• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di setiap negara merupakan hal yang fundamental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di setiap negara merupakan hal yang fundamental"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan pasar modal di setiap negara merupakan hal yang fundamental dalam pembangunan ekonomi. Selain berfungsi sebagai sarana untuk menghimpun dana dan mengalokasikan dana masyarakat, pasar modal sebagai institusi ekonomi juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan dunia usaha. Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan, bahwa di dalam pasar modal sudah sejak lama terjadi tindak kejahatan ataupun pelanggaran-pelanggaran yang sangat merugikan berbagai pihak.1

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasanya diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan itu diantaranya adalah saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call).2

Dasar hukum Pasar Modal di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Dalam Pasal 1 angka 13 UUPM, ditentukan definisi Pasar Modal. Pasar Modal adalah suatu kegiatan yang

1

Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Insider Trading, Kejahatan Di

Pasar Modal, (Jakarta: Books Terrace & Library, 2007), hal. 1.

2

Andrias Harefa, ”Pasar Modal dan Transaksi Saham”, (Jakarta: Rubrik EUREKA/Edukasi dan Ulasan Perencanaan Keuangan/Redaksi Sinar Harapan, 2002), hal. 4.

(2)

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Perdagangan efek di pasar modal, merupakan hal penting bagi kehidupan pasar modal itu sendiri, dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain keterbukaan dan ketersediaan informasi perusahaan emiten, adanya otoritas yang kuat dan regulasi yang cukup. Ketiga Faktor tersebut akan mendukung dalam pembentukan pasar yang efisien yaitu suatu keadaan pasar dimana harga-harga saham yang diperdagangkan di dalamnya mencerminkan informasi tentang keadaan perusahaannya yang sahamnya diperdagangkan di pasar modal tersebut.3

Orang yang terlibat langsung di dalam Pasar Modal merupakan pihak yang menempati posisi sebagai orang yang dipercaya, termasuk orang-orang berkedudukan sebagai direksi, komisaris, pemegang saham, perantara, dan pengawas pasar modal. Orang-orang yang menempati posisi tersebut disebut sebagai orang dalam (insider). Dalam UUPM pada Pasal 95 diberikan arti kepada orang dalam sebagi pihak-pihak yang tergolong dalam Pasar Modal: Pasal 95 UUPM, menentukan:

Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek:

a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau

b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 95 UUPM dapat dikategorikan orang dalam (insider) meliputi: direksi, komisaris, atau pengawas perusahaan terbuka, pemegang

3

(3)

saham utama perusahan terbuka, orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena hubungan kepercayaan, dan lain-lain. Apabila salah seorang di antara direksi, komisaris, pejabat, atau pegawai suatu perusahaan publik menjual saham, maka sebagai investor dan pihak lain harus berhati-hati menyikapi hal tersebut, sebab orang dalam (insider) mungkin saja menjual sahamnya dengan berbagai pertimbangan yang kemungkinan besar merupakan cara untuk menyiasati pasar. Namun, jika orang dalam perusahaan melakukan pembelian saham perusahaan, terutama dalam jumlah yang besar, maka biasanya hanya ada satu alasan yaitu untuk mengharapkan atau memperkirakan bahwa harga saham yang dibelinya itu suatu saat akan naik dan dapat menjualnya dalam waktu dekat untuk memperoleh keuntungan.

Melalui pasar modal, perusahaan publik atau pihak-pihak yang berinvestasi di pasar modal bisa memperoleh dana segar dengan menjual efek melalui prosedur Initial Public Offering (IPO) atau efek utang (obligasi). Namun, dalam kegiatan transaksi efek di Pasar Modal tidak bisa dielakkan dari kejahatan dan pelanggaran. Misalnya kejahatan perdagangan orang dalam (insider trading).4 Pada akhir tahun 2003 dan berlanjut sampai pada tahun 2007 terjadi kenaikan indeks Bursa Efek Jakarta (dulu BEJ sekarang BEI)5

4

Menurut Pasal 104 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, perdagangan orang dalam (insider trading) dikategorikan sebagai kejahatan, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

secara ekstrim. Indeks melonjak dari kisaran 450-500 hingga mencapai di atas 1450-500. Bagi otoritas pasar modal, hal ini seharusnya

5

Koran Internet, “BEJ dan BES Resmi Bergabung Menjadi BEI“, Sabtu Tanggal 01 Desember 2007, Lihat juga di: www.koraninternet.com, diakses tanggal 19 Februari 2011. Pada tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), resmi bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Perubahan nama menjadi BEI melalui Depkum HAM sejak 27 November 2007. setelah perubahan nama kegiatan BEI beroperasi sejak tanggal 3 Desember 2007.

(4)

menjadi perhatian, karena keadaan demikian telah mengancam pasar modal Indonesia disebabkan karena perdagangan orang-orang dalam pasar modal itu sendiri.6

Sejak tahun 2007 sampai pada tahun 2009, indeks BEI menguat hingga 40 persen ditutup pada posisi 2.530,92 poin. Pada bulan ini indeks BEI mencatat rekor tertingginya di posisi 3.645,610 poin. Kenaikan indeks tersebut didukung oleh pelaksanaan prinsip keterbukaan, namun, kenaikan indeks BEI tidak didukung oleh jumlah investor saham yang ada saat ini, dapat dilihat pada sub account yang terdaftar di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dari dulu hingga sekarang tak bergeser dari angka 299.219 investor, itu artinya, pemain saham tidak ada tambahan atau itu-itu saja.7

Pada januari 2010 indeks BEI naik pada level 3.600, hal ini merupakan cerminan investor saham semakin nyakin akan perekonomian nasional kedepan stabil dan akan terus terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, perekonomian nasional mencatat penguatan pertumbuhan ekonomi hingga 6,2 persen sepanjang 2010. Pergerakan indeks BEI tersebut, tidak terlepas dari dukungan kinerja emiten anggota bursa yang baik meskipun tidak terjadi kenaikan jumlah investor.8

Jumlah emiten yang ditargetkan otoritas BEI untuk melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) sebanyak 25 emiten menunjukkan situasi

6

Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Op. cit., hal. 2.

7

http://rambu.wordpress.com/2010/10/20/kenaikan-ihsg-dapat-memprovokasi-investor-oleh-zubi-mahrofi/, diakses tanggal 21 Desember 2012. Ditulis oleh Zubi Mahrofi, judul: “Kenaikan IHSG Dapat Memprovokasi Investor”.

8

(5)

peluang tambahan yang dapat dimanfaatkan para investor di 2010. Pasar modal akan diwarnai aksi korporasi untuk menjaring dana segar dari masyarakat. Maka, dengan peringkat ekonomi Indonesia yang akan naik memicu perusahaan yang membutuhkan dana tambahan untuk ekspansi mencatatkan sahamnya di BEI melalui mekanisme IPO. Pada 2010 tercatat 14 perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di BEI dengan nilai emisi keseluruhan mencapai Rp16,390 triliun.9

Mengingatkan kembali kejadian pelanggaran-pelanggaran di pasar modal dimana telah banyak terjadi kasus yang pada pokoknya akibat dari perdagangan orang dalam. Seperti kasus Indosat pada bulan Mei 2002 sehubungan dengan penjualan saham Indosat melalui cara penawaran terbatas (private placement) yang merugikan negara sebesar lebih kurang Rp.400 Milyar. Indosat gagal mencapai target penjualan saham karena adanya praktek insider trading yang dilakukan oleh perusahaan penjamin penjualan, yaitu Merril Lynch. Sementara perusahaan sekuritas Nusantara dituduh ikut menawarkan saham Indosat tersebut, padahal perusahaan ini belum mendapat izin usaha dari Badan Pengawas Pasa Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

10

9

Dari 14 emiten yang mencatatkan sahamnya dibursa, yakni, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Golden Prima Retailindo Tbk (GOLD). Selain itu, PT Skybee Tbk (SKYB), PT BPD Jabar Banten Tbk (BJBR), dan PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), PT Evergreen Invesco Tbk (GREN), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), serta PT Berau Coal Energy (BRAU), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT CBP Indofood Tbk (ICBP). Calon emiten yang akan listing yakni, PT Tower Bersama Infrastruktur, PT Krakatau Steel, PT Agung Podomoro, PT Midi Utama, PT Aditech Adiwiyasa, PT Wintermar Offshore Marine, PT Bumi Resources Mineral, PT Borneo Energy, PT Megapolitan Development, PT Multifilling Mitra Indonesia, PT Martina Berto, dan Bank Sinar Mas.

10

(6)

Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada waktu menyampaikan laporan tahunan dalam bentuk Form 20-F kepada US-SEC yang berakibat Telkom diharuskan melakukan audit ulang atas laporan keuangan tahunannya untuk tahun buku 2002 dan menyampaikannya kembali pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Masalahnya adalah dalam penyampaian laporan tahunan tersebut ditolak US-SEC dengan alasan penolakan adalah:11

1. Laporan Keuangan Telkom 2002 tidak direview oleh auditor yang sudah berpengalaman;

2. Telkom tidak mendapatkan izin dari auditor anak perusahaannya (Telkomsel) untuk melampirkan laporan hasil audit di dalam Form 20-F; dan

3. Telkom tidak melampirkan laporan hasil audit beberapa anak perusahaan lainnya di dalam Form 20-F.

Setelah diteliti dan diaudit ulang kembali, ditemukan bahwa hasil audit tahun 2002 mengalami banyak penyimpangan bahkan dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana bahwa Telkom tidak memasukkan laporan Form 20-F pada waktunya sehingga oleh New York Stock Exchange (NYSE) menempatkan Telkom ke dalam daftar perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan dengan ancaman akan dihapus (delist) dari pencatatan NYSE.12

Penyesatan informasi yang paling terasa belakangan ini adalah penyesatan informasi tentang rencana aksi korporasi sejumlah perusahaan terbuka di Indonesia. Penyesatan informasi itu mengakibatkan informasi di dalam dan di luar Bursa Efek Indonesia menjadi simpang siur sehingga membuat investor semakin panik dan akhirnya menjual saham-saham dengan harga murah. Penyesatan informasi itu

11

Ibid., hal. 89-90.

12

(7)

bermula dari pernyataan antara komisaris dan direksi sebuah perusahaan asing tentang jadi atau tidaknya pelaksanaan penawaran terhadap tender saham perusahaan terbuka di Indonesia yang baru saja diambil alih. Penyesatan lainnya juga tentang ketidakjelasan informasi gadai saham sejumlah perusahaan terbuka di Indonesia dan penundaan akuisisi sebuah bank.13

Penyesatan informasi tersebut di atas, sangat jauh dari prinsip keterbukaan di dalam pasar modal. Sehingga dapat menimbulkan kerugian kepada investor khususnya investor kecil karena salah dalam mengambil keputusan menjual atau membeli sebuah saham. Informasi yang menyesatkan jelas telah melanggar ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Dalam Pasal 90 UUPM antara lain disebutkan bahwa setiap pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan saran dan atau cara apapun serta dilarang membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta materil.

Kasus tersebut di atas, menggambarkan fenomena perdagangan orang dalam dimana terjadi permainan dalam memperjualbelikan saham efek secara tidak fair. Contoh di atas merupakan sebahagian kecil dari berbagai kasus yang ada. Secara garis besarnya, adapun pelanggaran-pelanggaran yang dapat ditemukan dalam Pasar modal diantaranya ialah:14

1. Informasi menyesatkan;

13

Kompas, Jumat, tanggal 10 Oktober 2008, hal. 15.

14

http://bocahpinggiran.wordpress.com/2008/12/20/pelanggaran-prinsip-disclosure-dalam-insider-trading-kasus-pt-gas-negara/, diakses tanggal 25 Oktober 2010.

(8)

2. Transaksi benturan kepentingan; 3. Manipulasi pasar;

4. Kegiatan pasar modal tanpa izin; 5. Pengendalian inheren;

6. Keterbukaan informasi; dan

7. Perdagangan orang dalam (insider trading).

Penyesatan informasi biasanya didahului dengan menghembuskan isu negatif atau positif, bergantung pada tujuan pihak yang menyebarkan isu itu, apakah akan membeli atau menjual saham. Setelah rumor dihembuskan, pihak tersebut akan melakukan aksi jual atau membeli saham dalam jumlah tertentu untuk memperkuat isu yang disebarkannya. Setelah harga saham jatuh atau meningkat ke tingkat yang diinginkan, saat itu pulalah puhak yang menyebarkan rumor tersebut melakukan aksi beli atau jual atas saham tersebut secara besar-besaran.15

Pasar modal yang tidak efisien, dapat dikatakan bahwa harga-harga saham tidak mencerminkan kondisi perusahaan emiten. Tidak efisiennya pasar modal, berkaitan erat dengan keterbukaan informasi, dimana bahwa semakin baik keterbukaan informasi, maka akan semakin efisien pasar modal yang bersangkutan. Demikian sebaliknya, semakin tertutup informasi dalam pasar modal itu, maka akan semakin tidak efisien dan semakin besar kemungkinan terjadinya kecurangan.

Penyesatan informasi dalam pasar modal merupakan suatu bentuk pelanggaran dari prinsip keterbukaan dan dapat dikategorikan sebagai tindakan perdagangan orang dalam atau insider trading.

15

(9)

Kecurangan yang terjadi beragam jenisnya diantaranya adalah perdagangan orang dalam (insider tarding).

Dalam konteks pasar modal yang tidak efisien ini, berakibat kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada tahun 2008, Bursa Efek Indonesia terkoreksi harga sahamnya sebesar -47% atau terparah kedua di antara sejumlah bursa utama dunia menyusul kepanikan pemodal akibat krisis finansial yang melanda bursa dunia. Dimana bahwa Shang Hai tercatat -60% dan IHSG tercatat -47% pada tanggal 31 Desember 2007 sampai dengan 8 Oktober 2008. Akibat koreksi tersebut harga terhadap laba indeks bursa Indonesia pun anjlok mencapai 9,33 kali yang terhitung cukup murah dan seharusnya mengundang pembelian kembali. Pada pihak lain, nilai tukar rupiah semakin melemah seiring dengan aksi spekulasi investor sementara potensi resesi ekonomi global mendorong harga minyak bergerak di bawah US$83 per barel. Rupiah diperdagangkan pada level Rp.9.865 per US$ melemah Rp.200 dari posisi sebelumnya.16

Sementara itu, Departemen Keuangan melalui otoritas pasar modal meminta Grup Bakrie memberikan penjelasan kepada publik atas rumor yang beredar di pasar bahwa telah terjadi gagal bayar atas gadai saham, karena rontoknya harga saham Grup Bakrie ikut mempengaruhi bursa saham Indonesia. Sehubungan dengan itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan bahwa ”korporasi bertanggung jawab menyampaikan disclosure sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut, Bapepam dan BEI telah meminta kepada Grup Bakrie suatu penjelasan detail dan yang konkrit

16

(10)

karena itu adalah tanggung jawab emiten dalam hal ini kelompok tersebut kepada pemegang saham”.17

Mengingat tindakan-tindakan pelanggaran di dalam pasar modal tersebut, suatu langkah yang diambil pemerintah mengeluarkan Perpu Jaringan Pengaman Sektor Keuangan, membentuk gugus penanganan krisis keuangan yang terdiri dari 12 orang penyidik Polri dan 15 orang Jaksa Penuntut Umum yang spesialis di bidang tindak pidana ekonomi khususnya pelanggaran di bidang pasar modal dan perbankan.18

Fakta dalam kasus tersebut di atas, pada hakikatnya dilatarbelakangi oleh adanya spekulasi atau penyesatan informasi dalam pasar modal di Indonesia yang dikategorikan oleh UUPM sebagai tindakan perdagangan orang dalam. Perdagangan orang dalam (insider trading) adalah perdagangan efek yang dilakukan mereka yang tergolong “orang dalam” perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana yang didasarkan karena adanya suatu “informasi orang dalam” (inside information) yang penting dan belum terbuka untuk umum, dengan perdagangan mana, pihak perdagangan insider tersebut mengharapkan akan mendapatkan keuntungan ekonomi secara pribadi, langsug atau tidak atau yang merupakan keuntungan jalan pintas (short swing profit). Dalam bahasa hukum, ini merupakan tindakan memperkaya diri

17

Ibid.

18

(11)

sendiri secara tidak sah, atau memiliki apa yang sebenarnya bukan merupakan haknya.19

Berdasarkan pengertian insider trading tersebut di atas, maka secara yuridis, ditemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum insider trading, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya perdangan efek;

2. Dilakukan orang dalam perusahaan; 3. Adanya inside information;

4. Inside Information tersebut belum terbuka untuk umum;

5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information tersebut; 6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak.

Disebutkan Bismar Nasution, bahwa insdier trading bertentangan dengan prinsip keterbukaan, karena yang bersangkutan membeli atau menjual saham berdasarkan informasi dari orang dalam yang sifatnya tidak terbuka ke publik. Tindakan tersebut merugikan pihak lain yang tidak menrima informasi yang sama, sehingga pihak lain tersebut tidak dapat mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham yang dipegangnya.20

Orang dalam pasar modal belum tentu dapat dikatakan melakukan tindak pidana dalam konteks insider trading. Karena insider trading itu tidak selamanya

19

M. Irsan Nasarudin., dan Indera Surya., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 162.

20

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hal. 159.

(12)

diasumsikan sebagai kejahatan. Sebagaimana orang dalam yang membeli saham perusahaan kemudian menjualnya ketika harganya naik, merupakan suatu peristiwa biasa. Akan tetapi yang membuatnya menjadi tidak biasa adalah apabila dalam melakukan pembelian dan penjualan saham tersebut, orang dalam itu mendasarkan perbuatannya kepada adanya informasi material tentang perusahaan yang belum diinformasikan kepada publik, misalnya tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger, atau rencana akan mengakuisisi perusahaan lain yang akan membuat nilai perusahaan itu akan menajdi naik. Apabila hal ini terjadi, maka bukan saja perbuatan tersebut menjadi perbuatan yang tidak biasa, bahkan perbuatan itu akan mengakibatkan orang dalam tersebut dapat dikenakan tuduhan melakukan praktek insider trading.21

Perlu dipahami bahwa di dalam insider trading tersebut hanya dikenakan terhadap pihak-pihak atau orang yang melakukan perdagangan efek atau sekuritas. Jadi, meskipun pihak penjual atau pembeli tidak memperoleh informasi yang sama tentang suatu barang atau jasa lain yang menjadi objek jual-beli, maka pihak-pihak tersebut tidak dikenakan tuduhan melakukan insider trading. Oleh sebab itu, maka harus ditentukan terlebih dahulu mengenai objek transaksi yang dilakukan itu adalah efek atau sekuritas.22

21

Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Insider Trading, Kejahatan Di

Pasar Modal, Op. cit., hal. 3-4.

22

(13)

Bentuk perdagangan orang dalam (insider trading) secara teknis diberikan batasan oleh M. Irsan Nasarudin dan Indera Surya, yaitu:23

1. Pihak yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak langsung dari emiten atau perusahaan oknum atau disebut juga sebagai pihak yang berada dalam fiduciary position; dan

2. Pihak yang menerima informasi orang dalam dari pihak pertama (fiduciary position) atau dikenal dengan tippees.

Batasan senada juga disampaikan Herwan Parwiyanto, insider trading adalah transaksi saham berdasarkan bocoran informasi rahasia dari pihak-pihak yang terkait dengan emiten, konsultan perusahaan, atau regulator (insider information). Transaksi seperti ini biasanya melibatkan orang-orang yang menurut aturan tidak boleh melakukan transaksi dicontohkannya misalnya seorang direksi perusahaan yang memperdagangkan saham perusahaan sendiri.24

Praktek insider trading merupakan salah satu praktek yang melanggar prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Selain itu, praktek tersebut juga merupakan praktek perdagangan saham yang tidak adil (unfair trading) karena posisi inside trader yang lebih baik (dalam kepemilikan informasi) dibandingkan dengan investor lain. Praktek insider trading mungkin dapat dideteksi dengan cukup mudah. Hal tersebut dapat dideteksi dari beberapa fakta-fakta yang ada ketika praktek tersebut terjadi, diantaranya ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu, dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum

23

M. Irsan Nasarudin dan Indera Surya, Op. cit., hal. 163.

24

(14)

diumumkannya informasi material kepada publik dan terjadinya peningkatan atau penurunan harga dan volume perdagangan yang tidak wajar. Namun, seperti halnya bentuk kejahatan kerah putih (white collar crime) lainnya, insider trading amat sulit untuk dibuktikkan karena pembuktian tindak kejahatan ini memerlukan standar pembuktian yang tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Mulya Lubis dan Alexander Lay, bahwa standar pembuktian praktek insider trading tidak mudah karena praktek ini termasuk tindak pidana dalam pasar modal yang memerlukan standar pembuktian beyond reasonable doubt. Standar pembuktian tersebut memungkinkan pelaku insider trading dibebaskan oleh pengadilan karena pengadilan tidak mampu membuktikan bahwa pelaku bersalah.25

Pembuktian praktek insider trading dapat dilakukan melalui investigasi para pihak yang dideteksi telah melakukan praktik tersebut dan juga dari pemeriksaan dokumen-dokumen tertulis, termasuk di dalamnya lembaran transaksi elektronik. Dalam UUPM, ada aturan tentang perdagangan orang dalam atau insider trading yaitu dalam Pasal 95 sampai Pasal 99 dan Pasal 104. Aturan ini melarang orang dalam perusahaan berbadan hukum yang memiliki informasi orang dalam untuk membeli atau menjual saham perusahaan atau perusahaan lain yang bertransaksi dengan perusahaan tersebut. Orang dalam juga dilarang mempengaruhi pihak lain untuk menjual atau membeli saham tersebut. Orang dalam dilarang membocorkan informasi kepada pihak lain yang untuk menggunakannya untuk jual-beli saham

25

Mulya T. Lubis dan Alexander Lay, “Penegakan Hukum Pasar Modal dan Civil Penalty”,

(15)

tersebut. UUPM memberikan sanksi yang berat bagi pihak-pihak yang melakukan insider trading.

Praktik insider trading merupakan pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip keterbukaan. Praktik insider trading terjadi apabila insider (orang dalam) melakukan perdagangan dengan menggunakan informasi fakta materiel yang belum disampaikan kepada publik (materiel non-public information). Artinya, dalam insider trading tersebut insider mempunyai informasi yang mengandung fakta materiel yang dapat mempengaruhi harga saham. Posisi insider yang lebih baik (informational advantages) dibandingkan dengan investor lain dalam perdagangan saham dapat menciptakan perdagangan saham yang tidak fair. Sebab praktek insider trading tersebut menciptakan distorsi pada harga saham, oleh karena harga saham tersebut bukan merupakan refleksi dari informasi pasar yang efisien.26

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal?

2. Bagaimanakah ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal? 3. Bagaimanakah pengawasan terhadap praktik insider trading dalam

perkembangan pasar modal Indonesia?

26

(16)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendalami karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal di Indonesia;

2. Untuk mengetahui dan mendalami ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal; dan

3. Untuk mengetahui dan mendalami pengawasan terhadap praktik insider trading dalam perkembangan pasar modal Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini, dapat memberikan sejumlah manfaat bagi semua pihak. Manfaat tersebut, dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis. Secara teoritis adalah sebagai bahan kajian penelitian bagi peneliti lebih lanjut, bagi para akademisi, dan dapat menambah khasanah ilmu hukum pasar modal khususnya mengenai insider trading.

2. Manfaat praktis. Secara praktis adalah sebagai masukan kepada kinerja Komisaris, Direksi, Perantara, Pegawai, dan Masyarakat umum khususnya investor di pasar modal dalam mengelola pasar modal agar mengedepankan prinsip keterbukaan informasi fakta materil.

(17)

E. Keaslian Penelitian

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pemeriksaan terhadap tesis yang sama dengan judul “Analisis Terhadap Larangan Praktek Insider Trading Di Pasar Modal”. Dalam pemeriksaan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan di Perpustakaan Program Studi Magister Ilmu Hukum USU, ditemukan:

1. Kriminalisasi Insider Trading Sebagai Kejahatan Pasar Modal, oleh Yasdan Rivai;

2. Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Dalam Perdagangan Saham Di Bursa Efek, oleh Syarief Oesman;

3. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mencegah Kejahatan Insider Trading di Pasar Modal, oleh Leo Chandra Jaya Bona Parte Tampubolon. Bahwa judul dan masalah dalam penelitian ini tidak sama dengan permasalahan yang telah diteliti sebelumnya. Sebab masalah yang diteliti di sini adalah tentang karakteristik dikatakan insider, ketentuan larangan insider trading berdasarkan teori penyalahgunaan, dan sistem pengawasan Badan Pengawas Pasar Modal setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan.

Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian, dan jauh dari unsur plagiat serta sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi dalam dunia pendidikan yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka. Sesuai dengan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, maka penelitian ini juga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

(18)

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori

Lemahnya penerapan GCG merupakan faktor yang menentukan parahnya krisis di Indonesia bahkan di Asia. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan dan kewajiban-kewajiban perusahaan, kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh Komisaris dan Auditor, serta kurangnya insentif untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui mekanisme persaingan yang fair.27

Salah satu prinsip yang dianut dalam Good Corporate Governance (GCG) di dalam mengelola perusahaan adalah prinsip keterbukaan.28 Persepsi investor mengenai praktik GCG pada perusahaan-perusahaan Indonesia juga adalah paling rendah.29

Menurut Bismar Nasution, prinsip GCG dimaksud adalah prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik diantaranya: a

kuntabilitas (

27

Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari “Tanggung Jawab Pengurus Bank dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan,” diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 1.

accountability),

28

Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada “Lokakarya Pengelolaan Perusahaan,” kerjasama Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of South Carolina, di Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal. 3-4. Prinsip-prinsp GCG diantaranya: akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran (fairness), dan kemandirian (independency).

29

Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada “Lokakarya Pengelolaan Perusahaan,” kerjasama Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of South Carolina, di Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal. 2.

(19)

pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran (fairness), dan kemandirian (independency).30

Keterbukaan merupakan prinsip penting ditegaskan untuk mencegah praktik-praktik perdagangan orang dalam (insider trading) sekaligus prinsip ini digunakan untuk menganalisis larangan perdagangan orang dalam (insider trading) di Pasar Modal. Selian itu untuk menentukan siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai orang dalam (insider) di Pasar Modal, digunakan tentang penyalahgunaan

Terlebih dahulu dijelaskan di sini adalah prinsip keterbukaan sebagaimana dikutip berikut ini:

(misappropriation theory) dan teori ini akan dijelaskan pada bagian akhir dari kerangka teori ini.

Keterbukaan informasi di dalam kegiatan Pasar Modal merupakan nafas Pasar Modal itu sendiri. Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materiel sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.31

Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan

30

Bismar Nasution dalam Sofyan A. Djalil, Op. cit., hal. 3-4.

31

Richard A. Posner dan Kenneth E. Scott, Economic of Corporation Law and Securities

(20)

orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

Keterbukaan sebagai jiwa Pasar Modal akan memberikan peluang bagi investor yang memungkinkan sehingga dengan pertimbangan bagi investor secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Keterbukaan dalam transaksi efek menyangkut seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan yang akan melakukan emisi saham di bursa. Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan, gambaran semu, sehingga dari informasi yang menyesatkan atau gambaran semu tersebut pihak investor menjadi rugi. Selama go public keterbukaan wajib terus berlangsung.32

Prinsip keterbukaan sangatlah menarik dibicarakan, isu yang sering muncul adalah pertentangan dalam menjalankan prinsip ini. Semisal, adanya kekhawatiran perusahaan bahwa jika perusahaan itu terlalu terbuka, maka strateginya dapat diketahui pesaing sehingga membahayakan kelangsungan usahanya.33

Fokus sentral dari hukum pasar modal ini adalah prinsip keterbukaan, oleh karena perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku-pelaku bursa mempunyai informasi yang cukup dan akurat dalam pengambilan keputusannya dalam berinvestasi di Pasar Modal. Sehingga dengan informasi ini dapat diantisipasi terjadinya perbuatan curang (fraudulent acts) atau pernyataan menyesatkan (misleading statement) atau penghilangan (omission) atau insider trading di pasar modal.

Bismar Nasution, mengatakan:

34

Dalam mewujudkan keterbukaan, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan

32 Ibid., hal. 152. 33 http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/05/pengertian-keterbukaan.html, diakses tanggal 30 Oktober 2010. 34

Bismar Nasution, ”Keterbukaan Dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal”, Makalah Disampaikan pada Seminar Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal, pada Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, Jakarta, Tanggal 8 Mei 2003, hal. 1.

(21)

dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan, dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan. Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini. Salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya, jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.

Pemberlakuan prinsip keterbukaan akan melarang praktek-praktek terlarang yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Praktek-praktek terlarang itu misalnya kecurangan atau penipuan (fraud) yang dapat merugikan pihak investor dalam mengambil keputusan membeli atau tidak atas efek-efek yang ditawarkan.

Apabila pihak-pihak di dalam pasar modal menciderai prinsip keterbukaan, maka dapat berakibat kepada pasar modal yang tidak efisien sehingga menghambat pembangunan ekonomi suatu negara. Sebab baik buruknya perekonomian suatu

(22)

negara, dapat diamati dari profil pasar modal suatu negara tersebut. Prinsip keterbukaan merupakan jiwa dalam pasar modal itu sendiri.35

Prinsip keterbukaan bertujuan untuk menciptakan pasar modal yang likuid dan efisien. Untuk mencapai tujuan pasar modal yang likuid dan efisien ini, bergantung kepada lembaga-lembaga yang ada di dalam pasar modal untuk memberikan kemampuan investasi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk menarik sumber daya domestik agar terlibat di dalam pasar modal dan juga merupakan tuntutan dari para investor internasional.

36

Tujuan lain dari prinsip keterbukaan untuk menciptakan efisiensi dalam transaksi efek di mana para investor dalam perdagangan efek dapat melakukan perdagangan secara transparan, adil, dan bijaksana.

37

35

William H. Beaver dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal. 1.

Tanpa kewajiban keterbukaan ini mustahil tercipta pasar efisien, bahkan sebaliknya bisa terjadi kemungkinan investor yang tidak memperoleh informasi karena tidak meratanya informasi kepada investor yang disebabkan ada informasi yang tidak di-disclose atau terdapat suatu informasi yang belum tersedia untuk publik, tetapi telah disampaikan kepada orang-orang tertentu.

36

Bapepam, Cetak Biru Pasar Modal di Indonesia 2000-2004, (Jakarta: Bapepam, 1999), hal. 17.

37

Najib A. Gysmar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 2.

(23)

Suatu teori yang memandang pembenaran dari prinsip keterbukaan ini difokuskan berbagai alasan sebagaimana yang disebutkan oleh John C. Coffee, adalah:38

a. Karena informasi memiliki berbagai karakteristik dari suatu barang umum; b. Ketidakefisienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan;

c. Karena munculnya teori self induced disclosure yang terlalu banyak memandang bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara sempurna; dan

d. Karena dalam pasar modal yang efisien, masih ada informasi lain yang dibutuhkan oleh investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi demikian sangat baik diberikan melalui sistem keterbukaan secara wajib.

Prinsip keterbukaan disebut dalam istilah lain adalah prinsip transparansi. Prinsip ini penting untuk mencegah penipuan (fraud) atau KKN. Sangat baik untuk dipahami sebagaimana yang pernah diungkapkan Barry A.K Rider, bahwa “Sun light is the best disinfectant and electric light the policeman.” Dalam pasar keuangan pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih banyak tergantung kepada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan. Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah penipuan tersebut adalah pendapat yang paling tua. Dengan demikian prinsip keterbukaan menjadi isu utama yang harus dikaji. Prinsip keterbukaan sekarang ini bukan merupakan hal baru, tetapi sudah merupakan sejarah yang panjang dalam kegiatan perusahaan atau dunia pasar modal.39

38

John C. Coffee dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal. 24-25.

39

Bismar Nasution, “Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan BUMN/BUMD Sebagai Upaya Memberantas KKN”, Makalah Disampaikan pada Semiloka Peran Masyarakat (Stakeholder) melalui lembaga Pengawasan Pengelolaan Perusahaan Dalam Mendukung Pelaksanaan Good Corporate Governance Di Sumatera Utara, pada tanggal 30 April 2003, hal. 5-6.

(24)

Pelaksanaan prinsip keterbukaan merupakan perintah undang-undang, apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengaturannya tersebar pada pasal-pasalnya. Kepatuhan melaksanakan prinsip keterbukaan merupakan kunci utama dalam menciptakan Pasar Modal yang adil dan efisien. Pengertian prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 angka (25) UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menentukan:

Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.

Setiap pihak yang melakukan penawaran tender untuk membeli efek emiten atau perusahaan publik wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam. Emiten atau perusahaan publik yang melakukan penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perusahaan lain wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan. Pengaturan norma mengenai prinsip keterbukaan menghendaki kagiatan di Pasar Modal harus transparan dan terbuka ketika saat pendaftaran di bursa dan pada saat diinformasikan ke publik.

Prinsip keterbukaan menjadi persoalan yang sangat penting dalam pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Pengertian tentang prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 Angka (25) UUPM. Keterbukaan tentang fakta materil sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor

(25)

sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.40

Keterbukaan dalam transaksi efek adalah seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan yang akan melakukan emisi saham menyebabkan calon investor dapat memahami dan memutuskan kebijakan untuk investasinya. Maka, keterbukaan wajib terus berlangsung selama perusahaan go public. Prinsip keterbukaan dilaksanakan melalui penyampaian laporan mengenai fakta materil yang baru, larangan insider trading dan larangan manipulasi pasar.41 Tujuan dari prinsip keterbukaan tersebut adalah untuk terciptanya efisiensi dalam transaksi efek. Perdagangan yang efisien adalah perdagangan efek dimana para pihak yang berkepentingan dengan perdagangan efek tersebut dapat melakukan perdagangan dengan mudah, cepat dan dengan biaya yang relatif murah, termasuk di dalamnya adanya penyelesaian transaksi yang cepat dan murah.42

Dalam perspektif UUPM diatur beberapa cara agar persyaratan full disclosure dapat diterapkan, yaitu kealpaan, kesalahan atau ketidakcukupan full disclosure dapat dijatuhkan sanksi kriminal bagi emiten, underwriter, direksi, komisaris, pemegang saham utama, akuntan atau konsultan hukum yang terlibat dalam penawaran umum.43

40

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit, hal 1.

41

Ibid., hal. 152.

42

Najib A. Gysmar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 2.

43

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan SAT SATRI BHAKTI, 2000), hal. 101.

(26)

Peraturan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan-ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan, baik dalam prospektus maupun dalam pengumuman di media massa yang berhubungan dengan penawaran umum. Di samping itu, ketentuan larangan perbuatan menyesatkan telah sanksi berupa ancaman penjara dan denda (Pasal 104 UUPM). Ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan terdapat dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 UUPM.

Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan, informasi yang diterimnya itu selanjutnya direfleksikan dalam bentuk pergerakan saham ataupun rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan oleh pialang kepada nasabahnya menjadi gambaran semu, sehingga informasi yang menyesatkan suatu keputusan investasi yang berlangsung pada saat pasar sekunder.

Prinsip keterbukaan mulai diterapkan dalam mekanisme pasar modal yakni pada saat perusahaan memasuki tahap pra pencatatan pernyataan pendaftaran. Pernyataan pendaftaran yang wajib diserahkan kepada Bapepam terdiri dari prospektus awal (preliminary prospectus) dan dokumen-dokumen pendukung.44

44

John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Dictionary of Finance and Investment Term, Penerjemah Soesanto Budhidarmo, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), hal. 438.

Keterbukaan berlaku sejak emiten atau perusahaan publik tersebut didaftarkan (listing) di bursa, maka sejak itu emiten tersebut wajib melaporkan dan membuka ke publik mengenai segala sesuatunya yang ada di dalam prospektus.

(27)

Dalam UUPM ditentukan bahwa setelah perusahaan listing di pasar modal, maka perusahaan wajib melaporkan peristiwa fakta materil, peraturan standar akuntansi,45 keterbukaan kondisi keuangan emiten,46 keterbukaan mengenai merger,47 keterbukaan mengenai tender offer,48

Menurut Bismar Nasution, keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik adalah sebagai berikut:

yang menyangkut rumor dan larangan insider trading.

49

a. Prospektus setiap perusahaan publik atau emiten yang pendaftarannya telah dinyatakan efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta materil yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal;

b. Informasi atau fakta materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut: 1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau

pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham; 3. Pendapatan dari deviden yang laur biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat

utang;

8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat secara terbatas yang material jumlahnya;

9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan; dan

45

UUPM, Pasal 69 Ayat (1).

46

UUPM, Ibid., Pasal 86.

47

Ibid., Pasal 1 Angka (7).

48

Ibid., Pasal 83.

49

(28)

12. Pengajuan tawaran.

Pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip keterbukaan dapat juga dipahami dari praktek insider trading atau perdagangan orang dalam. Artinya dalam insider trading tersebut, insider (orang dalam) mempunyai informasi yang mengandung fakta materil yang dapat mempengaruhi harga saham.50

Orang dalam atau insider dalam pasar modal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 95 UUPM, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang dalam adalah:

Perbuatan insider trading merupakan sebagai perbuatan yang curang karena orang dalam tersebut dianggap melanggar prinsip keterbukaan atau prinsip kepercayaan atau fiduciary duty atas para pemegang saham. Oleh karena itu, maka insider trading dikatakan sebagai kejahatan yang sangat sulit dibuktikan.

a. Komisaris, Direktur, atau Pegawai, Emiten atau perusahaan publik; b. Pemegang saham utama;

c. Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi dari orang dalam;

d. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut.

Disebutkan pula bahwa orang dalam yang mempunyai informasi orang dalam pasar modal dilarang:51

a. Melakukan penjualan atau pembelian atas efek emiten dimaksud, efek perusahaan lainnya yang melakukan transaksi dengan emiten yang bersangkutan;

b. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek dimaksud; dan

50

Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar Modal, Good Corporate Governance, Perlindungan

Lingkungan Hidup dan Insider Trading, (Medan: USU, 2005), hal. 47.

51

(29)

c. Memberi informasi orang dalam kepada pihak maupun yang patut diduga dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.

Dalam Pasal 97 UUPM, juga diatur tentang ketentuan-ketentuan siapa saja yang dikenakan larangan yang sama dengan larangan bagi insider. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96;

b. Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96 UUPM sepanjang informasi tersebut disediakan oleh emiten atau perusahaan publik tanpa pembatasan.

Demikian pula halnya dengan perusahaan efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai emiten dilarang melakukan transaksi efek emiten atau perusahaan publik tersebut kecuali:52

a. Transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah nasabahnya;

b. Perusahaan efek tersebut tidak memberikan rekomendasi pada nasabahnya mengenai efek yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, sebenarnya tujuan utama dari insider trading itu adalah untuk memperoleh keuntungan melalui pemanfaatan informasi yang belum terpublikasi kepada publik, sehingga pelaku-pelaku dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi. Dengan pemberian informasi berdasarkan prinsip

52

(30)

keterbukaan itu, maka dapat diantisipasi terjadinya kemungkinan investor atau para pemangku kepentingan atau stakeholders dalam pasar modal, dapat memperoleh informasi atau fakta materiel yang sesuai dengan sebenarnya. Informasi tersebut sangat penting karena berisi fakta materiel.

Informasi dimaksud dalam pasar modal adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.53

Sedangkan informasi perusahaan adalah segala data, fakta ataupun peristiwa yang telah, akan atau dapat terjadi di dalam atau berkaitan dengan perusahaan, baik informasi menyangkut efek yang diterbitkan perusahaan ataupun tidak berkaitan dengan efek perusahaan tersebut. Bentuk-bentuk informasi perusahaan adalah:

54

a. Informasi publik; b. Informasi non publik; c. Informasi yang jelas; dan d. Informasi materil yang sensitif.

Dalam pasar modal, informasi yang wajib diungkapkan (disclose) adalah informasi atau fakta materil yang dapat mempengaruhi keputusan investor dalam perdagangan saham perusahaan. Informasi atau fakta materil merupakan informasi

53

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

54

(31)

yang relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada pasar modal atas keputusan pemodal, calon pemodal, dan pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.55

Selain prinsip keterbukaan sebagaimana dijelaskan di atas, selanjutnya dijelaskan pandangan tentang teori penyalahgunaan (misappropriation theory). Teori ini digunakan untuk menentukan siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai insider. Penjelasan teori ini sehubungan dengan ketentuan dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal belum menganut teori penyalahgunaan (misaproprition theory) dalam menentukan orang dalam (insider) tetapi masih menganut teori hubungan kepercayaan (fiduciary duty theory).56

Menurut teori penyelahgunaan masyarakat luas juga dapat dikategorikan sebagai insider sekalipun seseorang hanya berprofesi sebagai guru, dokter, petani, nelayan, dan lain-lain tanpa terkecuali. Teori penyelahgunaan (misappropriation theory) memandang, setiap orang yang menggunakan inside information atau informasi yang belum tersedia untuk publik melakukan perdagangan saham atas informasi tersebut dikategorikan sebagai insider. Walaupun orang yang melakukan perdagangan itu tidak mempunyai fiduciary duty dengan perusahaan.

57

Apabila diterapkan miasppropriation theory dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal akan membuat konsep insider menjadi sangat komprehensif dengan mengatur dalam undang-undang tersebut berlaku untuk setiap orang yang

55

Ibid.

56

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam....Op. cit., hal. 255.

57

(32)

menggunakan informasi yang belum tersedia untuk publik (inside information) melakukan perdagangan saham atas informasi tersebut dikategorikan sebagai insider dalam insider trading. Sekalipun orang yang melakukan perdagangan saham tersebut tidak mempunyai hubungan kepercayaan dengan perusahaan, maka dapat ditentukan sebagai pelaku insider trading menurut teori penyalahgunaan. Orang-orang di luar dari pada emiten atau perusahaan yang akan go public, investor atau pemodal, dan lembaga-lembaga penunjang dan lembaga swasta penunjang lainnya dikategorikan sebagai orang dalam (insider).

Bismar Nasution mengakatan dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak mengatur ketentuan ”pihak lain yang menerima informasi tidak langsung dari insider melainkan mengatur informasi yang diterima dari tippee yang lain (secondary tippee) sebagai kategori insider.58 Kategori insider menurut UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal hanya menentukan insider dalam lingkup orang-orang atau pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan di Pasar Modal. Pengaturan demikian sangat bertolak belakang dengan teori penyalahgunaan (misappropriation theory) di mana seluruhnya baik di dalam maupun di luar Pasar Modal dapat dikategorikan sebagai insider, tidak mesti harus ada hubungan kepercayaan (fiduciary duty) tetapi mengikuti kewajiban umum keterbukaan di Pasar Modal.59

58

Ibid., hal. 255.

59

(33)

2. Landasan Konsepsional

Landasan konsepsional atau konstruksi secara internal pada pembaca guna untuk mendapat stimulasi atau dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan kepustakaan. Landasan konsepsional ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arahan dalam penelitian, maka dengan ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Pasar modal (capital market) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau pun modal sendiri.60

b. Orang dalam (insider) orang perorangan atau badan usaha yang memiliki hubungan kepercayaan (fiduciary duty) dengan perusahaan dalam kaitannya dengan pasar modal.61 Orang dalam (insider) tersebut meliputi: Direksi, Komisaris, Pegawai, Emiten atau perusahaan publik, Pemegang saham utama, Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten, juga termasuk orang dalam adalah pihak yang memberikan jasa kepada kustodian, termasuk konsultan, konsultan hukum, dan akuntan serta konsultan efek yang bertugas memberikan pendapat tentang keuangan dan manajemen emiten.62

60

Andrias Harefa, Op. cit., hal. 1.

61

Najib A. Gisymar, Op. cit., hal. 22.

62

(34)

c. Perdagangan orang dalam ( insider trading) adalah perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang di dalam pasar modal seperti komisaris, direktur, pejabat atau pegawai suatu perusahaan publik termasuk pula di dalamnya orang-orang yang memiliki jabatan di dalam pasar modal melakukan transaksi perdagangan efek dengan tidak mematuhi perindip-prinsip GCG salah satunya melakukan disclosure (tidak terbuka).63

d. Keterbukaan adalah salah satu prinsip GCG dalam memberikan informasi tentang fakta materil yang sebenarnya, tidak melakukan pembohongan terhadap informasi tersebut sehingga investor lain dapat melakukan transaksi secara fair.

64

e. Good Corporate Governance (selanjutnya disebut GCG) tata kelola perusahaan yang baik dengan mendasarkan kepada prinsip-prinsip akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran (fairness), dan kemandirian (independency).65

f. Saham adalah suatu produk yang diperjualbelikan di dalam pasar modal sebagai tanda yang menyatakan kepemilikan seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas.66

63

Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Op. cit., hal. 3-4.

64

Bismar Nasution, Op. cit., hal. 1-2.

65

Bismar Nasution dalam Sofyan A. Djalil, Op. cit., hal. 3-4.

66

(35)

g. Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.67

h. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari efek.68 i. Emiten adalah Pihak yang melakukan penawaran umum.69

j. Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.70

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari pada ilmu pengetahuan yang bersangkutan.71 Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.72

67

UUPM, Op. cit., Pasal 1 angka 4.

Jadi, Metode penelitian

68

Ibid., Pasal 1 angka 5.

69

Ibid., Pasal 1angka 6.

70

Ibid., Pasal 1 angka 7.

71

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia Hillco, 1990), hal. 106.

72

Soerjono Soekanto, dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tijnjauan Singkat, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), hal. 1.

(36)

adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu secara sistematis, metodologis, dan konsisten.73

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.74 Ronald Dworkin menyebutnya sebagai metode penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.75 Sifat penelitianya adalah deskriptif analitis yaitu menjelaskan, menguraikan secara analitis berdasarkan teori, konsep-konsep, pasal-pasal, dan data-data yang relevan.76

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari penelitian kepustakaan (library research) tujuannya untuk mendapatkan konsepsi, teori, doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual, dan dapat berupa pasal-pasal di dalam peraturan perundang-undangan, buku, tulisan karya ilmiah, serta karya-karya ilmiah lainnya.

73

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal. 6.

74

Peter Muhammad Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 96.

75

Bismar Nasution, ”Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”, Makalah, disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003, hal. 1.

76

William J. Filstead, Qualitative Methods: A Needed Perspective in Evaluation Research, dalam Thomas D. Cook dan Charles S. Reichardt, ed, Qualitative and Quantitative Methods in Evaluation Research, (London: Sage Publications, 1979), hal. 38.

(37)

Data pokok dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang meliputi:77

1. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, serta Peraturan Bapepam-LK.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau karya ilmiah, dokumen pribadi, dan pendapat dari kalangan pakar hukum yang relevan dengan objek telaahan penelitian ini;

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus umum, majalah dan jurnal ilmiah, surat kabar, internet, dan majalah mingguan sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi terhadap dokumen-dokumen yang relevan dengan objek yang diteliti di perpustakaan. Melakukan identifikasi data atau kasus-kasus yang ada. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh teori-teori, konsep, doktrin, asas, dan norma-norma yang berisi kaedah hukum kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti dan disistematisasikan sehingga menghasilkan

77

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hal. 24.

(38)

klasifikasi yang selaras dengan permasalahan. Data tersebut selanjutnya dianalisis secara induktif kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dapat dijawab.78

4. Analisis Data

Analisis data di dalam penelitian ini, dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin, dan pasal-pasal di dalam undang-undang terpenting yang relevan dengan permasalahan. Membuat sistematika dari data tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan secara perskriptif,79 yakni memberikan argumentasi-argumentasi terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan misalnya penilaian apa dan bagaimana yang semestinya menurut kaidah, asas, norma-norma hukum mengenai larangan praktik insider trading dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Data akan dikemukakan secara deduktif (penalaran logika dari umum ke khusus)80 dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data sehingga permasalahan akan dapat disimpulkan.

78

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 195-196.

79

Ibid, hal. 183-184.

80

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) permintaan beras secara nyata dipengaruhi oleh harga riil beras Indonesia, jumlah penduduk, dan permintaan beras tahun sebelumnya,

Pendekatan komunikasi kepemimpinan yang disampaikan oleh Anwar dalam ucapan dan pidatonya yang lebih vokal dapat membuktikan bahawa segala programnya adalah untuk kebaikan

Dengan demikian, pertunjukan Ronggeng amen di masa kini lebih ke penyajian seni hiburan, dan dipertunjukan dalam pesta perkawinan, khitanan, atau perayaan lain- nya yang sama

Dalam Suryosubroto (2009 : 178), metode penemuan adalah komponen praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada

Oleh sebab itu teknik material dan metalurgi FTI-ITS sebagai Institusi Perguruan Tinggi tergerak untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan melaksanakan

31 Tahun 1980 mendefinisikan gelandangan yaitu orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak

The Medical Management of Breast Cancer dalam Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXIX Ilmu Penyakit Dalam. 204-214

Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui potensi peternak untuk pengembangan pendapatan usaha kambing lokal, (2) Mengetahui hubungan potensi peternak dengan