• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII MADRASAH ISLAMIYAH MEDAN T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII MADRASAH ISLAMIYAH MEDAN T.A 2015/2016."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII MADRASAH

ISLAMIYAH MEDAN T.A 2015/2016

Oleh :

ANNISA HANNUM NASUTION NIM 4112111003

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUKMENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII MADRASAH

ISLAMIYAH MEDAN T.A 2015/2016

ANNISA HANNUM NASUTION NIM.(4112111003) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement division (STAD) pada materi Bilangan Bulat di kelas VII-2 Yayasan Madrasah Islamiyah Medan T.A 2015/2016

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing – masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 Madrasah Islamiyah Medan T.A 2015/2016 yang berjumlah 36 orang dan objek dalam penelitin ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement division. Instrument penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes.

Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dimana pada siklus I ada 25 orang (69,44%) yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar sedangkan pada siklus II ada 31 siswa dari 36 siswa atau 86,11% yang mencapi ketuntasan belajar . Peningatan ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 14,67% dari 69,44% di siklus I menjadi 86,11% di siklus II dan peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 0,97 dari 64,4 di siklus I menjadi 74,1 di siklus II. Peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 30,56% dari 52,77% di siklus I menjadi 83,33% di siklus II dimana pada siklus I, jumlah siswa yang aktivitas belajarnya dalam kategori aktif ada sebanyak 19 orang sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang aktivitas belajarnya dalam kategori aktif ada sebanyak 30 orang.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Maha Esa atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Bulat Di Kelas VII Yayasan Madrasah Islamiyah Medan Tahun Ajaran 2015/2016” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

(6)

v

Teristimewa penulis ucapkan kepada Ibunda Nurmayah Siregar dan Ayahanda Khoiruddin yang tak henti-hentinya memeberikan doa,dukungan,semangat,perhatian dan pengertian yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di UNIMED, terkhusus juga kepada adiknda Ardian Muhammad Roni dan seluruh sanak keluarga yang senantiasa memberikan dorongan,doa dan semangat.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih terkhusus Kepada prada Bambang budi wansyah sitepu dan Ari Susanto ST, teman-teman seperjuangan sesama PS Novita Sembiring.

Yang selalu menemani,memberikan motivasi dan bantuan. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di kelas Reguler A 2011 Matematika Unimed terkhusus Nova Yanti sinaga, Rina Ananta ,Santi Ramona ,Akhyar Munawar rinaldy,novriyanti, sahabat-sahabat sejati fitri,cindy,dan teman-teman PPLT ,deby I Nila ,juli fitriani, zulham, ilham,eka,rika, rahmi, dika, dan adelina yang telah banyak membantu, memberikan masukan dan selalu memberikan semangat dalam penyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang datang.

Medan, Maret 2016

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Diagram xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 14

1.3.Batasan Masalah 14

1.4.Rumusan Masalah 14

1.5.Tujuan Penelitian 15

1.6.Manfaat Penelitian 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17

2.1. Pengertian Belajar 17

2.2. Aktivitas Belajar 19

2.2.1 Pengertian Aktivitas Belajar 19

2.2.2 Prinsip- Prinsip Aktivitas 19

2.2.3 Jenis –Jenis Aktivitas Dalam Belajar 20

2.3. Hasil Belajar 22

(8)

vii

2.5.Karakteristik Pembelajaran Kooperatif 28

2.5.1Unsur –Unsur Pembelajaran Kooperatif 29

2.5.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif 29

2.6 Model PembelajaranKooperatip Tipe STAD 30

2.7 Teori Belajar Pendukung 36

2.8 Materi Bilangan Bulat 37

2.9 Kajian Yang Relevan 48

2.10 Kerangka Konseptual 49

BAB III METODE PENELITIAN 52

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 52

3.2. Subjek dan Objek Penenlitian 52

3.2.1 Subjek Penelitian 52

3.2.2 Objek Penelitian 52

3.3. Jenis Penelitian 52

3.4 Prosedur Penelitian 53

3.5. Instrument Dan Alat Pengumpulan Data 61

3.5.1 Angket 61

3.5.2 Tes 63

3.5.3 Observasi 64

3.6 Teknik Analisis Data 66

3.6.1 Reduksi Data 67

3.6.2 Menarik Kesimpulan 71

3.6.3 Analisis Hasil Observasi 71

3.6.4 Menarik Kesimpulan 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELTIAN 77

4.1. Hasil Penelitian 77

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus I 77

(9)

viii

4.1.3. Analisis Data I 82

4.1.3.1. Hasil Observasi I 82

4.1.3.2. Hasil Tes Belajar I 84

4.1.3.3. Refleksi I 85

4.1.4. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus II 86

4.1.5. Alternatif Pemecahan II 86

4.1.6. Pelaksanaan Penelitian II 87

4.1.7. Analisis Data II 92

4.1.7.1. Hasil Observasi II 92

4.1.7.2. Hasil Tes Belajar II 92

4.1.7.3. Refleksi II 94

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 98

5.1. Kesimpulan 98

5.2. Saran 99

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Analisis Kesalahan Jawaban Siswa 7

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 27

Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan 34

Tabel 2.3. Tingkat Penghargaan Kelompok 35

Tabel 3.1. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar

Siswa 56

Tabel 3.2. Kriteria hasil observasi pembelajaran 72

Tabel 3.3. Tingkat penguasaan siswa 71

Tabel 4.1 Deskripsi hasil tes awal yang diberikan kepada siswa 78 Tabel 4.2. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran I 85 Tabel 4.3 Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 86 Tabel 4.4. Deskripsi tes hasil belajar siswa I 87 Tabel 4.5. Paparan nilai tes hasil belajar I 88 Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran II 98 Tabel 4.7. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 98 Tabel 4.8. Deskripsi tes hasil belajar siswa II 99 Tabel 4.9. Paparan nilai tes hasil belajar II 100 Tabel 4.10. Rekap peningkatan hasil belajar siswa

dari siklus I ke siklus II 104

(12)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa dari

Siklus I ke Siklus II 92

Diagram 4.2 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 11 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 115 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 119 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II 123

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 126

Lampiran 22. Lembar Observasi Proses Pembelajaran 149

Lampiran 23. Angket Respon Siswa 157

Lampiran 24. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus I 160 Lampiran 25. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus I 164 Lampiran 26. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus II 166 Lampiran 27. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus II 170 Lampiran 28. Pedoman pensekoran aktivitas belajar siswa 172

(14)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 27

Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan 34

Tabel 2.3. Tingkat Penghargaan Kelompok 35

Tabel 3.1. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar

Siswa 56

Tabel 3.2. Kriteria hasil observasi pembelajaran 72

Tabel 3.3. Tingkat penguasaan siswa 71

Tabel 4.1 Deskripsi hasil tes awal yang diberikan kepada siswa 78 Tabel 4.2. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran I 85 Tabel 4.3 Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 86 Tabel 4.4. Deskripsi tes hasil belajar siswa I 87 Tabel 4.5. Paparan nilai tes hasil belajar I 88 Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran II 98 Tabel 4.7. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 98 Tabel 4.8. Deskripsi tes hasil belajar siswa II 99 Tabel 4.9. Paparan nilai tes hasil belajar II 100 Tabel 4.10. Rekap peningkatan hasil belajar siswa

dari siklus I ke siklus II 104

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 11 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 115 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 119 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II 123

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 126

Lampiran 22. Lembar Observasi Proses Pembelajaran 149

Lampiran 23. Angket Respon Siswa 157

Lampiran 24. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus I 160 Lampiran 25. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus I 164 Lampiran 26. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa siklus II 166 Lampiran 27. Persentase aktivitas siswa (PAS) Siklus II 170 Lampiran 28. Pedoman pensekoran aktivitas belajar siswa 172

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat sekarang, sangat berpengaruh terhadap segala dimensi kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu wadah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu,perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. (dalam Trianto, 2011 :1)

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pendidikan juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perkembangan dunia.

pendidikan yang semakin pesat,menuntut lembaga pendidikan untuk bekerja lebih baik dalam menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan pendidikan yang ada di negara kita. Kegiatan proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Baik buruknya suatu proses pembelajaran adalah salah satu faktor dominan dalam menentukan kualitas pendidikan.

(17)

2

berfikir kritis, analisis dan logis. Salah satu masalah yang di hadapi dunia pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan matematika,baik dari segi proses maupun hasil pembelajaran,sehingga menyebabkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia. Hal ini di dukung oleh pernyataan Frederick (http://www.uai.ac.id.html)

Matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk di pelajari oleh siswa dalam dunia pendidikan. Matematika diberikan pada setiap jenjang pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju dan berkembang pesat.

Menurut Cornellius (dalam Abdurrahman, 2012:253) yang mengemukakan bahwa:

Ada lima alasan pentingnya belajar matematika yaitu karena matematika merupakan : (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola–pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas,dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Disamping itu matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan meningkatkan daya pikir manusia. Dengan belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis,ketelitian dan kesadaran keruangan. Karena dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir,bernalar,mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dan pemecahan masalah.

Rendahnya hasil belajar siswa merupakan masalah serius yang harus diatasi,sebab berhasilnya proses pembelajaran tidak hanya tergantung pada guru tetapi juga tergantung pada siswa. Guru sebagai salah satu komponen yang menentukan keberhasilan pembelajaran di kelas harus mampu memilih model dan metode pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui model pembelajaran,cara berfikir dan mengekspresikan ide.

(18)

3

Siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang menyulitkan,sehingga siswa merasa takut untuk menghadapinya. Seperti yang dikemukakan oleh Setyono (2009: 8) bahwa : “Matematika adalah ilmu yang mendasar, pada kenyataannya,bagi sebagaian besar siswa atau siapa pun yang pernah bersekolah, matematika merupakan sesuatu yang menakutkan dan sulitnya minta ampun”.

Adanya anggapan bahwa matematika itu sulit menjadi momok yang menakutkan bagi banyak peserta didik di sekolah juga dikemukakan Rofika dalam (http://pinggiralas.blogspot.com)yakni :

Pendidikan khususnya pelajaran matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dipahami bagi anak-anak. Sampai sekarang pelajaran matematika di sekolah masih merupakan pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa,terasa sukar dan tidak menarik sehingga banyak siswa menjadi kurang termotivasi dalam mempelajari matematika.

Pendapat di atas selain menunjukan bahwa matematika sulit, juga semakin menegaskan bahwa ada siswa yang berkesulitan belajar matematika. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut. Dalam hal ini pengajaran matematika materi perlu di desain sedemikian rupa,sehingga cocok untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa faktor atau komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Gulo (2010: 14) mengemukakan:

Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa komponen,termasuk guru yang saling berinteraksi dalam proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Komponen-komponen tersebut ialah : (1) Tujuan pengajaran, (2) Guru, (3) Peserta Didik, (4) Materi Pelajaran, (5) Metode Pengajaran, (6) Media Pengajaran, (7) Faktor administrasi dan financial.

Pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pembelajaran matematika konvensional dimana pembelajaran masih berpusat kepada guru,aktivitas siswa kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran ini. Hal ini juga dipaparkan Nur (dalam Shadiq, 2009:9) yang menyatakan bahwa :

(19)

4

strukturalistik’dan mekanistik’. Di samping itu,kurikulumnya terlalu sarat dan kelasnya didominasi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).

Hal ini tidak dapat dipungkiri karena matematika yang sifatnya abstrak dianggap guru lebih mudah dipahami siswa jika diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional. Paradigma pembelajaran inilah yang selama ini sudah menjadi budaya didalam pendidikan matematika kita, tanpa kita sadari atau tidak strategi pembelajaran konvensional hanya menciptakan siswa yang dapat menghafal dan mencontoh saja ketika diberikan masalah yang berbeda dengan yang dijelaskan maka siswa sulit untuk menyelesaikannya. Belum lagi jika kita melihat dari segi aktivitasnya dimana siswa cenderung pasif dan hanya menerima begitu saja apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Hal tersebut mengakibatkan respon siswa terhadap pelajaran matematika rendah karena mereka hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2010: 9) Menyatakan bahwa:

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan; guru cukup mempelajari materi dari buku,lalu disampaikan pada siswa. Di sisi lain,siswa hanya bertugas menerima dan menelan,mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif.

Akibatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bisa dikatakan rendah sehingga hasil belajar siswa pun ikut rendah dan tidak sesuai dengan harapan, dimana seharusnya matematika itu dapat mengembangkan pola pikir kritis, mengembangkan aktivitas yang menyebabkan intuisi,rasa ingin tahu,membuat prediksi,dan dugaan sementara serta mencoba-coba tidak lagi dapat kita lihat. Seperti yang dipaparkan oleh Sihombing (2012:89-90) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika adalah :

(20)

5

melalui kegiatan penyelidikan,eksplorasi,eksperimen,menunjukan kesamaan,perbedaan,konsistens dan inkosistens.

2) Mengembangkan aktivitas yang menyebabkan imajinasi,intuisi dan penemuan, mengembangkan pemikiran divergen orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan sementara serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,catatan,grafik,peta,diagram dalam menjelaskan.

Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika diperlihatkan pada hasil belajar matematika yang berada pada posisi yang sangat memprihatikan sekitar 76,6 persen siswa setingkat SMP ternyata dinilai “buta matematika” (www.kompas.com). Hal mengenai rendahnya hasil belajar matematika menunjukkan rendahnya mutu pendidikan matematika yang juga dipertegas melalui data UNESCO (www.suaramerdeka.com).

Penggunaan model pembelajaran yang baik dan bervariasi juga perlu diperhatikan. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa merasakan situasi belajar yang membosankan dan kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini bisa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Yuniarti (http: // one. Indoskripsi.com) bahwa:

Kebanyaan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berfikir siswa,atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna dan metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang cenderung membuat siswa pasif dalam PBM. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Sukamti (dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/3375/1/A410040151.pdf.peningkatan_aktivitas_belajar bahwa:

(21)

6

apa-apa yang dianggap penting dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Keadaan seperti ini,menunjukan guru yang lebih aktif sehingga aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan,mencatat dan menjawab pertanyaan. Sehingga proses pembelajaran tidak mendorong siswa untuk berfikir dan beraktivitas,bahkan cenderung membosankan dan membuat siswa pasif dan menambah rasa takut.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik dapat meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa. Selain itu guru juga harus bisa memilih model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa ikut aktif dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga dengan demikian siswa tidak lagi hanya duduk diam mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru secara mutlak. Jadi proses belajar mengajar yang berlangsung tidak hanya terpusat pada aktivitas guru. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wina (2009:133) bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secasra interaktif,inspiratif,menyenangkan,menantang,memotivasi peserta didik untuk aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreatifitas,dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian,penanganan,dan prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat maupun pengelolah pendidikan. Model pembelajaran pada hakikatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mengembangkan dan meningkatkan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa.

Namun pada kenyataannya aktivitas belajar siswa masih rendah dalam pelajaran matematika hal ini dikarenakan siswa tidak berperan aktif selama proses pembelajaran matematika karena ada beberapa guru menjadikan siswa sebagai objek yang menerima pelajaran matematika bukanlah sebagai subjek yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan pemikiran Catur Supatmono,(dalam http://pandisuryadiberbagaiilmu.Blogspot.com/2011/01/penera pan-pembelajaranaktif kreatif .html) mengatakan :

(22)

7

memilih apa yang harus dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Guru menilai siswa dari hasil akhir,sistem penilaian disekolah cenderung hanya menilai hasil akhir pekerjaan siswa dan bukan menilai proses pekerjaan siswa. Akibarnya siswa yang sudah berusaha keras pun jika hasilnya salah, maka akan memperoleh nilai yang jelek. Selanjutnya observasi dilakukan lebih dalam melalui tes. Tes yang diberikan kepada siswa yaitu siswa diminta untuk mengerjakan beberapa soal yang berhubungan dengan materi bilangan bulat, pemilihan materi dikarenakan Bilangan bulat adalah materi awal yang diberikan pada siswa kelas awal Madrasah Ismaliyah Medan, dan materi bilangn bulat adalah materi prasyarat untuk materi-materi selanjutnya misalnya operasi aljabar dan persamaan kuadrat.

Hasil yang diperoleh dari tes tersebut sangatlah diluar harapan kita semua. Banyak siswa yang salah pengertian terhadap penyelesaian operasi-operasi yang ada pada bilangan bulat, terlebih operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang mempunyai kesalahan yang sama dengan banyak teman lainnya.

HASIL ANALISIS KESALAHAN

Angka yang ada bukan dijadikan perpindahan langkah pada garis bilangan melainkan penetapan langkah.

Tidak paham dalam hal penggunaan operasi bilangan dalam garis bilangan

(23)

8

antara bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif

Tidak paham tentang operasi bilangan bulat negatif

Tidak paham operasi antara bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif

Tidak paham operasi bilangan bulat negatif

(24)

9

misalnya dalam memfaktorkan persamaan kuadrat dan menyelesaikan operasi aljabar.

Hal ini tidak dapat diabaikan oleh guru, sesuai dengan Kumastuti, dkk (2010 : 147) menyatakan “hasil belajar siswa masih tergolong sangat rendah .

Hal ini terjadi karena sebetulnya siswa belum paham terhadap konsep yang diberikan guru walaupun pada proses pembelajaran tidak ada yang bertanya. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika yang lemah berakibat siswa tidak mampu mengerjakan materi matematika yang sudah dipelajarinya untuk memecahkan persoalan matematika yang diberikan kepada mereka. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran adalah mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa sungkan bertanya pada guru dan temannya walaupun sudah diberikan dorongan dan motivasi. Guru melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin.(menggunakan rumus dan aturan-aturan yang ada dalam materi yang diajarkan). Guru kurang memperhatikan perkembangan belajar siswa, dan sering tidak mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa di dalam kehidupan sehari-hari, guru juga sering tidak mengaitkan pelajaran yang sebelumnya dengan pelajaran yang sedang diajarkan, dan guru juga kurang berinteraksi dengan para siswanya saat pembelajaran.

Hal itu mengakibatkan konsentrasi dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tidak maksimal. Selain itu guru juga harus mempersiapkan segala sesuatunya sebelum mengajar, yaitu memilih model dan media yang baik dalam pembelajaran agar pembelajaran yang terjadi di kelas bukan hanya pembelajaran matematika yang konvensional. Dengan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga, materi yang tadinya sulit dapat diterangkan secara lebih mudah dan jelas, sehingga siswa akan merasa lebih senang dalam belajar matematika.

(25)

10

Dari 36 orang siswa yang mengisi angket diperoleh data sebagai berikut: Pendapat siswa tentang mata pelajaran matematika yakni, 18 orang siswa kurang menggemari pelajaran matematika, 8 orang siswa menyatakan matematika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan dan 3 orang siswa menyatakan biasa saja. Sedangkan pendapat siswa mengenai pelajaran matematika selama ini dilakukan dengan mencatat dan tidak memperhatikan guru saat mengajar terdapat 7 siswa.

Jika permasalahan tersebut masih terus berlangsung, maka akan mengakibatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar menjadi terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar matematika bukanlah kebutuhan, melainkan hanya sebagai tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapatkan makna dari pelajaran matematika yang dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

Variasi pada proses pembelajaran matematika dan penggunaan alat bantu ataupun alat peraga juga merupakan solusi dalam pembelajaran matematika. Handojo dan Ediati (dalam Herawati,2010:6) menyatakan bahwa : “Pada prinsipnya matematika mudah biasa diwujudkan dengan model sederhana dan menggunakan alat peraga. Dengan model sederhana membuat proses perhitungan menjadi jauh lebih sederhana dan mudah. Dengan alat peraga membantu menjelaskan konsep sehingga anak tak perlu membayangkan.”

(26)

11

Sidauruk,2010:2) dalam kerangka pembelajaran matematika, siswa mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang telah dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan akan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.

Sedangkan menurut Ghazali (dalam Wibowo,2010:3) bahwa “agar peserta didik mudah mengingat, menceritakan dan melaksanakan sesuatu (pelajaran) yang pernah diamati (dialami) di kelas, hal demikian perlu didukung dengan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang konkret”.

Dengan demikian salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat khususnya di Madrasah Ismaliyah adalah guru harus dapat menggunakan alat bantu ataupun alat peraga matematika agar dapat menjelaskan keabstrakan matematika tersebut, dan juga guru harus menerapan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara mental, fisik, dan sosial.

(27)

12

berlangsung. Mayoritas siswa tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan didepan kelas. Siswa tersebut memilih dengan kegiatan mereka masing-masing seperti berbicara dengan teman sebangkunya atau mencatat yang mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif. Dengan kondisi kelas kurang kondusif, hanya siswa yang berada duduk didepan dapat mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Dari keseluruhan siswa dalam satu kelas hanya 6 orang yang mampu mengerjakan soal yang diberikan guru di papan tulis.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas siswa rendah adalah model pembelajaran. Model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar dan aktivitas siswa, jika seorang guru kurang tepat menggunakan model pembelajaran dalam belajar, maka akan berdampak pada siswa.

Usman (dalam Simanjorang 2010:3) menyatakan bahwa “model pembelajaran yang sesuai dimana siswa ikut serta dalam aktifitas matematika adalah pembelajaran kooperatif”.

(28)

13

Dalam mengatasi masalah tersebut, guru harus mampu memilih model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan di kelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu model pembelajaran yang digunakan harus dapat meningkatkan keaktifan siswa yang mampu mempengaruhi pengetahuan atau wawasan siswa.

Salah satunya solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Nurhadi (2009:112) Menyatakan bahwa : “Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.”

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Pembelajaran tipe ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,penyampaikan materi, kegiatan kelompok kuis,dan penghargaan kelompok.

Penerapan model Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran matematika,khususnya pada pelajaran Bilangan Bulat akan melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung,dimana akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan akan lebih mudah paham terhadap materi tersebut dan kompetensi pembelajaran akan tercapai.

(29)

14

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas VII Yayasan Madrasah Ismaliyah Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa 2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

3. Minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika masih kurang.

4. Penggunaan metode dan model pembelajaran yang digunakan guru kurang melibatkan aktivitas siswa

5. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan guru Yayasan Madrasah Ismaliyah dalam proses belajar mengajar kurang tepat dan kurang memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif dalam pelajaran matematika. 1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada materi Bilangan Bulat di kelas VII.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa pada materi Bilangan Bulat?

(30)

15

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama :

1. Bagi guru, menjadi masukan mengenai pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran tipe STAD diharapkan siswa dapat menjadi lebih aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga siswa yang menjadi pusat belajar. Dan dengan bertambahnya keaktifan siswa maka akan menambah pengetahuan mereka akan matematika.

3. Sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan oleh praktisi pendidikan dalam menentukan alternatif model pembelajaran matematika.

4. Bagi orang tua, memberikan informasi dalam membantu para peserta didik pada saat belajar dirumah.

5. Bagi sekolah, akan menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan sekolah dalam mengambil kebijakan menyetujui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di sekolah yang bersangkutan.

(31)

16

(32)

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisionditunjukkan dari banyak siswa yang mengalami

peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 31 siswa dari 36 siswa atau 86,11%, sedangkan banyak siswa yang mengalami penurunan hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 5 siswa dari 36 siswa atau 13,88%.

2) Peningkatan aktivitas belajar siswa yang ditunjukan dari pertambahan persentase siswa yang sekurang-kurangnya berada pada kategori aktif yaitu sebesar 30,56% dari 52,77%, pada siklus I menjadi 77,77% pada siklus II. Hal ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang kurang aktif 6 orang dan siklus II jumlah siswa yang kurang aktif tidak ada, untuk siswa yang cukup aktif pada siklus I ada sebanyak 11 orang dan pada siklus II ada 6 orang, untuk siswa yang aktif pada siklus I ada 19 orang dan pada siklus II 28 orang, untuk siswa yang sangat aktif pada siklus I tidak ada dan pada siklus II ada 2 orang.

3) Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisionsecara klasikal sebesar 16,67% dari 69,44% siklus I menjadi

(33)

99

pada siklus I adalah 80 sebanyak 10 orang, sementara pada siklus II tertinggi adalah 90 sebanyak 8 orang.

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan oleh penulis di atas, maka penulis mangajukan beberapa saran antara lain:

1. Dengan Melihat hasil peningkatan prestasi belajar siswa ,setelah menggunakan model STAD dalam pemebelajaran matematika disarankan bagi guru-guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan selalu mengaitkan siswa untuk selalu beriteraksi antara teman sebaya ,berani mengeluarkan pendapat, hendaknya guru selalu memberikan motivasi ,dorongan ,Fujian ,dan penghargaan kepada siswa dalam proses pembelajaran karena (1) siswa tidak lagi bosan dengan metode ceramaha yang disajikan guru setiap mengajar (2)siswa tidak lagi takut menghadapi pelajaran matematika ,(3)siswa tidak lagi menjadi objeck dalam proses pembelajaran ,siswa tidak lagi pasif dalam pembelajaran

2. Kepada guru bidang studi matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran matematika hendaknya tidak hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran tetapi diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa lebih tertarik

dan termotivasi untuk belajar matematika dan dapat meningkatan aktivits dan hasil belajar mtemaatika

3. Kepada guru hendaknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat suasana yng yang lebih menyenagkan dalam peroses belajar mengajar sehingga siswa termotivasi dan tertarik untuk belajar

(34)

100

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M,. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S,. dan Suhardjono, S., 2009. Penelelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta Arikunto, S,. dan Suhardjono, S., 2011. Penelelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta Dimyati & Mudjiono., (2010), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Frederick, (2008), Rendah Prestasi Matematika indonesia,http://www.uai.ac.id.html

Hudojo, H., 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:UM Press. Isjoni,(2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif: Referensi Guru Dalam Menentukan model pembelajaran, Media Persada, Medan.

Jufri, wahab., (2013), Belajar dan Pembelajaran sains, Pusaka Reka Cipta, Bandung.

Permendiknas.2006.Nomor 22 dan 23 tentang Standar Isi.

Rofika,(2010), Kemampuan Pemecahan Masalah, http://pinggiralas.blogspot.com

Sanjaya, Wina., 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar. Penerbit Rineka Cipta : Jakarta

Sudjana, N., 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung Sukamti http://etd.eprints.ums.ac.id/3375/1/A410040151.pdf.peningkatan_aktivitas_belajar Trianto., 2007, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media

Grup : Jakarta

Trianto, (2011), Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta Wena, Made,(2010), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,Bumi Aksara,Jakarta. Yuniarti, (2008), http: // one. Indoskripsi.com

http://etd.eprints.ums.ac.id/3375/1/A410040151.pdf.peningkatan_aktivitas_belajar bahwa : ) http://pandisuryadiberbagaiilmu.Blogspot.com/2011/01/penerapan-pembelajaranaktif kreatif .html

(www.kompas.com).

Gambar

Gambar 3.1 Analisis Kesalahan Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

NEWS READER : DEKRANAS ADAKAN PAMERAN KREASI JOGJA UNTUK INDONESIA. PAMERAN PRODUK KERAJINAN / SELAMA INI TETAP MENJADI ANDALAN PERAJIN UNTUK MENJUAL HASIL

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai