• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN PADA PT. INTRACO ADHITAMA DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN PADA PT. INTRACO ADHITAMA DI SURABAYA."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

54

PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI

DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP TURNOVER

INTENTION KARYAWAN PADA

PT. INTRACO ADHITAMA

DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

BRANITA SANDHINI MARGITAMA

NPM. 0612010277 / EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

54

PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI

DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP TURNOVER

INTENTION KARYAWAN PADA PT. INTRACO ADHITAMA

DI SURABAYA

Oleh :

Branita Sandhini Margitama

ABSTRAKSI

Pada hakekatnya kegiatan perusahaan merupakan upaya bersama antar pelaku dalam usaha tersebut yang diarahkan baik untuk pertumbuhan perusahaan maupun kesejahteraan masyarakat termasuk kesejahteraan karyawan. Segala usaha yang dilakukan manusia dalam hidupnya adalah untuk memperoleh kesejahteraan dan diarahkan untuk perolehan kebahagian atau disebut kepuasan hidup. Seorang yang tidak puas akan pekerjaannya atau yang kurang berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui ketidakhadiran atau masuk keluar kerja. Komitmen organisasi juga mempengaruhi tingkat perputaran pada karyawannya karena komitmen organisasional memberi titik berat secara khusus terhadap kekontinuan faktor komitmen yang menyarankan keputusan untuk tetap atau meninggalkan pekerjaan atau organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan turnover intention . Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kinerja karyawan terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya.

Populasi yang dalam penelitian ini adalah karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya yang berjumlah 172 karyawan. Sampel yang diambil adalah sebanyak 120 karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya. Teknik analisis yang di gunakan dalam penelitihan ini menggunakan teknik analisis Stuctural Equation Modeling ( SEM ).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya, Kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya, Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya, Kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya, Kinerja karyawan tidak berpengaruh terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya, Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

(3)

55

KATA PENGANTAR

Dengan memenjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rakmat dan hidayahnya yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaiakn skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan Kinerja Karyawan Terhadap Turnover Intention Karyawan Pada PT. Intraco

Adhitama Di Surabaya”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi jurusan Manajemen pada Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, petunjuk serta bantuan baik sprituil maupaun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Falkutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ veteran “ Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku ketua jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

(4)

56

5. Seluruh dosen beserta staffnya dan seluruh rekan – rekan mahasiswa Falkutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

6. Kepada orang tuaku serata saudarah – saudarahku yang sudah memberikan yang terbaik untukku dan selalu berdoa untukku

Penulis yakin dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat kata “ Tiada gading yang tak retak “, oleh karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, kata kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga bantuan dan amal kebaikannya diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan balasanNYA, Amin…….

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

2.2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

2.2.1.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ... 13

2.2.1.3. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia ... 15

2.2.2. Pengertian Kepuasan Kerja. ... 15

2.2.2.1. Akibat dari Tidak Terpenuhinya Kepuasan Kerja. ... 17

2.2.2.2. Survei Kepuasan Kerja. ... 18

2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja. ... 20

2.2.2.4. Teori – Teori Kepuasan Kerja ... 21

(6)

2.2.3. Komitmen Organisasi ... 23

2.2.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi ... 23

2.2.3.2. Indikator Komitmen Organisasi ... 24

2.2.4. Kinerja ... 24

2.2.4.1. Pengertian Kinerja ... 24

2.2.4.2. Pengukuran Kinerja ... 25

2.2.4.3. Pihak-Pihak yang Melakukan Penilaian ... 27

2.2.4.4. Indikator Kinerja ... 28

2.2.5. Turnover intention Karyawan ... 28

2.2.5.1. Penyebab Labour Turnover Intention ... 29

2.2.5.2. Keinginan Berhenti Kerja ... 32

2.2.5.3. Indikator Turnover Intention ... 33

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Kinerja Karyawan Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja ... 33

2.3 Kerangka Konseptual ... 36

2.4 Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

3.1.1 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 40

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 42

3.4.1 Uji Normalitas dan Linieritas ... 42

3.4.2 Evaluasi Outliers ... 44

3.4.3 Evaluasi Multicollinearity dan Singularity ... 45

3.4.4 Uji Validitas ... 46

3.4.5 Uji Reliabilitas ... 46

(7)

3.4.7 Penguji Model Dg Two Step Approach ... 48

3.4.8 Evaluasi Model ... 49

3.4.9 Evaluasi Goodness of Fit ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 54

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 54

4.1.2 Struktur Organisasi ... 55

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 57

4.2.1 Gambaran Umum ... 58

4.2.2 Deskripsi Kepuasan Kerja ... 60

4.2.3 Deskripsi Komitmen Karyawan ... 62

4.2.4 Deskripsi Turnover Intention ... 64

4.2.5 Deskripsi Turnover Intention ... 66

4.2.6 Uji Outlier Multivariate ... 67

4.2.7 Uji Reliabilitas ... 68

4.2.8 Uji Validitas ... 70

4.2.9 Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 71

4.3 Uji Normalitas ... 72

4.3.1 Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 73

4.3.2 Uji Kausiltas ... 73

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

4.4.1 Pengaruh Kepuasan Kerja Thd Komitmen Organisasi .... 78

(8)

4.4.4 Pengaruh Kepuasan Kerja Thd Turnover Intention ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 83 5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Persaingan bisnis dalam dunia usaha yang semakin meningkat dewasa ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin agar unggul dalam persaingan. Apalagi perkembangan bisnis di Indonesia sedang mengalami masa yang sulit. Krisis moneter yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat belum juga berakhir. Para pengusaha harus lebih pandai dalam mencari peluang pasar. Perusahaan yang beroperasi secara tidak efektif dan efisien tidak mungkin dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan disini sebagai suatu organisasi bisnis merupakan lembaga yang menyediakan barang dan jasa maka perusahaan mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba sebesar-besarnya guna mempertahankan hidupnya.

Untuk memudahkan pencapaian tujuan tersebut suatu perusahaan membutuhkan adanya suatu perangkat yang kuat dalam menjalankan usahanya, antara lain : memiliki permodalan yang kuat, peluang pasar yang potensial, dan tenaga manajemen yang profesional dalam mengelola perusahaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam hubungannya dengan perencanaan dan pengendalian (pengawasan). Selain itu perusahaan perlu memiliki kemampuan untuk melihat dan memanfaatkan peluang, mengidentifikasi masalah dan

(10)

2

menyeleksi serta mengimplementasikannya secara tepat. Manajemen disini berkewajiban untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mengendalikan organisasi sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.

Dalam era pembangunan sekarang ini manajemen di bidang sumber daya manusia juga mengalami kemajuan yang pesat. Karena itulah perlunya diadakan perencanaan dan penanganan yang baik terhadap sumber yang ada, khususnya tenaga kerja manusia untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Masalah tenaga kerja merupakan salah satu masalah yang serius untuk mendapatkan perhatian. Karena keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada baik buruknya tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya. Agar suatu perusahaan dapat berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan maka kontinuitas kerja karyawan harus selalu dapat dipertahankan. Dalam hal ini karyawan yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi harus dipertahankan. Pada hakekatnya kegiatan perusahaan merupakan upaya bersama antar pelaku dalam usaha tersebut yang diarahkan baik untuk pertumbuhan perusahaan maupun kesejahteraan masyarakat termasuk kesejahteraan karyawan. Segala usaha yang dilakukan manusia dalam hidupnya adalah untuk memperoleh kesejahteraan dan diarahkan untuk perolehan kebahagian atau disebut kepuasan hidup.

(11)

3

pekerjaan semakin banyak, tingginya tingkat sosial, banyaknya kesempatan untuk dapat menunjukkan kemampuan dirinya dan sebagainya.

Seorang yang tidak puas akan pekerjaannya atau yang kurang berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui ketidakhadiran atau masuk keluar kerja. (Mathis dan Jackson, 2001 : 100). Komitmen organisasi juga mempengaruhi tingkat perputaran pada karyawannya karena komitmen organisasional memberi titik berat secara khusus terhadap kekontinuan faktor komitmen yang menyarankan keputusan untuk tetap atau meninggalkan pekerjaan atau organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan turnover intention . (Mathis dan Jackson, 2001 : 100)

Begitu juga yang dialami oleh PT. Intraco Adhitama Surabaya yang mempunyai kegiatan usaha persewaan alat-alat berat di Surabaya. Berikut adalah data karyawan yang keluar dan masuk, pada PT. Intraco Adhitama Surabaya :

Tabel. Data Masuk Dan Keluar Karyawan

Tahun Jumlah Karyawan Jumlah

Karyawan

Masuk

Jumlah Karyawan Keluar

Th. 2006 181 orang 7 orang 11 orang

Th. 2007 177 orang 20 orang 25 orang

Th. 2008 172 orang 47 orang 42 orang

(12)

4

Jika dilihat secara keseluruhan jumlah karyawan yang keluar pada tahun 2006 adalah sebesar 11 orang. Keseluruhan jumlah karyawan yang keluar pada tahun 2007 adalah sebesar 25 orang, jadi karyawan yang keluar mengalami kenaikan sebesar 14 orang. Keseluruhan jumlah karyawan yang keluar pada tahun 2008 adalah 42 orang, jadi karyawan yang keluar mengalami kenaikan 17 orang. Apabila jumlah karyawan yang keluar mengalami peningkatan maka mengindikasikan bahwa terjadi penurunan komitmen karyawan teradap perusahaan tersebut karena karyawan yang kurang berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui ketidakhadiran atau masuk keluar.

Tabel. 1. Data Karyawan Tetap Yang Keluar Pada Tahun 2006-2008

Keterangan Jumlah Karyawan Tetap Yang Keluar

2006 2007 2008

Pensiun 1 5 4

Menarik Diri 4 6 8

Di – PHK 1 2 2

Sumber : PT. Intraco Adhitama Surabaya

Tabel. 2. Data Karyawan Outsourching (Kontrak) Yang Keluar Pada Tahun 2006-2008

Keterangan Jumlah Karyawan Outsourching (Kontrak) Yang Keluar

2006 2007 2008

Habis Kontrak 2 3 4

(13)

5

Di - PHK 1 1 5

Sumber : PT. Intraco Adhitama Surabaya

Berdasarkan data diatas, membuktikan terjadinya turnover intention, yang paling dominan adalah factor penarikan diri karyawan yang disebabkan pindah kerja karena berbagai faktor. Turnover merupakan kejadian yang wajar terjadi dalam setiap perusahaan. Seperti halnya replacement yang terus berjalan, baik replacement (penggantian) karena factor produktivitas karyawan yang telah menurun. Namun jika penggantian karyawan ini karena factor produktivitas lebih disebabkan karena umur, maka hal ini akan dapat diantisipasi oleh perusahaan melalu penyiapan kader-kader untuk menggantikan. Namun jika penggantian karyawan bukan lagi karena factor umur, tetapi pengunduran diri maka tentu saja menyulitkan bagi perusahaan karena berkaitan dengan implementasi program kerja yang telah ditetapkan.

(14)

6

Berdasarkan permasalahan diatas, maka timbul ketertarikan peneliti untuk mengambil judul ” Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan Kinerja Karyawan Terhadap Turnover Intention Karyawan Pada PT. Intraco Adhitama Di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya ?

2. Apakah terdapat pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya ?

3. Apakah terdapat pengaruh antara komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya ?

4. Apakah terdapat pengaruh antara kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya ?

5. Apakah terdapat pengaruh antara kinerja karyawan terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya ?

(15)

7

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh antara kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

2. Untuk menganalisis pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

3. Untuk menganalisis pengaruh antara komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

4. Untuk menganalisis pengaruh antara kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

5. Untuk menganalisis pengaruh antara kinerja karyawan terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

6. Untuk menganalisis pengaruh antara komitmen organisasi terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

1.4. Manfaat Penelitian

 Bagi Perusahaan.

(16)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah

dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam

penelitian ini.

A. Dwipasari (2007)

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan

Terhadap Turnover intention karyawan.

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian adalah tenaga penjualan

pada BA. Kosmetik Wilayah Kota Malang). Teknik analisis yang

dipergunakan adalah analisis jalur. Setelah diadakan pengujian hipotesis

dan pembahasan hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1. kepuasan kerja berpengaruh signifikan secara positif terhadap

komitmen organisasi pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

2. Kepuasan kerja terbukti tidak terdapat pengaruh signifikan secara

positif terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di

Surabaya

3. Komitmen organisasi memiliki pengaruh signifikan secara positif

terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya.

4. Kepuasan kerja memiliki pengaruh signifikan secara negatif terhadap

(17)

9

5. Komitmen organisasi memiliki pengaruh signifikan secara negatif

terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di

Surabaya.

6. Kinerja karyawan tidak memiliki pengaruh signifikan secara negatif

terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di

Surabaya ?

7. Kepuasan kerja memiliki pengaruh tidak langsung melalui komitmen

organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di

Surabaya

8. Kepuasan kerja memiliki pengaruh tidak langsung melalui komitmen

organisasi terhadap turnover intention karyawan pada PT. Intraco

Adhitama di Surabaya.

B. Rohman (2009)

Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kepuasan Kerja Dan

Keinginan Berpindah (Studi Pada Karyawan Kantor Akuntan Publik Di

Jawa Tengah)

Penelitian ini menguji komitmen organisasional (komitmen affective dan

komitmen continuance) terhadap kepuasan kerja dan keinginan karyawan

untuk berpindah studi empiris pada KAP di Jawa Tengah. Penelitian ini

bertujuan untuk: (1) Apakah komitmen organisasional mempengaruhi

(18)

10

keinginan berpindah, dan (3) Apakah kepuasan kerja mempengaruhi

keinginan karyawan untuk berpindah.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan

menggunakan model persamaan struktural (Structural Equation Model)

dengan aplikasi Analysis of Momen Structure (AMOS).

Dari hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan sebagai berikut ini :

1. Komitmen affective memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap kepuasan kerja dan Komitmen continuance memiliki

pengaruh negatif yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Akuntan

dengan tingkat komitmen affective yang tinggi akan mempunyai

kepuasan kerja yang tinggi terhadap organisasi tempat dia bekerja.

Sedangkan Akuntan dengan tingkat komitmen continuance yang

rendah akan mempunyai kepuasan kerja yang rendah terhadap

organisasi tempat dia bekerja.

2. Komitmen affective dan komitmen continuance berpengaruh negatif

dengan keinginan berpindah karyawan. Seorang akuntan yang

mempunyai komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempat ia

bekerja, akan mempunyai kemungkinan yang kecil untuk mencari

pekerjaan alternatif dan berpindah kerja.

3. Kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap keinginan berpindah

(19)

11

pekerjaannya, maka semakin berkurang keinginan untuk berpindah

dari organisasi tempat dia bekerja.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

2.2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu cabang

dari ilmu ekonomi, bidang manajemen sumber daya manusia menyangkut

bidang psikologi, ekonomi dan administrasi. Manajemen merupakan

proses bekerja dengan dan melalui orang lain secara efektif dan efisien

untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya yang

terbatas di dalam lingkungan yang terbatas pula.

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan

efektifitas manusia dalam organisasi, tujuannya adalah untuk memberikan

kepada organisasi satuan kerja yang efektif untuk mencapai tujuan ini.

Studi tentang manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan

bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan,

menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan akan jumlah dan

tipe yang tepat.

Menurut Dessler (1997 : 2) manajemen sumber daya manusia

adalah kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk

(20)

12

manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan

penilaian.

Sedangkan menurut Manullang (2000 :11) mendefinisikan

manajemen sumber daya manusia sebagai seni dan ilmu perencanaan,

pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kerja untuk tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan terlebihdahulu dengan adanya kepuasan hati pada diri para

karyawan. Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah

suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana memberikan facilitiet untuk

perkembangan pekerja dengan kedisiplinan dan rasa partisipasi pekerja

dalam satu unit activitiet.

Menurut Simamora ( 1997 : 3 ) manajemen sumber daya manusia

adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa

dan pengolahan terhadap individu, organisasi atau kelompok pekerja.

Sedangka Flippo ( 1994 : 5 ) mendefinisikan bahwa manajemen

personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi,

integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber

daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan

masyarakat.

Dari pengertian di atas yakni pengertian sumber daya manusia dan

pengertian manajemen personalia terdapat perbedaan. Manajemen sumber

daya manusia menekankan strategi dan perencanaan daripada penyelesaian

(21)

13

asset yang paling penting. Sedangkan manajemen personalia lebih

menekankan pada bagaimana melatih dan membina manusia agar menjadi

sumber daya yang handal dan sangat berguna bagi perusahaan.

2.2.1.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Setelah mengetahui pengertian dari manajemen personalia, kita

dapat mengetahui fungsi dari manajemen personalia yang terdiri dari dua

kelompok fungsi, yaitu :

A. Fungsi Manajerial

Fungsi manajerial adalah fungsi yang wewenang dan

kepemimpinan terhadap personalia lainnya. Dalam fungsi manajerial ini

terdapat unsure-unsur sebagai berikut :

1. Perencanaan

Menentukan dahulu program personalia yang akan membantu

mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

2. Pengorganisasian

Merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan jika perusahaan

telah menentukan fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh para

karyawan, maka manajer personalia haruslah membentuk organisasi

dengan merancang susunan dari berbagai hubungan antara jabatan,

(22)

14

a. Pengarahan

Mengusahakan atau membuat agar karyawan dengan rela bekerja

secara efektif dan efisien melalui perintah dan pemberian motivasi

dalam pelaksanaannya.

b. Pengawasan

Membandingkan pelaksanaan dengan rencana serta mengamati dan

mengoreksi apabila terjadi penyimpangan atau kalau perlu

menyesuaikan kembali rencana yang telah dibuat.

B. Fungsi Operasional

Fungsi operasional adalah fungsi yang tidak mempunyai

wewenang terhadap orang lain, tetapi hanya menerima suatu tugas

dan menjalankan di bawah pengawasan manajerial. Adapun

unsure-unsur yang terdapat dalam fungsi ini adalah :

1. Pengadaan tenaga kerja

Merupakan usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah yang

tepat dari tenaga kerja yang diperlukan.

2. Pengembangan

Peningkatan ketrampilan karyawan melaui training yang

diperlukan untuk pencapaian prestasi kerja yang tepat.

(23)

15

Merupakan fungsi yang dirumuskan sebagai balas jasa yang layak

diperlukan.

4. Integrasi

Yaitu usaha untuk mengadakan keselarasan antara kepentingan

individu karyawan dengan kepentingan perusahaan, sehingga

karyawan dapat bekerja dengan baik.

5. Pemeliharaan

Merupakan usaha untuk menjaga dan memperbaiki berbagai

macam kegiatan untuk menciptakan kondisi kerja yang baik.

2.2.1.3. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam penerapannya manajemen sumber daya manusia bertujuan

mendayagunakan sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditentukan secara efisien dan efektif. Maksud dari

daya guna di sini adalah untuk penggunaan sumber tenaga manusia dalam

suatu perusahaan dengan menempatkan tenaga manusia yang layak dan

menjamin kerja yang efektif. Dengan kata lain manajemen personalia

bertujuan agar setiap karyawan dalam organisasi dapat bekerja sama

dengan rekan-rekannya guna merealisir tujuan organisasi secara efektif

dan efisien.

2.2.2. Pengertian Kepuasan Kerja.

Salah satu sasaran penting dalam rangkan manajemen sumber

(24)

16

anggota organisasi yang bersangkutan yang lebih lanjut dan akan

meningkatkan prestasi kerja. Dengan kepuasan kerja tersebut diharapkan

pencapaian tujuan organisasi akan lebih baik dan akurat. Salah satu faktot

yang memungkinkan tumbuhnya kepuasan kerja termaksud adalah

pengaturan yang tepat dan adil atas pemberian kompensasi kepada para

karyawan.

Menurut Davis (1990 : 105) memberikan definisi kepuasan kerja

sebagai berikut :

“Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan karyawan tentang

menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka”.

Martoyo (1994 : 123) memberikan difinisi kepuasan kerja sebagai

berikut :

“Suatu keadaan emosional karyawan dimana satupun tidak terjadi titik

temu antara lain balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi

dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan

yang bersangkutan”.

Definisi-definisi tersebut meskipun berbeda namun. Pada

hakekatnya mampunyai ciri-ciri yang sama serta mengandung arti bahwa

kepuasan kerja itu merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak

menyokong diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun

dengan kondisi dirinya.

Apabila karyawan tergantung dalam suatu organisasi, ia membawa

(25)

17

yang menyatu membentuk harapan seseorang yang timbul dan imbalan

yang disediakan oleh pekerjaan. Jadi kepuasan kerja berkaitan dengan

motivasi. Kepuasan kerja memiliki banyak dimensi, ia dapat mewakili

sikap secara menyeluruh atau mengacu pada bagian-bagian seseorang.

Kepuasan bisa diperoleh dalam lingkungan kerja, yaitu rasa

bangga, puas dan keberhasilan melaksanakan tugas dan pekerjaan samapi

tuntas. Prestasi atau hasil kerja memberikan seseorang status sosial dan

pengakuan dari lingkungan masyarakat.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :

a. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual.

Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda

sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya, hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu.

b. Seorang manajer harus bisa membagikan rangsangan agar karyawan

menyukai pekerjaannya dan bisa menambahkan kepuasan pada

karyawan. Sebab kemajuan itu sendiri bukan disebabkan oleh sifat dari

pekerjaan akan tetapi lebih banyak disebabkan oleh situasi lingkungan

dan konteks sosial.

Sementara pendapat mengatakan bahwa kepuasan kerja yang

tinggi itu timbul justru karena adanya prestasi kerja yang tinggi. Karena

dengan prestasi kerja yang tinggi mengakibatkan balas atau penghargaan

yang tinggi pula dan penghargaan yang tinggi kalau dirasakan adil dan

(26)

18

2.2.2.1. Akibat dari Tidak Terpenuhinya Kepuasan Kerja.

Akibat yang mungkin timbul dari perasaan tidak puas terhadap

pekerjaan adalah :

a. Pergantian Karyawan

Seorang karyawan yang merasa puas akan pekerjaannya akan bertahan

lebih lama dalam perusahaan. Sedangkan karyawan yang merasa tidak

puas akan meninggalkan perusahaan tempat kerjanya untuk mencari

perusahaan lain. Tinggi rendahnya tingkat pergantian karyawan dapat

digunakan sebagai indikator tentang kepuasan kerja disuatu

perusahaan.

b. Absensi

Karyawan tidak masuk kerja mempunyai berbagai macam alasan

misalnya sakit, izin, cuti dan sebagainya. Karyawan yang merasa tidak

puas akan lebih memanfaatkan kesempatan tidak masuk bekerja.

Banyak sedikitnya karyawan yang tidak masuk kerja memberikan

gambaran tentang kepuasan kerja dari karyawan tersbut. Dan untuk

meneliti sebab-sebab tidak masuknya karyawan dapat dengan

mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung

kemudian menentukan langkah selanjutnya.

c. Meningkatkan Kerusakan

Apabila karyawan memunjukkan keengganan untuk melakukan

pekerjaan karena dihadapkan pada suatu ketimpangan antara harapan

(27)

19

hasil karyanya cenderung menurun. Salah satu akibatnya sering terjadi

kesalahan-kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Akibat lebih lanjut

yaitu timbulnya kerusakan yang melebihi batas normal.

2.2.2.2. Survei Kepuasan Kerja.

Survei kepuasan kerja adalah suatu prosedur dimana karyawan –

karyawan mengemukakan perasaan mengenai jabatan atau perkerjaannya

melalui laporan kerja. Survei kepuasan kerja untuk mengetahui moral

karyawan, pendapat, sikap, iklim dan kualitas kehidupan kerja karyawan.

Menurut Mangkunegara (2000 : 124) survei kepuasan kerja dapat

bermanfaat dan menguntungkan apabila memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Manajer dan pimpinan melibatkan diri pada survei

2. Survei dirancang berdasarkan kebutuhan karyawan dan manajemen

secara objektif

3. Survei diadministrasikan secara wajar

4. Ada tindak lanjut atau follow up dari pemimpin dan adanya aksi untuk

mengkomunikasikan kegunaan hasilnya dari pimpinan.

Keuntungan dari survei kepuasan kerja antara lain kepuasan kerja

secara umum, komunikasi, meningkatkan sikap kerja dan untuk keperluan

pelatihan.

 Kepuasan Kerja Secara Umum

Keuntungan survei kepuasan kerja dapat memberikan gambaran kepada

(28)

20

Begitu pula untuk mengetahui ketidakpastian karyawan pada bagian

dan jabatan tertentu. Survei juga sangat bermanfaat dalam mendianosa

masalah-masalah karyawan yang berhubungan dengan peralatan kerja.

 Komunikasi

Survei kepuasan kerja sangat bermanfaat dalam mengkomunikasikan

keingingan karyawan dengan pikiran pemimpin. Karyawan yang

kurang berani berkomentar terhadap pekerjaannya, dengan melalui

survei dapat membantu mengkomunikasikan kepada pemimpin.

 Meningkatkan Sikap Kerja

Survei kepuasan kerja dapat bermanfaat dalam meningkatkan sikap

kerja karyawan. Hal ini karena karyawan merasa pelaksanaan kerja dan

fungsi jabatannya mendapat perhatian dari pihak pemimpin

 Kebutuhan Pelatihan

Survei kepuasan kerja sangat berguna dalam menentukan kebutuhan

pelatihan tertentu. Karyawan-karyawan biasanya diberikan kesempatan

untuk melaporkan apa yang mereka rasakan dari perilaku pemimpin

pada bagian jabatan tertentu. Dengan demikian kebutuhan pelatihan

disesuaikan dengan kebutuhan bagi bidang karyawan peserta pelatihan.

2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.

Menurut Robbins (1996:152) menyatakan bahwa dari banyak literatu

mendikasikan faktor-faktor penting kepuasan kerja yaitu mentally challenging

work, equitable rewards, supportive working conditions, and sipportive

(29)

21

a. Pekerjaan yang menantang

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan pekerjaan

mereka. Karakteristik seperti ini membuat kerja secara mental

menantang.

b. Pemberian gaji yang adil.

Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

dipresepsikan adil, tidak membingungkan dan sesuai dengan harapan.

c. Kondisi kerja yang mendukung.

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk keamanan pribadi

maupun untuk memudahkan mengerjakan tugasnya dengan baik.

Karyawan lebih menyukai kondisi fisik organisasi yang tidak

berbahaya.

d. Rekan kerja yang mendukung

Rekan kerja yang ramah dan mendukung dapat meningkatkan

kepuasan dalam bekerja.

2.2.2.4. Teori – Teori Kepuasan Kerja

a. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)

Kepuasan kerja karyawan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya

pemenuhan karyawan. Karyawan akan merasa puas apabila ia

(30)

22

karyawan terpenuhi, makin puas pula karyawan tersebut. Begitu pula

sebaliknya apabila kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, karyawan itu

akan tidak puas (Mangkunegara, 2000 : 120).

b. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)

Kepuasan kerja karyawan bukanlah bergantung pada pemenuhan saja,

tapi bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang aoleh

para karyawan dianggap kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut

dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi

karyawan akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat

dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

c. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Teori dua faktor dikembangkan Frederik Herzberg. Penelitian Herzberg

diadakan dengan melakukan wawancara terhadap subyek insinyur dan

akuntan. Masing-masing subyek diminta menceritakan kejadian yang

dialami mereka baik yang menyenangkan (memberi kepuasan) maupun

yang tidak menyenangkan. Kemudian dianalisis dengan analisis isi

(content analysis) untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan

kepuasan atau ketidakpuasan.

d. Teori Pengharapan (Expeptancy Theory)

Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom. Kemudian

teori ini diperluas bahwa “Vroom explains that motivation is a product

of how much one wants something and ones estimates of the probability

(31)

23

Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari

bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang

memungkinkan aksi tertentu yang akan menuntunnya.

2.2.2.5. Indikator Kepuasan Kerja

Variabel Kepuasan Kerja yaitu terpuaskannya berbagai

keinginan, kemauan dan kebutuhan karyawan akan dapat menentukan

sikap dan perilaku mereka dalam bekerja yang ditinjau dari indikator:

Pekerjaan itu sendiri, promosi, dan kondisi kerja. (Lita, 2007:57)

2.2.3. Komitmen Organisasi

Di dalam dunia kerja, akan sering kita jumpai orang yang

merasa sangat dekat dan mencintai pekerjaannya tetapi merasa tidak

cocok dengan organisasi atau perusahaan dimana ia bekerja. Sebaliknya,

banyak pula kenyataan bahwa seseorang yang merasa tidak cocok

terhadap pekerjaannya tetapi sangat loyal dan memiliki dedikasi yang

tinggi terhadap perusahaan atau organisasinya. Sikap-sikap seperti itu

berhubungan dengan komitmen organisasi yaitu sejauh mana seseorang

mengidentifikasikan dirinya dan melibatkan diri dengan organisasi serta

anggaran untuk meninggalkannya. Dengan demikian penting untuk

menciptakan komitmen karyawan pada organisasi karena merekalah

(32)

24

2.2.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen didefinisikan oleh Dipboye dan Smith (dalam

Yuwono, 1999 : 37) sebagai indentifikasi dan keterlibatan karyawan

terhadap organisasi, yang akan ditunjukkan oleh karyawan dengan

sikapnya terhadap organisasi. Semakin tinggi komitmen organisasi maka

makin dekat identifikasi diri karyawan dengan organisasi tersebut.

Menurut Mutiara (2004 : 94) terdapat empat faktor yang

mempengaruhi komitmen pada organisasi yaitu Keyakinan, Keinginan

Berusaha dan Keinginan Tetap Tinggal

Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lain dan perlakuan

(treatment) terhadap karyawan yang baru masuk pada organisasi sebagai

faktor yang berpengaruh terhadap komitmen pada organisasi.

2.2.3.2. Indikator Komitmen Organisasi

Definisi komitmen organisasi adalah suatu keinginan karyawan

untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan

bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi.

Penjabaran dari konsep ini meliputi Keyakinan, Keinginan Berusaha,

Keinginan Tetap Tinggal. Dwipasari (2007:57)

2.2.4. Kinerja

2.2.4.1. Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja karyawan berasal

(33)

25

prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja dapat diartikan mendapatkan hasil yang lebih baik dari

suatu proses organisasi team dan individu sebagai pemahaman dan

pelaksana kinerja dengan persetujuan kerangka kerja dari tujuan rencana

organisasi, standar dan syarat yang telah ditetapkan. (Armstrong, 1994:

23)

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa kinerja manajer

adalah kemampuan manajer dalam menggunakan pengetahuan, perilaku

dan bakat dalam melaksanakan tugasnya sehingga tercapai sasaran tugas

manajer tersebut.

2.2.4.2. Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (2001:434) terdapat tiga macam ukuran yang

dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu :

a. Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criteria)

Ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai

kinerja manajer sehingga orang akan cenderung memusatkan

perhatiannya pada kriteria tersebut padahal kriteria yang lain juga

sangatlah penting.

(34)

26

Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk

menilai kinerja manajer. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran

kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan

beragam kriteria.

c. Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criteria)

Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran,

memperhitungkan bobot masing-masing ukuran, dan menghitung

rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.

Selanjutnya Gomes (2000:142) mengemukakan beberapa tipe

kriteria performansi kerja yang didasarkan atas deskripsi perilaku yang

spesifik, yaitu :

a. Quantity of work, yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu

periode waktu yang ditentukan.

b. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

c. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

ketrampilannya.

d. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang

timbul.

e. Cooperative, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain

(35)

27

f. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal

kehadiran dan penyelesaian kerja.

g. Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan

dalam memperbesar tanggung jawabnya.

h. Personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramah tamahan, dan integritas pribadi.

2.2.4.3. Pihak-Pihak yang Melakukan Penilaian

Menurut Dessler (1993:26) beberapa pihak yang melakukan penilaian

kinerja karyawan, diantaranya :

a. Penyelia Terdekat

Penilaian penyelia masih merupakan inti dari sistem penilaian.

Mendapatkan penilaian penyelia relatif mudah dan masuk akal.

b. Rekan Kerja

Kinerja dinilai oleh rekan kerja dapat menjadi efektif dalam

meramalkan keberhasilan manajemen masa depan.

c. Komite Penilaian

Komite ini biasanya terkomposisi dari penyelia terdekat karyawan

dan tiga atau empat penyelia lainnya.

d. Penilaian Diri

Karyawan biasanya menilai diri mereka sendiri lebih tinggi dari pada

(36)

28

e. Dilakukan oleh Bawahannya

Penilaian yang dilakukan bawahan terhadap penyelia mereka atau

disebut dengan umpan balik.

2.2.4.4. Indikator Kinerja Karyawan

Variabel Kinerja karyawan didefinisikan sebagai hasil yang

dicapai oleh seorang karyawan menurut ukuran yang berlaku. Kinerja

karyawan dalam penelitian ini akan diukur dari tiga indikator yaitu

kerapian, kecakapan, kedisiplinan (Lita, 2007:57)

2.2.5. Turnover intention Karyawan (Labour Turnover)

Perputaran atau perpindahan tenaga kerja merupakan persoalan

yang dihadapi oleh perusahaan di banyak negara sedang berkembang,

karena tingkat perpindahan yang tinggi akan menambah beban perusahaan

dalam proses penerimaan karyawan baru. Lain daripada itu tingkat

perpindahan yang tinggi akan menurunkan tingkat produktivitas pekerja,

karena tiap pekerja yang keluar dari perusahaan setelah dilatih akan

membawa serta pengalaman dan tingkat efisiensi yang telah dimilikinya.

Tiap perusahaan biasanya memiliki sifat pemindahan yang khas,

walaupun pada umumnya perusahaan tersebut maju, semakin rendah tingkat

perpindahan karyawan, perusahaan yang mempunyai tenaga kerja muda

akan mempunyai tingkat perpindahan yang lebih tinggi daripada perusahaan

yang memiliki pekerja yang relatif tua, demikian pula perusahaan yang

(37)

29

tinggi. Oleh karena itu pada saat proses penerimaan karyawan berlangsung

akan mempengaruhi tingkat perpindahan, yaitu apabila perusahaan

menerima pekerja pada waktu yang bersamaan untuk seluruh bagian

perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya tendensi tingkat perpindahan yang

tinggi. Oleh karena itu tingkat perpindahan dapat digunakan sebagai

indikasi ”kemantapan” perusahaan, di mana makin mantap perusahaan akan

makin rendah tingkat perpindahannya.

Labour Turnover atau turnover intentionnya karyawan dalam

organisasi adalah suatu fenomena yang senantiasa akan selalu dialami

dalam kehidupan organisasi dan banyak di antaranya yang menimbulkan

masalah. Pada batas tertentu turnover intention karyawan adalah hal yang

baik. Pada sebagian perusahaan, turnover intentionnya karyawan membawa

pengaruh yang kurang baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya

waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang.

2.2.5.1 Penyebab Labour Turnover

Sebagian besar perusahaan mengidentifikasikan penyebab utama

tingginya angka turnover intention karyawan karena adanya gaji yang tidak

kompetitif dibandingkan dengan perusahaan lain. Hal ini diikuti dengan

rendahnya semangat kerja ditempat kerja, tidak ada kesempatan untuk maju,

komunikasi yang buruk, ketidak acuhan majikan atau perusahaan, dan

adanya rasa jemu pada diri karyawan. Dalam tingkat posisi yang lebih

(38)

30

perekrutan karyawan yang buruk, prosedur perusahaan yang buruk dan

insentif yang jelek (Grensing, 1997:141). Penyebab keryawan keluar dari

perusahaan karena alasan sebagai berikut :

a. Ketidaktepatan pemberian tugas

Karyawan khususnya masa percobaan, merasa kurang cocok dengan

tugas yang diberikan pada masa percobaan tersebut, sehingga menurut

pertimbangannya tidak mungkin ada perkembangannya dimasa depan.

b. Alasan mendesak

Alasan mendesak yang menyebabkan karyawan minta berhenti adalah:

1. Upah atau gaji tidak pernah diberikan pada waktunya meskipun

karyawan telah bekerja dengan baik.

2. Pimpinan perusahaan atau organisasi melalaikan kewajiban yang

sudah disetujui dengan karyawan.

3. Bila pekerjaan yang ditugaskan pada karyawan ternyata dapat

membahayakan keselamatan dirinya maupun moralnya.

4. Karyawan memperoleh perlakuan pimpinannya secara tidak

manusiawi atau bersifat sadis dan sebagainya.

c. Menolak pimpinan baru

Apabila karyawan tidak cocok dan tidak sehati dengan sepak terjang

pimpinan barunya, dapat mengakibatkan timbulnya stres bagi dirinya.

Simamora (2001:582) menyatakan bahwa alasan paling sering untuk

(39)

31

lebih baik. Riset menunjukkan bahwa jika para karyawan menyebutkan

gaji sebagai alasan pengunduran diri, seringkali mereka juga memiliki

alasan lainnya yang lebih dalam untuk memutuskan keluar dari

perusahaan, penyebabnya mungkin manajer departemen tidak mampu

bekerja sama dengan karyawannya. Nitisemito (1996:98) menyatakan

bahwa turnover intentionnya karyawan yang meningkat terutama

disebabkan ketidaksenangan karyawan bekerja pada perusahaan tersebut.

Tingkat turnover intention karyawan (labour turnover) dapat pula terjadi

karena jumlah tenaga kerja yang diperlukan jauh lebih sedikit dari

permintaan, dimana tingkat turnover intention karyawan yang lebih

tinggi disebabkan oleh munculnya perusahaan baru. Menurut Robbins

(1998:79) faktor usia mempengaruhi keinginan karyawan untuk keluar

kerja atau berhenti dari pekerjaannya (intent to leave). Makin tua usia

pekerja, maka makin kecil kemungkinan berhenti dari pekerjaan.

Semakin tuanya usia para pekerja, makin sedikit kesempatan bagi mereka

memperoleh pekerjaan alternatif. Turnover merupakan petunjuk

kestabilan karyawan. Semakin tinggi turnover berarti semakin sering

terjadi turnover intention karyawan. Hal ini akan merugikan perusahaan

dan membawa dampak pengeluaran sebagai berikut :

a. Biaya penarikan karyawan menyangkut waktu dan fasilitas untuk

wawancara dan mempelajari penggantian tenaga kerja.

b. Biaya latihan menyangkut waktu pengawas, departemen personalia

(40)

32

c. Biaya dikeluarkan perusahaan bagi karyawan baru tersebut lebih besar

dari pada yang dihasilkan karyawan baru tersebut.

d. Tingkat kecelakaan para karyawan baru biasanya cenderung lebih

tinggi.

e. Adanya produksi yang hilang selama masa turnover intentionnya

karyawan.

f. Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya.

g. Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru.

h. Perlu melakukan kerja lembur, agar tidak mengalami penundaan

penyerahan tugas pekerjaan.

Turnover yang tinggi pada suatu departemen atau divisi organisasi,

menunjukkan bahwa departemen yang bersangkutan perlu diperbaiki

kondisi atau cara pembinaannya. Karyawan yang meninggalkan

pekerjaan mungkin dimotivasi oleh harapan-harapan akibat positif yang

menguntungkan dalam pekerjaannya yang baru, karena karyawan

menginginkan penghasilan yang lebih besar, tantangan dalam pekerjaan,

perkembangan karier, suasana organisasi yang mendukung atau yang

lainnya. Jika kemudian karyawan tersebut memperoleh apa yang

diharapkan, jika kemudian karyawan tersebut memperoleh apa yang

diharapkan, maka hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri sendiri

(41)

33

2.2.5.2 Keinginan Berhenti Bekerja (Intent to Leave)

Menurut Mobley (1986:156) turnover intention karyawan dan

perilaku-perilaku yang lain seperti kemangkiran dan kelesuan seringkali

dikelompokkan dalam perilaku pengunduran diri atau disebut pula sebagai

keinginan berhenti bekerja (intent to leave). Robbins (1998:182)

menyatakan bahwa karyawan yang tidak terouaskan oleh pekerjaan atau

faktor-faktor lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan mereka, akan dapat

mengurangi komitmen mereka terhadap organisasi atau perusahaan.

Ketidakpuasan mereka umumnya selalu dikaitkan dengan masalah-masalah

penurunan kinerja yang termasuk di dalamnya terjadi keterlambatan dalam

bekerja, tingkat perputaran karyawan yang tinggi dan tingkat ketidakhadiran

atau kemangkiran yang tinggi. Intent to leave karyawan dapat terjadi di

antara karyawan yang merasa puas karena tertarik oleh harapan yang sangat

positif mengenai pekerjaan di luar atau yang memutuskan untuk mengikuti

nilai-nilai yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.

Apabila seseorang ingin meninggalkan pekerjaan yang tidak

disenangi (tetapi terkendala oleh beberapa sebab, misalnya: kurangnya

pekerjaan yang menarik), maka bentuk intent to leave dan pengunduran diri

dapar berupa kemangkiran, kelesuan dan sebagainya.

2.2.5.3 Indikator Turnover intention karyawan

Variabel turnover intention karyawan yaitu sebagai niat dari

(42)

34

diukur dari keikatan terhadap organisasi, masalah dengan kepemimpinan

dan perubahan arah karir.

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, dan Kinerja

Karyawan Terhadap Turnover intention karyawan

Apabila jumlah karyawan yang keluar mengalami peningkatan

maka mengidikasikan bahwa terjadi penurunan komitmen karyawan

teradap perusahaan tersebut karena karyawan yang kurang berkomitmen

pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui

ketidakhadiran atau masuk keluar (Mathis dan Jackson, 2001 : 100).

Komitmen organisasi juga mempengaruhi tingkat perputaran

pada karyawannya karena komitmen organisasional memberi titik berat

secara khusus terhadap kekontinuan faktor komitmen yang menyarankan

keputusan untuk tetap atau meninggalkan pekerjaan atau organisasi yang

pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan turnover

intention . (Mathis dan Jackson, 2001 : 100)

Komitmen organisasi berpengaruh secara langsung dan

signifikan terhadap turnover intention karyawan sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Dwipasari (2007:61)

Seorang yang tidak puas akan pekerjaannya atau yang kurang

berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi

baik melalui ketidakhadiran atau masuk keluar kerja. (Mathis dan

(43)

35

Menurut Gibson et al., (1997:87) lebih jauh menyatakan bahwa

manusia bekerja dengan tujuan dapat meperoleh kepuasan lahir dan batin.

Kepuasan dan kesejahteraan lahir dan batin. Kepuasan dan kesejahteraan

akan dapat dinikmati apabila kedua belah pihak yaitu perusahaan dan

karyawan memiliki satu kesatuan visi dan misi bagi tercapainya tujuan

bersama. Seperti diketahui bahwa tujuan karyawan dan perusahaan sangat

bertentangan satu sama lainnya yaitu :

a. Pihak perusahaan mempekerjakan karyawan dengan imbalan yang

kecil dengan harapan dapat diperoleh keuntungan yang lebih besar.

b. Pihak karyawan dalam bekerja mengharapkan imbalan yang

sebesar-besarnya dengan harapan tingkat kebutuhan dan kesejahteraannya

dapat terpenuhi.

Kepuasan Kerja juga memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap turnover intention karyawan sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Dwipasari (2007:61)

Tetapi hal yang mungkin pula terjadi didalam perusahaan

adalah apabila kepuasan kerja rendah tetapi karyawan tidak memiliki

kemampuan untuk keluar, karena alasan kondisi persaingan di pasar

kerja, aturan internal di dalam perusahaan itu sendiri, serta alternatif

pekerjaan lain sulit, maka bentuk lain dari ketidakmampuan karyawan

untuk keluar itu adalah dengan tidak peduli terhadap pekerjaan dan tidak

merasa bertanggung jawab terhadap kemajuan perusahaan. Sehingga

(44)

36

karyawan dan komitmen juga rendah, bukanlah hal yang baik bagi

(45)
(46)

38

2.4. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas dapat disusun

suatu hipotesa yang mempunyai jawaban sementara terhadap masalah

penelitian dan masih harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesanya adalah :

1. Diduga terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap

komitmen organisasi pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

2. Diduga terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

3. Diduga terdapat pengaruh positif antara komitmen organisasi terhadap

kinerja karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

4. Diduga terdapat pengaruh negatif antara kepuasan kerja terhadap

turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

5. Diduga terdapat pengaruh negatif antara kinerja karyawan terhadap

turnover intention karyawan pada PT. Intraco Adhitama di Surabaya

6. Diduga terdapat pengaruh negatif antara komitmen organisasi terhadap

(47)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perlu

diketahui beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan penulisan

usulan penelitian yaitu :

I. Kepuasan Kerja (X1)

Suatu keadaan emosional karyawan dimana satupun tidak terjadi titik

temu antara lain balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi

dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang

bersangkutan (Lita 2007:57), dengan indikator:

1. Pekerjaan itu sendiri

2. Promosi jabatan

3. Kondisi kerja

II. Komitmen Organisasi (X2)

Komitmen organisasi adalah sifat hubungan antara organisasi dengan

sistem secara keseluruhan. Selain itu dapat diartikan juga indentifikasi dan

keterlibatan karyawan terhadap organisasi, yang ditunjukkan oleh karyawan

(48)

40

1. Keyakinan

2. Keinginan Berusaha

3. Keinginan Tetap Tinggal

III. Kinerja Karyawan (X3)

Kinerja karyawan dapat didefinisikan sebagai hasil yang dicapai oleh

seorang karyawan menurut ukuran yang berlaku (Lita 2007:57), dengan

indikator:

1. Kerapian

2. Kecakapan

3. Kedisiplinan

IV. Turnover intention karyawan (Y)

Turnover intention karyawan didefinisikan sebagai keinginan untuk

meninggalkan organisasi dengan sengaja dan sadar. Turnover intention

karyawan dapat mempengaruhi perilaku karyawan. Abdulrohman (2009 :

508), dengan indikator :

1. Keikatan Terhadap Organisasi

2. Masalah dengan Kepemimpinan

(49)

41

3.1.2. Pengukuran Variabel

Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. sedangkan

teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial yaitu Skala ini

dikembangkan oleh Osgood dan biasanya digunakan untuk mengukur

obyek-obyek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik. Skala ini

tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat positifnya

terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatif terletak di sebelah kiri atau

sebaliknya, yang mempunyai skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :

1 7

Kecil Besar

 Jawaban dengan nilai 1 menunjukkan nilai terendah, berarti sangat tidak

membenarkan pernyataan yang diberikan

 Jawaban dengan nilai 7 menunjukkan nilai tertinggi, berarti sangat

membenarkan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi yang dalam penelitian ini adalah karyawan pada PT. Intraco

Adhitama di Surabaya yang berjumlah 172 karyawan.

b. Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling,

(50)

42

peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, yang memilih ciri-ciri

yang terseleksi berdasarkan sifat khusus. Dengan kriteria, antara lain :

1. Karyawan yang masih bekerja, baik berstatus kontrak (masih memiliki

sisa kontrak > 1 th) maupun tetap

2. Karyawan yang aktif sampai dengan tahun 2010.

Agar jumlah sampel bisa mewakili jumlah populasi yang ada, maka

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar

(1997:94) yaitu sebagai berikut :

n =

e = persen kelonggaran tingkat kesalahan 5%

Maka pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut :

n =

Dari hasil tersebut jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak

(51)

43

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Data

Primer.yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan

cara kuesioner.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari PT. Intraco

Adhitama di Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

a. Interview, yaitu mengadakan wawancara pada pimpinan perusahaan

tentang masalah yang ada diperusahaan saat ini.

b. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara membagikan

lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data

untuk uji SEM.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis multivariate dengan Structural Equation Modeling (SEM).

Penaksiran pengaruh pada masing – masing variabel bebas terhadap

variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

(52)

44

3.4.1 Uji Normalitas dan Linieritas

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi

normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path

diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam

analisis , penguji dapat menggunakan uji – uji statistik. Uji yang paling

mudah adalah dengan mengamati skweness value dari data yang

digunakan. Dimana biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari

hampir semua program statistic. Nilai statistic untuk menguji normalitas

itu disebut sebagai z – value yang dihasilkan melalui rumus sebagai

berikut :

Nilai – z = Skewness dimana N adalah ukuran sampel

6

N

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atai critical ratio (Ferdinand,

2000 : 95), maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai

kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki.

Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar  2.58 berarti kita dapat

menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01.

Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pada penyebarannya untuk menduga

(53)

45

3.4.2. Evaluasi Outliers

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karateristik

unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan

muncul dalam bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun

variabel kombinasi. (Hair. Et.al. 1995).

Adapun outliers dapat dievaluasi dengan 2 cara, yaitu analisis

terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers

(Hair. Et.al. 1995).

a. Outliers Univariat

Deteksi terhadap adanya outliers univariate daapt dilakukan

dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai

outlier dengan cara mengkoversi nilai data penelitian ke dalam standar

score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai

rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah

dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan

antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar

(diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari

z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995

dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada

observasi-observasi yang memilki z-score  3,0 akan dikategorikan sebagai

(54)

46

b. Outliers Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab

walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada

tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah

saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis

Distance) untuk tiap obsevasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak

sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuh ruang

multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat  0,001. Jarak

Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai 2 pada

derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam

penelitian. Dan apabila nilai jarak Mahalanobis lebih besar dari 2tabel

adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat

multikolineritas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity) dalam

kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari

matriks kovarians sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil atau

mendekati nol akan akan mengindikasikan adanya Determinant of sample

covariance matrix atau multikolinearitas atau singularitas

(55)

47

Determinant of Sample covariance matrix = 2.5709 e + 006

Atau multikolinearitas atau singularitas = 2.570.906,550

sehingga data tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand,

2000:108).

3.4.4. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari

setiap laten variabel / construct akan diuji dengan melihat loading faktor

dari hubungan antara setiap obseverd variabel dan laten veriabel. Secara

umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah  0,5. Variance

extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

 [Standardize Loading]

Variance Extracted =

 [Standardize Loading] + j

3.4.5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor

laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling

(56)

48

Coomposite Realibility diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2000

: 62) :

(Std. loading)2

Construct Realibility =

(Std. loading)2 + j Keterangan :

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. j adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error

dapat diperoleh dari 1 – realibilitas indikator.

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah  0.7, walaupun angka itu

bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan

bersifat eksploratori maka nilai dibawah 0.7 pun masih dapat diterima

sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terlibat dalam

proses eksplorasi.

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi

terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical

Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t

(57)

49

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel

data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir

instrumentasi yang digunakan [Hartline & Ferrell,1966], dan karena

keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam

two-step approach ini. Two-step approach bertujuan untuk menghindari

interaksi antara model pengukuran dan model struktural pada One Step

Approach [Hair, et.al.,1998].

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi

terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model

[Anderson dan Gerbing, 1998]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis

SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah

indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang

berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan

mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk

mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut

[Hair, et.al, 1998].

b. Menetapkan error [] dan lambda [] terms, error terms dapat

dihitung dengan rumus 0,95 kali  [Anderson dan Gerbing, 1998].

Perhitungan construct reliability [] telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya dan deviasi standar [] dapat dihitung dengan bantuan

(58)

50

terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix

pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.8. Evaluasi Model

Didalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara

serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen,

pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis

jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara

dengan model struktural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data

dengan analisis ini adalah :

1. Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubugan kausal antar variabel yaitu antara

variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinayatkan

dengan anak panah. Anak panah lurus dengan satu ujung menunjukkan

hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan

garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.

2. Evaluasi atas asumsi SEM

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya

asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan

adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan

evaluasi atas multicolonieritas dan singularity. Adapun contoh 3 model

konseptual (A, B, dan C) dalam bentuk persamaan sebagai background

(59)

51

A [1] Y1 = B0 + B1Y2 + B3X1 + B4X2 + error1

[2] Y2 = B5 + B6Y1 + error2

B [1] Y1 = B0 + B1X1 + B2X2 + error1

[2] Y2 = B3 + B4Y1 + B5X1 + B6X2 + error2

[3] Y3 = B7 + B8Y1 + B9Y2 + B10X1 + B11X2 + error3

C [1] Y1 = B0 + B1X1 + B2X2 + error1

[2] Y2 = B3 + B4Y1 + B5X1 + error2

3. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit model penelitian

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan

model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan

karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih

kepada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat

atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak

dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digunakan serta nilai

cut-off-nya dapat dilihat pada tabel dibawah : (Arbuckle, 1997, Ferdinand,

2000)

Goodness-of-fit index Cut-off-value X2 – Chi Square Diharapkan kecil Derajat bebas (DF) Positif

Signifikansi Probabilitas  0,05

GFI  0,90

AGFI  0,90

TLI  0,95

Gambar

Tabel. Data Masuk Dan Keluar Karyawan
Tabel. 2. Data Karyawan Outsourching (Kontrak) Yang Keluar  Pada Tahun 2006-2008
Gambar 4.1  Struktur Organisasi PT. INTRACO ADHITAMA
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasar Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan adanya perancangan di gedung Puspa Iptek diharapkan dapat menjadi jawaban dalam usaha untuk melakukan komunikasi yang baik kepada setiap pengunjung

36 Maranatha Christian University In the fifth data, the word better is also made unfinished so that consumers do not know “ feel better than which situation ?” Thus,

For a large class of equations that we shall study in detail in the present book, we will find a number of “independent” solutions equal to the order of the differential equation..

Menilai hasil penelitian atau hasil pemikiran dosen yang diterbitkan pada Majalah llmiah.. Nasional dan

The conclusion from this research is that the internet utilization has successfully improved the sector of entrepreneurship in Indonesia, using the case of Kampung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan Akuntansi, Pengalaman dalam Informasi Akuntansi dan Skala Usaha secara parsial dan simultan terhadap

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana Iklan Layanan Masyarakat “ TIPS MELAWAN BERITA HOAX ” dapat memberikan informasi, sehingga masyarakat surabaya