• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAL 14 SEPTEMBER 1999

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TANGGAL 14 SEPTEMBER 1999"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

/1

ATAS

PERSETUJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG RI TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT

DALAM RAPAT PARIPURNA TERBUKA

DEWAN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 14 SEPTEMBER 1999

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saudara Pimpinan dan Para Anggota Dewan yang terhormat, Hadirin dan Sidang yang kami muliakan,

Perkenankanlah kami mengawali Sambutan Pemerintah ini dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelenggarakan Rapat Paripuma Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada hari ini, Selasa tanggal 14 September 1999.

Pada Rapat Paripuma ini, telah kita dengar dan saksikan bersama pendapat akhir Fraksi-fraksi dan diakhiri dengan persetujuan DPR-Rl terhadap keseluruhan hasil pembahasan RUU

Mudah-mudahan RUU yang baru saJa

tentang Pengelolaan Zakat. disetujui itu dapat

(2)

"

segera memperoleh pengesahan Presiden dan diundangkan. Setelah diundangkan maka Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat secara yuridis berlaku dan menjadi landasan yang kuat untuk memaksimalkan upaya pemberdayaan pengelolaan zakat, termasuk infaq, shadaqah dan sumber-sumber lain yang dianjurkan dan diperintahkan oleh agama, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dengan demikian, kita telah berhasil membangun landasan hukum sebagai aturan dan mekanisme pengelolaan zakat yang berasaskan iman dan taqwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat9

Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat disampaikan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia melalui Amanat Presiden tanggal 24 Juni 1999 Nomor R.31/PUNI/1999, kemudian dilanjutkan dengan Keterangan Pemerintah di hadapan Rapat Paripurna Dewan pada tanggal 26 Juli 1999, Pemandangan Umum Fraksi-fraksi pada tanggal 26 Agustus 1999, Jawaban Pemerintah atas Pemandangan Umum Fraksi-fraksi pada tanggal 31 Agustus 1999 dan diteruskan pembahasannya dalam Pembicaraan Tingkat III DPR-RI, yang berlangsung dari tanggal 1

sampai dengan tanggal 10 September 1999. Sejak Pembicaraan Tingkat II para Anggota Dewan telah menunjukkan perhatian dan komitmen yang sungguh-sungguh atas Rancangan Undang-undang ini. Kesungguhan tersebut memperkaya dan memperdalam pembahasan Tingkat III, baik yang

berkaitan dengan dasar-dasar pemikiran maupun materi muatannya.

(3)

Pemerintah sangat menghargai dan dengan rasa tulus menyampaikan terima kasih serta penghargaan kepada Anggota Dewan, khususnya Komisi VII yang telah membahas RUU ini dengan sungguh-sungguh dan penuh kecermatan dan ketelitian. Yang lebih menarik perhatian dalam kecermatan dan ketelitian tersebut adalah semangat musyawarah, yang mengutamakan nilai-nilai demokrasi, transparansi, dan sportivitas yang selalu menonjol, sehingga pembahasan sangat lancar dan dapat diselesaikan, walapun harus menambah satu hari, yaitu yang semula Pembicaraan Tingkat III dijadwalkan akan berakhir hari Kamis tanggal 9 September 1999 tetapi diundur pada hari Jum' at tanggal 10 September 1999.

Pembicaraan dan pembahasan yang berlangsung dalam suasana kebersamaan, keterbukaan, dan rasa keakraban serta kekeluargaan yang begitu menonjol yang disertai pula dengan keinginan untuk saling memahami sebagai perwujudan prinsip musyawarah untuk menghasilkan sebuah produk legislatifyang bermutu, baik dari segi materi muatan maupun penyusunannya, diharapkan akan sangat besar manfaatnya bagi masyarakat, khususnya para mustahiq atau mereka yang berhak menerima hasil dari upaya pengumpulan zakat. Mustahiq delapan ashnaf yang disebutkan dalam Al-Qur'an, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnussabil, dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar, clan korban bencana alam.

Pemetintah menyadari bahwa ketika Fraksi-fraksi bersama-sama

Pemerintah melewati proses pembahasan substansi RUU yang mengandung

(4)

implikasi yang luas, tentu saja terdapat perbedaan pandangan baik antar Fraksi maupun antara Fraksi dengan Pemerintah yang memerlukan penelaahan mendalam. Perbedaan tersebut terletak pada materi muatan yang diatur dalam RUU yang perlu diubah untuk disempumakan atau dihapus, antara lain mengenai judul RUU, organisasi pengelolaan zakat, lembaga pengelola zakat di masyarakat, kaitan zakat dan pajak, peran bank, biaya operasional badan amil zakat, pengawasan , dan sanksi. Namun perbedaan pandangan dalam mencari kesamaan visi, persepsi, dan interpretasi mengenai hal-hal tersebut, justru telah menghasilkan suatu sikap, pendirian, dan kebenaran yang disepakati bersama. Tidak berlebihan apabila disampaikan penghargaan atas kearifan Pimpinan Komisi VII atas arahan-arahannya sehingga lebih memudahkan jalannya permusyawaratan dan penyelesaian RUU ini.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Sebagaimana telah dilaporkan oleh Pimpinan Komisi VII kepada Pimpinan dan Anggota Dewan dalam sidang yang mulai ini, setelah melalui proses pembahasan yang mendalam RUU yang diajukan oleh Pemerintah telah mengalami perubahan berupa penyempumaan-penyempumaan terutama mengenai substansi RUU. Dengan perubahan tersebut RUU tentang Pengelolaan Zakat selain memenuhi nilai.-nilai yuridis, filosofis, dan sosiologis juga telah menampung sebanyak-banyaknya aspirasi yang hidup dan berkembang di masyarakat, baik yang diterima melalui Rapat Dengar Pendapat Umum yang dilakukan oleh Fraksi-fraksi dan Komisi VII maupun yang disampaikan kepada Departemen Agama. Oleh karena itu maka dalam kesempatan ini pula Pemerintah menyampaikan terima kasih yang

(5)

dalamnya kepada seluruh lapisan masyarakat, baik dari MUI, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya, serta dunia perguruan tinggi dan lembaga sosial Islam terutama yang bergerak di bidang pengelolaan zakat. Demikian pula pikiran para pakar dan perorangan yang langsung disampaikan kepada Pemerintah maupun melalui media massa.

Pada kesempatan yang berbahagia ini pula kami ingin menggans bawahi, bahwa RUU ini disusun untuk memenuhi kebutuhan bagi tertib, teratur, dan terarahnya pelaksanaan ibadah zakat yang telah lama dinanti-nantikan oleh masyarakat. Pengelolaan zakat sebenamya telah lama berjalan di masyarakat, baik melalui lembaga amil zakat maupun melalui BAZIS yang telah lama dianjurkan keberadaannya oleh Pemerintah yang kemudian dikukuhkan dengan SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.29 dan No. 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan BAZIS. Akan tetapi hasil pengumpulan zakat selama ini belum seimbang dengan potensi dan jumlah penduduk muslim di negara kita ini. · Rumusan Pasal 5 RUU telah menegaskan tujuan pengelolaan zakat, yaitu meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, dan meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Rumusan tujuan pengelolaan zakat tersebut yang kemudian diikuti dengan pengaturan berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan zakat dalam RUU ini, tentu tidak akan berarti apa-apa kalau tidak ada dukungan dari semua pihak yang terkait dalam pelaksanaannya, baik dari unsur masyarakat maupun pemerintah.

(6)

..

RUU ini merupakan peraturan perundang-undangan yang regulatif atau bersifat mengatur mengenai berbagai hal yang dapat mendukung tercapainya tujuan pengelolaan zakat. Hal-hal yang tadinya dalam RUU dirasakan belum jelas, setelah melalui pembahasan yang intens dalam pembicaraan Tingkat III, melalui penyempurnaan rumusan baik dalam batang tubuh maupun penjelasan berdasarkan masukan yang telah dituangkan dalam DIM dari masing-masing fraksi, alhamdulillah telah disepakati rumusan yang diharapkan dapat dilaksanakan. Beberapa diantaranya:

1. Mengenai organisasi pengelolaan zakat.

Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan pengurusnya terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah. Badan Amil Zakat Nasional (BAZN) yang berkedudukan di ibukota negara dibentuk oleh Presiden atas usul Menteri, sedang badan amil zakat (BAZ) daerah yang berkedudukan di ibukota provinsi, kabupaten atau kota, dan kecamatan dibentuk oleh gubemur, bupati atau walikota, dan camat atas usul Kepala Kantor Departemen Agama setempat. Di setiap kelurahan dan desa dapat dibentuk unit pengumpul zakat (UPZ) oleh BAZ kecamatan. Demikian pula oleh BAZN dan BAZ daerah yang lain dapat dibentuk UPZ di instansi pemerintah dan swasta sesuai tingkatannya dan sesuai kebutuhan. BAZ disemua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif. Susunan organisasi dan tata kerja BAZ dan UPZ diatur lebih lanjut dengan keputusan menteri.

Selain oleh badan amil zakat, pengelolaan zakat juga dilakukaan oleh lembaga amil zakat (LAZ) yang didirikan oleh masyarakat dan

(7)

I ~

;

keberadaannya dikukuhkan oleh pemerintah setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. LAZ dapat berada dan berkedudukan pada semua tingkatan pemerintahan dan jumlahnya tentu akan lebih banyak dari BAZ.

Tugas pokok BAZ dan LAZ adalah mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesua1 dengan ketentuan agama, dan keduanya bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai tingkatannya. Melalui pembinaan, pelindungan, dan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah kepada amil zakat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3 RUU, diharapkan dapat melahirkan semangat berlomba yang sehat (fastabiqul-khairat) antara BAZ dan LAZ. Hal tersebut tentu akan sangat menguntungkan baik bagi muzakki maupun bagi mustahiq.

2. Mengenai kedudukan badan hukum sebagai muzakki dan mustahiq.

Setelah melalui pembahasan yang panjang dan mendalam akhirnya disepakati kedudukan badan hukum, baik badan usaha, yayasan, Iembaga pendidikan, dan badan hukum lain yang melakukan kegiatan usaha, sebagai muzakki. Sebaliknya, badan hukum juga dapat berkedudukan sebagai mustahiq, yaitu badan hukum yang bergerak di bidang sosial seperti panti asuhan, rumah sakit, lembaga pendidikan, dan lembaga sosial lainnya yang masih memerlukan bantuan. Ketentuan tentang badan hukum sebagai muzakki dan mustahiq diatur dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 2, 3, dan 4, Pasal 2, dan penjelasan Pasal 11 ayat ( 1) tentang zakat mal.

(8)

3. Mengenai pengumpulan zakat.

Kewajiban menunaikan zakat adalah kewajiban yang diperintahkan oleh agama kepada setiap orang muslim yang mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim. Karenanya maka penunaiannya pada prinsipnya adalah berdasarkan kesadaran masing-masing. Oleh karena itu maka Pasal 12 ayat (1) RUU menentukan bahwa pengumpulan zakat dilakukan oleh BAZ dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas pemberitahuan muzakki. Namun demikian penjelasan Pasal 12 ayat ( 1) RUU mengharuskan BAZ untuk bersikap proaktif dalam melaksanakan tugasnya, yaitu dengan melakukan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi serta melakukan tugas penyuluhan dan pemantauan seperti disebutkan dalam penjelasan Pasal 8 RUU. Dalam pengumpulan zakat dari harta muzakki yang berada di bank, BAZ dapat bekerja sama dengan bank atas permintan muzakki, yaitu dengan memberikan kewenangan kepada petugas bank untuk memungut zakat harta simpanan muzakki, yang kemudian diserahkan kepada BAZ. Dalam menunaikan zakatnya, muzakki melakukan sendiri penghitungan harta dan kewajiban zakatnya. Apabila tidak dapat menghitung sendiri, muzakki dapat meminta bantuan BAZ dan/atau BAZ memberikan bantuan kepada muzakki. Selain hal-hal tersebut di atas RUU tentang Pengelolaan Zakat menentukan pula bahwa zakat yang telah dibayarkan oleh muzakki kepada BAZ atau LAZ dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut diatur dalam Pasal 14 ayat (3) RUU yang penjelasannya menyatakan bahwa hal tersebut dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak. Kesadaran membayar zakat akan

(9)

"

..

memacu kesadaran membayar pajak. Pelaksanaannya tentu akan dilakukan oleh masing-masing yang bersangkutan pada saat me!akukan sendiri penghitungan pajaknya.

Selain zakat, BAZ dapat pula menerima infaq, shA.daqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat. Dalam kaitan ini maka BAZ dapat pula berfungsi sebagai baitulmal yang dapat menampung berbagai harta yang terjadi sebagai pelaksanaan dari ketentuan agama, yang hasilnya akan sangat berguna untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

4. Mengenai pendayagunaan zakat.

Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq, yang persyaratan dan prosedumya diatur dengan keputusan Menteri. Hal tersebut diatur dalam Pasal 16 RUU yang penjelasannya menyatakan, bahwa mustahiq delapan ashnaf sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, yakni fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnussabil, dalam aplikasinya dapat meliputi ornag-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti yang telah dikemukakan di atas.

5. Pengawasan dan sanksi.

Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas BAZ dilakukan oleh unsur pengawas sebagai bagian dari organisasi BAZ yang anggotanya terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah, sedang pimpinannya dipilih langsung oleh anggota. Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan BAZ, dan dalam melakukan pemeriksaan keuangan BAZ unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

(10)

I

I •

~

..

Dalam pelaksanaan tugasnya, selain bertanggungjawab kepada Pemerintah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 RUU, BAZ juga memberikan laporan tahunan kepada DPR sesuai dengan tingkatannya. Hal tersebut diatur dalam Pasal 19. Untuk daerah yang tidak ada DPR-nya laporan tahunan tentuDPR-nya diberikan kepada DPRD yang lebih tinggi seperti untuk kota di DKI Jakarta dan untuk kecamatan kepada DPRD kabupaten atau kotamadya.

Dalam melakukan pengawasan terhadap BAZ dan LAZ masyarakat dapat berperan serta, dalam bentuk menyampaikan saran dan pendapat serta memberikan laporan apabila terjadi penyimpangan pengelolaan zakat. Setiap pengelola zakat, baik petugas BAZ maupun petugas LAZ apabila melakukan kelalaian tidak mencatat atau mencatat tapi tidak benar terhadap zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat yang dikelola diancam hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/atau denda sebesar-besamya Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). Tindak pidana tersebut merupakan tindak pidana pelanggaran. Akan tetapi apabila petugas BAZ dan petugas LAZ tersebut melakukan tindak pidana kejahatan, maka yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Ketentuan-ketentuan lain.

RUU juga mengatur tentang pengumpulan zakat dari muzakki warganegara RI yang berada atau menetap di luar negeri. Pengumpulan zakatnya dilakukan oleh UPZ yang berada di perwakilan RI dan hasilnya diteruskan kepada BAZN.

Dalam menunjang pelaksanaan tugas BAZ pemerintah wajib membantu biaya operasional. Melalui ketentuan ini RUU mengharapkan bahwa

(11)

' '

' ,JI

t

..

pelaksanaan tugas BAZ betul-betul akan berhasil dan sekaligus berkeyakinan, bahwa upaya membebaskan masyarakat dari kemiskinan perlu ditempuh melalui cara-cara yang halal serta diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

RUU telah mengamanatkan kepada Menteri Agama untuk membuat aturan pelaksanaan yang berkenaan dengan persyaratan LAZ, susunan organisasi dan tata kerja BAZ, lingkup kewenangan pengumpulan z:akat oleh BAZ, serta persyaratan dan prosedur pendayagunaan zakat. Tugas tersebut insya-Allah dapat segera dilaksanakan.

Dengan demikian Rancangan Undang-undang ini dapat lebih menciptakan wahana baru bagi masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pengelolaan zakat yang sebenarnya sudah lama dinanti-nantikan oleh masyarakat, khususnya umat Islam.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat setelah disetujui, disahkan, clan diunclangkan menjacli Undang-undang akan memberi makna yang sangat berarti dalam upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pengelola zakat clan menumbuhkan kesadaran muzakki dalam melaksanakan kewajiban agamanya. Kalangan Sufi menggambarkan: "Harta itu ibarat ular, ada racun yang mematikan dan obat penawar yang menyembuhkan. Kita harus tahu racun dan penawamya, harus waspada dan bisa memanfaatkannya". Semoga kehadiran UU Pengelolaan Zakat ini bisa menjadi penawar umat Islam yang berharta.

(12)

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Demikianlah Sambutan Pemerintah atas telah disetujuinya Rancangan Undan-undang tentang Pengelolaan Zakat.

Kepada Pimpinan dan Anggota Dewan, kami atas nama Pemerintah mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas segala perhatian, kesabaran, dan dedikasi yang tinggi dalam rangka menyelesaikan tugas yang mulia ini. Dan dalam kesempatan ini pula Pemerintah tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Sekretariat Komisi VII dan Sekretariat Jenderal DPR-RI yang telah membantu segala kebutuhan untuk memperlancar pembahasan Rancangan Undang-undang ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada juru bahasa dari Universitas Indonesia yang telah membantu menyempurnakan rumusan RUU sesl!ai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada para wartawan baik media cetak maupun elektronik yang telah meliput dan menyampaikan hasil pembahasan Rancangan Undang-undang ini kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengikuti pembahasan Rancangan Undang-undang ini. Hasil liputan tersebut merupakan bantuan yang sangat berharga dalam prasosialisasi sebagai bagian dari "legal communication ".

(13)

..

Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian .

Billahittaufieq walhidayah. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

ATAS NA.MA PEMERINTAH

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

H.A. MALIK FADJAR

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Keuangan BPTP LAMPUNG Semester II Tahun 2018 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga pada Perusahaan Daerah

Berkaitan dengan hal itu, mangan ahai fallo dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang didapat, pelaksanaan upacara tersebut selalu

Tabel diatas menjelaskan mengenai klaifikasi teknologi manufaktur yang digunakan untuk pembangunan kapal baru dengan tingkatan yang manual. Teknologi ini sebagian besar

Gegne yang dikutip oleh Ramayulis (2008) menyebutkan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang peserta didik untuk

Harga yang dirasa adil oleh pelanggan akan membuat pelanggan akan memunculkan komitmen untuk membeli kembali pada toko online tersebut yang dapat disimpulkan dari penelitian ini

Dengan adanya regulasi mengenai pengelolaan keuangan Organisasi Pengelola Zakat, maka pengelolaan zakat baik oleh Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ),

38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, maka pelaksanaan zakat dilakukan oleh satu wadah, yakni Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah bersama masyarakat dan