BIOLOGI REPRODUKSI ULAR SANCA BATIK
(Phyton reticulatus)
SKRIPSI
Oleh
DWI MATSWAPATI
B04104097
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
DWI MATSWAPATI (B04104097). Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Python reticulatus). Dibawah bimbingan Dr. drh. Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan data dasar biologi reproduksi pada ular sanca (Python reticulatus) agar dapat digunakan sebagai pengetahuan dasar atau acuan pengetahuan dalam menangkarkan ular sanca. Selanjutnya dalam penulisan diuraikan pembahasan mengenai biologi reproduksi pada ular betina dan jantan antara lain siklus lemak, pematangan follikel, induksi perkawinan dan pengaruh faktor-faktor lingkungan.
Ular sanca batik memiliki corak sisik yang merupakan perpaduan antara warna coklat, emas, hitam dan putih. Selama masa hidup ular sanca, panjang tubuhnya dapat mencapai 11 meter dan bobot badan mencapai 158 Kg. Ular sanca batik menyukai habitat hutan tropis, banyak ditemukan di dekat sungai.
Ular sanca batik termasuk satwa ektotermik, sehingga untuk mencukupi kebutuhan panasnya, satwa ini harus mengambil panas dari lingkungan. Perilaku berjemur di bawah sinar matahari langsung yang biasa disebut basking adalah untuk mendapatkan panas. Satwa buruan ular sanca sangat bervariasi dari mamalia dan unggas / burung. Berbeda dengan ular-ular yang mampu membunuh mangsanya dengan bisa, ular sanca membelit untuk melumpuhkan mangsanya.
Satwa yang dikategorikan dalam appendix II ini, banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai hewan peliharaan atau koleksi kebun binatang yang berguna dalam tujuan pendidikan masyarakat. Daging dan organ dalamnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Ular sanca betina memiliki sepasang ovarium dan oviduk sebagai saluran reproduksinya. Pada ular sanca jantan memiliki sepasang testes, tubuli seminiferi sebagai saluran reproduksinya dan sepasang hemipenis sebagai alat kopulasinya. Sedangkan kloaka, merupakan pintu dari tiga saluran (pencernaan, eksresi dan reproduksi). Sexing pada ular sanca batik dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu; pengamatan ukuran spurs, ketebalan ekor dan dengan probing. Dewasa kelamin pada ular sanca pada umur antara 2-4 tahun dengan panjang tubuh pada jantan 2,0-2,5 meter pada jantan dan 3,0 meter pada betina. Perilaku gelisah dan menolak makan merupakan gambaran ular betina yang sedang berahi / siap kawin. Adapun fase perilaku kawin pada ular antara lain fase pengejaran, fase pencarian ekor, fase penjajaran dan fase intromisi. Ular sanca bunting selama 4,5 bulan. Selama masa kebuntingan, induk ular akan mencari lokasi sarang yang cocok dan optimal untuk perkembangan telur-telurnya. Setelah meletakkan telur-telurnya, induk ular sanca akan mengeraminya.
Terdapat korelasi positif antara pengaruh kebutuhan makanan dan bobot badan ular betina terhadap keberhasilan konsepsi setelah perkawinan, dimana ular betina yang kurang mendapatkan asupan makanan tidak dapat bereproduksi dan yang beruntung masih dapat bereproduksi walaupun hanya memiliki satu kali kesempatan mendapatkan musim yang baik dimana saat mangsa melimpah maka ular dapat menumpuk lemak dan kembali dapat bereproduksi. Energi yang tinggi diperlukan untuk ular betina bereproduksi. Energi tersebut digunakan untuk
pematangan folikel, vitellogenesis, regulasi hormon, dan untuk menghangatkan lingkungan sarang pada saat mengerami telur-telurnya. Energi yang diperlukan didapatkan dari hasil metabolisme cadangan lemak yang dimilikinya dan dari asupan yang didapat sebelum masa perkawinan.
Tiga hormon yang secara langsung mempengaruhi reproduksi pada ular yaitu progesteron, estradiol dan oksitosin. Betina yang telah siap kawin akan memberikan tanda-tanda dengan mensekresikan feromon. Feromon yang disekresikan oleh betina akan dapat dideteksi oleh jantan. Selama periode kebuntingan induk ular memerlukan suhu basking yang antara 19-31 0C. Di habitatnya, induk ular yang telah bunting akan memilih lokasi dengan mikrohabitat yang optimal bagi kebuntingan dan telur-telur yang dieraminya. Berbeda dengan keadaan di penangkaran, penangkar harus dapat memodifikasi kandang agar mirip habitatnya sehingga ular tetap dapat nyaman untuk berkembang biak.
Jumlah telur yang dapat dihasilkan induk ular sanca batik di penangkaran dalam satu kali reproduksi antara 15-50 butir, ukurannya tergantung kapasitas induk dan jumlah telur yang akan dihasilkan. Semua induk ular sanca memberikan kehangatan / panas untuk telur-telurnya dengan cara mengeraminya, induk ular dapat menaikkan suhu eksternal sampai 5 0C dengan membuat gesekan dari kontraksi otot-otot perut. Suhu inkubasi telur antara 30 0C dan lama pengeraman 2,5 bulan. Diketahui jumlah, ukuran dan kemampuan untuk bertahan hidup anakan bergantung dari kondisi kesehatan, ukuran dari induk dan variasi ukuran dari telur-telur yang dihasilkan.
Berbeda dengan betina, ular jantan tidak memerlukan batas ambang simpanan energi untuk memulai reproduksi, akan tetapi resiko kematian tetap ada. Selain itu, ada kemungkinan jantan yang tidak cukup suplai makanannya menyebabkan libidonya rendah sehingga tidak dapat melakukan proses perkawinan. Setelah dewasa kelamin setiap jantan akan siap mengawini betina reproduktif setiap waktunya, karena kesiapan jantan dalam reproduksi berdasarkan perkembangan organ kelaminnya / testis. Sehingga, sangat jarang frekuensi kesiapan betina untuk bereproduksi tidak diterima jantan.
Faktor lingkungan dan kelainan / penyakit dapat mempengaruhi reproduksi dari ular sanca batik. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi reproduksi ular sanca batik antara lain; suhu, cuaca, photoperiode, musim, kelembaban dan ketersediaan air. Terdapat beberapa kelainan yang dapat mengganggu reproduksi pada ular sanca batik. Kelainan reproduksi yang sering terjadi di penangkaran adalah distokia dan prolapsus hemipenis. Distokia adalah gangguan reproduksi pada betina berupa kesulitan dalam partus atau pengeluaran telur dari saluran reproduksi (oviduk). Umumnya di penangkaran penanganan kasus ini menggunakan preparat oksitosin, untuk merangsang kontraksi otot polos pada uterus. Prolapsus hemipenis adalah ketidakmampuan pejantan untuk menarik kembali salah satu atau keseluruhan dari hemipenisnya. Pada kasus ini, hemipenis akan dengan cepat terkontaminasi oleh kotoran-kotoran dari kandang sehingga dapat terinfeksi, atau rusak bahkan akhirnya dapat mengakibatkan mati. Tehnik pembedahan dipakai dalam penanganan kasus prolapsus hemipenis dikarenakan pembengkakkan. Sedangkan penanganan kasus prolapsus hemipenis dikarenakan ketidakmampuan Musculus retractor hemipenis untuk menarik kembali hemipenis berupa terapi pemberian preparat kalsium (Ca2+).
BIOLOGI REPRODUKSI ULAR SANCA BATIK
(Phyton reticulatus)
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Dwi Matswapati
B04104097
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Phyton reticulatus) Nama Mahasiswa : Dwi Matswapati
NRP : B04104097
Menyetujui, Pembimbing
Dr. drh. Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc
Mengetahui, Wakil Dekan
Dr. Nastiti Kusumorini
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Desember 1986 di Jakarta sebagai anak kedua dari lima bersaudara. Ayah bernama Sentijono dan ibu bernama Enden Nurussyamsiah.
Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 1992 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Gede 1, Bekasi sampai kelas empat kemudian melanjutkan ke SDN Cipinang Melayu 06 Pagi, Makasar, Jakarta Timur pada tahun dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Majlis Tafsir Al Qur’an (SLTP MTA), Gemolong, Surakarta dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama juga penulis melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Umum Majlis Tafsir Al Qur’an (SMU MTA), Surakarta dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI IPB). Sebagai tugas akhir dari studi di FKH IPB penulis mengambil topik reproduksi ular sanca dibawah bimbingan Dr. drh. Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc.
Di tingkat SMU, penulis aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (KABID HUMAS) periode 2002 / 2003 dan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) sebagai anggota. Sedangkan di tingkat perguruan tinggi penulis aktif dalam Himpunan Minat dan Profesi Satwaliar (HIMPRO SATLI) FKH IPB sebagai Koordinator Divisi Pendidikan periode 2005 / 2006 dan Ketua pada periode 2006 / 2007. Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor Komisariat FKH IPB sebagai Departemen Penelitian, Pengembangan dan Promosi Kader periode 2007 / 2008 dan Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota (P3A) periode 2008 /
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan dan penulisan skripsi dengan judul Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Python reticulatus) dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun dengan metode studi pustaka atas inisiatif dan rasa keingintahuan penulis tentang pola reproduksi ular, khususnya berkaitan dengan siklus lemak. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi berharga mengenai biologi reproduksi ular sanca batik dan dapat bermanfaat dalam menjaga kelestarian spesiesnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
- Dr. drh. Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc. sebagai dosen pembimbing yang memberikan bantuan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
- Dr. drh. Muhammad Agil, MSc.Agr., Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtyas, MSc., drh. Agus Lelana, SpMP, MSi., ibu Elok BR, mba Imelda, pak Deni N, ibu Nastiti K dan om Lukman atas masukannya sebagai penambah wacana bagi penulis.
- Staf perpustakaan FKH-IPB dan LSI-IPB juga staf penangkaran atas kerelaannya membantu penulis mendapatkan informasi.
- Serta semua pihak dan fasilitas, yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima dengan senang hati kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………..………... vii
DAFTAR ISI ………...………. viii
DAFTAR GAMBAR ………... x
DAFTAR TABEL ………...……. xi
PENDAHULUAN ………..…………. 1
PENDEKATAN MASALAH ………...………... 4
METODOLOGI ………...……… 6
BIOLOGI ULAR SANCA ………...………... 7
Sejarah, Klasifikasi dan Morfologi ……...………. 8
Habitat dan Persebaran ………... 9
Perilaku, Makanan dan Perburuan ………...…….. 10
Nilai Ekonomi dan Status Konservasi ………...………… 11
Fisiologi Reproduksi ………...………... 13
Anatomi Organ Reproduksi ………... 14
Penentuan Jenis Kelamin ………. 15
Siklus Reproduksi ………....… 18
Fisiologi Reproduksi Betina ………...……... 20
Faktor Asupan ………...…... 21
Kebutuhan makanan dan bobot badan …………...……….. 21
Kebutuhan energi bereproduksi ………...……….…... 22
Faktor Intrinsik ………. 22
Regulasi hormonal ………...………. 23
Siklus lemak dan pematangan folikel ………...……… 25
Perkawinan ………...……… 28
Fisiologi kebuntingan ………..………. 29
Inkubasi telur ……….... 30
Daya hidup anakan ………...…… 32
Fisiologi Reproduksi Jantan ………...………… 34
Faktor Intrinsik ………. 35 Faktor-faktor Lingkungan ……….………. 36 Suhu ………..……… 36 Cuaca ………...………. 37 Photoperiod ………...………... 37 Musim ………... 38 Kelembaban ………..…… 38 Ketersediaan Air ………..………. 39 KELAINAN-KELAINAN REPRODUKSI ………..…... 40 Distokia ………..……… 40 Prolapsus Hemipenis ………..……… 41
RANGKUMAN DAN SARAN ………..……….. 43
Rangkuman ………..……….………. 43
Saran ……….……….……… 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Vestigial pelvic gridles dan Pelvic spurs pada ular sanca ... 7 Gambar 2 Ular sanca batik / kembang (Python reticulatus) ……...…... 9 Gambar 3 Sungai kecil sebagai salah satu habitat yang disukai
ular sanca batik (Python reticulatus) ….………...……. 10 Gambar 4 Perilaku membelit pada pola makan ular sanca ……… 11 Gambar 5 Probe untuk sexing pada ular dan tehnik probing
pada ular ………...…... 17 Gambar 6 Analogi sexing pada ular dengan menggunakan tangan …... 17 Gambar 7 Fase Intromisi pada perkawinan ular sanca batik …...…….. 20 Gambar 8 Hipotesa pengaruh dari corpus luteum (CL) terhadap
proses pematangan ovum sampai pelepasan telur …...…….. 24 Gambar 9 Tahap-tahap pada pematangan folikel ………...…..…. 27 Gambar 10 Tahap-tahap pada siklus lemak dan pematangan folikel
dalam siklus reproduksi ular ………. 28 Gambar 11 Hipotesa kerja dari corpus luteum dan pengaruh hormon
reproduksi betina pada ular …………..………. 30 Gambar 12 Perbandingan volume kuning telur pada telur ular
dengan telur ayam ………. 31 Gambar 13 Pengeraman telur oleh induk ular sanca batik ………….…. 32 Gambar 14 Anakan ular sanca yang baru menetas (Neonate) hasil
penangkaran, terlihat vermiculite sebagai alas dalam