, karena pada saat pembelajaran berlangsung guru kurang memberikan perhatian kepada seluruh siswa, sehingga dampaknya siswa menjadi ribut dan pada waktu langkah terakhir pada pola model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru kurang jelas dan kurang adil dalam memberikan bentuk penghargaan, sehingga adanya kecemburuan dari pihak kelompok maupun individu yang perlakukan kurang adil. Padahal dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahap akhir menurut Salvin (dalam Muslimin, dkk., 2000, p. 26) adalah “… poin tiap anggota tim dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi penghargaan.”

Peningkatan proses kinerja guru yang terjadi pada siklus II adalah guru tetap menerapkan pola model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan mempersiapkan materi, LKS, soal kuis dan metode pembelajaran, pembagian

(13)

[58] kelompok diatur berdasarkan skor awal, masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang dalam satu kelompok dengan prestasi yang bervariasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda seperti pada siklus I, seperti yang dikemukakan oleh Slavin (dalam Juwita, 2004, p. 27) bahwa, “Guru menjelaskan bahwa tugas tim adalah membantu anggota untuk menguasai materi dan mempersiapkan kuis serta setiap individu akan berpengaruh besar terhadap kelompok”. Begitu juga dalam langkah terakhir yang tadinya dalam siklus I ada siswa atau kelompok yang dirugikan, tapi pada siklus II guru memberikan penjelasan arti atau makna dari bentuk penghargaan, sehingga hampir semua siswa dapat merasakan manfaat dari penghargaan dari guru, karena dapat diberitahukan kepada orang tuanya bahwa dirinya dapat penghargaan. Kelebihan pada siklus II, bahwa guru sudah mulai paham dan menyadari tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memberikan perhatian dengan serius pada semua siswa dan memberi penghargaan yang adil sehingga dirasakan oleh siswa dalam kelompok dan individu. Kelebihan tersebut didasarkan pada karakteristik model pembelajaran kooperatif, yang menurut (Suherman, dkk., 2001), antara lain:

1. Individual accountability, bahwa setiap individu di dalam kelompok punya tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok, sehingga

keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab dan peranserta setiap anggotanya.

2. Social skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial, menumbuhkan pengekangan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan jenis ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.

3. Positive interdependence, adalah sifat saling membutuhkan atau bergantung antara yang satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. 4. Group processing, yakni proses

pemerolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.

Adapun kekurangan proses kinerja guru yang terjadi pada siklus 1 dalam langkah evaluasi, guru kurang memperhatikan aspek penilaian pembelajaran IPA di SD, tanpa memperhatikan karakteristik mata pelajaran IPA itu sendiri.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan dapat ditarik simpulan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan siswa di kelas IV SD Negeri Jatiroke I Kecamatan

(14)

[59] Jatinangor Kabupaten Sumedang telah berhasil.

Melalui serangkaian langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang meliputi: (1) penyampaian tujuan dan memotivasi siswa; (2) penyajian informasi; (3) pengorganisasian siswa dalam kelompok-kelompok belajar; (4) pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar; (5) evaluasi; dan (6) pemberian penghargaan, tampak peningkatan dari data awal sampai akhir siklus 2. Data awal yang diperoleh dari 18 siswa hanya 33% siswa yang mendapatkan nilai di atas 70, untuk itu peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada siklus 1 telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran mengidentifikasi jenis makanan hewan. Siswa yang mendapatkan nilai di atas 70 bertambah menjadi 55%. Di siklus 2 ini dilaksanakan perbaikan yang diperoleh dari siklus 1 dan hasilnya semua siswa atau 100% siswa mendapatkan nilai di atas 70.

REFERENSI

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Iskandar, S. M. (1997). Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam. Jakarta: DIKTI. Juwita. (2004). Tipe-tipe pembelajaran

kooperatif. Surabaya: UNS.

Muslimin, dkk. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: UNESA.

Saputra, M. Y. (2004). Pembelajaran

kooperatif untuk meningkatkan

keterampilan anak TK. Bandung:

Depdiknas.

Suherman, E. dkk. (2001). Strategi

pembelajaran matematika

kontemporer. Bandung: FMIPA UPI. Suherman, E. dkk. (2003). Strategi

pembelajaran matematika

kontemporer. Bandung: JICA.

Trianto. (2007). pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wijayanti, P. (2002). Model pembelajaran

kooperatif. [Online]. Tersedia:

http://www.pendidikanekonomi.com/2

012/10/model-pembelajarankooperatiftipe.html#sthas h.Lk7Asx2p.dpuf.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: PPs UPI bekerjasama dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel  1.  Fase-Fase  Model  Pembelajaran  Kooperatif Tipe STAD
Tabel  3.  Daftar  Nilai  Sebelum  Penelitian  Tindakan Kelas
Tabel  4.  Daftar  Nilai  Penelitian  Tindakan  Kelas Siklus 1
Tabel 6. Perbandingan Hasil Belajar Siswa  dari Data Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS materi permasalahan sosial dapat meningkatkan

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh guru kelas VI terdiri dari lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar

Bagi guru kimia agar kiranya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media peta konsep pada pokok bahasan hidrokarbon atau pada pokok bahasan lainnya yang

1. Bagi guru, menjadi masukan mengenai pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran tipe STAD diharapkan

Sedangkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga mengalami peningkatan dari siklus I yakni 54,17%

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu model pembelajaran alternatif yang diterapkan dikelas karena dengan menerapkan model ini hubungan guru

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1). Pertimbangan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran PKn di SMA Negeri

Peningkatan hasil belajar peserta didik diduga krena siswa sudah terbiasa dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal lain adalah motivasi guru