• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Karakteristik Responden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B. Karakteristik Responden"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2015 secara langsung kepada responden secara rumah ke rumah. Lokasi penelitian terletak di desa Pakembingangun, kecamatan Paken, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang peneliti dengan acuan berdasarkan lampiran literatur nomor 7 Oral Health Questionnaire for Adults yang dikeluarkan WHO dengan beberapa modifikasi untuk mendapatkan kuesioner yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kuesioner ini merupakan kuesioner yang baru pertama kali digunakan untuk penelitian dan telah terbukti kehandalannya melalui dari proses uji reliabilitas. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dilakukan secara langsung dengan responden sebagai sampel penelitian.

Data yang digunakan adalah data yang didapatkan secara langsung dari populasi terjangkau penelitian menggunakan metode Slovin sejumlah 95 responden asal desa Pakembinangun, kecamatan Pakem, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.

B. Karakteristik Responden

Pengambilan data dilakukan kepada sejumlah 95 responden penelitian yang tersebar di 10 dusun berbeda di desa Pakembinangun, kecamatan Pakem, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditentukan berdasarkan kriteria penelitian (inklusi dan ekslusi) secara berkunjung dari rumah ke rumah (door-to-door) dengan perincian jumlah responden yang didapatkan sebagai berikut :

(2)

Tabel 4.1 Jumlah Responden Penelitian per Dusun

Dusun Jumlah Dusun Jumlah

Demen 18 responden Pakemtegal 5 responden Duwetsari 3 responden Purwodadi 13 responden Kertadadi 7 responden Sambi 3 responden Paraksari 6 responden Sempu 19 responden Pakemgede 16 responden Sukunan 5 responden

Total 95 responden

Karakteristik yang didapatkan dari 95 responden selama penelitian berlangsung diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Penelitian Total Responden N = 95

Jumlah % Jumlah %

Usia Jenis Pekerjaan

< 35 tahun 24 25,26 Bekerja 45 47,36

35 - 44 tahun 26 27,37 Buruh 9 9,47

45 - 64 tahun 42 44,21 Guru 3 3,16

> 65 tahun 3 3,16 Pedagang 6 6,31

Jenis Kelamin Petani 11 11,58

Laki-laki 29 30,53 PNS 5 5,26

Perempuan 66 69,47 Wiraswasta 11 11,58

Tingkat Pendidikan Tidak Bekerja 50 52,64

Tidak Bersekolah 3 3,16 IRT 42 44,21 Lulus SD/sederajat 3 3,16 Pelajar 2 2,11 Lulus SLTP/sederajat 12 12,63 Pengangguran 4 4,21 Lulus SLTA/sederajat 51 53,68 Purnawirawan 2 2,11

PT/Universitas 26 27,37

Rata-rata responden penelitian berumur 42 tahun dengan kisaran usia responden termuda adalah 14 tahun sedangkan paling tua adalah 67 tahun. Responden dengan usia 46 tahun memiliki persentase yang paling besar yaitu sebesar 6,32% dari total sampel. Peneliti mengkategorikan usia responden karena

(3)

usia responden dibawah 35 tahun merupakan waktu dimana pada usia tersebut susunan gigi responden telah tumbuh secara permanen dan sempurna sehingga sudah relevan untuk menetapkan diagnosa dentalgia. Kelompok usia 35 – 44 tahun merupakan usia standar untuk melakukan pengamatan kesehatan gigi dan mulut pada orang dewasa awal dan 45 – 64 untuk tahap dewasa akhir. Kelompok usia paling akhir adalah diatas usia 64 tahun dimana pada usia ini responden lebih dapat memperkirakan secara perspektif pengaruh dentalgia selama masa hidup responden(41).

Jumlah responden berjenis kelamin laki-laki yang didapatkan selama penelitian lebih sedikit daripada responden perempuan karena penelitian berlangsung ketika mayoritas responden laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah sehingga apabila dilakukan pengambilan data secara

door-to-door maka responden yang paling banyak didapatkan adalah perempuan

daripada responden laki-laki. Berdasarkan suatu penelitian di Palestina mengenai gambaran sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi menurut perbedaan jenis kelamin, umumnya perempuan lebih mempunyai sikap dan perilaku positif terhadap kesehatan gigi dan mulut daripada jenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih peduli untuk melakukan kunjungan dokter gigi secara teratur, mempunyai wawasan lebih baik tentang cara menggosok gigi secara profesional, serta lebih memperhatikan kebiasaan menggosok gigi setiap harinya(42).

Ibu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan responden penelitian dengan proporsi terbesar (44,21%), hal tersebut terjadi karena 69,47% responden penelitian adalah perempuan. Tingginya persentase responden yang berstatus sebagai ibu rumah tangga disebabkan karena metode pengambilan data penelitian berlangsung secara rumah ke rumah dari pukul 09.00 - 15.00 WIB sehingga responden perempuan sebagai ibu rumah tangga yang sedang beraktivitas di dalam rumah lebih banyak didapatkan oleh peneliti daripada responden laki-laki.

Setengah responden penelitian adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/sederajat (53,68%). Persentase responden lulusan Sekolah Dasar

(4)

(SD) sama dengan responden yang tidak bersekolah (3,16%) dan merupakan jumlah terkecil dalam penelitian.

C. Gambaran Respon Masyarakat terhadap Terapi Dentalgia 1. Pemilihan Terapi Dentalgia Responden

Berdasarkan hasil penelitian, jenis-jenis terapi pada gambaran pemilihan terapi untuk pengatasan dentalgia adalah terapi operatif, terapi menggunakan obat pereda nyeri dan antibiotik (farmakologi), serta terapi alternatif (nonfarmakologis).

Tabel 4.3 Persentase Pemilihan Terapi Dentalgia Responden

Jenis Terapi Dentalgia

Total Responden N = 95

Melakukan terapi Tidak melakukan terapi

Jumlah % Jumlah %

Terapi operatif gigi 66 69,47% 29 30,53% Terapi farmakologis

menggunakan pereda nyeri 71 74,74% 24 25,26% Terapi farmakologis

menggunakan antibiotik 26 27,37% 69 72,63% Terapi alternatif

non-farmakologis 79 83,16% 16 16,84%

Tabel 4.4 Pemilihan Terapi Dentalgia berdasarkan Karakteristik

Jumlah Responden (%) N = 95

Operatif; Pereda Nyeri; Antibiotik; Alternatif;

n = 66 n = 71 n = 26 n = 79 1. Usia < 35 tahun 16 (16,84%) 15 (15,79%) 10 (10,53%) 17 (17,89%) 35 - 44 tahun 17 (17,89%) 20 (21,05%) 8 (8,42%) 23 (24,21%) 45 - 64 tahun 31 (32,63%) 34 (35,79%) 7 (7,39%) 36 (37,89%) > 65 tahun 2 (2,10%) 2 (2,10%) 1 (1,05%) 3 (3,16%) 2. Jenis Kelamin Laki-laki 19 (20%) 22 (23,16%) 8 (8,42%) 24 (25,26%) Perempuan 47 (49,47%) 49 (51,58%) 18 (18,95%) 55 (57,89%) 3. Jenis Pekerjaan

(5)

Jumlah Responden (%) N = 95

Operatif; Pereda Nyeri; Antibiotik; Alternatif;

n = 66 n = 71 n = 26 n = 79 Bekerja Pedagang 4 (4,21%) 5 (5,26%) 1 (1,05%) 4 (4,21%) Petani 9 (9,47%) 8 (8,42%) 0 11 (11,58%) PNS 5 (5,26%) 3 (3,16%) 3 (3,16%) 5 (5,26%) Wiraswasta 6 (6,31%) 9 (9,47%) 3 (3,16%) 9 (9,47%) Tidak Bekerja IRT 28 (29,47%) 30 (31,58%) 12 (12,63%) 35 (36,84%) Pelajar 1 (1,05%) 1 (1,05%) 2 (2,10%) 0 Pengangguran 3 (3,16%) 3 (3,16%) 1 (1,05%) 4 (4,21%) Purnawirawan 2 (2,10%) 1 (1,05%) 2 (2,10%) 1 (1,05%) 4. Tingkat Pendidikan Tidak Bersekolah 2 (2,10%) 2 (2,10%) 0 3 (3,16%) Lulus SD/sederajat 2 (2,10%) 2 (2,10%) 1 (1,05%) 2 (2,10%) Lulus SLTP/sederajat 11 (11,58%) 10 (10,53%) 3 (3,16%) 11 (11,58%) Lulus SLTA/sederajat 34 (35,79%) 40 (42,10%) 13 (13,68%) 43 (45,26%) PT/Universitas 17 (17,89%) 17 (17,89%) 9 (9,47%) 20 (21,05%)

a. Terapi Operatif Dentalgia

Sejumlah responden dentalgia diberikan tindakan operatif oleh dokter gigi dengan cabut gigi (33,68%), tambal gigi (31,57%), serta gabungan cabut dan tambal gigi (15,79%). Obat-obatan yang diresepkan oleh dokter gigi kepada responden yang berobat ke dokter gigi diantaranya adalah obat pereda nyeri jenis Parasetamol (13,68%) yang digunakan untuk mengatasi dan meredakan nyeri ketika dentalgia dan antibiotik jenis Amoxicilin (15,79%). Beberapa responden diresepkan kortikosteroid jenis Dexametashone oleh dokter gigi (4,21%).

Pencabutan gigi (ekstraksi) hanya dapat dilakukan jika peresepan obat-obatan tidak mencapai kesembuhan dentalgia. Ekstraksi merupakan suatu tindakan yang beresiko menimbulkan komplikasi. Kondisi penderita dentalgia dengan asma, dentalgia dengan rasa sakit yang parah, diabetes mellitus, diskrasia darah, gondok beracun, hipertensi, inflamasi, kehamilan, penyakit jantung, penyakit kuning, penyakit periapikal, terapi antikoagulan, dan terapi steroid merupakan alasan untuk penundaan ekstraksi gigi(23).

Nyeri dan perasaan tidak nyaman yang akut dan tidak tertahankan ketika mengalami dentalgia merupakan alasan utama masyarakat berobat ke dokter gigi (dentist). Dokter spesialis gigi merupakan rujukan yang terpercaya untuk

(6)

pengatasan dentalgia dengan metode yang bertanggungjawab dalam hal diagnosa penyebab, keputusan pengambilan tindakan, perlakuan terhadap gigi pasien, atau peresepan obat-obatan(43). Suatu penelitian yang dilakukan Situmorang menyatakan bahwa pemilihan tindakan operatif dengan cara berkunjung ke dokter gigi di masyarakat masih dapat dikatakan rendah(44). Hal tersebut umumnya disebabkan karena rasa malas, selain itu dapat disebabkan oleh harga perawatan yang mahal, tidak mempunyai waktu luang untuk berkunjung ke dokter gigi, serta trauma akibat tindakan operatif yang dilakukan sebelumnya(45).

Tabel 4.5 Persentase Terapi Operatif Dentalgia Responden Tindakan Operatif Dokter Gigi Jumlah (%) 1. Cabut gigi/ekstraksi 32 (33,68%) 2. Tambal/tumpat gigi 30 (31,57%) 3. Cabut + tambal gigi 15 (15,79%) 4. Pembersihan gigi 3 (3,16%) 5. Diresepkan obat 58 (61,05%) Antibiotik (Amoxicillin) 15 (15,79%) Kortikosteroid (Dexametashone) 4 (4,21%) Obat Pereda Nyeri : 29 (30,53%)

a. Antalgin 1 (3,45%) b. Asam Mefenamat 10 (34,48%) c. Aspirin 2 (6,89%) d. Ibuprofen 1 (3,45%) e. Na. Diklofenak 2 (6,89%) f. Parasetamol 13 (44,83%)

b. Terapi Farmakologis Dentalgia menggunakan Pereda Nyeri

Berdasarkan hasil penelitian, obat pereda nyeri yang paling umum digunakan dalam terapi dentalgia secara farmakologis adalah Asam Mefenamat. Asam Mefenamat (Mefenamic acid) merupakan golongan anti inflamasi non-steroid (AINS) atau nonnon-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) dengan rumus molekul C15H15NO2 yang digunakan sebagai penghilang rasa nyeri dengan kerja mengurangi peradagangan dan kontraksi uterin pada menstrual cramp. Asam

(7)

Mefenamat umumnya dikenal di Indonesia dengan merk dagang Ponstan. Beberapa nama dagang obat mengandung Asam Mefenamat diantaranya Mefalth, Mefalth T, Ponstal, Parkemed, Mafepain, Mefamed, Mephadolor, Meftal, Dyfenamic, Potarlon, Dolfenal, Meyerdonal, Alfoxan, Fenagesic, dan Spiralgin(46).

Obat golongan NSAID merupakan obat yang sangat disarankan untuk mengatasi nyeri pada dentalgia karena efektivitasnya dalam meredakan rasa nyeri. Suatu penelitian yang dilakukan Ngan dan timnya dalam perbandingan terapi obat pereda nyeri untuk dentalgia membuktikan bahwa Ibuprofen lebih ampuh mengurangi rasa nyeri dentalgia daripada Aspirin(47).

Tabel 4.6 Jenis Obat Pereda Nyeri yang digunakan Responden Jenis Obat;

N = 71 n (%)

Asam Mefenamat 49 (69,01%) Natrium Diklofenak 29 (40,84%) Paracetamol 27 (38,03%) Obat Kumur (merk Lysterine) 8 (11,27%)

Aspirin 4 (5,63%)

Ibuprofen 3 (4,22%)

Metampiron 2 (2,82%)

Tramadol 1 (1,41%)

Gambar 4.1 Diagram Penggunaan Obat Pereda Nyeri oleh Responden

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Ketika Nyeri (%); Ketika Ingat (%); Dosis Teratur (%);

Ju ml ah R es p o n d en ( N = 71 ) 62 (87,32%) 1 (1,41%) 8 (11,27%)

(8)

c. Terapi Farmakologis Dentalgia menggunakan Antibiotik

Terapi farmakologis menggunakan antibiotik merupakan terapi yang paling sedikit dilakukan responden untuk mengatasi dentalgia (27,37%). Sebagian besar responden penelitian (72,63%) tidak menggunakan antibiotik untuk mengatasi dentalgia. Berdasarkan penelitian tentang dentalgia di Pakistan, umumnya 48% responden menggunakan kombinasi antibiotik dan analgesik sebagai terapi farmakologis dalam pengobatan dentalgia(48).

Antibiotik yang paling umum digunakan oleh responden yang menggunakan terapi antibiotik untuk dentalgia adalah Amoxicillin (96,15%) yang merupakan antibiotik dengan mekanisme ampuh untuk mengatasi masalah infeksi akibat bakteri seperti Streptococcus sp. dan beberapa jenis bakteri gram negatif lainnya dengan dosis literatur yaitu kapsul 250 mg per 3 kali sehari untuk dosis dewasa dan anak-anak berumur 5 sampai 18 tahun, dan dengan dosis 125 mg per 3 kali sehari untuk anak-anak usia 1 sampai 5 tahun(26).

Amoxicillin merupakan antibiotik yang ditujukkan untuk mengatasi

dentalgia selain dari Penisilin dan Metronidazole. Hal yag perlu diperhatikan

adalah antibiotik diberikan kepada pasien dentalgia apabila diketahui mengalami kenaikan suhu tubuh disertai dan ketika terjadi pendarahan pada lubang gigi(49).

Gambar 4.2 Diagram Jenis Antibiotik yang digunakan Responden

25 responden (96,15%) 1 responden (3,85%) Amoxcicilin Ciprofloxacin

(9)

Mayoritas responden menggunakan antibiotik secara teratur sesuai dosis dan durasi pemakaian hingga antibiotik tersebut habis (73,08%). Penggunaan secara teratur dengan durasi pemakaian sesuai dosis yang ditentukan adalah cara penggunaan yang sangat tepat untuk diterapkan pada pemakaian antibiotik dengan tujuan untuk menghindari resistensi antibiotik pada responden. Resistensi didukung oleh beberapa faktor seperti penggunaan antibiotik yang kurang tepat (irrasional) karena jeda pemakaian antibiotik yang terlau singkat, dosis yang terlalu rendah (sub-terapetik), serta diagnosa awal penyebab infeksi yang salah(25).

Gambar 4.3 Diagram Penggunaan Antibiotik oleh Responden

d. Terapi Alternatif untuk Dentalgia (Nonfarmakologis)

Berdasarkan hasil penelitian, terapi alternatif dentalgia secara

nonfarmakologis merupakan terapi yang paling banyak dilakukan total responden penelitian (83,16%) dalam pengatasan dentalgia. Cara alternatif yang paling umum dilakukan responden penelitian yaitu berkumur dengan larutan garam (70,89%). Informasi pemilihan terapi alternatif didapatkan baik internal yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan diri sendiri maupun eksternal yang diperoleh dari orang lain. Keluarga memiliki peran penting dalam memberikan kisaran untuk pemilihan terapi alternatif(50).

Berdassarkan penelitian yang dilakukan Nuris, responden penelitian

0 5 10 15 20

Ketika Nyeri (%); Ketika Ingat (%); Dosis Teratur (%);

Ju

m

lah

R

es

p

o

n

d

en

(

N

= 2

6)

6 (23,08%) 19 (73,08%) 1 (3,85%)

(10)

mengalami penurunan rasa nyeri dentalgia setelah berkumur air garam. Berkumur dengan larutan garam dapat dijadikan suatu metode dalam terapi alternatif karena iodium yang terkandung dalam garam dapat menekan impuls nyeri ke reseptor email sehingga rangsangan dentin berkurang dan impuls nyeri tidak sampai ke reseptor pulpa sehingga terjadi pengurangan rasa nyeri akibat dentalgia(51).

Terapi alternatif masih digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia akibat beberapa faktor seperti kecenderungan gaya hidup alami, belum meratanya sarana kesehatan di masyarakat, harga obat yang mahal, dan banyaknya efek samping dari obat modern. Kebanyakan dari masyarakat melakukan terapi alternatif karena selain terapi ini relatif sederhana, terapi ini menjadi pilihan normal bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan biaya dan akses untuk pergi ke dokter(52).

Penggunaan obat tradisional berupa herbal dilakukan oleh beberapa responden (22,78%). Tumbuhan herbal yang digunakan responden dalam terapi alternatif dentalgia diantaranya seperti daun Sirih, daun Cengkeh, Pandan, Bawang merah, Jarak, dan Binahong. Terapi dengan tumbuhan dipilih karena ketakutan masyarakat terhadap efek samping obat-obat yang umum digunakan untuk dentalgia seperti pereda nyeri dan antibiotik(53). Selain itu, tumbuhan herbal memiliki efek samping yang kecil dibandingkan obat-obatan kimia(54).

Tabel 4.7 Persentase Jenis Terapi Alternatif Dentalgia Terapi Alternatif Dentalgia n = 79 (100%) Berkumur air hangat 8 (10,13%) Berkumur dengan larutan garam 56 (70,89%) Istirahat hingga sembuh 22 (27,85%) Kompres dengan air hangat 2 (2,53%) Kompres mulut dengan es 4 (5,06%) Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan 7 (8,86%) Menggosok gigi yang sakit 10 (12,66%) Menggunakan tumbuhan/jamu 18 (22,78%)

Minum air es 1 (1,26%)

Oles balsam atau minyak cengkeh 5 (6,33%) Tempel koyo pada pipi 2 (2,53%) Totol minyak pada cavities 5 (6,33%)

(11)

2. Penyebab dan Dampak Dentalgia pada Responden

Hasil data menunjukan bahwa responden penelitian selalu (47,37%) dan terkadang (46,31%) mengetahui faktor yang membuat mereka merasakan

dentalgia serta hampir semuanya (91,58%) selalu merasa terganggu oleh dentalgia.

a. Penyebab Dentalgia Responden

Hasil data penelitian mengenai tanggapan responden terhadap penyebab

dentalgia adalah umumnya responden selalu mengetahui penyebab terjadinya dentalgia (47,37%). Perbedaan tingkat pengetahuan antar penyebab dentalgia

dipengaruhi oleh terbatasnya wawasan responden terhadap penyebab-penyebab

dentalgia serta kurangnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut yang

kemudian berpengaruh pada pemilihan jenis terapi untuk mengatasi dentalgia(55). Pemilihan jenis terapi untuk dentalgia dilandaskan berdasarkan pengetahuan yang didapatkan masyarakat sehingga membentuk tindakan untuk memilih terapi

dentalgia secara alami baik itu melalui pengalaman pribadi ataupun terencana

melalui proses pendidikan(56).

Umumnya penyebab utama dentalgia responden penelitian adalah gigi berlubang/karies (88,76%). Lubang pada gigi karies (kavitis) akan menjadi tempat ideal perkembangbiakan kuman yang umumnya berasal dari bakteri anaerob gram positif atau Streptococcus viridans sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi tersebut. Dampak lanjutan dari karies yaitu abses merupakan penyebab kedua

dentalgia responden bersama gigi sensitif dengan persentase sama (52,81%).

Selain dari karies gigi sebagai penyebab utama dentalgia responden, beberapa responden mengeluhkan bahwa penyebab dentalgia berasal dari tubuh yang lelah akibat aktivitas fisik yang berat (15,73%) serta perubahan udara atau suhu yang dingin (3,37%) atau disebut dentalgia psikogenik(57).

Abses merupakan komplikasi dari karies yang disebabkan oleh infeksi kuman pada lapisan terdalam gigi sehingga terdapat timbunan nanah (pus) pada area tersebut, ditandai dengan pendarahan atau rasa nyeri yang menusuk di area

(12)

gusi yang bengkak dan semakin parah apabila terpapar suhu ekstrim seperti panas atau dingin yang berasal dari makanan dan lingkungan. Beberapa kejadian abses dapat menyebabkan gigi terlepas dari formasinya(58).

Gambar 4.4 Diagram Penyebab Dentalgia Responden

b. Dampak Dentalgia pada Responden

Berdasarkan data hasil penelitian, mayoritas responden (91,58%) mengaku selalu terganggu ketika mengalami dentalgia. Jenis gangguan yang paling umum dialami responden adalah kesulitan dalam menggigit atau mengunyah makanan (73,68%). Kesulitan dalam menggigit atau mengunyah makanan pada penelitian di Nigeria hanya mendapatkan persentase sebesar 1,3% dari total responden dan merupakan presentase terkecil pada penelitian tersebut(7).

Emosi yang tidak terkendali seperti mudah marah, rasa malas dalam menjalani aktivitas sehari-hari, serta perasaan sensitif terhadap suara-suara keras ketika dentalgia dialami oleh 66,30% responden penelitian. Emosi yang sulit

79 1 47 47 13 14 12 12 3 88,76% 1,12% 52.81% 52.81% 14.61% 15.73% 13.48% 13.48% 3.37% GK GP GS GB FM KT LM TG UD Jum lah R es po n den ( N = 89 ) keterangan :

GK = Gigi berlubang/kuman KT = Kondisi tubuh GP = Gigi patah (fraktur) LM = Lupa menggosok gigi

GS = Gigi sensitif/linu TG = Tumbuh gigi

GB = Gusi bengkak UD = Udara dingin

(13)

dikontrol ketika dentalgia merupakan dampak kedua dari dentalgia. Hal tersebut terjadi karena dentalgia dapat membuat seseorang mengalami pengalaman negatif yang tidak diharapkan pada kehidupan sehari-hari seperti susah tidur, berkurangnya produktivitas di tempat kerja, absen di sekolah, serta penolakan beberapa jenis makanan(59).

Gambar 4.5 Diagram Jenis Gangguan yang dirasakan Responden

3. Respon Responden terhadap Dentalgia

Mayoritas responden penelitian menyatakan setuju untuk melakukan pengatasan dan pengobatan dentalgia (92,63%), setuju untuk memelihara kesehatan gigi dengan cara memeriksakan kondisi kesehatan gigi secara rutin (kontrol) ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau klinik gigi (84,21%), dan setuju untuk melakukan pencegahan (prevention) terjadinya dentalgia (93,68%). Menggosok gigi merupakan salah satu pencegahan dentalgia terutama yang disebabkan karies(60).

Beberapa responden penelitian tidak mengetahui alasan pengatasan

dentalgia (4,21%) dan manfaat memeriksakan kesehatan gigi dan mulut (5,26%)

bahkan tidak memerlukan pengatasan dentalgia (3,16%) dengan alasan dapat

0 10 20 30 40 50 60 70 a b c d e f g h i 61 (66,30%) 2 (2,17%) 4 (4,35%) 14 (15,22%) 10 (10,87%) 70 (76,09%) 33 (35,87%) 31 (33,69%) 15 (16,30%) Jum la h R es po n de n ( N = 92) Keterangan :

a. Emosi tidak stabil d. Perasaan tidak nyaman akibat nyeri g. Sakit kepala/pusing

b. Ganggguan pada mata e. Produktivitas terbatas h. Sulit bicara

(14)

sembuh secara sendiri dan menganggap tidak perlu untuk melakukan kontrol kondisi gigi ke klinik gigi ataupun Puskesmas setempat (10,53%). Sebagian kecil responden penelitian tidak mengetahui pentingnya mencegah dentalgia (4,21%), bahkan 2,1% total responden merasa tidak perlu untuk melakukan upaya pencegahan dentalgia. Suatu penelitian di Perusahaan Umum (PERUM) Damri, Bandung menyatakan bahwa hampir seluruh karyawan menginginkan perawatan gigi, namun tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut karena faktor ekonomi serta masih banyak yang anggapan bahwa biaya untuk melakukan perawatan gigi masih cukup tinggi(61).

Tabel 4.8 Tanggapan Responden terhadap Tindakan Dentalgia Respon Responden :

Perlu (%) Tidak Perlu

(%)

Tidak Tahu (%) Tanggapan responden tentang

pengatasan dentalgia 88 responden (92,63%) 3 responden (3,16%) 4 responden (4,21%) Tanggapan responden tentang

kontrol kesehatan gigi ke klinik gigi/puskesmas 80 responden (84,21%) 10 responden (10,53%) 5 responden (5,26%) Tanggapan responden tentang

pencegahan (prevensi) dentalgia

89 responden (93,68%) 2 responden (2,11%) 4 responden (4,21%) Total (N) = 95 responden (100%)

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Responden Penelitian per Dusun
Tabel 4.3 Persentase Pemilihan Terapi Dentalgia Responden
Tabel 4.5 Persentase Terapi Operatif Dentalgia Responden  Tindakan Operatif Dokter Gigi  Jumlah (%)  1
Tabel 4.6 Jenis Obat Pereda Nyeri yang digunakan Responden  Jenis Obat;
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu peningkatan kadar bioetanol dengan penambahan zeolit dengan ukuran partikel yang berbeda diperoleh hasil peningkatan kadar

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang

Berdasarkan analisis kelayakan isi buku teks bahasa Jepang ^?|C _ o‡[ (Naka yoku Nihon de) terbitan Rizqi Press tahun 2011 pada kesesuaian uraian materi dengan kompetensi

Case Base Reasoning (CBR) adalah salah satu metode untuk membangun Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan pengambilan keputusan yang dilihat dari permasalahan dan solusi

Pengelolaan zakat sebenamya telah lama berjalan di masyarakat, baik melalui lembaga amil zakat maupun melalui BAZIS yang telah lama dianjurkan keberadaannya oleh

kelemahan umum yang terjadi secara akut yang disertai dengan menurunnya kadar kalium dalam darah &lt; 3.0 mmol per liter atau kurang.. • Pencetus: pemberian insulin, konsumsi

sangat kecil namun memberikan bentuk geometri yang berbeda sehingga geometri alam semesta tidak dapat ditentukan dari hanya menggunakan data supernova tipe Ia dengan

Disini kami mencoba membuat sebuah sistem inventarisasi gudang yang berbasis web dimana bahasa pemograman yang dipakai adalah Java Server Pages dan untuk database