• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik agraria merupakan fenomena yang kerap terjadi dalam kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Konflik agraria merupakan fenomena yang kerap terjadi dalam kehidupan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik agraria merupakan fenomena yang kerap terjadi dalam kehidupan masyarakat, karena dalam hal keperluan tanah pasti memerlukan jaminan-jaminan hukum, penguasaan atas penggunaan pemanfaatan tanah atau kepemilikan. Tanah memiliki banyak fungsi yang cukup bagi masyarakat. Konflik agraria antara masyarakat dengan pihak korporasi, masyarakat dengan pihak pemerintah merupakan suatu masalah serius dalam hal pertanahan pada sektor pembangunan di wilayah Indonesia.

Konflik agraria di era modern ini merupakan konflik yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan atas tanah. Hal ini disebabkan karena berbagai kebutuhan tentang tanah yang semakin berkembang dengan peningkatan atas kebutuhan jumlah bidang tanah yang semakin terbatas. Hal ini menuntut pihak-pihak korporasi dalam penggunaan dan penataan tanah untuk kesejahteraan masyarakat dan terutama kepastian hukumnya. Pemerintah dituntut untuk mengupayakan penyelesaian konflik agraria yang dapat merugikan masyarakat misalnya tanah yang tidak dapat digunakan karena tanah tersebut merupakan tanah sengketa.

Provinsi Kalimantan Timur khusunya Kota Bontang yang terletak di wilayah kurang lebih 150 km di Utara Samarinda. Kota Bontang memiliki peran penting dalam pembangunan Kaltim maupun pembangunan nasional. Kota Bontang merupakan suatu wilayah otonomi dengan ketersediaan berbagai sumber daya alam yang melimpah. Kota Bontang sangat menjanjikan kalangan investor dalam

(2)

2 berbagai peluang usaha yang di dukung dengan tersedianya kandungan berbagai macam sumber daya alam. Kekayaan alam tersebut, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat ialah minyak, batu bara, gas alam, dan lain-lain.

Kota Bontang sesuai dengan visinya sebagai kota industri dan jasa berskala regional merupakan fenomena baru sebuah kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk luar daerah Kota Bontang untuk mengadu nasib. Sehingga tidak jarang konflik yang terjadi di Kota Bontang adalah konflik dalam hal memperebutkan hak milik tanah sebagai salah satu tanah lokasi yang menunjang produksi kehidupan manusia dan juga merupakan salah satu bagian berupa kesejahteraan masyarakat di dalam suatu negara. Persoalan konflik agraria yang terkait dengan pembagian, peruntukan, dan kepemilikan tanah ini tidak hanya terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, tetapi juga dapat terjadi antara kelompok dengan kelompok karena sama-sama memiliki kepentingan atas kepemilikan tanah. Salah satu kasus konflik agraria di Kota Bontang terjadi antara PT Energi Unggul Persada dengan masyarakat di Kota Bontang khususnya di wilayah Segendis RT 12 kelurahan Bontang Lestari. PT Energi Unggul Persada merupakan investor pabrik CPO (Crude Palm Oil) yang merupakan bagian dari Gama Corporation (Gamacorp). PT Energi Unggul Persada ialah salah satu perusahaan swasta dengan komoditas pengolahan industri minyak kelapa sawit yang akan memproduksi minyak goreng dan biodiesel. PT Energi Unggul Persada juga akan mengembangkan pabrik berbagai jenis turunan CPO atau kelapa sawit. Masyarakat Bontang Lestari khususnya di wilayah Segendis yang juga memiliki catatan yang cukup panjang dalam proses persoalan konflik agraria dengan korporasi PT Energi Unggul Persada.

(3)

3 Konflik agraria antara PT Energi Unggul Persada dengan masyarakat Bontang Lestari bukan persoalan baru, permasalahan tanah terjadi sekitar sejak tahun 2018 akhir dan catatan sebagai kasus claim tanah milik masyarakat yang bersatu menjadi Kelompok Tambak Damai Indah atau biasa disebut sebagai kelompok masyarakat Bontang sekitar 92,7 Hektar tanah dari 128 Hektar pada pembebasan lahan pertama yang dilakukan oleh pihak korporasi. Diduga karena adanya pengakuan dari kelompok masyarakat yang lain sebagai pemilik agraria di lokasi PT Energi Unggul Persada. Permasalahan lain juga muncul akibat adanya kegiatan operasi yang dilakukan oleh PT Energi Unggul Persada yang belum mengantongi izin mengenai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan juga persoalan mengenai pelibatan masyarakat lokal dalam proses pembangunan pabrik sehingga membuat keadaan ini semakin merumit. Tindakan konflik yang dilakukan masyarakat kepada pihak korporasi yaitu dengan melakukan aksi kekerasan antar kelompok, aksi demo di Kantor Walikota dan menutup akses jalan kegiatan pembangunan perusahaan. Pelaksanaan operasi kegiatan pembangunan pabrik diberhentikan sementara pada tahun 2019 untuk meredam konflik antara pihak PT Energi Unggul Persada yang mengaku tanah yang di kelola telah sesuai status dan peruntukan dengan bukti legalitas sertifikat yang telah dikantongi dan juga pihak korporasi telah memiliki semua berkas perizinan baik dari daerah maupun provinsi.

Kasus konflik yang terjadi antara Korporasi yaitu PT Energi Unggul Persada dan masyarakat juga melibatkan pemerintah di dalamnya. Kedudukan pemerintah (negara) membentuk tim penyelesaian dinamika konflik dengan proses mediasi menuju perdamaian. Karena masyarakat merasa bahwa konflik yang terjadi ini

(4)

4 berkaitan dengan pemerintah yang telah mengeluarkan izin pembangunan korporasi. Tindakan yang dilakukan pemerintah yaitu dengan mempertemukan antara pihak masyarakat, lembaga masyarakat dan juga pihak dari PT Energi Unggul Persada di dalam suatu ruangan dengan melakukan mediasi untuk meredam konflik yang terjadi. Namun, kegiatan mediasi yang dilakukan oleh pemerintah ini belum juga selesai karena masih banyak proses-proses yang harus di ketahui bukti-buktinya.

Pemberhentian sementara seluruh kegiatan operasi perusahaan PT Energi Unggul Persada dibuktikan dengan adanya surat Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Pada tanggal 12 Juni 2019 melalui no surat 503/351/DPMPTSP 04 yang bersifat penting berisi tentang : Menindak lanjuti Surat Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tanggal 13 November 2018 Nomor : 503/1613/DPMTKPSTP 05 Perihal penghentian sementara kegiatan, surat Nomor : 503/106/DPMPTSP 04 Tanggal 7 Februari 2019 perihal penghentian sementara kegiatan pematangan tanah, dan surat Nomor : 503/337/DPMPTSP/ 04 Tanggal 26 Maret 2019 tentang penghentian sementara kegiatan dan berdasarkan hasil Rapat Kerja Gabungan Komisi I dan Komisi III DPRD Kota Bontang tanggal 10 Juni 2019 yang merekomendasikan untuk penghentian seluruh aktifitas kegiatan proyek PT Energi Unggul Persada, bersama ini hal-hal sebagai berikut :

(5)

5 1. PT Energi Unggul Persada, segera menghentikan sementara selutuh kegiatan pembangunan proyek CPO yang berlokasi di Segendis Kelurahan Bontang Lestari Kelurahan Bontang Lestari sampai dengan diterbitkannya seluruh perizinan yang diperlukan;

2. PT Energi Unggul Persada agar melaporkan perkembangan pemenuhan komitmen dalam izin lingkungan yang terbit melalui sistem Online Submission (OSS), izin pemanfaatan kayu (IPK) dari Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) Samarinda dan Andalalin dari Dinas Perhubungan Kota Bontang kepada Walikota Bontang cq. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Demikian mengenai surat perintah pemberhentian sementara seluruh kegiatan operasi perusahaan PT Energi Unggul Persada. Tetapi dalam kenyataan di lapangan PT Energi Unggul Persada masih melakukan kegiatan pembangunan perusahaan. Padahal, harapan masyarakat yaitu menginginkan perusahaan PT Energi Unggul Persada berkomitmen pada aturan yang telah berlaku dan melengkapi berbagai izin penyelesaian konflik tanah dan melengkapi izin-izin pembangunan termasuk izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup setelah itu boleh membicarakan mengenai kepentingan masyarakat.

Berbagai macam kegiatan pelaksanaan operasi yang diduga oleh masyarakat telah menyalahi aturan yang ada salah satu pelaksanaan yang dilakukan di Segendis RT 12 oleh pihak PT Energi Unggul Persada salah satunya yaitu melakukan kegiatan penggalian C. Penggalian C atau galian golongan C menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 Tentang ketentuan-ketentuan pokok Pertambangan

(6)

6 yaitu kapur, pasir, marmer, andesit gypsum. Pastinya yang dinamakan dengan kegiatan pertambangan memiliki dampak lingkungan masing-masing. Potensi bahan galian C memberikan dampak bagi lingkungan secara khusus bagi rona lingkungan sungai (Kompasiana.com).

Menurut masyarakat izin galian C di wilayah Bontang tidak diperbolehkan, meskipun diperbolehkan harus melalui Dinas PTSP (Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Provinsi dalam bentuk izin usaha penambangan. Namun pihak dari PT Energi Unggul Persada belum mengantongi beberapa izin pelaksanaan kegiatan operasi.

Perusahaan CPO (Crude Palm Oil) yang berlokasi di Segendis Kelurahan Bontang Lestari, keberadaan PT Energi Unggul Persada memberikan dampak positif dan dampak negatif untuk masyarakat sekitar. Efek positif kehadiran korporasi merupakan suatu faktor dalam memperoleh sukses dan mampu memberikan suatu standar kehidupan yang lebih baik lagi kepada petani kelapa sawit yang kebanyakan dari masyarakat sekitar. Keberadaan korporasi ini juga secara tidak langsung dapat membantu perkembangan dalam sektor ekonomi masyarakat dengan peluang lowongan pekerjaan pada masyarakat sekitar. Dampak negatif nya ialah dimana dalam kasus ini selalu ada permasalahan konflik yang terjadi salah satunya berkaitan dengan adanya konflik agraria milik masyarakat dan juga belum lengkapnya dokumen perizinan yang dikantongi oleh pihak PT Energi Unggul Persada sehingga menghambat kegiatan pembangunan perusahaan.

Beberapa waktu terakhir ini persoalan konflik agraria di Indonesia terus meningkat. Hampir setiap bulan media massa baik lokal maupun internasional memberitakan konflik agraria yang terjadi. Konsorsium Pembaharuan Agraria

(7)

7 (KPA) mencatat telah terjadi 450 konflik agraria sepanjang tahun 2016, dengan luasan wilayah 1.265.027 Ha dan melibatkan 86.745 KK yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun sebelumnya tercatat 252 konflik agraria, sehingga terdapat peningkatan signifikan di tahun ini, yang hampir dua kali lipat angkanya. Luas wilayah konflik 1.265.027 Ha, perkebunan menempati urutan yang pertama dengan luasan wilayah sebesar 601.680 Ha. Disusul dengan berturut-turut sektor kehutanan seluas 450.215 Ha, sektor properti seluas 104.379 Ha, sektor migas seluas 43.882 Ha, sektor infrastruktur seluas 35.824 Ha, sektor pertambangan 27.393 Ha, Sektor pesisir 1.706 Ha, dan terakhir sektor pertanian dengan luas 5 Ha. Jika data ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka terjadi peningkata sebesar dua kali lipat dari luasan wilayah konflik di sektor perkebunan (http://www.kpa.or.id/news/blog/kpa-launching-catatan-akhir-tahun-2016/. Diakses 29 Desember 2019 pukul : 13.52 WIB).

Studi konflik agraria telah dilakukan oleh Kus Sri Antoro yang berjudul Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik Agraria: Studi Perbandingan Antara Ranah Kebijakan Dan Ranah Perjuangan Agraria yang isinya berupa gagasan konseptual atas perbandingan hasil penelitian dan kenyataan di masyarakat yang terkait dengan penyelesaian konflik agraria. Penelitian yang dimaksud berjudul Kebijakan Penyelesaian Konflik Agraria Kontemporer, yang merupakan salah satu Riset Sistematis yang dilaksanakan oleh STPN pada tahun 2012, sedangkan kenyataan di masyarakat yang dimaksud berupa laporan-laporan mengenai dinamika konflik dan perjuangan agraria di beberapa daerah yang dihimpun oleh Forum Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA), yang telah dipublikasikan oleh FKMA dan media resmi lainnya. Menelusuri serta membandingkan gagasan konseptual atas kedua

(8)

8 sumber yang tertulis, ,maka naskah ini memiliki tujuan untuk memetakan berbagai pendekatan dan model penyelesaian konflik agraria, khususnya dengan menurut persepsi dan kepentingan tiga aktor dalam ekonomi politik agraria, yaitu negara; pasar; dan masyarakat (Antoro,2013).

Ahmad Zuber juga mengemukakan konflik agraria pada jurnal yang berjudul Konflik Agraria Di Indonesia. Bentuk deskripsi konflik agraria di Indonesia, sampai dengan saat ini banyak konflik agrarian muncul di Papua, Jawa dan Kalimantan dan Sumatera. Konflik terdiri dari banyak kepentingan dan tidak adanya kebijakan pemerintah yang mengaturnya. Implikasinya konflik agraria menjadi konflik laten. Konflik ini menyebabkan banyak kerusakan bagi negara dan masyarakat (Zuber, 2003).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat di ajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana dinamika konflik antara korporasi dengan masyarakat di Segendis RT 12 Kelurahan Bontang Lestari?

2. Bagaimana proses mediasi dalam dinamika konflik antara Korporasi dengan masyarakat untuk penyelesaian konflik?

1.3. Tujuan Penelitian

(9)

9 1. Untuk mengetahui dinamika konflik agraria antara korporasi dengan

masyarakat di Segendis RT 12 Kelurahan Bontang Lestari

2. Untuk mendeskripsikan dan memahami proses mediasi dalam dinamika konflik agraria antara Korporasi dengan masyarakat untuk penyelesaian konflik

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi pengembangan kajian studi sosiologi, khususnya mengenai kajian dalam bidang sosiologi industri dan Konflik Sumber Daya Alam (SDA). Sekaligus mengembangkan konsep konflik dan teori konflik milik Karl Marx dan mengembangkan analisis mediasi berdasarkan teori konflik milik Lewis A. Coser.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada :

1. Pembaca, berguna untuk memberikan informasi mengenai mediasi dalam dinamika konflik antara korporasi dengan masyarakat

2. Diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan mengungkap penelitian yang selanjutnya sekaligus memberi sumbangan besar terhadap pengembangan teori-teori sosiologis.

(10)

10 Definisi konsep ialah gambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dan konsep atau istilah-istilah tertentu yang bersifat konstruktif, formal, dan mempunyai pengertian secara abstrak.

1.5.1. Mediasi

Mediasi menurut Syahrizal Abbas ialah keberadaan pihak ketiga sebagai fasilitator para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan suatu persoalan atau perselisihan. Penjelasan ini cukup penting untuk membedakan dengan bentuk-bentuk alternative penyelesaian sengketa lainnya (Abbas, 2009).

Mediasi menurut Gary Goodpastere (1995:1) pertimbangan penyelesaian sengketa dalam masyarakat tradisional melalui musyawarah lebih ditekankan untuk menjaga keharmonisan kelompok dan kadang-kadang mengabaikan kepentingan dari pihak-pihak yang bersengketa. Mediasi merupakan suatu proses negosiasi pemecahan masalah dimana ada pihak luar yang tidak memihak atau netral bekerja dengan pihak yang bersengketa bertujuan untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan. Berbeda dengan hakim atau arbiter, mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak. Namun, dalam hal ini para pihak menguasakan kepada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi diantara mereka (Sumardjono M. S., 2008, hal. 5).

Asumsinya bahwa pihak ketiga mampu mengubah kekuatan dan dinamika sosial hubungan persoalan konflik dengan cara mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku pribadi para pihak, dengan memberikan pengetahuan dan

(11)

11 informasi, atau dengan menggunakan proses negosiasi yang lebih efektif. Sehingga membantu para peserta untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dipersengketakan (Saifullah, 2009, hal. 76).

1.5.2. Dinamika Konflik

Analisis dinamika melihat pada penahapan konflik. Penahapan konflik melihat pada kualitas dan kuantitas model tindakan yang berkonflik. Jika mengacu pada analisis sosiologi Konflik Wehr dan Bartos (2003), dinamika konflik bisa dilihat dari tingkat kekerasan atau coercive action. Eskalasi konflik semakin tinggi ketika intensitas tindak koersif semakin tinggi dan mematikan. Konflik mengalami deeskalasi ketika tingkat kekerasan mengalami penurunan. Menurut Fisher, 2001:19 dalam Fisher membagi tahapan dinamika konflik menjadi prakonflik, konfrontasi, krisis, akibat dan pasca konflik (Susan, 2019, hal. 94).

1.5.3. Konflik Agraria

Pengertian agraria juga dapat dilihat dari segi terminologi bahasa, pengertian agraria dapat juga ditemukan pada Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Hal tersebut diketemukan apabila membaca peraturan dan pasal yang terdapat didalam peraturan Undang-undang Pokok Agraria. Hukum agraria mempunyai arti atau makna yang luas. Pengertian bumi meliputi permukaan bumi (yang disebut tanah), tubuh bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air (pasal 1 ayat (4) jo. Pasal 4 ayat (1) (Supriadi, 2012, hal. 1). Sehingga pengertian Agraria adalah masalah tanah dan semua yang ada di dalam dan di atasnya.

(12)

12 Konflik agraria juga sama dengan konflik sengketa penguasaan hak tanah. Dimana menurut Rusmadi Murad, pengertian konflik agraria atau dapat juga dikatakan sebagai sengketa penguasaan hak atas tanah, ialah dimana tiimbulnya sengketa hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang atau badan) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan hukum yang berlaku. Sengketa tanah adalah proses interaksi antara dua orang atau lebih, dimana kelompok masing-masing memperjuangkan kepentingannya atas objek yang sama, yaitu tanah dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah seperti air, tanaman, tambang juga udara yang berada dibatas tanah yang telah bersangkutan.

1.5.4. Korporasi

Pengertian korporasi secara global adalah Kelompok usaha yang dicirikan oleh bergabungnya modal dari pemilik yang berjumlah banyak dan jual beli dilakukan lewat penjualan saham. Selain itu wilayah (area) bisnis sudah lintas negara bangsa atau transnasional (Susilo, 2012, hal. 249).

1.5.5. Masyarakat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1). Interaksi antar warga warganya, 2).

(13)

13 Adat istiadat, 3). Kontinuitas waktu, 4). Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009, hal. 115-118).

Menurut Selo Soemardjan dalam (Soekanto, 2006, hal. 22) adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

1.6. Metode Penelitian

Pengertian dari metode penelitian ialah merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang dapat diperhatikan, ialah salah satunya dengan cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah merupakan kegiatan penelitian yang didasari pada ciri-ciri keilmuan, secara rasional, empiris, dan sistematis. Rasional ialah kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga dapat terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris ialah cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang telah digunakan. Sistematis ialah suatu proses yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2011, hal. 2).

Pengertian dari metode penelitian yang lain ialah suatu cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan guna memperoleh tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, cara-cara yang dapat digunakan bersifat operasional dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang untuk merealisasikan tujuannya. Sehingga pengertian lain menurut Sutrisno mengatakan bahwa Metode research yang diketahui sekarang ialah memberikan garis-garis yang sangat keras, maksud

(14)

14 lain adalah agar dapat menjaga pengetahuan yang ingin dicapai dari suatu research mempunyai karya ilmiah yang setinggi-tingginya (Hadi, 1986, hal. 4).

1.6.1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang memusatkan pada gejala kehidupan sosial manusia. Proses penelitian ini bertujuan untuk memahami gejala sosial yang berada di lingkungan manusia yang disusun melalui gambaran yang kompleks dan menyeluruh menurut pandangan seluruh informan dan dalam setting alamiah (Sugiyono, 2011).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretatif dengan menggunakan penafsiran peneliti. Metode yang digunakan untuk menelaah masalah penelitiannya agar mendapatkan data yang kongkrit dikenal dalam penelitian kualitatif sebagai triangulasi data (Idrus, 2012).

Pendekatan kualitatif biasa disebut dengan penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi alamnya, ada juga yang menyebut sebagai penelitian etnografi karena pada awalnya pendekatan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian antropologis. Penelitian kualitatif juga dikemukakan oleh Nasution yaitu penelitian yang pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2003, hal. 5).

Penelitian kualitatif juga dikemukakan oleh Lexy J. Moleong dimana kualitatif secara fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam

(15)

15 kawasannya sendiri juga berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya (Moleong, 1996, hal. 3).

Peneliti mengambil pendekatan kualitatif sesuai dengan permasalahan yang diteliti dikarenakan peneliti ingin melihat dan memahami bagaimana dinamika konflik agraria antara korporasi dengan masyarakat dan juga melihat proses mediasi dalam dinamika konflik agraria antara korporasi dengan masyarakat untuk penyelesaian konflik.

1.6.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian Studi Kasus. Penelitian Studi Kasus berasal dari terjemahan dalam bahasa Inggris “A Case Study” atau “Case Studies”. Kata “Kasus” diambil dari kata “Case” yang menurut Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1989; 173), diartikan sebagai “instance or example of the occurance of sth, “actual state of affairs; situation”, dan “circumstances or special conditions relating to a person or thing”. Secara berurutan artinya ialah kejadian sesuatu, kondisi aktual dari keadaan atau situasi, lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu.

Dari definisi tersebut ditarik kesimpulan bahwa Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat.

(16)

16 Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (Sayekti, 1992, hal. 34) yang menyatakan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian. Moh. Surya dan Djumhur mengatakan pendapat dari yang menyatakan bahwa studi kasus dapat diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang baik (Sayekti, 1992, hal. 1).

Menururt Lincoln dan Guba penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu (Mulyana, 2004, hal. 201):

a. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa

yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu gambaran studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap tentang mengenai dinamika konflik yang terjadi antara

(17)

17 korporasi dengan masyarakat maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus untuk menjelaskan gambaran situasi dan peristiwa secara mendetail.

1.6.3. Unit analisis

Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus yang diteliti. Unit analisis merupakan suatu penelitian yang dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan fokus penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan analisis messo yang terjadi dalam skala menengah yang melibatkan lingkungan dan kelompok-kelompok kecil yang difokuskan terhadap dinamika konflik agraria dan proses mediasi dalam upaya penyelesaian konflik. Cara yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu mengamati secara mendalam, dan melihat realitas yang terjadi sebelum dan sesudah adanya konflik agraria antara korporasi dengan masyarakat tersebut.

1.6.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive), sesuai dengan judul dari penelitian ini, yaitu Dinamika Konflik Agraria Antara Korporasi dengan Masyarakat.

(18)

18 Lokasi penelitian dilakukan di Segendis RT 12 Kelurahan Bontang Lestari Kelurahan Bontang Lestari, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi berdirinya perusahaan PT Energi Unggul Persada dan lokasi tersebut yang merupakan lokasi terjadinya konflik agraria antara PT Energi Unggul Persada dengan Masyarakat.

1.6.5. Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Penelitian kualitatif memerlukan data-data atau informasi dari berbagai sumber yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk itu harus ditentukan subyek penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution bahwa dalam penelitian kualitatif, yang dijadikan subyek hanyalah sumber yang dapat dijadikan informasi. Subyek berupa peristiwa, manusia, situasi yang di observasi. Jadi subyek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu (Nasution, 2003, hal. 23). Istilah subyek penelitian merujuk pada orang / individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti (Faisal, 2005, hal. 109). Pada penelitian kualitatif tidak dikenal istilah informan atau subyek penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dijadikan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah informan atau subyek yang dipilih untuk diwawancarai sesuai dengan tujuan. Subyek yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan judul dari penelitian ini yaitu mediasi dalam dinamika konflik agraria antara korporasi

(19)

19 dengan masyarakat studi di Segendis. Peneliti dalam mencari subyek terkait dengan masalah yang akan diteliti memiliki kriteria antara lain :

a. Pihak Korporasi PT Energi Unggul Persada b. Dinas Penanaman Modal, Tenaga Kerja dan PTSP

c. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan d. Dinas Lingkungan Hidup

e. Dinas Perhubungan

f. Kecamatan Bontang Selatan g. Kelurahan Bontang Lestari

h. Ketua RT 12 Segendis Kelurahan Bontang Lestari i. Kelompok Tambak Damai Indah

j. Kepala Lembaga Advokasi Warga

k. Ketua LSM LP3M (Lembaga Peduli Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat)

l. Masyarakat di sekitar perusahaan PT Energi Unggul Persada

1.6.6. Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian dinamika konflik ini terdiri dari 2 kategori yaitu :

a. Data Primer

Data yang didapatkan melalui subyek langsung dari Dinas Pemerintahan, tokoh masyarakat, lembaga masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak korporasi PT Energi Unggul Persada, dan hasil observasi dan pihak-pihak yang mendukung penelitian.

(20)

20 b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari pustaka baik berupa dokumen, buku, situs internet yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Kedua data tersebut berguna untuk mengukur dinamika konflik dan upaya penyelesaian konflik yang dilihat berdasarkan temuan lapangan yang didapatkan oleh peneliti.

1.6.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data uang memenuhi standar data ang ditetapkan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui beberapa metode, yaitu (Sugiyono, 2011, hal. 224) :

1) Observasi

Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan observasi partisipatif. Peneliti akan terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang di amati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi Partisipatif ini, maka data yang di peroleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak pada subyek penelitian (Sugiyono, 2014, hal. 145).

(21)

21 Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data melalui terjun langsung ke lapangan. Data yang didapatkan melalui melihat realita yang ada tersebut akan mencatat bukti-bukti empiris pada sebuah obyek penelitian. Sebagai upaya untuk memahami kondisi di sekitar, teknik observasi memiliki kecenderungan untuk mendapatkan data dari mana saja ketika berada ditempat penelitian sehingga peneliti harus tetap berada dalam konteks yang diteliti. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung.

Observasi menurut Suharsimi Arikunto ialah cara agar memperoleh data yang diinginkan dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti. Observasi juga perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian dalam menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau studi disengaja dengan sistematis tentang keadaan fenomena sosial serta gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat (Arikunto S. , 1989, hal. 63).

Sedangkan Observasi menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesasihannya (validitasnya) (Akbar, 2009, hal. 52). Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan yakni di Segendis dengan melihat dan mengamati peristiwa yang telah terjadi.

(22)

22 Tahap awal sebelum peneliti melakukan wawancara terhadap subyek yaitu peneliti melakukan tahap observasi. Dengan adanya observasi membuat peneliti lebih mengetahui objek, kondisi, dan bagaimana terjadinya keadaan lokasi. Observasi ini dilakukan dengan mendatangi lokasi secara langsung, lalu menghubungi pihak LSM LP3M yang dimana sudah kenal dekat dengan peneliti, lalu mendatangi ketua RT 12, dan melakukan pelengkapan perizinan penelitian di Kelurahan Bontang lestari dan juga instansi-instansi yang terkait. Setelah peneliti melakukan kelengkapan izin penelitian lalu peneliti membuat janji untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya yaitu dengan melakukan wawancara.

Observasi awal dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu tanggal 27 November 2019. Peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada ketua LSM LP3M (Lembaga Peduli Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat) Bontang Lestari mengenai kejadian konflik yang terjadi di wilayah Segendis, Bontang Lestari. Observasi kedua dilakukan pada hari Selasa tanggal 13 April 2020 peneliti kembali melakukan observasi ke lokasi berdirinya perusahaan yaitu di Segendis, Bontang Lestari dan kembali menemui Ketua LSM LP3M untuk mengadakan kesepakatan dalam melakukan wawancara dengan narasumber lainnya untuk mendapatkan data yang lebih detail. Observasi ketiga pada hari Kamis tanggal 16 April 2020 peneliti melakukan observasi sekaligus wawancara kepada pihak Dinas Lingkungan Hidup dan SDA yaitu Anwar dan pihak Dinas Penanaman Modal dan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu)

(23)

23 yaitu Puguh Harjanto S.STP.M.Si. mengenai kelengkapan perizinan perusahaan yang menjadi dinamika konflik. Observasi keempat pada hari Senin tanggal 18 mei 2020 peneliti melakukan observasi ke Kelurahan Bontang Lestari dalam rangka izin untuk melakukan penelitian di Segendis, RT 12 Kelurahan Bontang Lestari. Observasi kelima pada hari Selasa tanggal 19 Mei 2020 peneliti melakukan observasi sekaligus wawancara kepada pihak Dinas Perhubungan yaitu Anwar mengenai penggunaan mobil 10 roda dalam pelaksanaan pembangunan perusahaan. Kemudian observasi keenam pada Rabu tanggal 20 Mei 2020 peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada pihak Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan yaitu Nakrozy dan Maman Suparman mengenai kepemilikan lahan dan juga konflik agraria yang terjadi. Observasi ketujuh pada hari Selasa tanggal 26 Mei 2020 peneliti kembali melakukan obsevasi dan diikuti dengan proses wawancara dan melengkapi berkasa penelitian di Kelurahan Bontang Lestari. Kemudian observasi kedelapan pada pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2020 peneliti melakukan observasi sekaligus wawancara kepada pihak Kecamatan yaitu Hadi Jumianto dan Tajuddin mengenai Arsip atau kelengkapan berkas berdasarkan keaslian legalitas yang terdapat di Kecamatan. Selanjutnya peneliti melakukan observasi kesembilan pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2020 di lokasi berdirinya perusahaan dan diikuti dengan kegiatan wawancara dengan pihak perusahaan yaitu Nanser Gultom dengan tujuan klarifikasi mengenai konflik-konflik yang terjadi antara pihak masyarakat dengan korporasi. Terakhir, peneliti

(24)

24 melanjutkan observasi lapangan yang kesepuluh pada hari Senin tanggal 1 juni 2020 di Ketua RT 12 dengan tujuan mencari informasi mengenai dinamika konflik yang terjadi di Segendis RT 12.

2) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (subyek). Dalam proses wawancara ini peneliti ingin mendapatkan data yang dapat digunakan untuk menjelaskan permasalahan tanah yang terjadi. Kemudian data tersebut dapat menguatkan data dari hasil yang didapat pada saat observasi awal (Notoatmodjo, 2012, hal. 139).

Untuk itu instrumen yang digunakan adalah berupa pedoman wawancara (interview guide) yang digunakan untuk mengungkapkan data secara kualitatif. Dengan adanya pedoman wawancara, pertanyaan yang diberikan peneliti untuk memperoleh data dapat lebih terarah. Akan tetapi, informasi yang disampaikan oleh informan tidak dibatasi, sehingga mereka lebih bebas dalam dalam menyampai informasi. Data kualitatif bersifat lebih luas dan dalam mengingat data ini digali oleh peneliti sampai peneliti merasa cukup (Suwandi, 2008, hal. 138). Wawancara dilakukan dengan secara face to face dengan meminta waktu senggang kepada informan untuk dilakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid.

(25)

25 Data di peroleh secara langsung dan melakukan tanya jawab dengan informan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Setiap informan akan mendapatkan pertanyaan yang sama. Percakapan secara intensif dengan masing informan agar dapat menggali informasi penting seputar dinamika konflik agararia.

Wawancara merupakan bagian dari teknik yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini, hal ini peneliti anggap sebagai keadaan dimana informasi diperoleh dengan melanjutkan teknik pengamatan yaitu wawancara atau dengan menanyai para informan guna menghasilkan informasi yang mampu menjawab permasalahan di dalam penelitian ini. Peneliti juga berusaha untuk melakukan wawaancara secara face to face atau bertatap muka secara langsung. Pada tahapan ini peneliti dalam menghimpun data ialah melakukan wawancara dan diskusi mengenai Dinamika Konflik kepada beberapa pihak yang terlibat di dalam terjadinya konflik dan penyelesaian konflik.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara terbuka dan terstruktur. Wawancara terbuka memungkinkan informan memberikan jawaban atau informasi secara terbuka sehingga peneliti mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penelitian ini. Selama proses wawancara, penulis akan mendengarkan dan mencatat informasi yang penting.

Wawancara yang dilakukan dengan subyek telah ditentukan oleh peneliti, yaitu kepada pihak pemerintahan, instansi terkait dan juga masyarakat yang terlibat di dalam dinamika konflik. Subyek tersebut

(26)

26 yaitu Pemerintah Kota Bontang, Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu, Dinas Lingkungan Hidup dan SDA, Dinas Perhubungan, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan. Adapun instansi yang terkait yaitu Kecamatan Bontang Selatan dan Kelurahan Bontang Lestari. Adapun subyek yang telah ditentukan oleh peneliti dalam melakukan wawancara yaitu dengan masyarakat pemilik lahan yang bergabung menjadi Kelompok Tambak Damai Indah dengan perwakilan ketua kelompok dan juga penasehat kelompok. Dilanjutkan dengan wawancara kepada Kepala Lembaga Advokasi warga sebagai pemegang kuasa dari konflik agraria, Ketua RT 12 dan sekretarisnya dilanjutkan dengan wawancara kepada pihak LSM LP3M yang mengikuti serta membantu masyarakat dalam memperoleh haknya. Dengan melakukan teknik wawancara, peneliti akan mendapatkan informasi seperti kronologi konflik, latar belakang terjadinya konflik, upaya penyelesaian konflik, hingga mengenai status kepemilikan lahan sebenarnya yang menjadi isu-isu terjadinya dinamika konflik agraria tersebut.

Wawancara pertama dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 2019 pukul 18.17 WITA kepada Walikota Bontang dr. Hj. Neni Moerniaeni Sp.OG lokasi wawancara di Jalan Sam Ratulangi, Rawa Indah. Selanjutnya, wawancara kedua dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 November 2019 pukul 19.15 WITA kepada ketua LSM LP3M (Lembaga Peduli Pembangunan dan Pemberdayaan) Bontang Lestari lokasi wawancara di Kantor Sekretariat LSM LP3M (Lembaga Peduli Pembangunan dan Pemberdayaan) di Jalan Bontang Lestari, Kota

(27)

27 Bontang, Kalimantan Timur. Wawancara ketiga pada hari Kamis tanggal 16 April 2020 pukul 09.00 WITA kepada Dinas Lingkungan Hidup dan SDA dengan lokasi wawancara di Dinas Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Kota Bontang di Jalan MT Haryono. No. 05 RT. 30 Bontang Kuala, Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, lalu dengan hari dan tanggal yang sama di jam yang berbeda yakni pukul 11.00 WITA peneliti melakukan wawancara di Dinas Penaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kantor Dinas PTPS Jalan Awang Long, Bontang Baru, Bontang Utara, Kalimantan Timur. Wawancara keempat pada hari Selasa tanggal 19 Mei 2020 pukul 09.30 WITA kepada Dinas Perhubungan di Jalan Loktuan, Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Wawancara kelima pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2020 pukul 09.00 WITA kepada Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Bontang di jalan Api-Api, Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur 75313. Wawancara keenam pada hari selasa tanggal 26 Mei 2020 pukul 08.00 WITA peneliti melanjutkan wawancara kepada Kelurahan Bontang Lestari di jalan Ir. Soekarno Hatta No. 14 Kota Bontang, Kalimantan Timur. Wawancara ketujuh pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2020 09.30 WITA peneliti mengklarifikasi data dengan melakukan wawancara kepada Kecamatan Bontang Selatan di Jalan Selat Karimata 1 No. 75321, Tanjung Laut, Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Wawancara ketujuh pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2020 pukul 09.00 WITA peneliti melakukan wawancara kepada pihak korporasi diwakili oleh bagian

(28)

28 HRD PT Energi Unggul Persada untuk mengetahui latar belakang dan kronologi terjadinya konflik. Wawancara kedelapan pada hari Selasa tanggal 2 Juni 2020 pukul 15.30 WITA peneliti melakukan wawancara kepada mantan sekretaris RT 12 yang mengikuti jalannya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pihak korporasi di rumah Sekretaris RT jalan Jalan Letjen Urip Sumoharjo, Bontang Lestari, Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Wawancara kesembilan pada hari Kamis tanggal 4 Juni 2020 peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Lembaga Advokasi Warga yang dimana telah diberikan kuasa oleh masyarakat dalam menangani konflik agraria yang terjadi melalui via telepon dikarenakan sedang menjalani situasi lockdown akibat wabah Covid-19. Wawancara kesepuluh pada hari Minggu tanggal 28 Juni 2020 peneliti melakukan wawancara dengan Ketua Kelompok Tambak Damai Indah di rumah narasumber Jalan Api-Api II Kota Bontang, Kalimantan Timur. Wawancara kesebelas pada hari Senin tanggal 29 Juni 2020 pukul 09.00 WITA peneliti menemui Penasehat Kelompok Tambak Damai Indah di Jalan Cipto Mangunkusumo, Gn. Elai. Bontang-Kalimantan Timur.

3) Dokumentasi/Studi Dokumen

Dokumentasi merupakan catatanyang sudah lampau. Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan khusus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya. Dokemen juga

(29)

29 dapat berupa tulisan, gambar, dan karya monument dari seseorang (Sugiyono, 2014, hal. 240).

Dokumentasi juga sangat penting dalam penelitian ini, sebab dapat memberikan informasi tambahan lebih kepada peneliti dengan kongkret. Sehingga dengan hal ini dokumentasi yang diperlukan ialah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses dinamika konflik agraria antara korporasi dan proses mediasi dalam penyelesaian konflik dengan masyarakat di segendis tesebut. Dokumentasi yang diambil yaitu beberapa tahap hasil turun lapang sampai tahap finishing. Rekaman suara juga termasuk dokumentasi yang perlu diambil saat penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi ketika penelitian sedang berlangsung bisa berupa foto, dokumen-dokumen resmi atau catatan dan berupa rekaman-rekaman audio. Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti memperoleh data melalui benda-benda tertulis buku, dokumen, dan jurnal. Selain berupa benda-benda tertulis dokumentasi juga berupa foto dan rekaman ketika melakukan wawancara dengan subyek. Dokumentasi dalam penelitian ini dapat berupa data-data yang diperoleh dari kelompok masyarakat, instansi yang mengabadikan foto dan video sewaktu terjadinya konflik. Dalam hasil penelitian, peneliti memperoleh dokumentasi berupa berkas-berkas profil Kelurahan Bontang Lestari dari pihak kelurahan langsung dan dokumentasi ketika peneliti melakukan wawancara kepada subyek berupa foto dan rekaman suara.

(30)

30 1.6.8. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011, hal. 224). Analisis data dilakukan terhadap data dari hasil studi pendahuluan ataupun data sekunder. Hal ini untuk mendapatkan fokus penelitian sebelum peneliti masuk ke lapangan.

Miles dan Huberman (1984) dalam (Sugiyono, 2011, hal. 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data dapat dilakukan berdasarkan langkah-langkah berikut : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.

A. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2011, hal. 247). Dalam penelitian ini misalnya, ketika peneliti melakukan pengumpulan data terhadap informan, mereka sangat banyak memberikan informasi mengenai dampak yang mereka rasakan semenjak terjadinya

(31)

31 konflik tersebut. Maka dari berbagai dampak yang mereka rasakan peneliti hanya memfokuskan pada dampak yang terlihat secara fisik di lapangan dan yang dirasa penting untuk diteliti lebih lanjut.

B. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks dan bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2011, hal. 249). Penyajian data merupakan proses lanjutan dari reduksi data.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2011, hal. 252). Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan sudah dilakukan pada saat observasi awal. Peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal pokok yang menyebabkan terjadinya sengketa. Namun

(32)

32 kesimpulan tersebut masih bersifat sementara karena belum adanya bukti-bukti yang mendukung. Namun pada saat melakukan penelitian, peneliti sudah mendapatkan data-data ataupun dokumen yang diberikan oleh berbagai pihak yang terlibat. Maka dari itu kesimpulannya dari penelitian ini sudah bersifat kredibel.

1.6.9. Validitas Data

Validitas data merupakan keakuratan dan ketepatan anatara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lainnya. Tujuan dari triangulasi bukan mencari kebenaran dari beberapa fenomena, melainkan lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti mengenai apa yang telah ditemukan (Sugiyono, 2014, hal. 214).

Penelitian ini menggunakan Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi sumber (data) karena peneliti membandingkan informasi yang diperoleh dari satu sumber yang sama dengan teknik yang berbeda dan menentukan waktu yang berbeda. Dari kedua teknik tersebut tentunya menghasilkan sebuah kesimpulan terkait mediasi dalam dinamika konflik antara korporasi dengan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan antara persepsi petani tentang kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan kawasan agropolitan dengan upaya mereka meningkatkan agribisnis

Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah dengan pelatihan dan pembimbingan untuk menerapkan hasil pelatihan (dalam praktek simulasi). Berdasarkan evaluasi yang

Hari ini kita lihat perkara-perkara yang berkaitan dengan penganiayaan seksual misalnya kepada kanak-kanak, kepada wanita begitu berleluasa dan juga perkara-perkara

Disintegrants for Pharmaceutical and Nutraceutical Orally Disintegrating Tablets.. Roquette Freres: Western

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dirumusakan suatu permasalahan pada Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) yaitu, belum diterapkannya media informasi dengan tampilan yang

Jenis Soal Soal Skor 1 3.1 Menganalisis sejarah perkembanga n media 3.1.1 Memahami sejarah perkembanga n media 3.1.2 Menceritakan sejarah perkembanga n media

Apakah terdapat pengaruh secara simultan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, current ratio, return on asset, debt to equity ratio dan umur perusahaan terhadap